• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL

2.5 Sinopsis Cerita

Bercerita tentang seorang pemuda yang bernama Oba Yozo, yang terlahir dari keluarga kaya tetapi di dalam kehidupan sehari-harinya dia merasa telah gagal sebagai seorang manusia. Dia selalu merasa tersingkir dari kehidupan sosial lingkungannya dan bahkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Masa kanak-kanaknya pun tidak menyenangkan, karena selalu tertekan dengan sikap ayahnya yang memegang otoritas penuh terhadap dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang sangat berdampak pada keseharian Oba Yozo saat dirinya tumbuh dewasa sehingga menimbulkan banyak masalah dalam pribadi kehidupannya.

27

Oba Yozo tumbuh menjadi seorang pemabuk, perokok, sering pergi ke klub malam dan banyak bercinta dengan wanita dan dia pun sempat mengikuti gerakan anti pemerintah. Dia bahkan melakukan percobaan bunuh diri bersama wanita yang bekerja di sebuah bar. Malangnya, hanya wanita tersebut saja yang ditemukan meninggal, sedangkan Yozo ditemukan masih hidup dan segera dilarikan ke rumah sakit. Kejadian tersebut sangat membuat Yozo merasa bersalah terhadap kematian wanita tersebut. Bahkan rasa bersalah tersebut sangat mempengaruhi kehidupannya ke depan. Akibat kejadian itu juga, kecemasan Yozo terhadap opini masyarakat juga semakin membesar.

Di lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, pertemanan, danlingkungan sekitarnya, Oba Yozo selalu takut dan cemas akan kritikan dan penolakan dari orang-orang di sekitarnya yang menjadikannya seseorang yang mempunyai perasaan hipersensitif. Membungkus keterasingannya dan kecemasan terhadap persepsi orang lain dengan sebuah senyuman palsu dan sikap yang konyol agar selalu diterima oleh teman-temannya. Kecemasannya terhadap tanggapan masyarakat sekitar membuat dirinya semakin berpikir dia adalah manusia yang gagal.

Di tengah ketakutannya terhadap lingkungan sosial dan masyarakat, Yozo bertemu seorang gadis lugu penjaga toko yang untuk sesaat dapat menghilangkan berbagai kecemasan yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya Yozo pun memutuskan untuk menikah dengannya. Setelah menikah, Yozo mencoba untuk menjalani kehidupan normal yang selama ini dia inginkan dengan mulai bekerja kembali sebagai ilustrator komik guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

28

keluarganya. Namun sayang, keadaan tersebut pun tidak berlangsung lama, setelah Yozo menemukan istrinya tengah berselingkuh dengan seorang pedagang kerdil. Hal ini sangat membuat Yozo tertekan dan kembali memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri yang kedua.

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL “NINGEN SHIKAKKU”

KARYA DAZAI OSAMU

3.1 Analisis Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang dan Amanat yang ada dalam Novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu.

3.1.1 Tema

- Cuplikan halaman 131

Kini aku bahkan memiliki kecurigaan terhadap keelokan, segalanya jadi sulit dimengerti, dan satu-satunya yang dapat aku andalkan adalah alkohol.

Tampangku jadi compang-camping. Dari pagi aku sudah minum shochu. Gigiku bolong-bolong. Sebagian besar komik yang kugambar pun mendekati komik porno. Tidak. Kuakui dengan jujur: sejak saat itu, akumulai membajak komik erotis dan menjualnya di pasar gelap. Aku cuma ingin uang untuk membeli shochu. Yoshiko terus terlihat gelisah dan menghindari tatapanku. Dia itu perempuan yang tidak tahu bagaimana bersikap waspada sama sekali. Apa itu mungkin berarti insiden dengan si pedagang terjadi lebih dari sekali? Apa dengan Horiki juga? Atau bahkan juga dengan orang yang tak aku kenal, batinku.

Namun, aku tak punya keberanian untuk mengungkap kebenaran dengan

29

menanyakannya, hanya bisa berusaha menghanyutkan kegelisahan dan ketakutan yang serasa memerasku itu dengan meneguk shochu.

