• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL

2.1 Definisi Novel

Sebagai bagian dari sastra, novel telah menarik banyak perhatian dan minat banyak kalangan terutama dari kalangan muda. Novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan dan dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya juga bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2019: 5). Selain itu Aziez dan Hasim (2010: 7) berpendapat novel merupakan sebuah genre sastra yang memiliki bentuk utama prosa yang menggambarkan kehidupan nyata dalam suatu plot yang cukup kompleks.

Dalam hal ini novel dijelaskan sebagai sebuah karya sastra berbentuk fiksi yang melibatkan imajinasi dan kehidupan yang dialami oleh pengarang itu sendiri dan dituangkan kedalam bentuk cerita, yang disusun melalui unsur-unsur instrinsik novel itu sendiri. Nurgiyantoro (2019: 19-22) membagi novel menjadi dua yaitu novel serius dan novel populer.

Novel serius adalah novel yang hanya populer pada masanya dan banyak penggemarnya, terutama dikalangan para remaja. Novel ini menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu mengikuti zaman keluarnya novel tersebut, tetapi hanya pada tingkat permukaannya saja. Novel populer tidak

15

menampilkan permasalahan kehidupan secara intens. Novel serius adalah novel yang menceritakan pengalaman dan permasalahan kehidupan yang dijelaskan sampai ke inti hakikat kehidupan yang universal. Selain memberikan hiburan, novel serius juga bertujuan memberikan pengalaman berharga atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih tentang permasalahan yang diangkat.

Novel “Ningen Shikakku” termasuk kedalam novel populer, karena novel ini membawa permasalahan yang ringan dan mengikuti zaman serta disukai oleh para kalangan remaja. Meskipun novel ini termasuk kedalam novel populer akan tetapi novel ini juga memiliki amanat-amanat yang terkandung didalamnya.

2.2 Unsur-unsur Instrinsik Novel

2.2.1 Tema

Istilah tema menurut Scharbach berasal dari bahasa Latin yang berarti

‘tempat meletakkan suatu perangkat’. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang untuk memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 2000:

91). Menurut Aminuddin dalam Siswanto (2008: 161) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya.

Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa oleh pengarangnnya. Brooks menjelaskan bahwa dalam mengapresiasikan tema suatu cerita apresiator harus memahami ilmu-ilmu humanis karena tema

16

merupakan pendalaman dan hasil perenungan pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan dan masalah lain yang bersifat universal. Dalam hal ini tema tidaklah berada di luar cerita tetapi berada di dalamnya. Akan tetapi meskipun termasuk kedalam cerita tidaklah terumus dalam satu atau dua kalimat tetapi tersebar dibalik unsur-unsur yang signifikan atau media pemapar prosa (Aminuddin, 2000: 92).

Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang menjadi pondasi suatu cerita pada karya sastra. Untuk mengetahui sebuah tema tentu tidaklah mudah.

Karena dalam mengetahui sebuah tema, seorang pembaca harus tahu isi atau kesimpulan dari seluruh cerita yang dibuat oleh pengarang. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa novel tersebut bertemakan kegagalan manusia yang menderita dan tidak mempunyai semangat untuk hidup. singkatnya, Ningen Shikkaku menunjukan sifat, tindakan, situasi, waktu dan tempat yang menggambarkan derita demi derita yang dialami tokoh utama.

hidup dalam keseluruhan isi cerita.

2.2.2 Alur

Menurut Abrams alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapantahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan para pelaku dalam suatu cerita (Siswanto, 2008: 159).

Pendapat ini juga sejalan dengan Nurgiyantoro yang mengatakan bahwa

17

alur adalah berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan surprise pada pembaca. Plot atau alur juga merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan (2019: 168-169). Montage dan Hensaw dalam Aminuddin (2000: 84) menjelaskan tahapan peristiwa dalam alur suatu cerita tersusun dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.

b. Inciting Force, yaitu tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun prilaku yang bertentangan dari pelaku.

c. Rising Action, yaitu situasi menjadi karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik.

d. Crisis, yaitu situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya.

e. Climax, yaitu situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri. 18

f. Falling Action, yaitu kadar konflik sudah menurun hingga ketegangan dalam cerita mulai mereda sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita.

