• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL GIRL S IN THE DARK KARYA AKIYOSHI RIKAKO AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO ANKOKU JOUSHI TOIU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRUKTURAL NOVEL GIRL S IN THE DARK KARYA AKIYOSHI RIKAKO AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO ANKOKU JOUSHI TOIU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “GIRL’S IN THE DARK”

KARYA AKIYOSHI RIKAKO

AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO “ANKOKU JOUSHI” TOIU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi imi diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana

dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

Uli Artalina Damanik 150708033

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera utara

Medan 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan kesehatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proses perkuliahan sehingga penulis juga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Struktural novel Girl’s In The Dark Karya Akiyoshi Rikako” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D., selaku ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Siti Muharami Malayu, M.Hum., selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan banyak saran, masukan, meluangkan waktu dan secara ikhlas membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

(6)

4. Seluruh dosen yang mengajar penulis dari awal semester hingga penulis dapat menyelesaikan masa-masa perkuliahan di Program Studi Sastra Jepang, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

5. Dosen penguji ujian skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membaca, menguji dan memberikan penilaian terhadap skripsi yang penulis susun.

6. Orantua penulis yang sangat penulis sayang, orang tua yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan pendidkan penulis. Terimakasih telah memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis selama penulis menyusun skripsi ini, terimakasih buat doa, didikan dan semangat yang orangtua berikan kepada penulis.

7. Kakak dan adik-adik penulis Nova Ulidia, Roulita Rama Sari, Flora Srimaya dan Aegaly Oimenoxi yang sudah memberikan banyak dukungan, doa, dan dorongan kepada penulis. Saudari-saudari yang selalu memberikan semangat buat penulis.

8. Untuk teman-teman penulis Made, Evita, Astari, Nur, Rahel, Ve, Mei, Pinan, Achy, Ayu, Intan, Wendy, Frans, Ronaldo, Erwin dan seluruh teman satmbuk 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang teman-teman berikan kepada penulis. Penulis juga tidak akan lupa untuk kebersamaan dan perjuangan yang penulis telah lalui bersama dengan teman-teman.

9. Senior-senior penulis di sastra jepang, terimakasih telah mebantu dan mengajarkan penulis dalam pembuatan skripsi, dan menjadi tempat penulis bertanya jika ada sesuatu penulis tidak ketahui. Dan terima

(7)

kasih kepada semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah membantu dan membrikan dukungan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skirpsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kata semorna, untuk itu penulis sangat berharap kepada pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki kesalahn pada masa yang akan datang..

Akhir kata penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penyampaian penulis, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi mahasiswa lainnya, khusus nya mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, 19 Juli 2019 Penulis,

Uli Artalina Damanik

150708033

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 4

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.4.1 Tinjauan Pustaka ... 6

1.4.2 Kerangka Teori... 8

1.5 Tujuan dan Manfaat penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Metode Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL "GIRL'S IN THE DARK" KAJIAN STRUKTURAL 2.1 Definisi Novel ... 13

(9)

2.2 Struktur Cerita Novel Secara Umum ... 14

2.2.1 Tema ... 14

2.2.2 Setting (Latar) ... 15

2.2.3 Alur (Plot) ... 16

2.2.4 Penokohan ... 18

2.2.5 Sudut Pandang ... 21

2.2.6 Amanat ... 22

2.3 Kajian Struktural dalam Karya Sastra ... 22

2.4 Biografi Pengarang ... 23

BAB III ANALISIS STRUKTURAL NOVEL "GIRL'S IN THE DARK" KARYA AKIYOSHI RIKAKO 1.1 Sinopsis Novel Girl‟s In The Dark ... 24

1.2 Analisis Struktural Novel Girl‟S In The Dark ... 27

1.2.1 Tema ... 27

1.2.2 Latar ... 30

1.2.3 Alur ... 34

3.2.4 Penokohan ... 57

3.2.5 Sudut Pandang ... 66

3.2.6 Amanat ... 67

(10)

1.3 Keterrkaitan Antara Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang, Dan Amanat Yang Mendasari Struktur Cerita Dalam Novel Girl‟S In The Dark

