• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL NINGEN SHIKKAKU KARYA DAZAI OSAMU DAZAI OSAMU NO SAKUHIN NO NINGEN SHIKKAKU TO IU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL NINGEN SHIKKAKU KARYA DAZAI OSAMU DAZAI OSAMU NO SAKUHIN NO NINGEN SHIKKAKU TO IU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL “NINGEN SHIKKAKU’’ KARYA DAZAI OSAMU

DAZAI OSAMU NO SAKUHIN NO “NINGEN SHIKKAKU” TO IU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini ditunjukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra

Jepang

Oleh :

CHANDRA YOSUA PURBA 170708052

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

(2)

ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL “NINGEN SHIKKAKU” KARYA DAZAI OSAMU

DAZAI OSAMU NO SAKUHIN NO “NINGEN SHIKKAKU” TO IU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra

Jepang Disetujui Oleh:

Pembimbing

Drs. Amin Sihombing M.Si.

NIP : 196004031991031001

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2022

(3)

Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 12 Januari 2021

(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh :

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada : Pukul 11.00 WIB Tanggal : 12 Januari 2022 Hari : Rabu

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Panitia Tugas Akhir :

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Amin Sihombing M.Si. (...)

2. Alimansyar, M.A.,Ph.D (...)

3. Dr. Diah Syahfitri Handayani, M.Litt. (...)

(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat dan anugrah-Nya penulis diberikan kesehatan selama mengikuti perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

“ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL “NINGEN SHIKKAKU”

KARYA DAZAI OSAMU” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Dra. Tengku Tirhaya Zain, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Alimansyar S.S, M.A., Ph.D., selaku ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amin Sihombing M.Si., selaku dosen pembimbing sekaligus dosen penasehat akademik. Yang telah ikhlas memberikan dorongan dan meluangkan banyak waktu, pikiran, serta tenaga dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

4. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktunya untuk membaca dan menguji skripsi ini.

5. Para dosen pengajar dan staf pegawai di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya

(6)

ii

program studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis selama perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

6. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibunda tercinta Wawa Rondang Efelina Panjaitan dan Ayahanda tersayang Polmer Hermanto Purba yang telah membesarkan dan selalu mendukung, mendorong, memberikan nasehat, dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada adik saya Sean Kairos Purba yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Terima kasih kepada Yunda May Lestari yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan menemani penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih juga kepada para sahabat sepenanggungan yang merantau ke medan.

Terima kasih juga kepada teman-teman dari stambuk 2017 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para mahasiswa/i Sastra Jepang

Medan, 12 Januari 2022 Penulis,

Chandra Yosua Purba NIM: 170708052

(7)

iii ABSTRAK

Sastra adalah ekspresi pengalaman mistis dan estetis manusia melalui media bahasa sebagai kreativitasnya yang bersifat imajinatif. Pada penelitian ini novel yang akan dibahas oleh penulis secara struktural adalah novel yang berjudul Ningen Shikkaku karya Dazai Osamu. Latar belakang penulis menjadikan novel

“Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu ini sebagai bahasan penelitian adalah karena pengarang mengajak pembacanya untuk ikut larut dalam kesedihan karakter utama dalam menjalani hidupnya. Kesedihan dan kegelapan dalam novel ini juga terasa nyata bagi penulis. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti unsur-unsur instrinsik dalam novel “NINGEN SHIKKAKU”. Maka dari itu penulis membahas novel tersebut dengan judul “ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL NINGEN SHIKKAKU KARYA DAZAI OSAMU”.

Tema yang diangkat pengarang pada novel Ningen Shikkaku adalah kegagalan manusia yang selalu menderita dan tidak mempunyai semangat untuk hidup. Alur cerita novel “Ningen Shikkaku” memiliki alur yang sesuai dengan tahapan peristiwa menurut Montage dan Hensaw. Keterkaitan antara tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang, dan amanat menjadikan novel “Ningen Shikkaku”

memiliki struktrur cerita yang utuh. Seperti pada tema dan penokohan yang dimana hubungan antar kedua unsur tersebut ditunjukkan dengan cara bagiamana para tokoh tersebut melalui peran masing-masing dapat mengembangkan tema pada cerita.

(8)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

ABSTRAK……….iii

DAFTAR ISI………..………...……...iv

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...6

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian...11

1.6 Metode Penelitian...12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “NINGEN SHIKAKKU” KARYA DAZAI OSAMU DAN KAJIAN STRUKTURAL………...14

2.1 Definisi Novel...14

2.2 Unsur-Unsur Intrinsik Novel...15

2.2.1 Tema...15

2.2.2 Alur...16

2.2.3 Penokohan...18

2.2.4 Latar...19

2.2.5 Sudut Pandang...21

2.2.6 Amanat...22

(9)

v

2.3 Pendekatan Struktural dalam Karya Sastra...23

2.4 Biografi Pengarang...24

2.5 Sinopsis Cerita...26

BAB III ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL “NINGEN SHIKKAKU” KARYA DAZAI OSAMU...28

3.1 Analisis Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang, dan Amanat yang Ada dalam Novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu...28

3.1.1 Tema...28

3.1.2 Alur...29

3.1.3 Penokohan...44

3.1.4 Latar...56

3.1.5 Sudut Pandang...60

3.1.6 Amanat...61

3.2 Analisis Keterkaitan antara Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang, dan Amanat dalam Novel “Ningen Shikkaku” Karya Dazai Osamu...62

3.2.1 Hubungan Tema dengan Alur...62

3.2.2 Hubungan Tema dengan Penokohan...63

3.2.3 Hubungan Tema dengan Latar...63

(10)

vi

3.2.4 Hubungan Tema dengan Amanat...63

3.2.5 Hubungan Alur dengan Penokohan...64

3.2.6 Hubungan Alur dengan Latar...64

3.2.7 Hubungan Alur dengan Amanat...64

3.2.8 Hubungan Penokohan dengan Latar...65

3.2.9 Hubungan Penokohan dengan Amanat...65

3.2.10 Hubungan Sudut Pandang dengan Latar...65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan...66

4.2 Saran...67

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah ekspresi pengalaman mistis dan estetis manusia melalui media bahasa sebagai kreativitasnya yang bersifat imajinatif (Sehandi, 2016: 16).

Kata sastra berasal dari kata sansekerta yaitu sas yang berarti mengarahkan atau mengajarkan, tra yang menunjukkan alat atau sarana. Jika diartikan sastra adalah alat untuk mengajarkan atau juga sebagai sarana memberi petunjuk atau pengajaran (Rokhmansyah, 2014: 2). Pendapat tersebut juga dibenarkan Sumardjo dan Saini dalam Rokhmansyah (2014: 2), sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran yang konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Nyoman Kutha Ratna dalam Sehandi (2016: 4) menyatakan bahwa sastra memiliki dua pengertian yaitu (1) sastra sebagai hasil karya seni, dan (2) sastra sebagai keseluruhan hasil karya, baik karya seni maupun sebagai ilmu.

Seperti yang dikatakan Nyoman Kutha Ratna bahwa sastra juga merupakan hasil dari sebuah karya seni. Pendapat ini diperkuat oleh Semi Atar dalam Sehandi (2016: 53) berpendapat bahwa karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Melalui karya sastra, seseorang menyampaikan pandangannya terhadap

(12)

2

kehidupan yang ada di sekitarnya. Di dalam karya sastra banyak nilai-nilai kehidupan yang ditemukan. Karya sastra sebagai produk budaya manusia berisi nilai-nilai yang hidup dan ada dalam masyarakat, selain itu sebagai hasil pengolahan jiwa sang pengarang karya sastra dihasilkan melalui proses perenungan panjang mengenai hakikat kehidupan.