Nurgiyantoro (2019: 213-215) menjelaskan alur terbagi menjadi tiga jenis

18 yaitu sebagai berikut:

1. Alur maju (Progresif), yaitu jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis yang menyebabkan terjadinya sebab akibat. Secara runtut cerita hal ini dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).

2. Alur mundur (Flashback), yaitu urutan alur dalam karya fiksi tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal dikisahkan.

3. Alur campuran, yaitu urutan alur bersifat kronologis akan tetapi sering adanya adegan-adegan yang bersifat kilas balik.

Berdasarkan uraian-uraian diatas novel “Ningen Shikakku” memiliki urutan cerita yang berurutan dimulai dari Exposition sampai Falling Action dan memiliki alur campuran.

2.2.3 Penokohan

Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan (Aminuddin, 2000: 79).

Penokohan sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.

19

Jones dalam Nurgiyantoro mengemukakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”

sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas pada pembaca.

Penokohan juga kadang menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam cerita (2019:247- 248). Tokoh dapat dibedakan berdasarkan dari segi peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita yaitu:

1. Tokoh Utama Tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

2. Tokoh Tambahan 20 Tokoh yang jarang sekali muncul dalam cerita. Tokoh ini sering sekali digunakan sebagai pelengkap dalam cerita dan kemunculannya hanya ketika ada hubungan dengan tokoh utama baik itu langsung atau tidak.

Dilihat berdasarkan dari segi fungsinya Nurgiyantoro membagi tokoh dalam cerita menjadi dua yaitu:

1. Tokoh Protagonis Tokoh yang paling dikagumi dan membawa nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.

2. Tokoh Antagonis Tokoh yang menyebabkan konflik dalam cerita dan memiliki sifat yang berlawanan dengan tokoh protagonis.

20

Dalam novel “Ningen Shikkaku” banyak sekali tokoh yang terlibat tetapi tokoh utama dalam novel ini adalah Oba Yozo karena hampir semua konflik dalam novel melibatkan dia.

2.2.4 Latar

Latar atau Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisik dan psikologis.

Setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu (Aminuddin, 2000:

67-68).

Kenny dalam Siswanto (2008: 149) mengungkapkan cakupan latar cerita dalam cerita fiksi yang meliputi penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya sebuah tahun, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.

Nurgiyantoro (2019: 314) menjelaskan bahwa latar dibedakan kedalam tiga jenis yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

1. Latar tempat Latar tempat menunjukkan terjadinya peristiwa tertentu yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

21

Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Dalam novel

“Ningen Shikkaku” latar tempat yang digunakan ada banyak tetapi yang paling sering digunakan dan menjadi tempat awal mula konflik adalah kota Tokyo.

2. Latar Waktu 22 Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”

terjadi peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual dan waktu yang dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Latar waktu dalam novel “Ningen Shikkaku” adalah dari masa kecil Oba Yozo di kampung halaman hingga ia berusia 27 tahun.

3. Latar Sosial Latar sosial menunjukkan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal tersebut dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.

Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan misalnya rendah, menengah, atau atas. Latar sosial dalam novel “Ningen Shikkaku” adalah kehidupan sosial masyarakat Jepang pada umumnya seperti kepercayaan terhadap jimat dan hal-hal gaib. Selain itu adanya perbedaan status sosial antar tokoh.

22

Seperti Oba Yozo yang merupakan orang kaya dan anak anak dari seorang pejabat parlemen di Tokyo, berbeda dengan para tokoh yang lain yang rata-rata semuanya berasal dari kalangan menengah dan bawah.

2.2.5 Sudut Pandang

Menurut Siswanto sudut pandang adalah tempat pengarang memandang ceritanya. Dari tempat itulah pengarang bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan gayanya sendiri (2008: 151).

Nurgiyantoro (2019: 346) membagi sudut pandang menjadi tiga yaitu:

1. Sudut pandang persona ketiga “Dia” Penggunaan cerita dengan sudut pandang ketiga , gaya “dia”. Pengarang adalah seseorang yang tidak terlibat atau berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya seperti ia, dia, mereka.