1.3.1 Hubungan Tema dengan Latar ... 69

1.3.2 Hubungan Tema dengan Alur ... 69

1.3.3 Hubungan Tema dengan Penokohan ... 70

1.3.4 Hubungan Tema dengan Amanat ... 70

1.3.5 Hubungan Latar dengan Alur ... 70

1.3.6 Hubungan Latar dengan Penokohan ... 71

1.3.7 Hubungan Alur dengan Penokohan ... 71

1.3.8 Hubungan Alur dengan Amanat... 71

1.3.9 Hubungan Penokohan dengan Amanat ... 72

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 73

4.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(11)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Rokmansyah (2014 : 1), Kata sastra berasal dari bahasa sansekerta yang berasal dari kata sas yang memiliki arti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, atau intruksi”, sedangkan akhiran tra berarti “alat, sarana”.

Maka kata sastra dapat diartikan sebagai sarana untuk mengajar, alat untuk petunjuk, dan sebagai buku intruksi atau pengajaran. Menurut Sumardjo dkk (1986 : 2), sastra merupakan ekspresi dari pikiran. Dan yang dimaksud dengan

“pikiran” dalam hal ini adalah anggapan, akal, budi, daya pikir, penalaran, perasaan, gagasan, de-ide, dan semua kegiatan mental manusia. Sastra juga adalah semua buku yang didalamnya mengandung perasaan kemanusiaan yang sangat mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kemurnian, keluasan wawasan , dan bentuk yang indah.

Melalui karya sastra seseorang dapat menyampaikan isi pikirannya kedalam sebuah buku. Karena sebuah karya sastra akan dibaca oleh orang lain juga maka sesuai dengan teori Sumardjo, sastra mengandung perasaan kemanusiaan dan kebenaran moral, maka karya sastra yang diciptakan oleh pengarang juga memiliki perasaan kemanusiaan, kebenaran moral, keluasan pandangan dan bentuk yang mempesona. Agar orang yang membaca juga

(12)

mendapatkan pelajaran dari sebuah karya sastra. Maka teori Rokmansyah dan teori Sumardjo dkk, memiliki kesamaan dan berhubungan.

Menurut Sumardjo, dkk (1986 : 17), Sastra dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni sastra imajinatif dan sastra non-imajinatif.

Novel adalah karya sastra imajinatif yang banyak digemari mastyarakat

dari berbagai kalangan. Novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu karya sastra yang didalamnya menagndung kisah atau cerita yang menggambarkan tokoh-tokoh dan peristiwa rekaan. Menurut pengertian yang diberikan oleh Yelland dalam Aziz (2010 : 2), bahwa fiksi merupakan sebuah novel yang didalmnya bisa saja memuat tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa nyata.

Prosa memiliki dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Nurgiyantoro dalam Rokhmansyah (2014 : 32), menyebutkan bahwa unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik prosa terdiri atas tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang dan amanat.

Unsur -nsur intrinsik tersebut disebut juga sebagai struktural.

Salah satu hasil karya sastra fiksi Jepang yang berupa novel yaitu novel yang berjudul “GIRLS IN THE DARK” karya Akiyoshi Rikako, yang kemudian novel ini dterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Andry Setiawan. Novel ini menceritakan tentang putri pengelola sekolah SMA Putri Santa Maria yang bernama Shiraishi Itsumi. Sebelum kematiannya Itsumi adalah ketua klub sastra, sejak masuk ke SMA Santa Maria, Itsumi membentuk kembali klub sastra yang telah lama hilang, kemudian Itsumi mencari orang-orang pilihannya untuk menjadi anggota di klub sastra. Yang membantu Itsumi adalah sahabatnya

(13)

Sumikawa Sayuri, Sayuri selalu mendukung Itsumi dalam semua hal yang dilakukan Itsumi. Itsumi bahkan mempercayakan semua rahasianya kepada Sayuri, dari segi masalah keluarga, masalah anggota klub sastra, dan masalah percintaannya. Dalam novel ini kisah tentang Shiraishi Itsumi hanya diceritakan oleh anggota klub sastra. Semua kisah Shiraishi Itsumi diceritakan melalui cerita pendek masing-masing anggota klub sastra, mulai dari bagaimana mereka saling bertemu, menjadi anggota klub sastra dan hingga akhirnya harus melepas kepergian Shiraishi Itsumi.