Analisis:

Dari cuplikan di atas menjelaskan kondisi fisik Oba Yozo yang semakin memburuk ditambah lagi dengan rasa kecurigaan terhadap istri dan Horiki nya yang mungkin mengkhianatinya, Oba Yozo semakin kalut dalam kegelisahan dan ketakutan yang menyelimutinya, ia hanya bisa melakukan pekerjaannya yaitu menggambar hal hal ilegal demi mendapatkan uang untuk membeli alkohol.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa novel tersebut bertemakan kegagalan manusia yang selalu menderita dan tidak mempunyai semangat untuk hidup. singkatnya, Ningen Shikkaku menunjukan sifat, tindakan, situasi, waktu dan tempat yang menggambarkan derita demi derita yang dialami tokoh utama.

3.1.2 Alur

Teori Montage dan Hensaw tentang alur yang berdasarkan tahapan yaitu:

a. Exposition

Cerita bermula ketika Oba Yozo lahir sebagai anak bungsu dari sepuluh bersaudara, masa kanak-kanaknya dihabiskan hanya terbaring karena kondisinya yang lemah dan sakit-sakitan. Oba Yozo lahir di keluarga terpandang di Tohoku.

Oba Yozo mulai tidak merasakan hasrat manusiawi yaitu sensasi lapar.

Ketakutan nya pada lingkungan sosial dimulai dari rasa takut yang sangat berlebihan kepada ayahnya ditambah lagi ia mendapat pelecehan seksual dari pembantu di rumahnya, ia semakin trauma terhadap lingkungan sosial. Dalam

30

hal pendidikan Oba Yozo adalah anak yang pintar, ia pertama kali mendapatkan teman pada saat SMA yaitu Takeichi dan mulai mengembangkan bakatnya pada dunia seni. Ia selalu was was dalam bergaul, satu-satunya keahliannya adalah melawak. Iya sangat takut terhadap pandang orang terhadap dirinya, itulah yang membuat dia seperti memakai topeng setiap hari di sekolah.

Analisis:

Berdasarkan cerita di atas, dapat dilihat tahap Exposition yakni tahap awal yang berisi tentang perkenalan tempat terjadinya peristiwa dan perkenalan antar tokoh yang terlibat. Tahap awal ini tokoh yang diperkenalkan adalah Oba Yozo, Ayah Oba Yozo, Pembantu Rumah Tangga dan Takeichi. Lalu pada tahap awal ini juga menjelaskan tentang tempat peristiwa awal kehidupan sekolah menengah pertama Oba Yozo dan pertemuannya dengan Takeichi dengan latar waktu musim semi yang berada di awal bulan April.

b. Inciting Force

Bermula ketika Oba Yozo tinggal sendirian di Tokyo untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas, Oba Yozo hanya menghabiskan waktu seharian di rumah untuk membaca buku dan melukis. Ketika Ayah datang ke Tokyo, Oba Yozo akan buru buru berangkat sekolah. Itu pun terkadang aku mampir ke bengkel lukis milik Yasuda Shintaro kemudian biasanya Oba Yozo menghabiskan tiga sampai empat jam disana untuk berlatih membuat sketsa. Pertemuan dengan Horiki Masao, murid bengkel lukis kelahiran pusat kota Tokyo memulai awal kehidupan nakal Oba Yozo di Tokyo. Horiki mengenalkan Oba Yozo dengan alkohol dan wanita malam. Oba Yozo yang pertama kali merasakan dunia malam Tokyo mulai

31

merasakan sedikit kesenangan pada dunia dan akhirnya ia melakukannya setiap hari dan tanpa dengan Horiki dia sudah berani pergi ke klub malam untuk memuaskan nafsunya.

Analisis:

Pada tahapan ini muncul Inciting Force, yaitu tahapan yang dimana kekuatan, kehendak maupun prilaku yang bertentangan dari si pelaku timbul. Prilaku yang bertentangan dari pelaku muncul saat Oba Yozo mulai bolos sekolah dan malah belajar tentang seni dan sastra. Ia pun mencoba hal hal buruk seperti meminum alkohol yang berakhir dengan kecanduan dan juga bermain wanita. Ia selalu berpura pura baik ketika ayahnya datang agar tetap diberikan uang bulanan yang dihabiskan untuk foya foya dengan temannya Horiki.