2. Sudut pandang persona pertama “Aku” Penggunaan cerita dengan sudut pandang pertama, gaya “aku”. Pengarang adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah “aku” tokoh yang mengisahkan kesadarannya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui atau dialaminya sendiri serta sikapnya terhadap tokoh lain terhadap pembaca.

3. Sudut pandang campuran Penggunaan sudut pandang lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain tergantung dari cerita yang dituliskannya.

23

Sudut pandang pada novel “Ningen Shikakku” menggunakan sudut pandang persona pertama “Aku”. Pengarang ikut terlibat dalam cerita yang diceritakan.

2.2.6 Amanat

Amanat adalah gagasan atau pokok pikiran yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto, 2008: 162).

Dilihat dari pendapat diatas bisa dikatakan bahwa amanat adalah pesan moral dan nilai-nilai positif yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang ia sampaikan kepada pembaca.

2.3 Pendekatan Struktural dalam Karya Sastra

Menurut Satoto (1993 : 32) pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

Menurut Teeuw analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makan menyeluruh (Siswanto, 2008: 185). Nurgiyantoro 25 berpendapat bahwa strukturalisme dipandang sebagai salah satu pendekatan

24

kesastraan yang menekankan kajian hubungan antarunsur intrinsik pembangun karya yang bersangkutan dan analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, mesti fokus pada unsur-unsur instrinsik pembangunnya. Ia dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur instrinsik yang bersangkutan. Dengan pendekatan struktural penulis dapat menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur instrinsik pada karya sastra.

Sehingga penulis bisa mengetahui fungsi dan keterkaitan antar unsur instrinsik tersebut.

2.4 Biografi Pengarang

Sastrawan kontemporer Shūji Tsushima (津島修治 Tsushima Shūji) atau lebih

dikenal sebagai Osamu Dazai (太宰 治 Dazai Osamu) adalah seorang sastrawan

& pengarang buku fiksi yang paling terkenal di abad 20 di Jepang. Karya-karyanya dicirikan sebagai standar klasik bagi sastra kontemporer yang memiliki ciri khas gaya semi autobiografis dan transparansi terhadap kehidupan personalnya. Lahir di Aomori, 19 Juni 1909, karya-karya Dazai tumbuh diawal masa setelah PD II (Perang Dunia II) sebagai karya sastra yang bertemakan gelap dan masam dan menggambarkan situasi sosial yang tepat bagi pemuda Jepang pada masa itu dikarenakan rasa nihilisme dan kebingungan setelah masa perang.

Dazai merupakan anak dari saudagar kaya pemilik tanah sekaligus politisi, dan sering menggunakan latar belakang kehidupan aslinya sebagai bahan untuk menulis karya sastra, walau tema dominan dalam karyanya merupakan tema yang gelap; Dazai juga terkenal akan tulisan yang humoris. Sejak masa mudanya ia

25

tertarik dengan karya-karya sastra Jepang namun tidak menutupnya dari pengaruh literatur asing yang kadang menjadi referensi dalam menyusun plot dalam karyanya. Pada saat umur 18 (1927) tahun ia memasuki Universitas Hirosaki dan mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap kesusastraan dengan mempublikasi berbagai macam karya tulis, bahkan menerbikan majalah “Saibou Bungei”(細胞

文芸 – Literatur Sel)ketika masa perkuliahannya. Pada 3 tahun yang sama, salah

satu sastrawan idolanya – Akutagawa Ryuunosuke meninggal bunuh diri.

Dikarenakan kejadian tersebut, Dazai mulai melupakkan kuliah dan mulai terjerumus dengan alcohol, narkoba, dan prostitusi. Walau sempat mencoba bunuh diri tahun 1929 ia berhasil selamat dan lulus dari universitas.