Setelah penulis membaca novel tersebut beberapa kali, penulis menemukan bahwa novel tersebut baik jika dinilai dari segi struktural.

Berdasarkan uraian diatas, novel “Girls In The Dark” sangat menarik jika dibahas dari segi struktural. Oleh karena itu penulis mencoba membahas novel tersebut dengan judul “ANALISIS STRUKTURAL NOVEL GIRLS IN THE DARK KARYA AKIYOSHI RIKAKO”

1.2 Rumusan Masalah

Novel “Girls In The Dark” merupakan salah satu novel yang sangat digemari masyarakat khususnya anak remaja, novel yang ditulis oleh Akiyoshi Rikako ini berkisah tentang kehidupan siswi Klub Sastra SMA Putri Santa Maria.

Ketua klub sastra yang merupakan putri dari pengelola sekolah SMA Putri Santa Maria yaitu Shiraishi Itsumi telah tiada, Itsumi yang dikenal baik, cantik dan berkarisma oleh semua siswi jatuh dari gedung maka sebagai anggota yang sekaligus menjadi teman bagi anggota klub sastra, mereka ingin mengetahui

(14)

bagaimana sebenarnya sosok Itsumi yang diagungkan semua siswi disekolah itu mati dengan mengenaskan. Itsumi meninggal meloncat dari gedung sekolah dan menggenggam setangkai bunga lily ditangannya. Banyak yang kehilangan sosok seorang Itsumi yang baik dan cantik, mengapa dia harus meninggal dengan cara yang sepert itu? Apakah ada pembunuhan dibalik itu? Ada rumor yang beredar di sekolah yang mengatakan bahwa satu dari anggota klub sastra menjadi pembunuh gadis cantik berkarisma itu.

Novel “Girls In The Dark” dibangun oleh struktur atas tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang dan amanat. Maka penulis menuliskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana atas tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang dan amanat yang terdapat dalam novel “Girls In The Dark”?

2. Bagaimana keterkaitan antar atas tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang dan amanat dalam novel “Girls In The Dark”?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari rumusan masalah yang telah ditentukan perlu ada ruang lingkup pembahasan. Hal ini dilakukan agar pembahasan pada penelitian tidak terlalu leluasa dan berkembang terlalu jauh, maka penulis dapat fokus, sehinnga pembahasan pada penelitian dapat terarah.

Menurut Abrams dalam Fananie (2000 : 112), pendekatan Objektif adalah suatu pendekatan yang berdasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan.

(15)

Pendekatan ini dilihat dari apa yang dimiliki oleh sastra itu sendiri berdasarkan aturan sastra yang berlaku. Aturan yang dimaksud seperti, bagian-bagian intrinsik sastra yang mencakup, diksi, rima struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter dan amanat. Kekuatan karya sastra dapat dinilai berdasarkan keterkaitan semua unsur-unsurnya. Karena dasar pendekatan objektif sudah tampak jelas, maka seringkali pendekatan ini disebut juga pendekatan struktural.

Strukturalisme merupakan sebuah pandangan atau kepercayaan bahwa segala sesuatu di dalam dunia ini memiliki struktur. Sesuatu dapat dikatakan mempunyai struktur apabila ia menciptakan suatu kepaduan yang utuh, dan bukan merupakan jumlah dari satu elemen dengan elemen yang lain. Hubungan antar elemen dalam struktur tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. artinya, apabila satu elemen dihilangkan, kepaduan sesuatu itu tidak sekedar berkurang, tapi sebaliknya menjadi rusak sama sekali, Faruk (2017 : 156). Begitu juga pada novel, jika salah satu dari strukturnya dihilangkan maka, novel akan menjadi rusak, contohnya seperti pada novel jika tokoh dan penokohan tidak ada, maka novel tidak akan dapat terbentuk. Begitu juga dengan unsur intrinsik lainnya.

