Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Meliana Pratiwi NIM: 1111051100033
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
i
Hubungan antara Motif Membaca Tabloid LPM Institut dengan Kepuasan Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013-2014, di bawah bimbingan Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd
Masyarakat membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal perluasan wawasan pengetahuan. Setiap individu pun memiliki motif atau alasan yang berbeda-beda dalam melakukan sesuatu dan kepuasan yang berbeda pula. Begitupun dengan penggunaan media dalam membaca Tabloid LPM Institut. Mahasiswa memiliki motif untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang terdapat di lingkungan UIN Jakarta hingga mencapai kepuasan yang mereka harapkan setelah membaca Tabloid tersebut.
Tabloid Institut merupakan jenis terbitan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pengembangan Mahasiswa (LPM) Institut yang berada di naungan UIN Jakarta. Pembahasan tema yang diangkat lebih luas cakupannya karena dalam proses liputannya pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Sehingga dalam mengupas sebuah masalah disajikan lebih mendalam. Tabloid Institut saat ini telah konsisten terbit setiap bulan di minggu kedua setiap bulannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif apa yang mendasari khalayak dalam membaca Tabloid LPM Institut. Kemudian untuk mengetahui kepuasan apa yang diperoleh pembaca setelah membaca Tabloid tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motif dan kepuasan pembaca terhadap Tabloid LPM Institut.
Penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratification dari Blumer and Gurevitch yang beranggapan bahwa individu memiliki tujuan tertentu dalam menggunakan media massa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 131 responden dari 524 mahasiswa. Uji Regresi Linear Sederhana digunakan dalam menganalisis hubungan antara motif dan kepuasan pembaca terhadap Tabloid LPM Institut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif yang mendasari pembaca sebelum membaca Tabloid ini adalah motif informasi. Artinya, pembaca mempunyai keinginan untuk mengetahui informasi yang terjadi di lingkungan UIN Jakarta. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motif dan kepuasan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013-2014. Nilai hubungan tersebut sebesar 0,788 yang artinya tinggi; kuat. Dapat disimpulkan bahwa pembaca Tabloid LPM Institut merasa sangat puas dengan Tabloid tersebut. Model efek media massa yang cocok dengan hasil nilai ini yakni moderat effect model, yang artinya khalayak dapat membuat media menyajikan tujuan pasti, seperti menggunakan media untuk mendapatkan informasi. Pembaca Tabloid LPM Institut pun berasumsi bahwa LPM Institut mampu memenuhi kebutuhan akan informasi yang terdapat di UIN Jakarta.
ii
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji serta syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Hubungan antara Motif Membaca Tabloid LPM Institut dengan
Kepuasan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013-2014” ini dengan baik. Selama menjadi mahasiswa, penulis telah mendapatkan
pembelajaran dan memperoleh pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi,
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini untuk meraih
gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari adanya kekurangan,
kesalahan, dan keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis. Namun skripsi ini
tetap dapat diselesaikan dengan baik karena adanya bimbingan, bantuan,
dukungan, doa dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi serta sebagai dosen pembimbing akademik.
2. Suparto, PhD, selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Roudhonah, MA,
selaku Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum dan Dr. Suhaimi, M.Si,
selaku Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
iii
Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat
bagi penulis.
4. Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Kedua orang tua Tarso dan Partini, serta Kakak Aji Prasetyo yang selalu
memberikan dukungan dan memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk
penulis.
6. Kakak tercinta Nia dan Sahabat seperjuangan sekaligus roommate selama 4 tahun ini Maza, Raisa, Ega dan Aisyah atas segala dukungan dan doanya.
7. Teman-teman seperjuanganku, Diah, Winnie, Dilah, Intan, Wiwit, Silvi, Ririn,
Nida, Dewi, Oci, iim, Gani, Gita, Onye, Keket, Dian, Eko, Ihsan dan
teman-teman mahasiswa Jurnalistik 2011 atas segala dukungan baik materi ataupun
non materi.
8. Staff Tata Usaha, Perpustakaan Utama, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga besar RDK FM yang telah memberikan banyak pelajaran selama dua
tahun terakhir.
10. Teman-teman KKN Cita 2014 yang telah menjadi penyemangat selama
berjuang bersama.
iv
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Tangerang Selatan, 14 Desember 2015
v
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR BAGAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 7
1. Pembatasan Masalah. ... 7
2. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 8
2. Manfaat Penelitian ... 8
D. Tinjauan Pustaka ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori ... 13
1. Teori Uses and Gratification ... 13
2. Kritik terhadap Teori Uses and Gratification ... 24
3. Definisi Konseptual ... 26
a. Motif ... 26
b. Kepuasan ... 30
4. Pers Mahasiswa ... 36
B. Kerangka Berpikir ... 38
vi
B. Jenis Penelitian ... 44
C. Metode Penelitian ... 44
D. Desain Penelitian ... 45
E. Hipotesis Penelitian ... 46
F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
G. Subjek dan Objek Penelitian ... 47
H. Populasi dan Sampel Penelitian ... 47
1. Populasi ... 47
2. Sampel ... 48
I. Teknik Pengambilan Sampel ... 49
J. Instrumen ... 50
K. Variabel Penelitian ... 51
L. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian ... 52
1. Media Use ... 56
2. Gratification Sought ... 60
3. Gratification Obtained ... 61
M. Teknik Pengumpulan Data ... 62
N. Uji Coba Instrumen ... 63
1. Uji Validitas ... 63
2. Uji Reliabilitas ... 67
O. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 71
1. Sejarah ... 71
2. Visi, Misi, dan Tujuan ... 73
3. Moto ... 74
B. Gambaran Umum LPM Institut... 76
vii
4. Struktur Organisasi Periode 2015-2016 ... 78
5. Alamat Redaksi LPM Institut ... 80
BAB V HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Motif Pembaca dalam Membaca Tabloid LPM Institut ... 81
1. Analisis Frekuensi Identitas Responden ... 81
a. Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur ... 81
b. Responden berdasarkan Keikutsertaan dalam Organisasi ... 82
2. Tingkat Penggunaan Media ... 83
a. Pembaca berdasarkan Frekuensi & Durasi ... 83
b. Pembaca berdasarkan Rubik Tabloid LPM Institut ... 85
B. Analisis Kepuasan yang diperoleh Pembaca Tabloid LPM Institut ... 95
C. Hubungan antara Motif dan Kepuasan Tabloid LPM Institut ... 104
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan... 108
B. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 111
viii
Tabel 1 Gambaran Populasi Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta... 48
Tabel 2 Operasional Konsep dalam Penelitian... 54
Tabel 3 Uji Validitas Motif ... 65
Tabel 4 Uji Validitas Kepuasan... 66
Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motif ... 68
Tabel 6 Hasil Uiji Reliabilitas Variabel Kepuasan ... 68
Tabel 7 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur ... 81
Tabel 8 Data Responden Berdasarkan AKtif dan Jenis Organisasi ... 82
Tabel 9 Persentase Frekuensi dan Durasi Membaca ... 83
Tabel 10 Persentase Frekuensi Membaca Rubik Tabloid LPM Institut ... 85
Tabel 11 Respon Terhadap Motif Informasi ... 88
Tabel 12 Respon Terhadap Motif Identitas Pribadi ... 90
Tabel 13 Respon Terhadap Motif Integritas dan Interaksi Sosial ... 91
Tabel 14 Respon Terhadap Motif Hiburan... 91
Tabel 15 Perolehan Skor Rata-rata dari Variabel Motif ... 95
Tabel 16 Respon Terhadap Kepuasan Informasi ... 96
Tabel 17 Respon Terhadap Kepuasan Identitas Pribadi ... 97
Tabel 18 Respon Terhadap Kepuasan Integritas dan Interaksi Sosial ... . 99
Tabel 19 Respon Terhadap Kepuasan Hiburan ... 100
Tabel 20 Perolehan Skor Rata-rata dari Variabel Kepuasan ... 102
Tabel 21 Kesenjangan Antara Motif dan Kepuasan ... 103
Tabel 22 Model Summary... 105
ix
Gambar 2 Distribusi Pembaca berdasarkan Durasi Membaca ... 84
DAFTAR BAGAN
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di era
modern sekarang ini, telah banyak mengalami perubahan dalam berbagai bidang.