Tahun 1930 merupakan masa muda yang cukup kelam bagi Dazai dikarenakan selain ia tidak diakui oleh keluarganya, ia sempat akrab dengan wanita-wanita lain seperti seorang geisha dan pelayan bar; di Kamakura, ia mencoba bunuh diri dengan wanita pelayan bar tersebut, namun hanya wanita itu yang meninggal – Dazai sekali lagi diberikan kutukan untuk melanjutkan hidup dan hanya berujung pada perawatan rumah sakit. Bahkan setelah ia bergabung dengan Partai Komunis dan mencoba untuk kabur dari keluarganya, kakaknya yang bernama Bunji Tsushima mencabut tunjangan bulanannya dan mengancam Dazai untuk tidak memberikan uang lagi jika Dazai masih memiliki koneksi dengan hal

yang berbau Komunis.

Di antara tahun 1930 sampai 1940, Dazai mempublikasi novel yang mulai mencirikan kekhasan gaya sudut pandang pertama dan autobiografinya, salah

26

satunya adalah Omoide (思い出 Ingatan, 1933), Douke no Hana (道化の花 Bunga

Sang Badut, 1935), Bannen (晩年 Orang Tua, 1936), Hashire Merosu (走れ!メロ

ス Larilah! Melos, 1940). Setelah Perang Dunia II, novel buatannya mencapai

popularitas yang sangat besar, diantaranya adalah Shayou (斜陽 Matahari

Terbenam, 1947) dan Ningen Shikkaku (人間失格 Manusia Gagal, 1948). Dazai

memiliki 3 anak, salah satunya adalah Tsushima Satoko (Nama pena: 津島 佑子

Tsushima Yuuko) yang telah menjadi novelis terkenal dengan ciri khas tema feminim dan kewanitaan. Seminggu sebelum ulang tahunnya, Osamu Dazai meninggal bunuh diri dengan pasangannya, Yamazaki Tomie di kanal Tamagawa dengan menenggelamkan diri. Karya terakhirnya yang masih dalam pembuatan berjudul Guddo-bai (グッド・バイ Selamat Tinggal, 1948).

2.5 Sinopsis Cerita

Bercerita tentang seorang pemuda yang bernama Oba Yozo, yang terlahir dari keluarga kaya tetapi di dalam kehidupan sehari-harinya dia merasa telah gagal sebagai seorang manusia. Dia selalu merasa tersingkir dari kehidupan sosial lingkungannya dan bahkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Masa kanak-kanaknya pun tidak menyenangkan, karena selalu tertekan dengan sikap ayahnya yang memegang otoritas penuh terhadap dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang sangat berdampak pada keseharian Oba Yozo saat dirinya tumbuh dewasa sehingga menimbulkan banyak masalah dalam pribadi kehidupannya.

27

Oba Yozo tumbuh menjadi seorang pemabuk, perokok, sering pergi ke klub malam dan banyak bercinta dengan wanita dan dia pun sempat mengikuti gerakan anti pemerintah. Dia bahkan melakukan percobaan bunuh diri bersama wanita yang bekerja di sebuah bar. Malangnya, hanya wanita tersebut saja yang ditemukan meninggal, sedangkan Yozo ditemukan masih hidup dan segera dilarikan ke rumah sakit. Kejadian tersebut sangat membuat Yozo merasa bersalah terhadap kematian wanita tersebut. Bahkan rasa bersalah tersebut sangat mempengaruhi kehidupannya ke depan. Akibat kejadian itu juga, kecemasan Yozo terhadap opini masyarakat juga semakin membesar.

Di lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, pertemanan, danlingkungan sekitarnya, Oba Yozo selalu takut dan cemas akan kritikan dan penolakan dari orang-orang di sekitarnya yang menjadikannya seseorang yang mempunyai perasaan hipersensitif. Membungkus keterasingannya dan kecemasan terhadap persepsi orang lain dengan sebuah senyuman palsu dan sikap yang konyol agar selalu diterima oleh teman-temannya. Kecemasannya terhadap tanggapan masyarakat sekitar membuat dirinya semakin berpikir dia adalah manusia yang gagal.