Menurut Horace dalam Rokhmansyah (2014: 8), karya sastra berfungsi sebagai keindahan dan berguna, yang berarti karya sastra dapat memberikan rasa keindahan dan sekaligus kegunaan bagi penikmatnya. Dalam artian lain, karya sastra itu menghibur dan bermanfaat.

Menurut Sumardjo,dkk (1986: 17) Sastra dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu imajinatif dan non imajinatif. Sastra yang imajinatif meliputi puisi, prosa, dan drama. Sedangkan non imajinatif meliputi data yang real berupa berita dan sejarah lalu dikemas dalam tulisan yang estetis agar menarik minat pembaca.

Salah satu karya sastra imajinatif yang cukup populer untuk saat ini adalah novel. Nurgiyantoro (2019: 5) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan dan dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain disekilingnya dan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Nurgiyantoro (2019: 30) menyebutkan bahwa unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur instrinsik novel terdiri atas tema, amanat, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.

Unsur-unsur inilah yang secara langsung akan dijumpai oleh pembaca karya

(13)

3

sastra. Penelitian sastra yang memfokuskan pembahasannya kepada unsur instrinsik biasanya akan menggunakan pendekatan strukturalisme. Menurut Suwardi Endaswara (2011: 49), strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Teori strukturalisme memberi penekanan analisis unsur-unsur instrinsik pada novel.

Pada penelitian ini novel yang akan dibahas oleh penulis secara struktural adalah novel yang berjudul Ningen shikkaku karya Dazai Osamu. Dazai Osamu adalah salah satu penulis fiksi yang dianggap terkemuka di Jepang pada akhir perang dunia ke-2. Seorang pria yang bernama asli Shuji Tsushima ini lahir pada tahun 1909 di Prefektur Aomori. Dia merupakan putra ke-6 yang berasal dari keluarga pemilik tanah dan politisi kaya di Tohoku, sebelah utara Jepang. Dia sangat menderita akibat hidup yang acak-acakan. Kegagalan serta sakit-sakitan yang dialami membuatnya sering melakukan percobaan bunuh diri. Akhirnya pada tahun 1948, dia mengakhiri hidup bersama kekasihnya dengan menenggelamkan diri ke sungai Tama di Mitaka, Tokyo. Dia meninggal pada usianya yang ke-39 tahun.

Karya-karya Dazai Osamu banyak bergaya autobiografi yaitu genre karya fiksi yang menceritakan tentang perjalanan hidup pengarangnya sendiri. Karyanya juga sebagian besar meraih popularitas setengah abad sesudah kematiannya.

Beberapa karyanya yang terkenal seperti Hasire! Merosu (1940), Shayo (1947) dan Ningen Shikkaku (1948). Karya terakhirnya adalah novel Ningen Shikkaku yang sekaligus menjadi penutup kisah perjalanan hidupnya di dunia sastra. Dia melakukan tindakan bunuh diri setelah satu bulan Ningen Shikkaku

(14)

4

dipublikasikan. Novel ini menerima respon yang baik dari pembaca karena menggambarkan perjalanan hidupnya hingga rencana bunuh diri.

Novel Ningen Shikkaku bercerita tentang seorang pemuda yang bernama Oba Yozo, yang terlahir dari keluarga kaya tetapi di dalam kehidupan sehari- harinya dia merasa telah gagal sebagai seorang manusia. Dia selalu merasa tersingkir dari kehidupan sosial lingkungannya dan bahkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Masa kanak-kanaknya pun tidak menyenangkan, karena selalu tertekan dengan sikap ayahnya yang memegang otoritas penuh terhadap dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang sangat berdampak pada keseharian Oba Yozo saat dirinya tumbuh dewasa sehingga menimbulkan banyak masalah dalam pribadi kehidupannya.

Oba Yozo tumbuh menjadi seorang pemabuk, perokok, sering pergi ke klub malam dan banyak bercinta dengan wanita dan dia pun sempat mengikuti gerakan anti pemerintah. Dia bahkan melakukan percobaan bunuh diri bersama wanita yang bekerja di sebuah bar. Malangnya, hanya wanita tersebut saja yang ditemukan meninggal, sedangkan Yozo ditemukan masih hidup dan segera dilarikan ke rumah sakit. Kejadian tersebut sangat membuat Yozo merasa bersalah terhadap kematian wanita tersebut. Bahkan rasa bersalah tersebut sangat mempengaruhi kehidupannya ke depan. Akibat kejadian itu juga, kecemasan Yozo terhadap opini masyarakat juga semakin membesar.

Di lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, pertemanan, danlingkungan sekitarnya, Oba Yozo selalu takut dan cemas akan kritikan dan penolakan dari orang-orang di sekitarnya yang menjadikannya seseorang yang mempunyai perasaan hipersensitif. Membungkus keterasingannya dan kecemasan

(15)

5

terhadap persepsi orang lain dengan sebuah senyuman palsu dan sikap yang konyol agar selalu diterima oleh teman-temannya. Kecemasannya terhadap tanggapan masyarakat sekitar membuat dirinya semakin berpikir dia adalah manusia yang gagal.

Di tengah ketakutannya terhadap lingkungan sosial dan masyarakat, Yozo bertemu seorang gadis lugu penjaga toko yang untuk sesaat dapat menghilangkan berbagai kecemasan yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya Yozo pun memutuskan untuk menikah dengannya. Setelah menikah, Yozo mencoba untuk menjalani kehidupan normal yang selama ini dia inginkan dengan mulai bekerja kembali sebagai ilustrator komik guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Namun sayang, keadaan tersebut pun tidak berlangsung lama, setelah Yozo menemukan istrinya tengah berselingkuh dengan bosnya. Hal ini sangat membuat Yozo tertekan dan kembali memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri yang kedua.

Latar belakang penulis menjadikan novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu ini sebagai bahasan penelitian adalah karena pengarang mengajak pembacanya untuk ikut larut dalam kesedihan karakter utama dalam menjalani hidupnya. Kesedihan dan kegelapan dalam novel ini juga terasa nyata bagi penulis.

Berdasarkan uraian di latar belakang, penulis tertarik untuk meneliti unsur- unsur instrinsik dalam novel “NINGEN SHIKKAKU” dengan pendekatan struktural. Maka dari itu penulis membahas novel tersebut dengan judul

“ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL NINGEN SHIKKAKU KARYA DAZAI OSAMU”.

(16)

6 1.2. Rumusan Masalah

Novel Ningen Shikakku ini mengangkat genre sastra klasik. Novel Ningen Shikkaku bercerita tentang seorang pemuda yang bernama Oba Yozo, yang terlahir dari keluarga kaya tetapi di dalam kehidupan sehari-harinya dia merasa telah gagal sebagai seorang manusia. Dia selalu merasa tersingkir dari kehidupan sosial lingkungannya dan bahkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Masa kanak-kanaknya pun tidak menyenangkan, karena selalu tertekan dengan sikap ayahnya yang memegang otoritas penuh terhadap dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang sangat berdampak pada keseharian Oba Yozo saat dirinya tumbuh dewasa sehingga menimbulkan banyak masalah dalam pribadi kehidupannya. Oba Yozo tumbuh menjadi seorang pemabuk, perokok, sering pergi ke klub malam dan banyak bercinta dengan wanita dan dia pun sempat mengikuti gerakan anti pemerintah. Dia bahkan melakukan percobaan bunuh diri bersama wanita yang bekerja di sebuah bar. Malangnya, hanya wanita tersebut saja yang ditemukan meninggal, sedangkan Yozo ditemukan masih hidup dan segera dilarikan ke rumah sakit. Kejadian tersebut sangat membuat Yozo merasa bersalah terhadap kematian wanita tersebut. Bahkan rasa bersalah tersebut sangat mempengaruhi kehidupannya ke depan. Akibat kejadian itu juga, kecemasan Yozo terhadap opini masyarakat juga semakin membesar. Di lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, pertemanan, dan lingkungan sekitarnya, Oba Yozo selalu takut dan cemas akan kritikan dan penolakan dari orang-orang di sekitarnya yang menjadikannya seseorang yang mempunyai perasaan hipersensitif.