Salah satu teknologi komunikasi yang berkembang pesat adalah perkembangan
berbagai media massa. Media massa adalah alat yang biasa digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Berbagai macam
media massa dapat memberikan kemudahan kepada khalayak dalam memberikan
berbagai informasi yang diinginkan.
Masyarakat membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka
dalam hal memperluas wawasan pengetahuan, memahami kebutuhan serta
peranannya dalam masyarakat. Didorong oleh rasa ingin tahu pada diri manusia
terhadap sesuatu maka kebutuhan akan informasi semakin meningkat, mendetail
dan variatif. Banyak media massa yang digunakan untuk memperoleh informasi,
baik media cetak maupun media elektronik.1
Media massa cetak seperti koran, tabloid, majalah dan lain sebagainya
merupakan contoh hasil kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang dapat
dijadikan media dalam mempublikasi berbagai informasi. Fungsi dari media
massa cetak sendiri adalah untuk meningkatkan intelektual masyarakat akan
informasi. Berita atau informasi yang disampaikan pun bersifat aktual dan
1
berisikan fakta-fakta. Proses dalam mencari, memperoleh, mengolah dan
menyampaikan berita kepada khalayak dinamakan dengan kegiatan jurnalistik.
Kegiatan jurnalistik berada dibawah naungan Pers. Dalam Undang-undang
Pers no 40 tahun 1999, yakni Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi
massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi yakni mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia. 2
Pers sebagai sebuah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
menggunakan surat kabar dalam menyampaikan informasinya, mempunyai fungsi
sebagai media informasi, fungsi pendidikan, fungsi hiburan, fungsi kontrol sosial,
dan fungsi lembaga ekonomi. Fungsi tersebut semakin terasa di saat penegakan
demokrasi semakin kuat sekarang ini, yaitu ketika kebebasan berpendapat dan
berfikir semakin diberi ruang sehingga bermunculan berbagai media cetak baik
dalam skala nasional maupun lokal.3
Pers mahasiswa merupakan salah satu jenis pers lokal yang terdapat di
Indonesia. Pers mahasiswa merupakan media massa yang khas dalam masyarakat,
yaitu sebagai media massa yang mempergunakan proses komunikasi umum untuk
menyumbangkan partisipasi dalam proses sosial suatu bangsa. Sifat khas dari pers
mahasiswa ini adalah bahwa mahasiswa pada umumnya sesuai dengan alam
2
www.wikipedia.org/wiki/Pers_indonesia. dikutip pada hari Sabtu, 15 November 2014 pukul 23.45 WIB.
3
Hinca IP Pandjaitan dan Amir Effendi Siregar, Menegakkan Kemerdekaan Pers “1001”
pikiran universitas, mempergunakan pengetahuannya demi perbaikan mahasiswa
sesuai dengan bakat, kemampuan dan kesediaan masing-masing.4
Pers mahasiswa adalah penerbitan pers dalam bentuk majalah, tabloid,
newsletter, atau media online yang dikelola oleh mahasiswa. Seluruh proses mulai
dari mencari berita, penulisan, tata letak, pracetak dan distribusi dilakukan oleh
mahasiswa. Sejak tahun 1950-an terdapat pers mahasiswa yang terbit di dalam
kampus dan yang terbit di luar kampus. Pers mahasiswa yang terbit di dalam
kampus berarti mempunyai keterikatan dengan Perguruan Tinggi, dapat dengan
organisasi kemahasiswaan intra kampus, seperti Dewan Mahasiswa ataupun
langsung di bawah Kontrol Rektor. 5
Salah satu contoh pers mahasiswa yang ada di Indonesia yakni Lembaga
Pers Mahasiswa (LPM) Institut. LPM Institut merupakan salah satu Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) yang berada di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. LPM Institut berkomitmen untuk tampil mengusung
semangat idealisme dalam rangka menyuarakan aspirasi rakyat khususnya
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. LPM Institut mengkhususkan diri
pada empat jenis penerbitan yakni Website Institut, Newsletter Institut, Tabloid
Institut, dan Majalah Institut.
LPM Institut sebagai wadah aspirasi mahasiswa dituntut kredibilitasnya
dalam memberikan informasi kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai pelanggan dan pembacanya. Berita-berita yang dipublikasikan pun
mencakup hal-hal yang terjadi di dalam kampus ini. Produk terbitan yang menjadi
4
Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Binacipta, 1986), cet ke-4, h. 111.
5
favorit yakni Tabloid Institut. Tabloid Institut merupakan jenis terbitan yang terbit
setiap bulan sekali di minggu kedua.
Tabloid LPM Institut berisikan 14 jenis rubik yakni headline, laporan
utama, laporan khusus, kampusiana, survei, berita foto, opini, tustel, wawancara,
resensi, sosok, sastra, seni budaya, dan iklan. Rubik ini dibuat untuk memenuhi
kebutuhan informasi mahasiswa yang terdapat di lingkungan UIN Jakarta. Tabloid
LPM Institut adalah sebagai salah satu tabloid yang popular, karena masih jarang
tabloid yang sejenis ini terbit di UIN Jakarta.
Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan
merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih
efisien dan lebih efektif. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu
pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif
dan tidak efisien. Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan publik.
Pers mahasiswa hendaknya secara kontinyu disenangi dan dibaca oleh
orang banyak. Disenangi karena menampilkan banyak aspek kehidupan
masyarakat bawah, termasuk masyarakat mahasiswa, dengan suatu misi
pendidikan kultural yang berjangka panjang untuk suatu pembaharuan struktural
yang lebih manusiawi.6
Maka dari itu dalam penelitian hal tersebut, peneliti menggunakan teori
Uses and Gratification. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang memilih atau menggunakan suatu
media komunikasi karena diarahkan oleh motif diri orang tersebut. Motif individu
6
dalam mengkonsumsi media ada 4 macam menurut Denis McQuail, yakni
informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan.