Dalam penelitian dibahas unsur-unsur intrinsiknya saja atau disebut juga dengan struktural (objektif) seperti yang ada pada rumusan masalah. Unsur intrinsik yang dibahas pada novel “Girls In The Dark yaitu atas tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang dan amanat. Pada penelitian ini penulis hanya memusatkan unsur intrinsik, dan keterkaitan antara masing-masing unsur, agar menjadi suatu struktur novel yang utuh. Sedangkan dari segi unsur ekstrinsik yang ada pada novel “Girls In The Dark” tersebut, penulis tidak akan bahas.

(16)

Dalam analisis dari segi pendekatan struktural ini, pada BAB II dibahas definisi novel, struktur cerita novel secara umum, setting cerita novel, kajian struktural dalam karya sastra, dan latar belakang penulis novel. Pada BAB III dibahas mengenai sinopsis novel “Girls In The Dark”, analisis struktural pada novel “Girls In The Dark” , saling keterkaitan antara unsur-unsur yang membangun novel “Girls In The Dark”, dan pada BAB III penulis mengambil cuplikan dari cerita pendek yang dituliskan oleh masing-masing anggota klub sastra yaitu, “Tempat Berada” yang dibacakan oleh Nitani Mirei, “Macaronage”

yang dibacakan oleh Kominami Akane, “Blkan di Musim Semi” yang dibacakan oleh Diana Detcheva (Murid Internasional), “Perjamuan Lamia” yang dibacakan oleh Koga Sonoko, “Pengibirian dari Raja Langit” dibacakan oleh .Takaoka Shiyo, dan “Bisika

n dari Kubur” yang dibacakan oleh Sumikawa Sayuri (ketua klub sastra).

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Salah satu karya sastra imajinatif yang berbentuk kompleks dan memiliki makna bagi pembaca adalah novel. Novel dapat mengisahkan hal mengagumkan dan mencengangkan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, oleh sebab itu kisah kehidupan tokoh dalam suatu cerita dapat berubah.

Menurut Endaswara (2008 : 49) bahwa dalam meneliti sebuah karya sastra kehadiran strukturalisme sering dipandang sebagai teori dan pendekatan.

(17)

strukturalisme akan menjadi sisi pandang yang akan diungkap dari sebuah karya sastra, sedangkan teori adalah pisau yang dapat membedah karya sastra.

Pendekatan struktural banyak digunakan dalam menelaah suatu karya sastra, beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan struktural dan relevan dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Prihantoro. Prihantoro (2008) dengan judul skripsi “Analisis Struktural Novel Towards Zero karya Agatha Christie serta implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMK”

membahas unsur-unsur intrinsik pada novel towards zero, dan bagaimana implementasi struktur novel Towards zero pada pembelajaran SMA.

Penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Simamora Ineke (2018) dengan judul skripsi

“Analisis Psikologis Tokoh Shirashi Itsumi dalam Novel “Girls In The Dark”

Karya Akiyoshi Rikako” yang membahas novel “Girls In The Dark” dari segi psikologis, karya sastra tersebut membahas tentang bagaimana psikologis dan interaksi kepribadian tokoh Shiraishi Itsumi. Simamora Ineke mengatakan bahwa dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu dipergunakan oleh Id, Ego, dan Super Ego. Penelitian tersebut membatasi ruang lingkup pembahasan yang dipusatkan pada analisis cerita yang menggambarkan psikologis tokoh utama. Dalam penelitian tersebut Ineke Simamora menggunakan teori psikoanalisa oleh Freud, yaitu tentang struktur jiwa manusia berupa Id, Ego, dan Super Ego yang saling berhubungan erat satu dengan yang lainnya.

Berbeda dengan penelitian diatas, penulis hanya fokus pada unsur-unsur intrinsik yang membangun novel Girls In The Dark atas tema, latar, alur,

(18)

penokohan, sudut pandang dan amanat. Lalu penulis akan menjelaskan bagaimana keterkaitan antar unsur-unsur tersebut.

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam menganalisis sebuah karya sastra diperlukan adanya sebuah teori yang dapat mendukung pendekatan yang sesuai dengan pendekatan yang digunakan oleh penulis. Teori ini digunakan sebagai tujuan dasar pemikiran penulis untuk mengerti, menjelaskan, dan memberikan penilaian terhadap suatu objek data yang dikumpulkan.