Membungkus keterasingannya dan kecemasan terhadap persepsi orang lain dengan sebuah senyuman palsu dan sikap yang konyol agar selalu diterima oleh

(17)

7

teman-temannya. Kecemasannya terhadap tanggapan masyarakat sekitar membuat dirinya semakin berpikir dia adalah manusia yang gagal.

Novel “Ningen Shikkaku” ini dibangun oleh struktur tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang, dan amanat yang saling berkaitan.

Dari uraian yang tersebut, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

3 Bagaimana tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang dan amanat yang ada dalam novel “Ningen Shikakku” karya Dazai Osamu?

4 Bagaimana keterkaitan antara tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat dalam novel “Ningen Shikkaku”

karya Dazai Osamu?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari penjabaran rumusan masalah tersebut perlunya ruang lingkup pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan pada penelitian tidak terlalu melebar dan berkembang terlalu jauh dari pembahasan, sehingga penulis dapat fokus dan pembahasan pada penelitian lebih terarah.

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu versi terjemahan bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit Mai pada Maret 2020 dan diterjemahkan oleh Asri Pratiwi Wulandari yang menghasilkan sebanyak 156 halaman. Novel ini pertama kali diterbitkan di Jepang pada tahun 1948.

(18)

8

Dalam penelitian ini penulis hanya akan memfokuskan pada unsur instrinsik yang terkandung pada novel seperti tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat serta keterkaitan tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat. Dalam pengerjaannya penulis akan mecantumkan dan menganalisis beberapa cuplikan yang ada pada novel tersebut.

Pada BAB II penulis akan menjelaskan pengertian novel, unsur-unsur instrinsik pembangun novel, kajian struktural pada karya sastra, biografi pengarang, dan sinopsis novel “Ningen Shikkaku”. Pada BAB III, akan dibahas mengenai analisis strukturalnya, dan keterkaitan antar unsur-unsur instrinsik pada novel tersebut.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Menurut Abrams dalam Fananie (2000:112) pendekatan objektif adalah pendekatan yang berdasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan.

Pendekatan ini dilihat dari apa yang dimiliki oleh sastra itu sendiri berdasarkan aturan sastra yang berlaku. Aturan yang dimaksud seperti, bagian-bagian intrinsik sastra yang mencakup, diksi, rima struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter dan amanat. Kekuatan karya sastra dapat dinilai berdasarkan keterkaitan semua unsur-unsurnya. Karena dasar pendekatan objektif sudah tampak jelas, maka seringkali pendekatan ini disebut juga pendekatan struktural.

Abraham juga berpendapat strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan kajian hubungan antar unsur pembangun karya bersangkutan. Dalam hal ini karya sastra dianggap sebagai hal yang terstruktur atau tersusun. Karena karya sastra terbangun yang secara terstruktur

(19)

9

berarti ada unsur-unsur yang berfungsi untuk membangun karya sastra tersebut (Nurgiyantoro, 2019: 59)

Penulis menggunakan dua skripsi sebagai rujukan yaitu “Analisis Struktural Novel Girl’s In The Dark Karya Akiyoshi Rikako” oleh Damanik (2019) pada novel ini disimpulkan bahwa tema pada novel Girl’s In The Dark yaitu hawa nafsu mempengaruhi perkembangan konflik antar tokoh, alur, dan latar pada cerita. “Analisis Struktural dalam Novel Yougisha X No Kenshin Karya Keigo Higashino” oleh Subakti (2018) disimpulkan bahwa keterkaitan antar unsur intrinsik dalam novel Yougisha X No Kenshin sudah dimulai sejak konflik antar tokohnya. Kedua skripsi tersebut sama-sama menggunakan kajian struktural akan tetapi dengan judul yang berbeda dan juga menjelaskan tentang unsur-unsur instrinsik yang ada di dalam novel seperti tema, alur, latar, sudut pandang, penokohan, dan amanat.

2. Kerangka Teori

Dalam menganalisis karya sastra dibutuhkan adanya teori untuk mendukung pendekatan yang sesuai digunakan oleh penulis. Teori ini digunakan sebagai tujuan dasar dalam pemikiran penulis agar mengerti, menjelaskan, dan memberi penilaian terhadap hal yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan struktural atau objektif.

Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, mesti fokus pada unsur-unsur instrinsik pembangunnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi fungsi dan hubungan antar unsur instrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2019: 60).

Menurut Abraham dalam Rokhmansyah (2014: 10) menjelaskan

(20)

10

pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, antar hubungan, dan totalitas. Pendekatan ini mengarah pada analisis intrinsik.

Pada penelitian ini digunakan pendekatan struktural untuk membahas strukturalisme dalam karya sastra. Pendekatan ini memberi perhatian penuh terhadap hal karya sastra. Pendekatan ini bertujuan untuk melihat karya sastra sebagai sebuah system dan nilai-nilai yang diberikan dalam unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Di dalam analisisnya, unsur-unsur tersebut ditelusuri dan dikemukakan hubungan dan fungsi tiap-tiap unsur.

Pendekatan struktural yang diuraikan penulis di atas digunakan dalam menganalisis novel “Ningen Shikkaku” yang bertujuan untuk memaparkan seteliti mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsur karya sastra dalam novel tersebut.

Dimana analisis ini menunjukkan keadaan penokohan, latar, tema, sudut pandang, plot, dan lain-lain. Kemudian untuk membahas setiap unsur-unsurnya penulis akan menggunakan konsep tema menurut Aminuddin, konsep alur menurut Montage dan Hensaw, konsep latar, sudut pandang, dan tokoh menurut Nurgiyantoro, dan konsep amanat menurut Siswanto.

Menurut Aminuddin dalam Siswanto (2008: 16) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Cara paling efektif untuk mengenali tema sebuah karya sastra adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya.

Montage dan Hensaw (Aminuddin, 2000: 84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam alur suatu cerita tersusun kedalam tahapan Exposition, Inciting force, Rising Action, Crisis, Climax, dan Falling Action.

(21)

11

Nurgiyantoro (2019: 314) membagikan latar menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Unsur pada penokohan meliputi tokoh, perwatakan, dan bagaimana penempatan tokoh tersebut kedalam cerita. Nurgiyantoro membagi jenis tokoh yaitu berdasarkan segi peranannya yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu serta berdasarkan segi fungsi yaitu protagonis dan antagonis (2019: 258-260).

Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita.

Nurgiyantoro (2019: 347-359) membagi sudut pandang menjadi tiga, yaitu sudut pandang persona ketiga “Dia”, sudut pandang persona pertama “Aku”, dan sudut pandang campuran.

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto, 2008:162).

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat dalam novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu.

2. Mendeskripsikan keterkaitan antar unsur tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat, dalam novel “Ningen shikkaku” karya Dazai Osamu.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai

(22)

12 berikut:

1. Dapat menambah wawasan dan gambaran dalam bagi pembaca karya sastra mengenai struktur pembangun novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu.