Penggunaan media oleh seseorang adalah salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan psikologis dari orang tersebut.7
Manusia sebagai khalayak akan selalu memperoleh kepuasaan tertentu
dalam menggunakan media massa, betapa kecil pun pemuasan yang dapat
dilakukan oleh media tersebut, sehingga manusia menggunakannya karena
didorong oleh motif-motif tertentu, dimana ada berbagai kebutuhan yang dapat
dipuaskan oleh media massa. Model ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu
anteseden, motif, penggunaan media dan efek. 8
Untuk mengukur kepuasan, Philip Palmgreen mengembangkan konsep
Gratification Sought (GS) yakni kepuasaan yang dicari atau diinginkan individu dalam menggunakan media tertentu. Khalayak memiliki motif tersendiri dalam
yang ingin dicapai untuk memenuhi kebutuhannya ketika mengkonsumsi media
massa. Sedangkan Gratification Obtained (GO) adalah kepuasaan nyata yang diperoleh setelah menggunakan media. Khalayak memperoleh kepuasan nyata
akan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah khalayak tersebut
menggunakan media. Namun penggunaan konsep-konsep ini memunculkan teori
yang merupakan varian dari teori yang merupakan varian dari teori uses & gratification, yaitu teori expectancy values (nilai pengharapan). 9
Dengan mengukur nilai GS dan GO, dapat diketahui seberapa besar
tingkat kepuasan seseorang dalam menggunakan suatu media. Tingkat kepuasan
7
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet ke-1, h. 58.
8
Morissan, Psikologi Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia), Cet. Ke-1, h. 263.
9
tersebut dapat dilihat dari seberapa besar kesenjangan kepuasan (discrepancy gratification) antara GS dan GO. Semakin besar nilai kesenjangan menunjukkan semakin tidak puas seseorang dalam menggunakan media tersebut, sebaliknya
semakin kecil nilai kesenjangan antara GS dan GO maka semakin puas seseorang
dalam menggunakan media. 10
Sebagai media cetak yang menjadi acuan sumber berita terkait
perkembangan kampus oleh mahasiswa, Tabloid LPM Institut dituntut untuk
memberikan berita-berita yang bersifat aktual, faktual, dan mampu memenuhi
kebutuhan khalayak akan informasi seputar lingkungan UIN Jakarta. Namun
ketika peneliti mencoba survei kebeberapa mahasiswa mengenai kepuasaan
pembaca terhadap Tabloid LPM Institut, tanggapannya pun beragam. Terdapat
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang puas dan tidak puas
terhadap Tabloid LPM Institut. Mahasiswa yang tidak puas terhadap Tabloid
LPM Institut dikarenakan tabloid tersebut terbit dua bulan sekali dan dianggap
berita-berita yang disajikan kurang up to date.
Dalam hal ini peneliti memilih Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2013-2014 sebagai responden, karena dianggap mengetahui dan lebih
aktif membaca Tabloid LPM Institut serta diharapkan dapat menjelaskan
kebutuhan dan kepuasan mereka dalam menggunakan media massa terutama
Tabloid. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian ini
karena ingin mengetahui lebih jelas tingkat kepuasaan khalayak terhadap
berita-berita yang disajikan pada Tabloid Institut sebagai pers mahasiswa. Jadi peneliti
10
membuat judul skripsi yakni “HUBUNGAN ANTARA MOTIF PEMBACA
TABLOID LPM INSTITUT DENGAN KEPUASAN MAHASISWA UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2013-2014”.
B.Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan memperjelas masalah yang akan
diteliti, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah.
Penelitian ini bersifat menggambarkan hubungan antara motif dan kepuasan
mahasiswa terhadap Tabloid LPM Institut dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini juga terbatas pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013-2014 yang
sudah pernah membaca Tabloid LPM Institut. Mahasiswa tersebut meliputi
mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Jurnalistik, Kesejahteraan
Sosial, Bimbingan Penyuluhan Islam, Pengembangan Masyarakat Islam,
Manajemen Dakwah dan Manajemen Haji Umrah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Motif apakah yang mendasari mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2014 dalam
membaca Tabloid LPM Institut?
2. Kepuasan apakah yang diperoleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2014
3. Bagaimana hubungan antara motif dan kepuasaan mahasiswa Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2013-2014 setelah membaca Tabloid LPM Institut?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui motif Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2013-2014 dalam
membaca Tabloid LPM Institut
b. Untuk mengetahui kepuasan yang diperoleh Mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2013-2014 setelah membaca Tabloid LPM Institut
c. Mengetahui perbedaan hubungan antara motif dan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2013-2014 terhadap Tabloid LPM Institut.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dapat memberikan kontribusi
sebagai tambahan referensi dalam pengembangan kajian media, khususnya
mengenai kajian yang berhubungan dengan tingkat kepuasaan khalayak
terhadap pemberitan media massa cetak.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi mengenai motif-motif yang mendorong
2. Memberikan masukan pada pihak LPM Institut mengenai motif dan
kepuasan pembacanya.
3. Dapat dijadikan bahan evaluasi untuk media yang terkait dalam
meningkatkan kualitas produk mereka.
D.Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, ada beberapa judul
penelitian yang berhubungan dengan Analisis Tingkat Kepuasaan Khalayak dari
berbagai sumber seperti Skripsi mahasiswa UIN Jakarta dan media internet yang
menjadi inspirasi bagi peneliti yaitu :
a. Hubungan Antara Motif dan Kepuasaan Penonton Pada Program Islam Itu
Indah Trans TV oleh Irmalia Septiana Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (2013)
Dalam skripsi ini, penulis meneliti hubungan motif dan kepuasaan
penonton Islam Itu Indah dan juga pengaruh yang signifikan antara motif
terhadap kepuasaan menggunakan teori Uses and Gratification. Responden yang menjadi penelitian yakni penonton program Islam Itu
Indah Trans TV yang menonton langsung/live.
b. Motif dan Pemenuhan Kebutuhan Pembaca Khalayak Tabloid Detik
(Suatu Studi pada Mahasiswa FISIP UI dengan Pendekatan Uses and Gratification) oleh Suhetris Mahasiswa Program Studi Komunikasi Massa Universitas Indonesia. (1995)
Dalam skripsi ini, penulis meneliti pemenuhan yang berhubungan
kebutuhan dari khalayak pembaca Tabloid Detik berdasarkan pada tipologi
fungsi media massa dari McQuail, Blumer dan Brown. Kesimpulan dari
penelitian ini yaitu Tabloid Detik belum dapat memuaskan pembacanya
pada dimensi informasi dan identitas pribadi.
c. Perbandingan Kepuasan Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Terhadap Program Berita di TV ONE dan Metro TV oleh
Krisyanidayati Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (2015)
Dalam skripsi ini penulis meneliti kepuasan mahasiswa dalam
menonton program berita Metro Hari Ini Metro TV dan Apa Kabar
Indonesia Pagi TV ONE. Dalam analisis data, Penulis menggunakan
rumus mean, standar deviasi dan paired sampel test. Kesimpulan dalam penelitian ini yakni Metro Hari Ini Metro TV dan Apa Kabar Indonesia
Pagi TV ONE belum dapat memuaskan kebutuhan khalayak pada dimensi
informasi, identitas pribadi, integritas dan interaksi sosial, dan hiburan.
d. Motif dan Kepuasan Penonton Program Ramadan di Televisi Nasional
oleh Nadia Pratama Kusuma Wardani Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. (2015)
Dalam skripsi ini penulis meneliti kepuasan mahasiswa Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2011-2014 terhadap Program Ramadhan di Televisi Nasional.
yang cukup kuat dan signifikan antara motif dan kepuasan terhadap
program Tausiyah, Sinetron Ramadhan, Variety Show dan Feature
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yakni objek yang
diteliti dalam penelitian ini adalah Tabloid LPM Institut. Sampel yang dijadikan
responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2013-2014.
