• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

3. Definisi Konseptual

Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif

merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan pilihannya dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan. Sedangkan definisi subyektif motif merupakan dasar bagi seseorang untuk bergerak, berperilaku, dan bertindak menurut tujuan atau kegiatan membangkitkan daya gerak yang terdapat pada diri sendiri agar melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan ataupun kepuasaan. 22

21

Richard West and Lynn H. Turner, pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 113.

22

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 23.

Setiap individu memiliki alasan untuk melakukan sesuatu, begitu juga dengan alasan untuk menggunakan media. Setiap individu memiliki beberapa alasan dalam menggunakan media untuk mencapau kepuasan. McQuail dan rekan (1972) mengemukakan empat alasan mengapa audien menggunakan media23:

a. Pengalihan (diversion); yaitu melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari. Mereka yang sudah lelah bekerja seharian membutuhkan media sebagai pengalih perhatian dari rutinitas.

b. Hubungan personal; hal ini terjadi ketika orang menggunakan media sebagai pengganti teman.

c. Identitas personal; sebagai cara untuk memperkuat nilai-nilai individu. Misalnya, banyak pelajar yang merasa lebih bisa belajar jika ditemani alunan musik dan radio.

d. Pengawasan (surveillance); yaiyu informasi mengenai bagaimana media membantu individu mencapai sesuatu. Misal, orang membaca koran untuk membantunya memahami jalannya sistem pemerintahan.

Pada dasarnya setiap tindakan yang dilakukan oleh individu dikarenakan adanya dorongan dari motif-motif tertentu. Begitu pula dengan penggunaan media massa. Media massa dianggap mampu memenuhi berbagai motif khalayak. Jika motif tersebut terpenuhi, maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Menurut Denis McQuail, ada empat

23

kategori motif pengkonsumsian media bagi individu secara umum, yakni:

24

I. Motif Informasi (surveillance)

a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin-tahu dan minat umum.

d. Belajar, pendidikan diri sendiri.

e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. II. Motif Identitas pribadi (personal identity)

a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. b. Menemukan model perilaku.

c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media). d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

III. Motif Integrasi dan interaksi sosial (personal relationship)

a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial.

b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.

c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. d. Memperoleh teman selain dari manusia.

e. Membantu menjalankan peran sosial.

24

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2002). Edisi kedua, h 72.

f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman, dan masyarakat.

IV. Motif Hiburan (diversion)

a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. b. Bersantai.

c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis. d. Mengisi waktu.

e. Penyaluran emosi.

Berbagai motif yang mendorong individu menggunakan media massa, akan tumbuh semacam harapan yang dicarikan pemuasaannya melalui media massa sebagai perwujudan dari motif yang ada. Salah satu macam riset uses and gratification yang saat ini berkembang adalah yang dibuat oleh Phiplip Palmgreen dari Kentucky University.

Kebanyakan riset uses dan gratification memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang memengaruhi penggunaan media. Palmgreen juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh model Palmgreen ini tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu telah dapat dipenuhi oleh media. Konsep mengukur kepuasan ini disebut GS (Gratification Sought) dan GO (Gratification Obtained). Penggunaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori uses and gratification, yaitu teori nilai pengharapan (expextancy values). Menurut teori nilai pengharapan, orang mengarahkan diri pada dunia (misalnya

media) berdasarkan pada kepercayaan dan evaluasi-evaluasi mereka tentang dunia tersebut. 25

b. Kepuasaan

Kepuasaan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasaan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang. Kepuasaan pelanggan yang tinggi menciptakan kelekatan emosional terhadap merek. Hasilnya adalah kesetian pelanggan. 26

Kepuasaan dalam penelitian ini lebih dimaksudkan pada terpenuhinya kebutuhan khalayak dalam kegiatan menggunakan media massa berdasarkan tujuan dan motif tertentu seperti kebutuhan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi personal dan hiburan. Untuk mencapai kepuasaan tersebut setiap individu bersifat aktif dan selektif dalam menggunakan atau memilih jenis media yang sesuai dengan kebutuhan agar tercipta kepuasaan.

25

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 206.

26

Banyak peneliti yang membagi kategori yang berbeda-beda mengenai kepuasan, namun ada satu ukuran yang disepakati di antara mereka. Empat kategori utama yang diajukan McQuail sangat khas, yakni:27

1. Pengalihan

(a) Melarikan diri dari tekanan rutinitas (b) Melarikan diri dari beban masalah (c) Pelepasan emosi

2. Relasi personal (a) Persahabatan (b) Kegunaan sosial 3. Identitas pribadi

(a) Rujukan pribadi (b) Eksplorasi realitas (c) Penguatan nilai

4. Pengawasan. Ini adalah kebutuhan informasi mengenai sebuah dunia kompleks di mana kita hidup.

Kepuasan atau ketidakpuasan pembaca merupakan selisih antara apa yang diharapkan dengan apa yang didapatkan. Dalam hal ini kepuasan atau ketidakpuasan pembaca akan dilihat dari penelitian ini. Tingkat kepuasan pembaca terhadap Tabloid LPM Institut merupakan evaluasi yang subyektif dari mahasiswa mengenai kesesuaian yang mereka harapkan dengan hasil yang didapat setelah membaca Tabloid tersebut.