Di tengah ketakutannya terhadap lingkungan sosial dan masyarakat, Yozo bertemu seorang gadis lugu penjaga toko yang untuk sesaat dapat menghilangkan berbagai kecemasan yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya Yozo pun memutuskan untuk menikah dengannya. Setelah menikah, Yozo mencoba untuk menjalani kehidupan normal yang selama ini dia inginkan dengan mulai bekerja kembali sebagai ilustrator komik guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

28

keluarganya. Namun sayang, keadaan tersebut pun tidak berlangsung lama, setelah Yozo menemukan istrinya tengah berselingkuh dengan seorang pedagang kerdil. Hal ini sangat membuat Yozo tertekan dan kembali memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri yang kedua.

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL “NINGEN SHIKAKKU”

KARYA DAZAI OSAMU

3.1 Analisis Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang dan Amanat yang ada dalam Novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu.

3.1.1 Tema

- Cuplikan halaman 131

Kini aku bahkan memiliki kecurigaan terhadap keelokan, segalanya jadi sulit dimengerti, dan satu-satunya yang dapat aku andalkan adalah alkohol.

Tampangku jadi compang-camping. Dari pagi aku sudah minum shochu. Gigiku bolong-bolong. Sebagian besar komik yang kugambar pun mendekati komik porno. Tidak. Kuakui dengan jujur: sejak saat itu, akumulai membajak komik erotis dan menjualnya di pasar gelap. Aku cuma ingin uang untuk membeli shochu. Yoshiko terus terlihat gelisah dan menghindari tatapanku. Dia itu perempuan yang tidak tahu bagaimana bersikap waspada sama sekali. Apa itu mungkin berarti insiden dengan si pedagang terjadi lebih dari sekali? Apa dengan Horiki juga? Atau bahkan juga dengan orang yang tak aku kenal, batinku.

Namun, aku tak punya keberanian untuk mengungkap kebenaran dengan

29

menanyakannya, hanya bisa berusaha menghanyutkan kegelisahan dan ketakutan yang serasa memerasku itu dengan meneguk shochu.

Analisis:

Dari cuplikan di atas menjelaskan kondisi fisik Oba Yozo yang semakin memburuk ditambah lagi dengan rasa kecurigaan terhadap istri dan Horiki nya yang mungkin mengkhianatinya, Oba Yozo semakin kalut dalam kegelisahan dan ketakutan yang menyelimutinya, ia hanya bisa melakukan pekerjaannya yaitu menggambar hal hal ilegal demi mendapatkan uang untuk membeli alkohol.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa novel tersebut bertemakan kegagalan manusia yang selalu menderita dan tidak mempunyai semangat untuk hidup. singkatnya, Ningen Shikkaku menunjukan sifat, tindakan, situasi, waktu dan tempat yang menggambarkan derita demi derita yang dialami tokoh utama.

3.1.2 Alur

Teori Montage dan Hensaw tentang alur yang berdasarkan tahapan yaitu:

a. Exposition

Cerita bermula ketika Oba Yozo lahir sebagai anak bungsu dari sepuluh bersaudara, masa kanak-kanaknya dihabiskan hanya terbaring karena kondisinya yang lemah dan sakit-sakitan. Oba Yozo lahir di keluarga terpandang di Tohoku.

Oba Yozo mulai tidak merasakan hasrat manusiawi yaitu sensasi lapar.

Ketakutan nya pada lingkungan sosial dimulai dari rasa takut yang sangat berlebihan kepada ayahnya ditambah lagi ia mendapat pelecehan seksual dari pembantu di rumahnya, ia semakin trauma terhadap lingkungan sosial. Dalam

30

hal pendidikan Oba Yozo adalah anak yang pintar, ia pertama kali mendapatkan teman pada saat SMA yaitu Takeichi dan mulai mengembangkan bakatnya pada dunia seni. Ia selalu was was dalam bergaul, satu-satunya keahliannya adalah melawak. Iya sangat takut terhadap pandang orang terhadap dirinya, itulah yang membuat dia seperti memakai topeng setiap hari di sekolah.

Analisis:

Berdasarkan cerita di atas, dapat dilihat tahap Exposition yakni tahap awal

Berdasarkan cerita di atas, dapat dilihat tahap Exposition yakni tahap awal

Dokumen terkait