c. Rising Action

Bermula ketika sekolah tingkat atas mengirimkan surat ke kampung halaman dan diterima oleh keluarga Oba Yozo tentang perilaku Oba Yozo yang tidak pernah masuk kelas dan terpaksa harus dikeluarkan dari sekolah. Kemudian Ayah Oba Yozo marah dan tak mengirimkan uang bulanan kepada Oba Yozo. Ia diusir dari rumah kan singgah ayahnya di Tokyo dan menjadi gelandangan. Oba Yozo mencoba meminta bantuan kepada sahabatnya yaitu Horiki untuk bisa tinggal di tempatnya tetapi Horiki tidak mengizinkannya. Oba Yozo mulai kesal dan semakin takut akan kejamnya dunia. Horiki yang sehari hari dibantu Oba Yozo kini ketika Oba Yozo meminta bantuan Horiki menolaknya mentah-mentah. Dengan kondisi keuangan yang menipis Oba Yozo mengunjungi klub malam dan berkenalan dengan Madam pemilik klub tersebut. Ia diterima tinggal di klub tersebut, dan

32

menjalani hari harinya sebagai pemabuk dan gonta ganti wanita. Kecanduannya terdahap alkohol membuat kehidupan Oba Yozo semakin memburuk.

Analisis:

Rising Action adalah situasi atau tahapan yang mulai memanas dikarenakan para pelaku dalam cerita sudah timbul konflik. Konflik terjadi ketika Oba Yozo dikeluarkan dari sekolah tingkat atas dan ayahnya mengusirnya dari rumah singgah di Tokyo serta tidak mengirimkan uang bulanan kepadanya. Lalu ketika ia meminta bantuan kepada Horiki tetapi ditolak mentah-mentah yang menyebabkan Oba Yozo harus tinggal di pelacuran dan menghabiskan hari harinya untuk mabuk-mabukan.

d. Crisis

Cuplikan kesimpulan halaman 71-76

Kami turun dari krem Ginza blok empat, lalu jalan kaki menuju kafe mewah yang kusebut sebagai kolam anggur dan hutan daging itu. Aku masuk tanpa uang dan bermaksud mengandalkan Tsuneko. Segera setelah kami duduk di kompartemen yang masih kosong, Tsuneko dan seorang hostes lainnya mendatangi kami dengan cekata. Hostes lain itu duduk di sampingku, sementara Tsuneko menghempaskan tubuhnya untuk duduk di samping Horiki. Aku tertetegun. Tsuneko akan dicumbunya.

Yang kurasakan saat itu bukan rasa sesal. Pada dasarnya, perasaan ingin memiliki hampir tak ada padaku, dan meski kadang aku merasa sedikit menyesal setelah kehilangan sesuatu, aku tidak punya kemampuan mental untuk merasakan

33

amarah, apalagi bertengkar soal hak kepemilikanku dengan orang lain.

Payahnya, aku bahkan pernah memandang diam istriku yang tak sah yang sedang diperkosa oleh lelaki lain pada kemudian hari.

Sebisa Mungkin aku tidak mau bersinggungan dengan konflik manusia. Aku tidak mau sampai harus tenggelam dalam pusaran mengerikan itu. Tsuneko dan aku tak lebih dari hubungan satu malam. Tsuneko itu bukan milikku. Serarushnya aku ti”dak mungkin bisa punya hasrat pongah yang membuatku menyesal. Meski begitu, aku tetap terperangah.

Kasihannya Tsuneko harus menerima ciuman yang beringas. Setelah ia dinodai Horiki, ia benar benar haus berpisah denganku. Apalagi aku tak punya dorongan untuk menghentikannya. Sudahlah. Berakhirlah seperti ini. Aku memang sejenak tersentak atas kemalangan Tsuneko, tetapi langsung pasrah bagai air yang mau tak mau harus mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Kupandangi wajah Horiki, kemudian Tsuneko, lalu aku cengar-cengir saja.

Kemudian, situasinya tahu-tahu berubah semakin parah, sama sekali melesat dari dugaanku.

“Nggak jadi deh,” ujar Horiki tiba-tiba. Bnetuk mulutnya tampak menggelikan.

“Perempuan bau fakir begini, orang macam aku pun ogah,” katanya sambil melipat kedua legan di depan dada, menatap Tsuneko seolah sungguh-sungguh merasa jengkel, lalu menyeringai.

“Minumannya tambah. Aku tak punya uang,’ bisikku kepada Tsuneko.