E.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab
sebagai berikut:
BAB I adalah bab Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II adalah Bab Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Teori
yang digunakan adalah Uses and Gratification yang dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay Blumler, dan Michael Gurevicth, besertakritiknya. Bab ini juga akan menjelaskan mengenai pengertian dari motif dan kepuasan, serta membahas
tentang pers mahasiswa. Kemudian dilanjutkan dengan kerangka berpikir dan
kerangka konseptual.
BAB III adalah Metodologi Penelitian. Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode apa yang digunakan dalam penelitian ini yakni
paradigma dan pendekatan penelitian, jenis penelitian, metode penelitian,
objek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen,
variabel penelitian, definisi operasional dan indikator penelitian, teknik
pengumpulan data, uji coba instrumen dan teknik analisis data.
BAB IV adalah Bab Gambaran Umum. Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum mengenai populasi yang dijadikan subjek penelitian yakni
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sejarah singkat tentang UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian gambaran umum Lembaga Pers
Mahasiswa (LPM) Institut beserta Tabloidnya.
BAB V adalah Bab Temuan dan Analisis Data. Pada bab ini disajikan data mengenai hasil data yang didapatkan serta uji instrumen menggunakan
SPSS-20. Hasil data berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian, yakni
motif yang mendasari pembaca membaca Tabloid LPM Institut, kepuasan yang
diperoleh pembaca setelah membaca Tabloid LPM Institut, serta hubungan
antara motif dan kepuasan pembaca setelah membaca Tabloid LPM Institut.
BAB VI adalah Bab Penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan skripsi yang didapat dari temuan dan analisis penelitian serta
memberikan saran yang mungkin akan bermanfaat kepada LPM Institut
13
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A.Landasan Teori
1. Teori Uses and Gratification
Uses and Gratification theory atau teori penggunaan dan kepuasaan diperkenalkan oleh Elihu Katz, Bernard Berelson dan Michael Gurevitch pada
tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audien mencari, menggunakan dan
memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang
disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda di antara
individu audien. 1
Lahirnya teori uses and gratification merupakan kritik terhadap teori peluru (the bullet theory of communication) atau teori jarum hipodermik
(hypodermic noddle theory) dari Wilbur Schramm. Teori peluru ini dikatakan bahwa media sangat aktif dan powerfull, sedangkan audiens pasif, sehingga media akan mudah mengenai atau menembus sasaran (audience).2 Namun untuk teori Uses and Gratification sendiri yakni audiens berada dipihak yang aktif dalam menentukan media massa.
Uses and Gratification dikatakan oleh Katz sebagai suatu model penelitian yang menekankan pada objek analisis tentang apa yang dilakukan media untuk
1
Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia), Cet. Ke-2, h. 77.
2
khalayak. Model ini menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama
bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi
bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sesuai dengan khalayak.
Jadi sasarannya adalah pada khalayak aktif yang sengaja menggunakan media
untuk mencapai tujuan khusus.3
Inti teori uses and gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap
berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan
khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi
kebutuhan khalayak disebut media yang efektif. 4
Sebagian besar besar dalam wilayah teori Uses and Gratification berupaya meneliti apa yang terjadi di balik penggunaan media oleh audien. Dengan kata
lain, peneliti mencari tahu mengapa orang menonton program televisi tertentu
atau mengapa mereka membaca surat kabar tertentu untuk mendapatkan
informasi dan bukan oleh media massa lainnya.
Teori ini tidak memberikan perhatian pada efek langsung media terhadap
audien, tetapi memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku audien
terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka menggunakan atau
mengonsumsi media. Teori uses and gratification memfokuskan perhatian pada audien sebagai konsumen media massa dan bukan pada pesan yang
disampaikan. Teori ini menilai bahwa audien dalam menggunakan media
3
Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 108.
4
berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audien dinilai
mengetahui kebutuhan mereka dan mengetahui serta bertanggung jawab
terhadap pilihan media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka tersebut.5
Teori uses and gratification menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana audien sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam
menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari penggunaan media itu.
Dalam hal ini, terdapat sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti gagasan teori
Uses and Gratification sebagaimana dikemukakan Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) yang mengembangkan teori ini. Mereka menyatakan lima
asumsi dasar teori penggunaan dan kepuasaan.6
1. Audien aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan media.
Tingkat keaktifan audien merupakan variabel. Perilaku komunikasi audien
mengacu pada target dan tujuan yang ingin dicapai serta berdasarkan motivasi;
audien melakukan pilihan terhadap isi media berdasarkan motivasi, tujuan dan
kebutuhan personal mereka.
2. Inisiatif untuk mendapatkan kepuasaan media ditentukan audien.
3. Media bersaing dengan sumber kepuasaan lain.
4. Audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan penggunaan
media.
5. Penilaian isi media ditentukan oleh audien.
5
Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia) , Cet Ke-2, h. 77-78.
6
Asumsi pertama menyatakan bahwa audien aktif dan berorientasi pada
tujuan ketika menggunakan media. Audien memiliki sejumlah alasan dan
berusaha mencapai tujuan tertentu ketika menggunakan media. McQuail dan
rekan (1972) mengemukakan empat alasan mengapa audien menggunakan
media, yakni: 7
1) Pengalihan (diversion); yaitu melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari.
2) Hubungan personal; hal ini terjadi ketika orang menggunakan media
sebagai pengganti teman.
3) Identitas personal; sebagai cara untuk memperkuat nilai-nilai individu.
4) Pengawasan (surveillance); yaitu informasi mengenai bagaimana media membantu individu mencapai sesuatu.
Asumsi kedua menyatakan bahwa inisiatif untuk mendapatkan kepuasaan
media ditentukan audien. Karena sifat aktifnya, maka audien mengambil
inisiatif. Asumsi ketiga menyatakan bahwa media bersaing dengan sumber
kepuasaan lain. Media bersaing dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya
dalam hal pilihan, perhatian dan penggunaan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan seseorang.
Selanjutnya asumsi keempat menyatakan bahwa audien sadar
sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif dan penggunaan media. Kesadaran
diri yang cukup akan adanya ketertarikan dan motif yang muncul dalam diri
7
yang dilanjutkan dengan penggunaan media memungkinkan peneliti
mendapatkan gambaran yang tepat mengenai penggunaan media oleh audien.
Terakhir asumsi kelima menyatakan bahwa penilaian isi media ditentukan oleh
audien. Menurut J. D. Rayburn dan Philip Palmgreen (1984), seseorang yang
membaca surat kabar tertentu tidak berarti ia merasa puas dengan surat kabar
yang dibacanya karena mungkin hanya surat kabar itu saja yang tersedia, ia
akan segera beralih ke surat kabar lain jika ia mendapat kesempatan
memperoleh surat kabar lain. 8
Katz, Blumer, dan Gurevitch (1974) menggolongkan kebutuhan individu,
yaitu (1) Asal mula sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan yang menciptakan
(3) pengharapan dari (4) media massa atau sumber lain yang mengarah pada
(5) ekspos yang berbeda (atau keterlibatan dalam aktifitas lain) yang
menghasilkan (6) kebutuhan kepuasaan dan (7) konsekuen-konsekuen lain,
mungkin merupakan konsekuensi-konsekuensi yang paling tidak diniatkan.9
Menurut Nuruddin (2004), teori uses and gratification beroperasi dalam beberapa cara, seperti pada bagan di bawah ini:10
8
Morissan, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia) , Cet Ke-2, h. 79-80.