27

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. Ke-2, h 248.

Pembaca akan merasa puas apabila hasil yang mereka dapatkan setelah membaca sesuai atau melebihi harapan mereka sebelum membaca. Selain itu, pembaca akan merasa tidak puas jika apa yang mereka harapkan tidak terpenuhi ketika sudah membaca Tabloid tersebut.

Untuk mengukur tingkat kepuasan audience, maka harus diketahui terlebih dahulu motif audiens dalam menggunakan media, setelah itu baru dapat mengungkapkan tingkat kepuasaan audiens setelah menggunakan atau mengonsumsi media tertentu. Kepuasan yang diperoleh khalayak dari penggunaan media terbagi menjadi Gratification Sought (kepuasan yang dicari) dan Gratification Obtained (kepuasaan yang diperoleh).

Philip Palmgreen darai Kentucky University menjelaskan bahwa

Gratification Sought (GS) adalah kepuasaan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengonsumsi suatu jenis media (radio, televisi, Koran).

Gratification Obtained (GS) adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu. 28

a. Gratification Sought (GS)

Gratification Sought (GS) yakni kepuasaan yang dicari atau diinginkan individu dalam menggunakan media tertentu. GS juga bisa diartikan sebagai motif yang timbul dari sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai individu pada objek tertentu. Hal ini mendorong individu untuk menggunakan suatu media tertentu yang berkaitan dengan keinginan untuk mencari kepuasaan atas kebutuhan tersebut. Dalam penelitian ini,

28

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 205.

mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013-2014 juga memiliki motif tertentu dalam membaca Tabloid Institut. Kategori motif individu yang menjadi acuan adalah menurut McQuail.

b. Gratification Obtained (GO)

Gratification Obtained (GO) adalah kepuasaan nyata yang diperoleh setelah menggunakan media. GO juga bisa diartikan sebagai sejumlah nyata yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan media. Dalam penelitian ini adalah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah proses membaca Tabloid LPM Institut. Indikator untuk menukur GO sama dengan indikator mengukur GS menurut Denis McQuail.

Dalam hal ini, peneliti mengukur GS dan GO untuk mengetahui kepuasaan khalayak berdasarkan kesenjangan antara GS dengan GO. Dengan kata lain, kesenjangan kepuasaan (discrepancy gratification) adalah perbedaan perolehan kepuasaan yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil kesenjangannya, semakin puas individu dalam menggunakan media tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai kesenjangan antara GS dan GO maka semakin tidak puas individu dalam menggunakan media.29

29

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 208.

Bagan 2

Model Expectancy Values

Sumber : Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, 2007, 208

Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan rentetan penggunaan media oleh individu yang menimbulkan kepuasan. Pencarian kepuasan (GS) dilatarbelakangi adanya kepercayaan dan evaluasi penilaian seseorang terhadap sebuah media massa berdasarkan pengalaman. Individu memiliki penilaian dan kepercayaan terhadap salah satu media massa yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya. Adanya pencarian kepuasan (motif) yang mendukung oleh penilaian dan kepercayaan terhadap sebuah media massa, medorong seseorang mengkonsumsi media. Setelah konsumsi media terjadi, akan terlihat kepuasan yang nyata yang diperoleh. Apakah dapat memenuhi motif awal dalam menggunakan media massa yang bersangkutan atau tidak. Berdasarkan teori ini, pengukuran kepuasan dalam sebuah penelitian harus dilakukan dengan menanyakan motif dan kepuasan yang dicari dan diinginkan seseorang (GS), kemudian menanyakan kembali apakah motif dan harapan tersebut bisa dipenuhi Kepercayaan-kepercayaan (beliefs) Evaluasi-evaluasi Pencarian Kepuasaan (GS) Perolehan Kepuasaan yang diterima (GO) Konsumsi Media

oleh media yang bersangkutan. Artinya, kita bisa mengetahui kepuasan nyata yang diperoleh seseorang (GO). 30

Indikator terjadinya kesenjangan kepuasaan atau tidak adalah sebagai berikut 31:

1) Jika mean skor (rata-rata skor) GS lebih besar dari mean skor GO (mean skor GS > mean skor GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan, karena kebutuhan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Media tidak memuaskan khalayaknya. 2) Jika mean skor GS sama dengan mean skor GO (GS=GO), maka tidak

terjadi kesenjangan kepuasaan karena jumlah kebutuhan yang diinginkan semuanya terpenuhi namun biasa-biasa saja (balance). 3) Jika mean skor GS lebih kecil dari mean skor GO (GS < GO), maka

terjadi kesenjangan kepuasan karena kebutuhan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan kata lain bahwa media tersebut memuaskan khalayaknya.

Semakin besar kesenjangan mean skor (GS > GO) yang terjadi, maka makin tidak memuaskan media tersebut bagi khalayaknya. Sebaliknya semakin kecil kesenjangan mean skor (GS < GO) yang terjadi, maka makin memuaskan media tersebut bagi khalayaknya.

30

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 208.

31

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 208.

Dokumen terkait