34

Aku benar-benar haus minuman keras, sampai ingin berendam di dalamnya.

Di mata makhluk berlagak macam Horiki, Tsuneko bahkan tak layak mendapatkan ciuman mabuknya sebkalipun. Tsuneko hanyalah perempuan malang bau fakir. Betapa herannya, dan betapa tak kusangkanya, pikiran itu bergemuruh, menyambar-nyambarku. Tak pernah sebelumnya aku minum sebanyak ini. Aku terus minum sampai mabuk sempoyongan. Saat itu kutatap wajah Tsuneko lalu kami saling melempar senyum sendu. Memang jika dituangkan ke dalam kata, ia ini cuma perempuan letih bau fakir, pikirku. Pada saat yang sama, keserasian kami yang sama-sama tak punya uang (sekarang aku menganggap ketidakserasian antara kaya dan miskin merupakan tema abadi dalam drama meskipun tampak klise). Untuk pertama kalinya dalam hidupk, secara lantang, emosi cinta terbangun dalam hatiku, meski denyutnya lemah.

Kemudian aku pun muntah. Lalu aku hilang kesadaran. Itu juga pertama kali aku begitu mabuk, sampai-sampai kehilangan diri.

Saat bangun, Tsuneko terduduk di samping bantalku. Aku berada di kamar di lantai dua bengkel tukang kayu di Honjo.

Perempuan itu turut berbaring bersamaku. Ketika fajar datang, untuk pertama kalinya kudengar ia mengucap “kematian”. Ia sepertinya sudah lelah dengan kehidupannya sebagai manusia. Aku sendiri terjerat ketakutanku pada dunia, hal-hal menyusahkan seperti uang, kelompok gerakan, perempuan, sekolah, yang semakin kupikir, semakin membuatku yakin akan ketidakmampuanku untuk bertahan lebih jauh. Maka dari itu, kuterima tawarannya tanpa beban.

Meskipun begitu, waktu itu aku belum bisa merasakan kesiapan

sungguh-35

sungguh “akan mati”. Entah di mana di dalam diriku, ada bagian yang menganggapnya sebagai “main-main”. Aib yang membuatku merasa benar-benar tak bisa hidup lagi. Saat itulah, aku merasa bisa maju untuk mati. Tekad yang kurasakan dengan nyata akhirnya mendorongku untuk membulatkan tekad.

Malam itu, kami terjun ke laut di Kamakura. Sabuk kimono ini kupinjam dari temanku di kafe, kata perempuan itu seraya melepas, melipat, lalu meletakkannya di atas batu. Aku mengkutinya, melepaskan mantelku, dan kuletakkan juga di atas batu yang sama. Setelah itu kami terjun, bersama-sama sambil menenggelamkan diri. Perempuan itu mati, aku saja yang tertolong.

Analisis:

Pada tahapan ini disebut dengan Crisis yaitu situasi yang sudah semakin memanas dan para tokoh seolah-olah sudah diberi gambaran nasib oleh pengarang. Di cuplikan tersebut Oba Yozo yang semakin kalut dalam dunia malam di Tokyo bertemu dengan Tsuneko seorang wanita penghibur di suatu klub malam terkenal. Dijelaskan bahwa Oba Yozo pertama kali merasakan emosi cinta dalam hatinya meski tidak begitu rasanya tidak begitu kuat kepada Tsuneko. Oba Yozo mabuk dan terbangun di samping Tsuneko, lalu Tsuneko mulai memberikan ide bunuh diri untuk mengakhiri kesedihan dalam diri mereka masing-masing.

Oba Yozo menerima saran dari cinta pertamanya, dan berniat untuk bunuh diri bersama-sama. Mereka Akhrinya terjun ke laut Kamakura. Sialnya Tsuneko tewas sedangkan Oba Yozo berhasil selamat tetapi denga kondisi yang sangat parah ditambah kesedihan yang semakin mendalam.

e. Climax

36 - Cuplikan rangkuman halaman 126-129:

Bermula ketika Horiki mengunjungi rumah Oba Yozo dan mereka bermain seperti lawan kata seperti dua kawan lama yang saling melepaskan beban pikiran. Di tengah permainan Horiki turun ke lantai bawah untuk mengambil makanan, Horiki berteriak dengan suara dan wajah yang aneh.

“Hei! Kacang babi ternyata! Kemari!”