9
Denis McQuali, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 175 , Edisi 6, Buku 2.
10
Bagan 1
Model Uses and Gratification
(Sumber: Edi Santoso dan Mite Setiansah. Teori Komunikasi, 2010)
Berdasarkan model diatas uses and gratification dimulai dengan lingkungan sosial (social environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut mencakup ciri-ciri demografik, afiliasi kelompok,
dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan khalayak (audience needs) dapat dikategorikan sebagai kebutuhan-kebutuhan kognitif, afektif, integratif
personal, integratif sosial dan kebutuhan pelepasan ketegangan. Kebutuhan-Lingkungan sosial: 1. Ciri-ciri demografis 2. Afiliasi kelompok 3. Ciri-ciri kepribadian Kebutuhan khalayak: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Intergratif personal 4. Intergratif sosial 5. Pelepasan ketegangan/ melarikan diri dari kenyataan Sumber pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan non media: 1. Keluarga, teman-teman 2. Komunikasi interpersonal 3. Hobi 4. Tidur Penggunaan media massa: 1. Jenis-jenis media SK, majalah, radio, TV dan film 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Konteks sosial
kebutuhan tersebut dapat dipuaskan dengan sumber-sumber kebutuhan seperti
keluarga, teman, komunikasi interpersonal, hobi dan tidur. 11
Model tersebut berkaitan dengan sumber-sumber pemuasan kebutuhan
yang berhubungan dengan penggunaan media massa, yang mencakup
jenis-jenis media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan
lain-lain, isi media yang diperhatikan, keterpaan media itu sendiri, dan konteks
sosial dari terpaan media. Katz, Gurevitch dan Haas (1973), menggambarkan
kategori kebutuhan khalayak menjadi lima, yakni kognitif (memperoleh informasi, pengetahuan, pemahaman), afektif (pengalaman emosional, menyenangkan, atau estetis), integrasi personal (meningkatkan kredibilitas, percaya diri, dan status), integrasi sosial (meningkatkan hubungan dengan keluarga, teman, dan lainnya), dan pelepasan ketegangan (pelarian dan pengalihan).12
Asumsi teori ini mengenai khalayak yang aktif dan penggunaan media
yang berorientasi pada tujuan cukup jelas. Anggota khalayak individu dapat
membawa tingkat aktivitas yang berbeda untuk penggunaan media mereka.
Anggota khalayak juga berusaha untuk menyelesaikan tujuannya melalui
media. Seperti yang ditekankan sebelumnya, McQuail dan koleganya (1972)
mengidentifikasi beberapa cara untuk mengklasifikasikan kebutuhan dan
kepuasaan khalayak. Klasifikasi tersebut mencakup pengalihan (diversion), merupakan kategori kepuasaan yang berasal dari penggunaan media;
11
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. Ke-4, h. 194.
12
melibatkan pelarian diri dari rutinitas dan permasalah. Hubungan personal
(personal relationship), yang melibatkan penggunaan media sebagai ganti teman. Identitas personal (personal identity), yang melibatkan cara-cara untuk menekankan nilai-nilai individu. Pengawasan (surveillance), yang melibatkan pengumpulan informasi yang dibutuhkan.13
Teori uses and gratification mendasarkan pada asumsinya bahwa pemilihan media ditentukan oleh khalayak aktif untuk memenuhi
kebutuhannya. Untuk itu khalayak yang aktif itu sendiri berarti adanya sifat
sukarela serta pilihan selektif khalayak terhadap proses komunikasi.
Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang
ditentukan oleh khalayak sendiri, dan bahwasanya partisipasi aktif dalam
proses komunikasi dapat mempermudah, membatasi atau sebaliknya,
memengaruhi kepuasaan dan menimbulkan berbagai efek yang berkaitan
dengan terpaan media. 14
McQuail (1987) mengkategorikan dampak atau efek isi komunikasi
massa kepada komunikan yaitu: 15
a. Powerful Effect Model
Model ini berkaitan dengan teori Hipodermik Needle yang mengasumsikan bahwa media mempunyai pengaruh yang cukup
membentuk opini dan keyakinan. Secara aktif media juga membentuk
13
Wener J. Severin, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001), h. 356-357.
14
Morrisan, TeoriKomunikasi Massa: Media, Budaya, dan Masyarakat, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia), Cet Ke-2, h. 80.
15
perilaku yang kurang lebih sesuai dengan keinginan orang-orang yang
dapat mengendalikan media dan isinya.
b. Limited Effect Model
Tahap ini juga dikenal sebagai Model Efek Terbatas merentang
dari tahun 1930-an hingga awal tahun 1960-an. Pada model ini khalayak
sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan dan menolak lebih banyak
isi media dari pada menerimanya. Model ini merupakan konsepsi
pengaruh media yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu dari kehidupan
personal dan sosial anggota khalayak. Dua pendekatan pada orientasi
pengaruh terbatas sudah diidentifikasi. Pertama, Perspektif Perbedaan
Individu yakni melihat kekuatan media dibentuk oleh faktor-faktor
personal seperti kecerdasan dan penghargaan diri. Kedua, Kategori Sosial
yakni melihat kekuatan media terbatas oleh asosiasi anggota khalayak dan
afiliasi kelompok.
c. Moderat Effect Model
Model ini dimulai dari tahun 1960-an hingga berlangsung sampai
saat ini. Inti dari perspektif ini adalah gagasan mengenai khalayak aktif
yang menggunakan isi media untuk menciptakan pengalaman dan
menghasilkan kepuasan (atau hasil) tertentu. Perspektif moderat effect
menyatakan pentingnya pengaruh media dapat terjadi pada masa yang
lebih lama sebagai sebuah akibat langsung dari khalayak. Khalayak dapat
membuat media menyajikan tujuan pasti, seperti menggunakan media
Jay G. Blumler (1979) mengemukakan juga sejumlah gagasan mengenai
jenis-jenis kegiatan yang dilakukan khalayak aktif ketika menggunakan media,
yang mencakup: kegunaan (utility), kehendak (intentionality), seleksi (selectivity), dan tidak terpengaruh hingga terpengaruh (imperviousness to influence).16
1. Kegunaan (utility), yakni media memiliki kegunaan dan orang dapat memanfaatkan kegunaan media.
2. Kehendak (intentionality), yakni hal ini terjadi ketika motivasi menentukan konsumsi media.
3. Seleksi (selectivity), yakni penggunaan media oleh khalayak mencerminkan ketertarikan atau preferensinya.
4. Tidak terpengaruh hingga terpengaruh (imperviousness to influence), yakni khalayak menciptakan makna terhadap isi media yang akan mempengaruhi
apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun mereka juga secara aktif
sering menghindar terhadap jenis pengaruh media tertentu.
Audien dalam menggunakan media bersifat aktif dan audien juga memiliki
kebebasan dalam memilih media yang dapat memberikan mereka kepuasaan.