2. Dapat memberikan pengkajian dan pengapresiasikan terhadap karya sastra dalam penggunaan pendekatan objektif.

1.6 Metode Penelitian

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Nasir dalam Tantawi (2017:66) metode deskriptif adalah berupaya mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan anatara fenomena dengan fenomena pada objek diteliti.

Dalam penelitian ini akan dianalisis dan dijelaskan tentang masalah- masalah yang ada dalam novel “Ningen Shikkaku” dengan menggunakan teori- teori yang sudah dipaparkan di atas. Dalam penelitian penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data-data dengan metode studi kepustakaan (library research), pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan dan menganalisis bahan-bahan penelitian dari skripsi dan buku yang menjadi refrensi dalam penelitian ini. Selain itu data juga dapat diperoleh melalui situs- situs internet.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan topik dan judul penelitian.

(23)

13

2. Merumuskan masalah yang ingin diteliti.

3. Menyusun kerangka teori.

4. Melakukan studi pustaka.

5. Mengumpulkan data.

6. Menganalisis data.

7. Menggunakan referensi.

8. Menulis laporan penelitian.

(24)

14 BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “NINGEN SHIKAKKU”

KARYA DAZAI OSAMU DAN KAJIAN STRUKTURAL

2.1 Definisi Novel

Sebagai bagian dari sastra, novel telah menarik banyak perhatian dan minat banyak kalangan terutama dari kalangan muda. Novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan dan dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya juga bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2019: 5). Selain itu Aziez dan Hasim (2010: 7) berpendapat novel merupakan sebuah genre sastra yang memiliki bentuk utama prosa yang menggambarkan kehidupan nyata dalam suatu plot yang cukup kompleks.

Dalam hal ini novel dijelaskan sebagai sebuah karya sastra berbentuk fiksi yang melibatkan imajinasi dan kehidupan yang dialami oleh pengarang itu sendiri dan dituangkan kedalam bentuk cerita, yang disusun melalui unsur-unsur instrinsik novel itu sendiri. Nurgiyantoro (2019: 19-22) membagi novel menjadi dua yaitu novel serius dan novel populer.

Novel serius adalah novel yang hanya populer pada masanya dan banyak penggemarnya, terutama dikalangan para remaja. Novel ini menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu mengikuti zaman keluarnya novel tersebut, tetapi hanya pada tingkat permukaannya saja. Novel populer tidak

(25)

15

menampilkan permasalahan kehidupan secara intens. Novel serius adalah novel yang menceritakan pengalaman dan permasalahan kehidupan yang dijelaskan sampai ke inti hakikat kehidupan yang universal. Selain memberikan hiburan, novel serius juga bertujuan memberikan pengalaman berharga atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih tentang permasalahan yang diangkat.

Novel “Ningen Shikakku” termasuk kedalam novel populer, karena novel ini membawa permasalahan yang ringan dan mengikuti zaman serta disukai oleh para kalangan remaja. Meskipun novel ini termasuk kedalam novel populer akan tetapi novel ini juga memiliki amanat-amanat yang terkandung didalamnya.

2.2 Unsur-unsur Instrinsik Novel

2.2.1 Tema

Istilah tema menurut Scharbach berasal dari bahasa Latin yang berarti

‘tempat meletakkan suatu perangkat’. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang untuk memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 2000:

91). Menurut Aminuddin dalam Siswanto (2008: 161) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya.

Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa oleh pengarangnnya. Brooks menjelaskan bahwa dalam mengapresiasikan tema suatu cerita apresiator harus memahami ilmu-ilmu humanis karena tema

(26)

16

merupakan pendalaman dan hasil perenungan pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan dan masalah lain yang bersifat universal. Dalam hal ini tema tidaklah berada di luar cerita tetapi berada di dalamnya. Akan tetapi meskipun termasuk kedalam cerita tidaklah terumus dalam satu atau dua kalimat tetapi tersebar dibalik unsur-unsur yang signifikan atau media pemapar prosa (Aminuddin, 2000: 92).

Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide pokok atau gagasan utama yang menjadi pondasi suatu cerita pada karya sastra. Untuk mengetahui sebuah tema tentu tidaklah mudah.

Karena dalam mengetahui sebuah tema, seorang pembaca harus tahu isi atau kesimpulan dari seluruh cerita yang dibuat oleh pengarang. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa novel tersebut bertemakan kegagalan manusia yang menderita dan tidak mempunyai semangat untuk hidup. singkatnya, Ningen Shikkaku menunjukan sifat, tindakan, situasi, waktu dan tempat yang menggambarkan derita demi derita yang dialami tokoh utama.

hidup dalam keseluruhan isi cerita.

2.2.2 Alur

Menurut Abrams alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapantahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan para pelaku dalam suatu cerita (Siswanto, 2008: 159).

Pendapat ini juga sejalan dengan Nurgiyantoro yang mengatakan bahwa

(27)

17

alur adalah berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan surprise pada pembaca. Plot atau alur juga merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan (2019: 168-169). Montage dan Hensaw dalam Aminuddin (2000: 84) menjelaskan tahapan peristiwa dalam alur suatu cerita tersusun dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita.

b. Inciting Force, yaitu tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun prilaku yang bertentangan dari pelaku.

c. Rising Action, yaitu situasi menjadi karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik.

d. Crisis, yaitu situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya.

e. Climax, yaitu situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri. 18

f. Falling Action, yaitu kadar konflik sudah menurun hingga ketegangan dalam cerita mulai mereda sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita.

Nurgiyantoro (2019: 213-215) menjelaskan alur terbagi menjadi tiga jenis

(28)

18 yaitu sebagai berikut:

1. Alur maju (Progresif), yaitu jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis yang menyebabkan terjadinya sebab akibat. Secara runtut cerita hal ini dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).

2. Alur mundur (Flashback), yaitu urutan alur dalam karya fiksi tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal dikisahkan.

3. Alur campuran, yaitu urutan alur bersifat kronologis akan tetapi sering adanya adegan-adegan yang bersifat kilas balik.

Berdasarkan uraian-uraian diatas novel “Ningen Shikakku” memiliki urutan cerita yang berurutan dimulai dari Exposition sampai Falling Action dan memiliki alur campuran.

2.2.3 Penokohan

Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan (Aminuddin, 2000: 79).

Penokohan sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.

(29)

19

Jones dalam Nurgiyantoro mengemukakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”

sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas pada pembaca.

Penokohan juga kadang menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam cerita (2019:247- 248). Tokoh dapat dibedakan berdasarkan dari segi peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita yaitu:

1. Tokoh Utama Tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

2. Tokoh Tambahan 20 Tokoh yang jarang sekali muncul dalam cerita. Tokoh ini sering sekali digunakan sebagai pelengkap dalam cerita dan kemunculannya hanya ketika ada hubungan dengan tokoh utama baik itu langsung atau tidak.

Dilihat berdasarkan dari segi fungsinya Nurgiyantoro membagi tokoh dalam cerita menjadi dua yaitu:

1. Tokoh Protagonis Tokoh yang paling dikagumi dan membawa nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.

2. Tokoh Antagonis Tokoh yang menyebabkan konflik dalam cerita dan memiliki sifat yang berlawanan dengan tokoh protagonis.

(30)

20

Dalam novel “Ningen Shikkaku” banyak sekali tokoh yang terlibat tetapi tokoh utama dalam novel ini adalah Oba Yozo karena hampir semua konflik dalam novel melibatkan dia.

2.2.4 Latar

Latar atau Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisik dan psikologis.

Setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu (Aminuddin, 2000:

67-68).

Kenny dalam Siswanto (2008: 149) mengungkapkan cakupan latar cerita dalam cerita fiksi yang meliputi penggambaran lokasi geografis, pemandangan, perincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya sebuah tahun, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.