Padahal baru saja ia bangkit dan pergi sempoyongan, ia langsung kembali ke tempatku.

“Ada apa?”

Sekonyong-koyong naik darah drastis, kami berdua turun dari atap ke lantai dua, kemudian Horiki berhenti di tengah tangga yang menurun dari dua ke lantai dasar.

“Lihat!” serunya dengan suara pelan sambil menunjuk.

Jendela kecil di atas kamarku terbuk, dan dari situ, terlihatlah bagian dalam ruangan. Lampunya menyala, dan di depanku aku dua ekor binatang yang menggeliat.

Aku merasa pusing. Ini pun wujud manusia, tidak pantas aku merasa terkejut, batinku dengan nafas yang gelagapan. Aku sampai lupa untuk menolong Yoshiko, hanya terpaku pada tangga itu.

Horiki kemudian batuk dengan suara keras. Aku lari ke atap lagi untuk iasa pekat. Bukaan ketakutan seperti terhadap hantu di pemakaman, melainkan lebih

37

seperti perasaan ketika berada di kuil, kemudian melihat sosok dewa berjubah putih di antara pohn-pohon cemara. Ketakutan purba liar dan membungkam siapa pun seketika. Sejak malam itu aku mulai beruban secara prematur. Aku semakin kehilangan rasa percaya diri atas segalanya, kecurigaanku pada manusia semakin membentuk lubang tanpa dasar. Aku benar-benar terlepas dari segala ekspektasi, kegembiraan, dan simpati terhadap kegiatan dunia ini.

Kejadian itu betul-betul merupakan penentuan dalam hidupku. Seolah-olah tengah-tengah keningku telah dibelah, dan luka itu terus terasa nyeri setiap kali aku mendekati manusia siapa pun orangnya.

“Hei, aku turut simpati. Tapi akhirnya kau sedikit banyak dapat mengerti, kan.

Aku tak akan pernah kemari lagi. Tempat ini benar-benar neraka... Tapi maafkanlah Dik Yoshi. Bagaimanapun, kau sendiri juga bukan orang baik –baik.

Selamat tinggal.”

Horiki tidak segitu bodohnya untuk berada di tempat buruk itu lebih lama

Aku lantas membangkitkan badanku, minum shochu seorang diri, kemudian menangis meraung-raung. Sebanyak apapun aku menangis, aku masih bisa terus menangis tanpa henti.

Entah sejak kapan, Yoshiko sudah berdiri di belakangku membawa setumpuk kacang babi di atas piring. Wajahnya terlihat kosong.

“-katanya ia tak melakukan apa apa...”

“Sudah. Tak perlu berkata apa-apa. Kau ini tidak dapat mencurigai orang.

Duduklah. Ayo kita makan kacang.”

38

Kami duduk berdampingan dan makan kacang babi itu. Ah, apakah memercayai itu dosa/ Lelaki yang menyetubuhi Yoshiko adalah pedagang kerdil buta huruf, usianya kurang lebih 30 tahun, yang pernah memintaku menggambar komik untuknya, dan membesar-besarkan upah kecil yang harus dia bayarkan.

Lama sejak itu, dibanding kenyataan bahwa Yoshiko telah dinodai, kenyataan bahwa kepercayaannya telah dinodai menjadi bibit penderitaan yang membuatku merasa tak tahan untuk hidup lagi. Bagiku yang menjijikkan dan pecundang ini – yang hanya terus mempertanyakan maksud di balik wajah manusia karena kemampuannya untuk memercayai telah rusa – hati Yoshiko dapat memercayai tanpa syarat itu terasa begitu murni, menyegarkan seperti air terjun Aoba. Dalam semalam, kejernihan itu berubah menjadi air cemar kekuningan. Lihat saja. Sejak malam itu, ia jadi waswas terhadap gerak-gerikku sekecil apapun.

Saat kupanggil, ia pun berjengit, lalu langsung terlihat kebingungan ke mana seharusnya pandangannya diarahkan. Meski aku mencoba untuk membuatnya tertawa dengan lawak, ia terus saja canggung dan ketakutan. Bahkan tanpa sadar ia jadi menggunakan bahasa formal padaku.