Namun apakah audien sepenuhnya bebas dalam menggunakan media dan
sepenuhnya bebas dalam menggunakan media dan sepenuhnya bebas dalam
menentukan kepuasaan yang mereka inginkan. Dalam hal ini, terdapat
pandangan bahwa dunia dimana audien berada ikut serta menentukan
kebutuhan dan kepuasaan audien terhadap media. Dengan kata lain, kebutuhan
16
dan kepuasaan audien terhadap media tidak bersifat otonom yang tidak
ditentukan semata-mata hanya pada diri individu. Katz dan rekan (1974)
menyatakan bahwa situasi sosial dimana audien berada turut serta terlibat
dalam mendorong atau meningkatkan kebutuhan audien terhadap media
melalui lima cara berikut: 17
1. Situasi sosial dapat menghasilkan ketegangan dan konflik yang
mengakibatkan orang membutuhkan sesuatu yang dapat mengurangi
ketegangan melalui penggunaan media.
2. Situasi sosial dapat menciptakan kesadaran adanya masalah yang menuntut
perhatian. Media memberikan informasi yang membuat kita menyadari
hal-hal yang menarik perhatian kita, dan kita dapat mencari lebih banyak
informasi yang menarik perhatian kita melalui media.
3. Situasi sosial dapat mengurangi kesempatan seseorang untuk dapat
memuaskan kebutuhan tertentu, dan media berfungsi sebagai pengganti atau
pelengkap. Dengan kata lain, terkadang situasi yang kita hadapi menjadikan
media sebagai sumber terbaik atau mungkin satu-satunya yang tersedia.
4. Situasi sosial terkadang menghasilkan nilai-nilai tertentu yang dipertegas
dan diperkuat melalui konsumsi media. Orang terdidik akan memilih media
yang dapat mempertegas atau memperkuat nilai-nilai yang menghargai akal
sehat, kesadaran diri dan ilmu pengetahuan. Namun sebaliknya, media juga
dapat mempertegas atau memperkuat nilai-nilai yang bertentangan dengan
akal sehat.
17
5. Situasi sosial menuntut audien untuk akrab dengan media agar mereka tetap
dapat diterima sebagai anggota kelompok tertentu. Dalam pergaulan sosial,
seseorang yang serba tidak tahu mengenai isu-isu yang menjadi soroton
media akan dianggap sebagai orang yang tidak mengikuti perkembangan
zaman.
Inti dari uses and gratification adalah bahwa khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap
berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan
khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya, media yang mampu memenuhi
kebutuhan khalayak disebut media yang aktif. Namun jika motif khalayak tidak
terpenuhi dan media tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan khalayak, maka
media tersebut dapat dikatakan media yang pasif.
2. Kritik Terhadap Teori Uses and Gratification
Sama dengan teori komunikasi massa lainnya, uses and gratification juga memiliki kelebihan dan kekurangan, yakni kelebihannya; memusatkan
perhatian pada individu dalam proses komunikasi massa, menghargai
kepandaian dan kemampuan konsumen media, menyediakan pemahaman
analisis terhadap bagaimana orang memiliki pengalaman dengan konten media,
membedakan pengguna aktif dan pengguna aktif, mempelajari penggunaan
media sebagai bagian dari interaksi sosial sehari-hari, dan memberikan
pemahaman berguna dalam penggunaan media baru. Lalu kekurangannya
efek, banyak konsep kuncinya yang dikritik karena dinilai tidak dapat diukur,
dan terlalu beorientasi kepada level mikro. 18
Pendekatan uses and gratification telah memicu sejumlah kritik, terutama karena tidak bersifat teoritis, karena masih kabur dan mendefinisikan
konsep-konsep utama (misalnya, “kebutuhan”), dan karena pada dasarnya tak lebih
dari sebuah strategi pengumpulan data. 19
Salah satu kritik mengenai uses and gratification adalah bahwa pendekatan ini terlalu sempit fokusnya, yaitu pada individu. Pendekatan ini
bersandar pada konsep-konsep psikologis seperti kebutuhan, dan mengabaikan
struktur sosial maupun tempat media itu berada dalam struktur tersebut. Salah
satu jawaban dari kritik diatas datang dari Rubin dan Windahl (1986), yang
telah mengusulkan suatu sintesis antara pendekatan manfaat dan gratifikasi
dengan teori ketergantungan. Model manfaat dan ketergantungan Rubin dan
Windhal menempatkan individu di dalam sistem-sistem kemasyarakatan yang
membantu membentuk kebutuhan-kebutuhan mereka. 20
Uses and Gratification, seperti yang dikenal, berbeda dan sangat berpengaruh pada tahun 1970 dan 1980-an. Paradigma pengaruh yang terbatas
sedang goyah pada saat itu, dan teoritikus media membutuhkan sebuah
kerangka yang dapat mereka gunakan untuk membahas keberadaan dampak
media yang nyata tanpa harus menyimpang terlalu jauh dari keortodokan
18
Stanley J. Baran dan Denis K. Davis, Teori Dasar Komunikasi Pergolakan, dan Masa Depan Media Massa, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 302.
19
Wener J. Severin, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2001), h. 358.
20
keilmuan. Ini bukan alasan mengapa Katz, Blumer dan Gurevitch merumuskan
pendekatan ini, tetapi ini merupakan alasan mengapa pendekatan ini memiliki
karakter tertentu. Dua faktor lain yang membentuk bagaimana teori ini dulu
akan dan sekarang digunakan yakni prinsip kesederhanaan dalam
perkembangannya dan memandang media sebagai saluran informasi daripada
simbol. 21
Terlepas dari kritik yang disampaikan tersebut penelitian mengenai
penggunaan dan kepuasan menjadi penting untuk dikaji agar dapat terus
meningkatkan kualitas produk media massa dan mengetahui kebutuhan
khalayak akan media massa.
3. Definisi Konseptual a. Motif
Motif berasal dari kata “motive” yang berarti secara obyektif
merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk menentukan
pilihannya dari berbagai perilaku tertentu, sesuai dengan tujuan.
Sedangkan definisi subyektif motif merupakan dasar bagi seseorang untuk
bergerak, berperilaku, dan bertindak menurut tujuan atau kegiatan
membangkitkan daya gerak yang terdapat pada diri sendiri agar
melaksanakan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan ataupun
kepuasaan. 22
21
Richard West and Lynn H. Turner, pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 113.
22
Setiap individu memiliki alasan untuk melakukan sesuatu, begitu juga
dengan alasan untuk menggunakan media. Setiap individu memiliki
beberapa alasan dalam menggunakan media untuk mencapau kepuasan.
McQuail dan rekan (1972) mengemukakan empat alasan mengapa audien
menggunakan media23:
a. Pengalihan (diversion); yaitu melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari. Mereka yang sudah lelah bekerja seharian membutuhkan
media sebagai pengalih perhatian dari rutinitas.
b. Hubungan personal; hal ini terjadi ketika orang menggunakan media
sebagai pengganti teman.
c. Identitas personal; sebagai cara untuk memperkuat nilai-nilai individu.