Junus dalam Siswanto (2008 : 183) mengatakan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan analisis sastra yang menitik beratkan pengamatannya pada karya sastra. Sebagai bentuk perkembangan formalisme dalam menganalisis sastra, muncul kajian strukturalisme. Selden dalam Siswanto (2008 : 185) mengatakan bahwa menurut Strukturalisme, dalam menelaah sebuah karya sastra harus fokus pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca sebagai penikmat. Hal ini di dukung oleh Pendekatan objektif menurut teori Abrams dalam Rokhmansyah (2014 : 10) memfokuskan perhatian hanya pada unsur-unsur intrinsik, keterkaitan antar unsur tersebut dan kebulatan. dampak yang masuk akal yang dihasilkan dalam pendekatan ini adalah membelakangi dan menyangkal semua unsur ekstrinsik, seperti faktor sejarah, ilmu masyarakat, politis, dan unsur-unsur yang berkenaan dengan sosial, dan budaya pada masyakrakat, termasuk profil. Oleh sebab itu, pendekatan objektif disebut juga sebagai analisis otonomi. Pengertian ini difokuskan pada telaah terhadap unsur-unsur dengan memperhitungkan keterkaitan unsur yang satu

(19)

dengan unsur yang lain. Oleh karena itu, penulis menggunakan konsep tema menurut teori Brooks, konsep latar menurut teori Stanton dan Nurgiyantoro, konsep alur menurut Montage dan Hansew serta menurut teori Baharuddin , konsep penokohan menurut teori Aminuddin dan teori Nurgiyantoro, konsep sudut pandang menurut Nurgiyantoro dan konsep amanat menurut Sudjiman.

Dalam Rokmansyah (2014 : 33), Sumardjo mengartikan tema sebagai buah pikiran atau gagasan sebuah cerita dan pokok utama yang mengandung tujuan pengarang dalam menulis ceritanya. Pengarang tidak hanya bercerita kepada pembaca, tetapi mengemukakan sesuatu . Sesuatu yang dikemukakan pengarang itu bisa berupa suatu perkara dalam kehidupan, pandangannnya tentang kehidupan atau anggapan pengarang mengenai kehidupan. Peristiwa dan karakter pemeran bersumber dari pengarang tersebut. Stanton dalam Rokmansyah (2014 : 38), membagi latar menjadi tiga bagian yaitu, latar tempat, latar waktu dan latar suasana atau kemasyarakatam. Menurut Aminuddin (2000 : 83), dalam suatu cerita, urutan peristiwa dalam plot/alur suatu cerita dapat terbentuk berdasarkan urutan susunan sebagai exposition, inciting force, rising action, crisis, climax dan falling action. Meurut Baharuddin alur tebbagi atas 3 bagian yaitu; alur maju, alur mundur dan alur campuran.

Aminuddin dalam Siswanto (2008 : 142-144), mengatakan bahwa tokoh adalah orang-orang yang akan memikul atau merasakan kejadian dalam cerita rekaan sehingga kejadian itu membentuk suatu cerita, cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Dalam penokohan ditunjukkan adanya tingkah laku, sifat, karakter dan sikpa dari tokoh, hal tersebut disebut sebagai perwatakan.

(20)

Dilihat dari segi kedudukan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibagi menjadi; (a) tokoh primer (tokoh utama), (b) tokoh sekunder (tokoh bawahan), (c) tokoh komplementer. Dilihat dari segi perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibagi menjadi tokoh dinamis dan tokoh statis. Dilihat dari perilaku yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibagi menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

Sudut pandang juga merupakan hal lain yang harus dilakukan dalam menganalisis sastra menggunakan pendekatan struktural. Sudut pandang merupakan penempatan penulis dalam cerita. Menurut Nurgiyantoro ( 1995 : 256- 266 ) sudut pandang dibedakan atas tiga bagian yaitu, sudut pandang persona ketiga, sudut pandang persona pertama dan sudut pandang campuran.

Dan yang terakhir adalah amanat, menurut Siswanto (2008 : 162), amanat adalah tanggapan yang maenjadi landasan sebuah karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.