Analisis:

Pada tahap ini disebut Climax yaitu tahap yang dimana konflik sudah berada ditahap yang paling tinggi sehingga para pelaku mendapatkan kadar nasibnya masing-masing. Situasi puncak disini bermula ketika Oba Yozo yang sudah menikah dengan Yoshiko dikunjungi Horiki sabahat lama Oba Yozo. Mereka menghabiskan malam denga minum alkohol dan bermain permainan lawan kata.

39

Ditengah permainan Horiki lapar dan meminta makanan, lalu ia pergi kebawah dan langsung berteriak sembari lari ke lantai atas kembali. Iya memanggil Oba Yozo untuk melihat istrinya yang sedang diperkosa oleh seorang pedagang kecil, Emosi Oba Yozo pun berkecamuk. Dia yang sangat percaya kepada istrinya Yoshiko karena kepolosannya. Sejak saat itu Oba Yozo makin kalut dalam kesedihan dan ketakutan terhadap manusia, istrinya yang polos sekarang tidak lagi berani untuk menatapnya walaupun Oba Yozo sudah berusaha untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Rasa sakit yang dirasakan Oba Yozo semenjak kehilangan kepercayaan istrinya membuat nya mennangis meraung-raung setiap malam dan beberapa kali mencoba percobaan bunuh diri tetapi gagal.

f. Falling Action

-Cuplikan halaman 141:

Setelah itu aku pulang, lalu segara menyuntikkan morfin satu tabung ke tubuhku.

“Tidak sakit?” tanya Yoshiko takut-takut.

“Jelas sakit. Tapi ada hal-hal yang harus dilakukan meski tak suka seperti ini, supaya kerjaan jadi efisien, Aku akhir-akhir ini bugar, kan? Oke. Kerja-kerja-kerja,”kataku riang.

Aku juga pernah mengetuk pintu toko obat itu pada larut malam. Nyonya toko yang sudah berbalut pakaian malam datang dengan tongkat berketak-ketuk untuk membuka pintu. Aku lantas memeluk dan menciumnya, kemudian berpura-pura menangis.

40

Tanpa berkata apa-apa, ia memberiku sekotak morfin.

Ketika aku memahami sepenuhnya bahwa morfin adalah barang yang mengerikan dan kotor sama seperti shochu – tidak, bahkan lebih buas – aku sudah jadi pecandu tulen. Benar-benar terlampau tak tahu malu. Demi mendapatkan obat itu lagi, lagi-lagi aku memplagiat komik porno. Aku bahakn menjalin hubungan biadap dalam arti yang sebenar-benarnya dengan nyonya toko obat yang cacat itu.

Ingin mati. Aku benar benar ingin mati. Aku sudah tak mungkin pulih. Apa pun yang kulakukan dan bagaimana aku melakukannya, semua sia-sia, hanya menutupi aib satu dengan aib lainnya. Aku sudah tak mengidamkan hal-hal indah seperti bersepeda ke air terjuan Aoba. Hanya ada dosa yang kotor ditambah dosa yang hina, Aku ingin mati. Aku harus mati. Hidup itu hanya benih dosa. Meskipun aku terus membatin seperti itu, ternyata aku masih saja terus-terusan pulang pergi setengah gila antara rumah dan toko obat.

Analisis:

Pada cuplikan diatas merupakan tahap Falling Action yaitu kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju penyelesaian cerita. Tahap falling action pada cuplikan ini yaitu ketika Oba Yozo mulai berhenti meminum alkohol dan mulai mengonsumsi obat yaitu morfin, ia menjadi aktif dan bisa bekerja dengan gairah. Oba Yozo yang sudah terbebas dari alkohol mulai merasakan kecanduan baru lagi terhadap morfin. Dia melakukan segala cara untuk memperoleh morfin. Dan akhirnya ia sadar bahwa morfin lebih

Pada cuplikan diatas merupakan tahap Falling Action yaitu kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju penyelesaian cerita. Tahap falling action pada cuplikan ini yaitu ketika Oba Yozo mulai berhenti meminum alkohol dan mulai mengonsumsi obat yaitu morfin, ia menjadi aktif dan bisa bekerja dengan gairah. Oba Yozo yang sudah terbebas dari alkohol mulai merasakan kecanduan baru lagi terhadap morfin. Dia melakukan segala cara untuk memperoleh morfin. Dan akhirnya ia sadar bahwa morfin lebih

Dokumen terkait