Misalnya, banyak pelajar yang merasa lebih bisa belajar jika ditemani
alunan musik dan radio.
d. Pengawasan (surveillance); yaiyu informasi mengenai bagaimana media membantu individu mencapai sesuatu. Misal, orang membaca
koran untuk membantunya memahami jalannya sistem pemerintahan.
Pada dasarnya setiap tindakan yang dilakukan oleh individu
dikarenakan adanya dorongan dari motif-motif tertentu. Begitu pula
dengan penggunaan media massa. Media massa dianggap mampu
memenuhi berbagai motif khalayak. Jika motif tersebut terpenuhi, maka
kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Menurut Denis McQuail, ada empat
23
kategori motif pengkonsumsian media bagi individu secara umum, yakni:
24
I. Motif Informasi (surveillance)
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis,
pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin-tahu dan minat umum.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
II. Motif Identitas pribadi (personal identity) a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model perilaku.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).
d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
III. Motif Integrasi dan interaksi sosial (personal relationship)
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati
sosial.
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa
memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari manusia.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
24
f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi
sanak-keluarga, teman, dan masyarakat.
IV. Motif Hiburan (diversion)
a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan.
b. Bersantai.
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d. Mengisi waktu.
e. Penyaluran emosi.
Berbagai motif yang mendorong individu menggunakan media massa,
akan tumbuh semacam harapan yang dicarikan pemuasaannya melalui
media massa sebagai perwujudan dari motif yang ada. Salah satu macam
riset uses and gratification yang saat ini berkembang adalah yang dibuat oleh Phiplip Palmgreen dari Kentucky University.
Kebanyakan riset uses dan gratification memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang memengaruhi penggunaan media.
Palmgreen juga menggunakan dasar yang sama yaitu orang menggunakan
media didorong oleh motif-motif tertentu, namun konsep yang diteliti oleh
model Palmgreen ini tidak berhenti disitu, dengan menanyakan apakah
motif-motif khalayak itu telah dapat dipenuhi oleh media. Konsep
media) berdasarkan pada kepercayaan dan evaluasi-evaluasi mereka
tentang dunia tersebut. 25
b. Kepuasaan
Kepuasaan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu
produk dan harapan-harapannya. Kepuasaan merupakan fungsi dari kesan
kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak
puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja
melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang. Kepuasaan pelanggan
yang tinggi menciptakan kelekatan emosional terhadap merek. Hasilnya
adalah kesetian pelanggan. 26
Kepuasaan dalam penelitian ini lebih dimaksudkan pada
terpenuhinya kebutuhan khalayak dalam kegiatan menggunakan media
massa berdasarkan tujuan dan motif tertentu seperti kebutuhan informasi,
identitas pribadi, integrasi dan interaksi personal dan hiburan. Untuk
mencapai kepuasaan tersebut setiap individu bersifat aktif dan selektif
dalam menggunakan atau memilih jenis media yang sesuai dengan
kebutuhan agar tercipta kepuasaan.
25
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 206.
26
Banyak peneliti yang membagi kategori yang berbeda-beda mengenai
kepuasan, namun ada satu ukuran yang disepakati di antara mereka. Empat
kategori utama yang diajukan McQuail sangat khas, yakni:27
1. Pengalihan
(a) Melarikan diri dari tekanan rutinitas
(b) Melarikan diri dari beban masalah
(c) Pelepasan emosi
2. Relasi personal
(a) Persahabatan
(b) Kegunaan sosial
3. Identitas pribadi
(a) Rujukan pribadi
(b) Eksplorasi realitas
(c) Penguatan nilai
4. Pengawasan. Ini adalah kebutuhan informasi mengenai sebuah dunia
kompleks di mana kita hidup.
Kepuasan atau ketidakpuasan pembaca merupakan selisih antara
apa yang diharapkan dengan apa yang didapatkan. Dalam hal ini kepuasan
atau ketidakpuasan pembaca akan dilihat dari penelitian ini. Tingkat
kepuasan pembaca terhadap Tabloid LPM Institut merupakan evaluasi
yang subyektif dari mahasiswa mengenai kesesuaian yang mereka
harapkan dengan hasil yang didapat setelah membaca Tabloid tersebut.
27
Pembaca akan merasa puas apabila hasil yang mereka dapatkan setelah
membaca sesuai atau melebihi harapan mereka sebelum membaca. Selain
itu, pembaca akan merasa tidak puas jika apa yang mereka harapkan tidak
terpenuhi ketika sudah membaca Tabloid tersebut.
Untuk mengukur tingkat kepuasan audience, maka harus diketahui terlebih dahulu motif audiens dalam menggunakan media, setelah itu baru
dapat mengungkapkan tingkat kepuasaan audiens setelah menggunakan
atau mengonsumsi media tertentu. Kepuasan yang diperoleh khalayak dari
penggunaan media terbagi menjadi Gratification Sought (kepuasan yang dicari) dan Gratification Obtained (kepuasaan yang diperoleh).
Philip Palmgreen darai Kentucky University menjelaskan bahwa
Gratification Sought (GS) adalah kepuasaan yang dicari atau diinginkan individu ketika mengonsumsi suatu jenis media (radio, televisi, Koran).
Gratification Obtained (GS) adalah kepuasan yang nyata yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media tertentu. 28
a. Gratification Sought (GS)
Gratification Sought (GS) yakni kepuasaan yang dicari atau diinginkan individu dalam menggunakan media tertentu. GS juga bisa
diartikan sebagai motif yang timbul dari sejumlah kebutuhan yang ingin
dicapai individu pada objek tertentu. Hal ini mendorong individu untuk
menggunakan suatu media tertentu yang berkaitan dengan keinginan untuk
mencari kepuasaan atas kebutuhan tersebut. Dalam penelitian ini,
28
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi aktif UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2013-2014 juga memiliki motif tertentu
dalam membaca Tabloid Institut. Kategori motif individu yang menjadi
acuan adalah menurut McQuail.
b. Gratification Obtained (GO)
Gratification Obtained (GO) adalah kepuasaan nyata yang diperoleh setelah menggunakan media. GO juga bisa diartikan sebagai sejumlah
nyata yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
tertentu setelah individu tersebut menggunakan media. Dalam penelitian
ini adalah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah proses membaca Tabloid
LPM Institut. Indikator untuk menukur GO sama dengan indikator
mengukur GS menurut Denis McQuail.
Dalam hal ini, peneliti mengukur GS dan GO untuk mengetahui
kepuasaan khalayak berdasarkan kesenjangan antara GS dengan GO.
Dengan kata lain, kesenjangan kepuasaan (discrepancy gratification) adalah perbedaan perolehan kepuasaan yang terjadi antara skor GS dan
GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil kesenjangannya,
semakin puas individu dalam menggunakan media tersebut. Sebaliknya
semakin besar nilai kesenjangan antara GS dan GO maka semakin tidak
puas individu dalam menggunakan media.29
29
Bagan 2
Model Expectancy Values
Sumber : Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, 2007, 208
Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan rentetan penggunaan
media oleh individu yang menimbulkan kepuasan. Pencarian kepuasan
(GS) dilatarbelakangi adanya kepercayaan dan evaluasi penilaian
seseorang terhadap sebuah media massa berdasarkan pengalaman.
Individu memiliki penilaian dan kepercayaan terhadap salah satu media
massa yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya. Adanya pencarian
kepuasan (motif) yang mendukung oleh penilaian dan kepercayaan
terhadap sebuah media massa, medorong seseorang mengkonsumsi media.