1.5 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penulis memberikan tujuan penelitian sebagai berikut:

1) Untuk mendeksripsikan tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang dan amanat novel girls in the dark karya Akiyoshi Rikako,

(21)

2) Untuk mendekskripsikan keterkaitan antar unsur tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang dan amanat novel girls in the dark karya Akiyoshi Rikako.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menambah pengetahuan dan gambaran kepada pembaca mengenai unsur intrinsik didalam novel Girls In The Dark

2) Untuk memperkaya pengkajian dan pengapresiasikan terhadap karya sastra

1.6 Metode Penelitian

Hill dalam Pradopo (2003 : 108), mengatakan bahwa “karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena karya sastra haruslah”, sedangkan dalam menganalisis sebuah karya sastra perlu menggunakan metode penelitian agar hasil penelitian lebih objektif dan dapat dibuktikan. Untuk dapat memecahkan masalah yang diteliti pada novel “Girls In The Dark” digunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Ismawati (2016 : 7) memberikan pengertian penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang melahirkan data dekskriptif berupa kata-kata lisan atau tulisan, berdasarkan hasil pengamatan terhadap orang-orang dan perilakunya.

(22)

Menurut Siswantoro (2016 : 56), meneliti sebuah karya sastra bersandar pada metode yang sistematis sebagaimana halnya dengan penelitian lain. Karena penelitian sastra bersifat deskriptif, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Nawawi dalam Siswantoro (2016: 56) menjelaskan “Metode deskriptif bermanfaat sebagai langkah dalam menyelesaikan masalah yang diteliti dengan cara memberi gambaran tentang keadaan suatu objek seperti novel, drama, cerpen dan puisi atau berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data studi kepustakaan yaitu, dengan cara mengumpulkan data-data berupa buku dari kepustakaan yang berhubungan dengan objek penelitian. Selain memanfaatkan buku dari kepustakaan, penulis juga mencari data dari internet untuk mendalami teori-teori yang digunakan.

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “GIRL’S IN THE DARK”

KAJIAN STRUKTURAL

2.1 Definisi Novel

Abrams dalam Nurgiyantoro (2009 : 9) mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa italia yaitu novlla (yang dalam bahasa Jerman disebut novelle). Secara harfiah novella berarti „sebuah barang baru yang kecil‟. Menurut Aminuddin (2000 : 66) novel adalah sebuah narasi atau karangan yang yang bersifat imajinasi dari pengarangnya yang didalmnya mengandung tahapan rangkaian cerita, dan tokoh tokoh pelaku yang mengemban cerita dalam suatu latar tertentu.

Menurut Stanton (2009 : 90) Novel tidak dapat menjadikan topiknya menonjol, tapi sebaliknya novel berupaya menampilkan perkembangan suatu temperamen tokoh, suasana yang berliku-liku, menyangkutkan banyak atau sedikit tokoh dan berbagai peristiwa sulit yang terjadi dalam suatu waktu secara lebih mendetail. Novel memiliki ciri khas yaitu mampu melahirkan suatu dunia yang lengkap sekaligus rumit.

Nurgiyantoro ( 1995 : 18-20) membagi novel dalam dua kategoris yaitu, novel serius dan populer. Novel populer adalah novel yang terkenal pada masanya dan banyak peminatnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia hanya menampilkan peristiwa-peristiwa yang ada sesuai zamannya, dan tidak menceritakan kehidupan secara lebih kuat atau tajam. Novel serius menceritakan kehidupan yang universal, novel serius juga dapat memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca.

(24)

Novel “Girls In The Dark” ini termasuk kedalam novel populer karena, novel ini tekenal dikalangan remaja dan novel ini menceritakan masala-masalah yang menzaman.

2.2 Struktur Cerita Novel Secara Umum 2.2.1 Tema

Menurut Stanton dan Kenny dalam Ismawati (2013 : 70) tema merupakan manfaat yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema memiliki sifat yang umum dan abstrak oleh sebab itu dalam mencari tema sebuah cerita harus menarik kesimpulan dari isi keseluruhan cerita, bukan dari beberapa bagian saja.