Nurgiyantoro (2019: 314) menjelaskan bahwa latar dibedakan kedalam tiga jenis yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

1. Latar tempat Latar tempat menunjukkan terjadinya peristiwa tertentu yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas.

(31)

21

Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Dalam novel

“Ningen Shikkaku” latar tempat yang digunakan ada banyak tetapi yang paling sering digunakan dan menjadi tempat awal mula konflik adalah kota Tokyo.

2. Latar Waktu 22 Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”

terjadi peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual dan waktu yang dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Latar waktu dalam novel “Ningen Shikkaku” adalah dari masa kecil Oba Yozo di kampung halaman hingga ia berusia 27 tahun.

3. Latar Sosial Latar sosial menunjukkan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal tersebut dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.

Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan misalnya rendah, menengah, atau atas. Latar sosial dalam novel “Ningen Shikkaku” adalah kehidupan sosial masyarakat Jepang pada umumnya seperti kepercayaan terhadap jimat dan hal- hal gaib. Selain itu adanya perbedaan status sosial antar tokoh.

(32)

22

Seperti Oba Yozo yang merupakan orang kaya dan anak anak dari seorang pejabat parlemen di Tokyo, berbeda dengan para tokoh yang lain yang rata-rata semuanya berasal dari kalangan menengah dan bawah.

2.2.5 Sudut Pandang

Menurut Siswanto sudut pandang adalah tempat pengarang memandang ceritanya. Dari tempat itulah pengarang bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan gayanya sendiri (2008: 151).

Nurgiyantoro (2019: 346) membagi sudut pandang menjadi tiga yaitu:

1. Sudut pandang persona ketiga “Dia” Penggunaan cerita dengan sudut pandang ketiga , gaya “dia”. Pengarang adalah seseorang yang tidak terlibat atau berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya seperti ia, dia, mereka.

2. Sudut pandang persona pertama “Aku” Penggunaan cerita dengan sudut pandang pertama, gaya “aku”. Pengarang adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah “aku” tokoh yang mengisahkan kesadarannya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui atau dialaminya sendiri serta sikapnya terhadap tokoh lain terhadap pembaca.

3. Sudut pandang campuran Penggunaan sudut pandang lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain tergantung dari cerita yang dituliskannya.

(33)

23

Sudut pandang pada novel “Ningen Shikakku” menggunakan sudut pandang persona pertama “Aku”. Pengarang ikut terlibat dalam cerita yang diceritakan.

2.2.6 Amanat

Amanat adalah gagasan atau pokok pikiran yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto, 2008: 162).

Dilihat dari pendapat diatas bisa dikatakan bahwa amanat adalah pesan moral dan nilai-nilai positif yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang ia sampaikan kepada pembaca.

2.3 Pendekatan Struktural dalam Karya Sastra

Menurut Satoto (1993 : 32) pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

Menurut Teeuw analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makan menyeluruh (Siswanto, 2008: 185). Nurgiyantoro 25 berpendapat bahwa strukturalisme dipandang sebagai salah satu pendekatan

(34)

24

kesastraan yang menekankan kajian hubungan antarunsur intrinsik pembangun karya yang bersangkutan dan analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, mesti fokus pada unsur-unsur instrinsik pembangunnya. Ia dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur instrinsik yang bersangkutan. Dengan pendekatan struktural penulis dapat menganalisis dan mengidentifikasi unsur-unsur instrinsik pada karya sastra.

Sehingga penulis bisa mengetahui fungsi dan keterkaitan antar unsur instrinsik tersebut.

2.4 Biografi Pengarang

Sastrawan kontemporer Shūji Tsushima (津島修治 Tsushima Shūji) atau lebih

dikenal sebagai Osamu Dazai (太宰 治 Dazai Osamu) adalah seorang sastrawan

& pengarang buku fiksi yang paling terkenal di abad 20 di Jepang. Karya- karyanya dicirikan sebagai standar klasik bagi sastra kontemporer yang memiliki ciri khas gaya semi autobiografis dan transparansi terhadap kehidupan personalnya. Lahir di Aomori, 19 Juni 1909, karya-karya Dazai tumbuh diawal masa setelah PD II (Perang Dunia II) sebagai karya sastra yang bertemakan gelap dan masam dan menggambarkan situasi sosial yang tepat bagi pemuda Jepang pada masa itu dikarenakan rasa nihilisme dan kebingungan setelah masa perang.

Dazai merupakan anak dari saudagar kaya pemilik tanah sekaligus politisi, dan sering menggunakan latar belakang kehidupan aslinya sebagai bahan untuk menulis karya sastra, walau tema dominan dalam karyanya merupakan tema yang gelap; Dazai juga terkenal akan tulisan yang humoris. Sejak masa mudanya ia

(35)

25

tertarik dengan karya-karya sastra Jepang namun tidak menutupnya dari pengaruh literatur asing yang kadang menjadi referensi dalam menyusun plot dalam karyanya. Pada saat umur 18 (1927) tahun ia memasuki Universitas Hirosaki dan mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap kesusastraan dengan mempublikasi berbagai macam karya tulis, bahkan menerbikan majalah “Saibou Bungei”(細胞

文芸 – Literatur Sel)ketika masa perkuliahannya. Pada 3 tahun yang sama, salah

satu sastrawan idolanya – Akutagawa Ryuunosuke meninggal bunuh diri.

Dikarenakan kejadian tersebut, Dazai mulai melupakkan kuliah dan mulai terjerumus dengan alcohol, narkoba, dan prostitusi. Walau sempat mencoba bunuh diri tahun 1929 ia berhasil selamat dan lulus dari universitas.

Tahun 1930 merupakan masa muda yang cukup kelam bagi Dazai dikarenakan selain ia tidak diakui oleh keluarganya, ia sempat akrab dengan wanita-wanita lain seperti seorang geisha dan pelayan bar; di Kamakura, ia mencoba bunuh diri dengan wanita pelayan bar tersebut, namun hanya wanita itu yang meninggal – Dazai sekali lagi diberikan kutukan untuk melanjutkan hidup dan hanya berujung pada perawatan rumah sakit. Bahkan setelah ia bergabung dengan Partai Komunis dan mencoba untuk kabur dari keluarganya, kakaknya yang bernama Bunji Tsushima mencabut tunjangan bulanannya dan mengancam Dazai untuk tidak memberikan uang lagi jika Dazai masih memiliki koneksi dengan hal

yang berbau Komunis.

Di antara tahun 1930 sampai 1940, Dazai mempublikasi novel yang mulai mencirikan kekhasan gaya sudut pandang pertama dan autobiografinya, salah

(36)

26

satunya adalah Omoide (思い出 Ingatan, 1933), Douke no Hana (道化の花 Bunga

Sang Badut, 1935), Bannen (晩年 Orang Tua, 1936), Hashire Merosu (走れ!メロ

ス Larilah! Melos, 1940). Setelah Perang Dunia II, novel buatannya mencapai

popularitas yang sangat besar, diantaranya adalah Shayou (斜陽 Matahari

Terbenam, 1947) dan Ningen Shikkaku (人間失格 Manusia Gagal, 1948). Dazai

memiliki 3 anak, salah satunya adalah Tsushima Satoko (Nama pena: 津島 佑子

Tsushima Yuuko) yang telah menjadi novelis terkenal dengan ciri khas tema feminim dan kewanitaan. Seminggu sebelum ulang tahunnya, Osamu Dazai meninggal bunuh diri dengan pasangannya, Yamazaki Tomie di kanal Tamagawa dengan menenggelamkan diri. Karya terakhirnya yang masih dalam pembuatan berjudul Guddo-bai (グッド・バイ Selamat Tinggal, 1948).