Setelah konsumsi media terjadi, akan terlihat kepuasan yang nyata yang
diperoleh. Apakah dapat memenuhi motif awal dalam menggunakan media
massa yang bersangkutan atau tidak. Berdasarkan teori ini, pengukuran
kepuasan dalam sebuah penelitian harus dilakukan dengan menanyakan
motif dan kepuasan yang dicari dan diinginkan seseorang (GS), kemudian
menanyakan kembali apakah motif dan harapan tersebut bisa dipenuhi
Kepercayaan-kepercayaan (beliefs)
Evaluasi-evaluasi
Pencarian Kepuasaan (GS)
Perolehan Kepuasaan yang diterima (GO)
oleh media yang bersangkutan. Artinya, kita bisa mengetahui kepuasan
nyata yang diperoleh seseorang (GO). 30
Indikator terjadinya kesenjangan kepuasaan atau tidak adalah sebagai
berikut 31:
1) Jika mean skor (rata-rata skor) GS lebih besar dari mean skor GO (mean skor GS > mean skor GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan, karena kebutuhan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan
kebutuhan yang diinginkan. Media tidak memuaskan khalayaknya.
2) Jika mean skor GS sama dengan mean skor GO (GS=GO), maka tidak terjadi kesenjangan kepuasaan karena jumlah kebutuhan yang
diinginkan semuanya terpenuhi namun biasa-biasa saja (balance). 3) Jika mean skor GS lebih kecil dari mean skor GO (GS < GO), maka
terjadi kesenjangan kepuasan karena kebutuhan yang diperoleh lebih
banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan
kata lain bahwa media tersebut memuaskan khalayaknya.
Semakin besar kesenjangan mean skor (GS > GO) yang terjadi, maka makin tidak memuaskan media tersebut bagi khalayaknya. Sebaliknya
semakin kecil kesenjangan mean skor (GS < GO) yang terjadi, maka makin memuaskan media tersebut bagi khalayaknya.
30
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. Ke-2, h. 208.
31
4. Pers Mahasiswa
Pers mahasiswa merupakan salah satu jenis pers yang terdapat di
Indonesia. Pers mahasiswa bisa dibilang sebagai pers komunitas karena
memiliki jangkauan wilayah sirkulasi yang sangat terbatas. Kebijakan
pemberitaan pers komunitas lebih banyak diarahkan untuk mengangkat
berbagai potensi dan masalah aktual di daerah komunitas tersebut. Fungsi yang
lebih banyak dikembangkan pada pers komunitas adalah penyebaran informasi
dan edukasi. 32
Sifat khas dari pers mahasiswa ini adalah bahwa mahasiswa pada umumnya
sesuai dengan alam pikiran universitas, mempergunakan pengetahuannya demi
perbaikan mahasiswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan kesediaan
masing-masing.33
Pers mahasiswa bisa juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
khalayak pembaca yang berada dalam lingkungan tersebut. Pers mahasiswa
adalah penerbitan pers dalam bentuk majalah, tabloid, newsletter, atau media
online yang dikelola oleh mahasiswa. Seluruh proses mulai dari mencari berita,
penulisan, tata letak, pracetak dan distribusi dilakukan oleh mahasiswa.
Dilihat dari sejarah, Pers mahasiswa pertama kali dikukuhkan oleh
tokoh-tokoh pers mahasiswa tahun-tahun 1950-an, seperti Nugroho Notosusanto,
Teuku Jacob, Koesnadi Hardjasumantri ketika melahirkan Ikatan Wartawan
Indonesia (IWMI), Serikat Pers Mahasiswa Indonesia (SPMI) dan kedua
32
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), Cet Ke-2, h 41.
33
organisasi ini akhirnya meleburkan diri menjadi Ikatan Pers Mahasiswa
Indonesia (IPMI). Jenis Pers mahasiswa yang muncul seperti Bumi Siliwangi
(IKIP), Gajah Mada (UGM), IDEA (IPB), dan lain-lain. 34
Pimpinan IPMI yang baru pada waktu itu adalah Anis Ibrahim, AT Birowo,
Wisaksono, Noeradi, Alex Rumundor, dan Syarif Saleh. Pada masa demokrasi
terpimpin, setiap surat kabar dan pers pada umumnya menyuarakan
aspirasi-aspirasi dari partai dan golongan politik dan IPMI dituduh adalah anak
Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia. Hal tersebut menyebabkan pimpinan
IPMI membuat surat pernyataan yang berbunyi IPMI tidak dapat dan tidak
boleh menjadi pembawa suara sesuatu golongan tertentu dikalangan mahasiswa
Indonesia. Lalu pada masa demokrasi orde baru, IPMI mencapai kembali
puncak kebesarannya yang juga diperoleh di sekitar tahun 1950-an, diikuti
dengan diterbitkannya Harian Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). 35
Pada tahun 1971 sampai dengan tahun 1974 merupakan kemunduran
kembali pers mahasiswa Indonesia. Setelah harian KAMI melepaskan dirinya,
banyak pula penerbitan IPMI yang besar mati. Sejalan dengan format baru
politik Indonesia, aktivitas kemahasiswaan termasuk pers mahasiswa
dilokalisir di dalam kampus. Seluruh penerbitan-penerbitan (pers mahasiswa)
mahasiswa yang terbit di dalam kampus diberi subsidi penerbitan melalui
34
Amir Effendi Siregar, Pers Mahasiswa Indonesia Patah Tumbuh Hilang Berganti, (Jakarta: PT. Karya Unipress, 1983), Cet. Ke-1, h. 36.
35
Universitasnya. Dengan demikian terjadilah ketergantungan pers mahasiswa
pada pimpinan Universitas. 36
B.Kerangka Berpikir
Teori uses and gratification menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana audien sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam
menggunakan media berdasarkan orientasi tujuan mereka, inisiatif untuk
mendapatkan kepuasan media, media bersaing dengan sumber kepuasan lain dan
audiens sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif dan penggunaan media
serta penilaian isi media ditentukan sendiri oleh audiens. 37
Masyarakat membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka
dalam hal memperluas wawasan pengetahuan, memahami kebutuhan serta
peranannya dalam masyarakat. Dalam mencari kebutuhan akan informasi pun,
kini masyarakat bersikap lebih aktif. Mereka akan memilih media massa yang bisa
memenuhi kebutuhan atau motif mereka akan informasi.
Begitupun dengan mahasiswa sebagai civitas akademik, mereka akan
mencari atau memilih media massa (pers mahasiswa) yang bisa memenuhi
kebutuhan akan informasi yang berada di lingkungan kampus. Tabloid LPM
Institut sebagai salah salah satu pers mahasiswa yang terdapat di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pun dituntut untuk memberikan berita-berita yang bersifat
aktual, faktual, dan mampu memenuhi kebutuhan khalayak akan informasi seputar
lingkungan UIN Jakarta. Namun ketika peneliti mencoba survei kebeberapa
36
Amir Effendi Siregar, Pers Mahasiswa Indonesia Patah Tumbuh Hilang Berganti, (Jakarta: PT. Karya Unipress, 1983), Cet. Ke-1, h. 53-54.
37
mahasiswa mengenai motif