Brooks dalam Aminuddin (2000 : 92) mengatakan bahwa dalam memberikan nilai terhadap tema suatu cerita, penilai harus benar-benar mengerti ilmu-ilmu perikemanusiaan karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil pemikiran pengarang yang memiliki hubungan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang bersifat universal. Dalam hal ini tema tidaklah berada di luar cerita, tetapi penuh berada di dalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun penuh berada didalam cerita tidaklah termasuk dalam satu atau dua kalimat secara tertulis, tetapi terpencar dibalik keseluruhan unsur-unsur yang relevan atau media pemapar prosa fiksi

Menafsirkan tema dalam suatu cerita yang dibaca serta merumuskan dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

(25)

Tema dalam “Girls In The Dark” karya Akiyoshi Rikako ini adalah nafsu wanita yang tidak terbendung. Memenuhi rasa kepuasan dengan menjadi satu- satunya orang yang di perhatikan , semua kemauannya dituruti, dan memperbudak orang lain dengan memanfaatkan kesulitan orang lain.

2.2.2 Setting (Latar)

Menurut Stanton (2007 : 35), latar adalah suasana yang melatarbelakangi sebuah peristiwa. Latar dapat berbentuk dekor, waktu-waktu tertentu, cuaca atau suatu periode sejarah. Kenny dalam Siswanto (2008 : 149) mejelaskan lingkup latar dalam cerita mencakup penggambaran lokasi geografis, pemandangan, tahun, lingkungan agama, moral intelektual, sosial dan emosional para tokoh.

Selanjutnya dalam Nurgiyantoro (1995 : 227) terdapat tiga unsur pokok dalam latar, yaitu tempat, waktu, dan sosial.

1. Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada tempat terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah rekaan. Unsur yang digunakan berupa tempat- tempat dengan nama tertentu, dan haruslah mencerminkan dan tidak berlawanan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang berkaitan. Latar tempat dalam novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul “Girls In The Dark”

adalah di SMA KATOLIK PUTRI SANTA MARIA di Jepang.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah Waktu kejadian dalam rekaan. Masalah kapan terjadinya sebuah peristiwa biasanya dikaitkan dengan Waktu nyata, Waktu yang ada kaitannya atau dapat bersinggungan dengan kejadian sejarah. Latar waktu juga harus dihubungkan dengan latar

(26)

tempat dan latar sosial karena latar tempat, latar waktu dan latar sosial pada kenytaannya memang saling memiliki hubungan dan keterkaitan..

Latar waktu dalam novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul

“Girls In The Dark” adalah Malam hari saat mengadakan acara yaminabe oleh klub sastra

3. Latar Sosial

Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dalam kemasyarakatan, meliputi berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan kehidupan sehari-hari, adat-istiadat, tradisi, kepercayaan, pandangan hidup, cara berpikir, cara bersikap, dan lain-lain. Selain itu Latar sosial juga menuju kepada status sosial pada masyarakat, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial yang terdapat pada novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul “Girls In The Dark” adalah gadis-gadis SMA katolik yang bisa merasakan gaya barat dan kelas atas di sekolah melalui sebuah klub sastra, dan di SMA Santa Maria ini memiliki tradisi bahwa semua siswi tidak dapat bekerja paruh waktu agar dapat lebih fokus dalam pelajaran di sekolah.

2.2.3 Alur (Plot)

Menurut Aminuddin (2000 : 83) pengertian alur atau plot karya sastra pada umumnya adalah susunan cerita yang dibangun oleh langkah-langkah peristiwa

(27)

sehingga membentuk sebuah cerita yang ditampilkan oleh penokohan dalam rekaan. tahapan peristiwa yang menyusun suatu cerita bisa berbentuk rangkaian suatu peristiwa yang berbagai macam, Tahapan tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

a. Exposition, yaitu tahap awal yang memperkenalkan tokoh, memperkenalkan tempat terjadi peristiwa dan menjelaskan situasi awal yang mendukung jalan cerita hingga akhir cerita.

b. Inciting Force, yaitu tahapan dimana muncul keinginan, kekuatan dan perilaku yang bertentangan dengan tokoh dalam peristiwa.

c. Rising Action, yaitu dimana situasi dalam cerita mulai panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai memiliki konflik.

d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan pengarang menggambarkan keadaan atau nasib yang akan diemban dari para pelaku.

e. Clmax, yaitu merupakan puncak dari permasalahan para pelaku. Pada tahapan ini. tokoh sudah mendapatkan keadaan nasibnya.

f. Faling Action, yaitu dimana konflik para tokoh sudah menurun dn menuju pada penyelesaian masalah.