2.5 Sinopsis Cerita

Bercerita tentang seorang pemuda yang bernama Oba Yozo, yang terlahir dari keluarga kaya tetapi di dalam kehidupan sehari-harinya dia merasa telah gagal sebagai seorang manusia. Dia selalu merasa tersingkir dari kehidupan sosial lingkungannya dan bahkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Masa kanak- kanaknya pun tidak menyenangkan, karena selalu tertekan dengan sikap ayahnya yang memegang otoritas penuh terhadap dirinya. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang sangat berdampak pada keseharian Oba Yozo saat dirinya tumbuh dewasa sehingga menimbulkan banyak masalah dalam pribadi kehidupannya.

(37)

27

Oba Yozo tumbuh menjadi seorang pemabuk, perokok, sering pergi ke klub malam dan banyak bercinta dengan wanita dan dia pun sempat mengikuti gerakan anti pemerintah. Dia bahkan melakukan percobaan bunuh diri bersama wanita yang bekerja di sebuah bar. Malangnya, hanya wanita tersebut saja yang ditemukan meninggal, sedangkan Yozo ditemukan masih hidup dan segera dilarikan ke rumah sakit. Kejadian tersebut sangat membuat Yozo merasa bersalah terhadap kematian wanita tersebut. Bahkan rasa bersalah tersebut sangat mempengaruhi kehidupannya ke depan. Akibat kejadian itu juga, kecemasan Yozo terhadap opini masyarakat juga semakin membesar.

Di lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, pertemanan, danlingkungan sekitarnya, Oba Yozo selalu takut dan cemas akan kritikan dan penolakan dari orang-orang di sekitarnya yang menjadikannya seseorang yang mempunyai perasaan hipersensitif. Membungkus keterasingannya dan kecemasan terhadap persepsi orang lain dengan sebuah senyuman palsu dan sikap yang konyol agar selalu diterima oleh teman-temannya. Kecemasannya terhadap tanggapan masyarakat sekitar membuat dirinya semakin berpikir dia adalah manusia yang gagal.

Di tengah ketakutannya terhadap lingkungan sosial dan masyarakat, Yozo bertemu seorang gadis lugu penjaga toko yang untuk sesaat dapat menghilangkan berbagai kecemasan yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya Yozo pun memutuskan untuk menikah dengannya. Setelah menikah, Yozo mencoba untuk menjalani kehidupan normal yang selama ini dia inginkan dengan mulai bekerja kembali sebagai ilustrator komik guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

(38)

28

keluarganya. Namun sayang, keadaan tersebut pun tidak berlangsung lama, setelah Yozo menemukan istrinya tengah berselingkuh dengan seorang pedagang kerdil. Hal ini sangat membuat Yozo tertekan dan kembali memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri yang kedua.

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL “NINGEN SHIKAKKU”

KARYA DAZAI OSAMU

3.1 Analisis Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang dan Amanat yang ada dalam Novel “Ningen Shikkaku” karya Dazai Osamu.

3.1.1 Tema

- Cuplikan halaman 131

Kini aku bahkan memiliki kecurigaan terhadap keelokan, segalanya jadi sulit dimengerti, dan satu-satunya yang dapat aku andalkan adalah alkohol.

Tampangku jadi compang-camping. Dari pagi aku sudah minum shochu. Gigiku bolong-bolong. Sebagian besar komik yang kugambar pun mendekati komik porno. Tidak. Kuakui dengan jujur: sejak saat itu, akumulai membajak komik erotis dan menjualnya di pasar gelap. Aku cuma ingin uang untuk membeli shochu. Yoshiko terus terlihat gelisah dan menghindari tatapanku. Dia itu perempuan yang tidak tahu bagaimana bersikap waspada sama sekali. Apa itu mungkin berarti insiden dengan si pedagang terjadi lebih dari sekali? Apa dengan Horiki juga? Atau bahkan juga dengan orang yang tak aku kenal, batinku.

Namun, aku tak punya keberanian untuk mengungkap kebenaran dengan

(39)

29

menanyakannya, hanya bisa berusaha menghanyutkan kegelisahan dan ketakutan yang serasa memerasku itu dengan meneguk shochu.

Analisis:

Dari cuplikan di atas menjelaskan kondisi fisik Oba Yozo yang semakin memburuk ditambah lagi dengan rasa kecurigaan terhadap istri dan Horiki nya yang mungkin mengkhianatinya, Oba Yozo semakin kalut dalam kegelisahan dan ketakutan yang menyelimutinya, ia hanya bisa melakukan pekerjaannya yaitu menggambar hal hal ilegal demi mendapatkan uang untuk membeli alkohol.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa novel tersebut bertemakan kegagalan manusia yang selalu menderita dan tidak mempunyai semangat untuk hidup. singkatnya, Ningen Shikkaku menunjukan sifat, tindakan, situasi, waktu dan tempat yang menggambarkan derita demi derita yang dialami tokoh utama.

3.1.2 Alur

Teori Montage dan Hensaw tentang alur yang berdasarkan tahapan yaitu:

a. Exposition

Cerita bermula ketika Oba Yozo lahir sebagai anak bungsu dari sepuluh bersaudara, masa kanak-kanaknya dihabiskan hanya terbaring karena kondisinya yang lemah dan sakit-sakitan. Oba Yozo lahir di keluarga terpandang di Tohoku.

Oba Yozo mulai tidak merasakan hasrat manusiawi yaitu sensasi lapar.

Ketakutan nya pada lingkungan sosial dimulai dari rasa takut yang sangat berlebihan kepada ayahnya ditambah lagi ia mendapat pelecehan seksual dari pembantu di rumahnya, ia semakin trauma terhadap lingkungan sosial. Dalam

(40)

30

hal pendidikan Oba Yozo adalah anak yang pintar, ia pertama kali mendapatkan teman pada saat SMA yaitu Takeichi dan mulai mengembangkan bakatnya pada dunia seni. Ia selalu was was dalam bergaul, satu-satunya keahliannya adalah melawak. Iya sangat takut terhadap pandang orang terhadap dirinya, itulah yang membuat dia seperti memakai topeng setiap hari di sekolah.

Analisis:

Berdasarkan cerita di atas, dapat dilihat tahap Exposition yakni tahap awal yang berisi tentang perkenalan tempat terjadinya peristiwa dan perkenalan antar tokoh yang terlibat. Tahap awal ini tokoh yang diperkenalkan adalah Oba Yozo, Ayah Oba Yozo, Pembantu Rumah Tangga dan Takeichi. Lalu pada tahap awal ini juga menjelaskan tentang tempat peristiwa awal kehidupan sekolah menengah pertama Oba Yozo dan pertemuannya dengan Takeichi dengan latar waktu musim semi yang berada di awal bulan April.

b. Inciting Force

Bermula ketika Oba Yozo tinggal sendirian di Tokyo untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas, Oba Yozo hanya menghabiskan waktu seharian di rumah untuk membaca buku dan melukis. Ketika Ayah datang ke Tokyo, Oba Yozo akan buru buru berangkat sekolah. Itu pun terkadang aku mampir ke bengkel lukis milik Yasuda Shintaro kemudian biasanya Oba Yozo menghabiskan tiga sampai empat jam disana untuk berlatih membuat sketsa. Pertemuan dengan Horiki Masao, murid bengkel lukis kelahiran pusat kota Tokyo memulai awal kehidupan nakal Oba Yozo di Tokyo. Horiki mengenalkan Oba Yozo dengan alkohol dan wanita malam. Oba Yozo yang pertama kali merasakan dunia malam Tokyo mulai

(41)

31

merasakan sedikit kesenangan pada dunia dan akhirnya ia melakukannya setiap hari dan tanpa dengan Horiki dia sudah berani pergi ke klub malam untuk memuaskan nafsunya.

Analisis:

Pada tahapan ini muncul Inciting Force, yaitu tahapan yang dimana kekuatan, kehendak maupun prilaku yang bertentangan dari si pelaku timbul. Prilaku yang bertentangan dari pelaku muncul saat Oba Yozo mulai bolos sekolah dan malah belajar tentang seni dan sastra. Ia pun mencoba hal hal buruk seperti meminum alkohol yang berakhir dengan kecanduan dan juga bermain wanita. Ia selalu berpura pura baik ketika ayahnya datang agar tetap diberikan uang bulanan yang dihabiskan untuk foya foya dengan temannya Horiki.

c. Rising Action

Bermula ketika sekolah tingkat atas mengirimkan surat ke kampung halaman dan diterima oleh keluarga Oba Yozo tentang perilaku Oba Yozo yang tidak pernah masuk kelas dan terpaksa harus dikeluarkan dari sekolah. Kemudian Ayah Oba Yozo marah dan tak mengirimkan uang bulanan kepada Oba Yozo. Ia diusir dari rumah kan singgah ayahnya di Tokyo dan menjadi gelandangan. Oba Yozo mencoba meminta bantuan kepada sahabatnya yaitu Horiki untuk bisa tinggal di tempatnya tetapi Horiki tidak mengizinkannya. Oba Yozo mulai kesal dan semakin takut akan kejamnya dunia. Horiki yang sehari hari dibantu Oba Yozo kini ketika Oba Yozo meminta bantuan Horiki menolaknya mentah-mentah. Dengan kondisi keuangan yang menipis Oba Yozo mengunjungi klub malam dan berkenalan dengan Madam pemilik klub tersebut. Ia diterima tinggal di klub tersebut, dan

(42)

32

menjalani hari harinya sebagai pemabuk dan gonta ganti wanita. Kecanduannya terdahap alkohol membuat kehidupan Oba Yozo semakin memburuk.

Analisis:

Rising Action adalah situasi atau tahapan yang mulai memanas dikarenakan para pelaku dalam cerita sudah timbul konflik. Konflik terjadi ketika Oba Yozo dikeluarkan dari sekolah tingkat atas dan ayahnya mengusirnya dari rumah singgah di Tokyo serta tidak mengirimkan uang bulanan kepadanya. Lalu ketika ia meminta bantuan kepada Horiki tetapi ditolak mentah-mentah yang menyebabkan Oba Yozo harus tinggal di pelacuran dan menghabiskan hari harinya untuk mabuk-mabukan.

d. Crisis

Cuplikan kesimpulan halaman 71-76

Kami turun dari krem Ginza blok empat, lalu jalan kaki menuju kafe mewah yang kusebut sebagai kolam anggur dan hutan daging itu. Aku masuk tanpa uang dan bermaksud mengandalkan Tsuneko. Segera setelah kami duduk di kompartemen yang masih kosong, Tsuneko dan seorang hostes lainnya mendatangi kami dengan cekata. Hostes lain itu duduk di sampingku, sementara Tsuneko menghempaskan tubuhnya untuk duduk di samping Horiki. Aku tertetegun. Tsuneko akan dicumbunya.

Yang kurasakan saat itu bukan rasa sesal. Pada dasarnya, perasaan ingin memiliki hampir tak ada padaku, dan meski kadang aku merasa sedikit menyesal setelah kehilangan sesuatu, aku tidak punya kemampuan mental untuk merasakan

(43)

33

amarah, apalagi bertengkar soal hak kepemilikanku dengan orang lain.

Payahnya, aku bahkan pernah memandang diam istriku yang tak sah yang sedang diperkosa oleh lelaki lain pada kemudian hari.

Sebisa Mungkin aku tidak mau bersinggungan dengan konflik manusia. Aku tidak mau sampai harus tenggelam dalam pusaran mengerikan itu. Tsuneko dan aku tak lebih dari hubungan satu malam. Tsuneko itu bukan milikku. Serarushnya aku ti”dak mungkin bisa punya hasrat pongah yang membuatku menyesal. Meski begitu, aku tetap terperangah.

Kasihannya Tsuneko harus menerima ciuman yang beringas. Setelah ia dinodai Horiki, ia benar benar haus berpisah denganku. Apalagi aku tak punya dorongan untuk menghentikannya. Sudahlah. Berakhirlah seperti ini. Aku memang sejenak tersentak atas kemalangan Tsuneko, tetapi langsung pasrah bagai air yang mau tak mau harus mengalir ke tempat yang lebih rendah.

Kupandangi wajah Horiki, kemudian Tsuneko, lalu aku cengar-cengir saja.

Kemudian, situasinya tahu-tahu berubah semakin parah, sama sekali melesat dari dugaanku.

“Nggak jadi deh,” ujar Horiki tiba-tiba. Bnetuk mulutnya tampak menggelikan.

“Perempuan bau fakir begini, orang macam aku pun ogah,” katanya sambil melipat kedua legan di depan dada, menatap Tsuneko seolah sungguh-sungguh merasa jengkel, lalu menyeringai.

“Minumannya tambah. Aku tak punya uang,’ bisikku kepada Tsuneko.

(44)

34

Aku benar-benar haus minuman keras, sampai ingin berendam di dalamnya.

Di mata makhluk berlagak macam Horiki, Tsuneko bahkan tak layak mendapatkan ciuman mabuknya sebkalipun. Tsuneko hanyalah perempuan malang bau fakir. Betapa herannya, dan betapa tak kusangkanya, pikiran itu bergemuruh, menyambar-nyambarku. Tak pernah sebelumnya aku minum sebanyak ini. Aku terus minum sampai mabuk sempoyongan. Saat itu kutatap wajah Tsuneko lalu kami saling melempar senyum sendu. Memang jika dituangkan ke dalam kata, ia ini cuma perempuan letih bau fakir, pikirku. Pada saat yang sama, keserasian kami yang sama-sama tak punya uang (sekarang aku menganggap ketidakserasian antara kaya dan miskin merupakan tema abadi dalam drama meskipun tampak klise). Untuk pertama kalinya dalam hidupk, secara lantang, emosi cinta terbangun dalam hatiku, meski denyutnya lemah.

Kemudian aku pun muntah. Lalu aku hilang kesadaran. Itu juga pertama kali aku begitu mabuk, sampai-sampai kehilangan diri.

Saat bangun, Tsuneko terduduk di samping bantalku. Aku berada di kamar di lantai dua bengkel tukang kayu di Honjo.

Perempuan itu turut berbaring bersamaku. Ketika fajar datang, untuk pertama kalinya kudengar ia mengucap “kematian”. Ia sepertinya sudah lelah dengan kehidupannya sebagai manusia. Aku sendiri terjerat ketakutanku pada dunia, hal- hal menyusahkan seperti uang, kelompok gerakan, perempuan, sekolah, yang semakin kupikir, semakin membuatku yakin akan ketidakmampuanku untuk bertahan lebih jauh. Maka dari itu, kuterima tawarannya tanpa beban.

Meskipun begitu, waktu itu aku belum bisa merasakan kesiapan sungguh-

(45)

35

sungguh “akan mati”. Entah di mana di dalam diriku, ada bagian yang menganggapnya sebagai “main-main”. Aib yang membuatku merasa benar-benar tak bisa hidup lagi. Saat itulah, aku merasa bisa maju untuk mati. Tekad yang kurasakan dengan nyata akhirnya mendorongku untuk membulatkan tekad.

Malam itu, kami terjun ke laut di Kamakura. Sabuk kimono ini kupinjam dari temanku di kafe, kata perempuan itu seraya melepas, melipat, lalu meletakkannya di atas batu. Aku mengkutinya, melepaskan mantelku, dan kuletakkan juga di atas batu yang sama. Setelah itu kami terjun, bersama-sama sambil menenggelamkan diri. Perempuan itu mati, aku saja yang tertolong.

Analisis:

Pada tahapan ini disebut dengan Crisis yaitu situasi yang sudah semakin memanas dan para tokoh seolah-olah sudah diberi gambaran nasib oleh pengarang. Di cuplikan tersebut Oba Yozo yang semakin kalut dalam dunia malam di Tokyo bertemu dengan Tsuneko seorang wanita penghibur di suatu klub malam terkenal. Dijelaskan bahwa Oba Yozo pertama kali merasakan emosi cinta dalam hatinya meski tidak begitu rasanya tidak begitu kuat kepada Tsuneko. Oba Yozo mabuk dan terbangun di samping Tsuneko, lalu Tsuneko mulai memberikan ide bunuh diri untuk mengakhiri kesedihan dalam diri mereka masing-masing.

Oba Yozo menerima saran dari cinta pertamanya, dan berniat untuk bunuh diri bersama-sama. Mereka Akhrinya terjun ke laut Kamakura. Sialnya Tsuneko tewas sedangkan Oba Yozo berhasil selamat tetapi denga kondisi yang sangat parah ditambah kesedihan yang semakin mendalam.

e. Climax

(46)

36 - Cuplikan rangkuman halaman 126-129:

Bermula ketika Horiki mengunjungi rumah Oba Yozo dan mereka bermain seperti lawan kata seperti dua kawan lama yang saling melepaskan beban pikiran. Di tengah permainan Horiki turun ke lantai bawah untuk mengambil makanan, Horiki berteriak dengan suara dan wajah yang aneh.

“Hei! Kacang babi ternyata! Kemari!”

Padahal baru saja ia bangkit dan pergi sempoyongan, ia langsung kembali ke tempatku.

“Ada apa?”

Sekonyong-koyong naik darah drastis, kami berdua turun dari atap ke lantai dua, kemudian Horiki berhenti di tengah tangga yang menurun dari dua ke lantai dasar.

“Lihat!” serunya dengan suara pelan sambil menunjuk.

Jendela kecil di atas kamarku terbuk, dan dari situ, terlihatlah bagian dalam ruangan. Lampunya menyala, dan di depanku aku dua ekor binatang yang menggeliat.

Aku merasa pusing. Ini pun wujud manusia, tidak pantas aku merasa terkejut, batinku dengan nafas yang gelagapan. Aku sampai lupa untuk menolong Yoshiko, hanya terpaku pada tangga itu.

Horiki kemudian batuk dengan suara keras. Aku lari ke atap lagi untuk iasa pekat. Bukaan ketakutan seperti terhadap hantu di pemakaman, melainkan lebih

(47)

37

seperti perasaan ketika berada di kuil, kemudian melihat sosok dewa berjubah putih di antara pohn-pohon cemara. Ketakutan purba liar dan membungkam siapa pun seketika. Sejak malam itu aku mulai beruban secara prematur. Aku semakin kehilangan rasa percaya diri atas segalanya, kecurigaanku pada manusia semakin membentuk lubang tanpa dasar. Aku benar-benar terlepas dari segala ekspektasi, kegembiraan, dan simpati terhadap kegiatan dunia ini.

Kejadian itu betul-betul merupakan penentuan dalam hidupku. Seolah-olah tengah-tengah keningku telah dibelah, dan luka itu terus terasa nyeri setiap kali aku mendekati manusia siapa pun orangnya.

“Hei, aku turut simpati. Tapi akhirnya kau sedikit banyak dapat mengerti, kan.

Aku tak akan pernah kemari lagi. Tempat ini benar-benar neraka... Tapi maafkanlah Dik Yoshi. Bagaimanapun, kau sendiri juga bukan orang baik –baik.

Selamat tinggal.”

Horiki tidak segitu bodohnya untuk berada di tempat buruk itu lebih lama

Aku lantas membangkitkan badanku, minum shochu seorang diri, kemudian menangis meraung-raung. Sebanyak apapun aku menangis, aku masih bisa terus menangis tanpa henti.

Entah sejak kapan, Yoshiko sudah berdiri di belakangku membawa setumpuk kacang babi di atas piring. Wajahnya terlihat kosong.

“-katanya ia tak melakukan apa apa...”

“Sudah. Tak perlu berkata apa-apa. Kau ini tidak dapat mencurigai orang.

Duduklah. Ayo kita makan kacang.”

(48)

38

Kami duduk berdampingan dan makan kacang babi itu. Ah, apakah memercayai itu dosa/ Lelaki yang menyetubuhi Yoshiko adalah pedagang kerdil buta huruf, usianya kurang lebih 30 tahun, yang pernah memintaku menggambar komik untuknya, dan membesar-besarkan upah kecil yang harus dia bayarkan.

Lama sejak itu, dibanding kenyataan bahwa Yoshiko telah dinodai, kenyataan bahwa kepercayaannya telah dinodai menjadi bibit penderitaan yang membuatku merasa tak tahan untuk hidup lagi. Bagiku yang menjijikkan dan pecundang ini – yang hanya terus mempertanyakan maksud di balik wajah manusia karena kemampuannya untuk memercayai telah rusa – hati Yoshiko dapat memercayai tanpa syarat itu terasa begitu murni, menyegarkan seperti air terjun Aoba. Dalam semalam, kejernihan itu berubah menjadi air cemar kekuningan. Lihat saja. Sejak malam itu, ia jadi waswas terhadap gerak-gerikku sekecil apapun.

Saat kupanggil, ia pun berjengit, lalu langsung terlihat kebingungan ke mana seharusnya pandangannya diarahkan. Meski aku mencoba untuk membuatnya tertawa dengan lawak, ia terus saja canggung dan ketakutan. Bahkan tanpa sadar ia jadi menggunakan bahasa formal padaku.

Analisis:

Pada tahap ini disebut Climax yaitu tahap yang dimana konflik sudah berada ditahap yang paling tinggi sehingga para pelaku mendapatkan kadar nasibnya masing-masing. Situasi puncak disini bermula ketika Oba Yozo yang sudah menikah dengan Yoshiko dikunjungi Horiki sabahat lama Oba Yozo. Mereka menghabiskan malam denga minum alkohol dan bermain permainan lawan kata.

Referensi

Dokumen terkait

karya Haruki Murakami” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastrapada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Novel adalah karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka duka, kasih

Dalam hal ini, penulis menganalisa nilai pragmatic yang terkait dengan moral Bushido tokoh utama Toru Watanabe pada novel “Norwegian Wood” karya Haruki Murakami yang terdiri

Sikap Watanabe dari cuplikan diatas menunjukkan nilai moral Bushido Jin.. Jin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang pria yang mengalami masa sulit setelah ditinggal mati oleh sahabtanyadan orang yang

2.4 Studi Pragmatik Semiotika Sastra Dalam penelitian ini penulis menggunakan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Momiji” karya

Latar sosial yang terdapat pada novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul “Girls In The Dark” adalah gadis-gadis SMA katolik yang bisa merasakan gaya barat dan kelas

Dari uraian di atas, penelitian ini difokuskan pada kajian aspek struktural dalam karya sastra yaitu berupa unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan dan perwatakan, dan latar