Sedangkan alur menurut Baharuddin, dkk (2006: 14) yaitu

1. Alur maju atau progresif yaitu pengungkapan cerita berdasarkan waktu mulai cerita yaitu di waktu yang sekarang berjalan hingga ke waktu yang akan datang.

(28)

2. Alur mundur atau regresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut waktu yang lampau atau peristiwa sebelumnya terjadi hingga ke waktu yang sekarang, atau masa lampau ke masa kini.

3. Alur campuran yaitu pengungkapan cerita berdasarkan waktu yang saat ini kemudian mengingat kembali cerita yang sudah pernah terjadi kemudian kembali lagi ke waktu masa kini.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa alur dapat dibagi kedalam dua jenis yaiu:

1. Berdasarkan tahapan yaitu alur menurut teori Montage dan Hensaw 2. Berdasarkan waktu yaitu alur menurut Baharuddin

Alur berdasarkan tahapan pada novel “Girls In The Dark” karya Akiyoshi Rikako adalah exposition, inciting force, rissing action, crisis, climax, dan falling action. Dan alur berdasarkan waktu adalah alur campuran.

2.2.4 Penokohan

Tokoh berhubungan dengan seseorang dan memiliki gambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Menurut Nurgiyantoro (1995 : 173-174), tokoh dapat dibagi sebagai berikut:

1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya.

a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang kisahnya dominan dan penceritaannya lebih diutamakan dibandingkan dengan tokoh yang lain. Dalam sebuah cerita tokoh utama dapat menentukan perkembangan jalan cerita secara keseluruhan.

(29)

b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang pemunculannya lebih minor dan tokoh tambahan hadir hanya jika ada hubungannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh

a. Tokoh Protagonis,yaitu tokoh utama yang memiliki dan menunjukan moral yang baik dalam cerita, sehingga menjadi karakter yang disukai oleh pembaca.

b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang biasanya kurang disukai oleh pembaca karena, memiliki tempramental yang buruk dan kurang diterima dalam masyarakat sehingga dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam peristiwa.

Sedangkan menurut Aminuddin, Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibagi atas (a) tokoh primer (tokoh utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap peristiwa, (b) tokoh sekunder (tokoh bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh utama, (c) tokoh komplementer (tokoh tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu tokoh utama, dan tidak begitu aktif. Ditinjau dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibagi menjadi tokoh dinamis dan tokoh statis. jika diperhatikan dari segi masalah yang dihadapi oleh tokoh, tokoh dapat dibagi menjadi tokoh yang mempunyai karakter sederhana dan kompleks. Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap.

Aminuddin dalam Siswanto (2008 : 142-144) dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

Tokoh protagonis adalah tokoh yang karakternya disukai pembaca. Biasanya,

(30)

karakter seperti ini adalah karakter yang baik, dan positif. Tokoh antagonis adalah tokoh yang karakter dan perilakunya dibenci oleh pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang memiliki karakter buruk dan negatif.

Maka saya memaparkan tokoh dan penokohan dalam novel Akiyoshi Rikako yang berjudul Girls I The Dark” berdasarkan tiga jenis yaitu:

A. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya a. Tokoh primer (utama) : Shiraishi Itsumi

b. Tokoh sekunder (bawahan) : Sumikawa Sayuri, Nitani Mirei, Kominami Akane, Diana Detcheva, Koga Sonoko, dan Takaoka Shiyo

c. Tokoh komplementer (tambahan) : ayah Shiraishi Itsumi, ibu Nitani Mirei dan Hojo sensei

B. Berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh a. Tokoh protsgonis dalam novel ini tidak ada

b. Tokoh antagonis : Shiraishi Itsumi, Sumikawa Sayuri, Nitani Mirei, Kominami Akane, Diana Detcheva, Koga Sonoko, dan Takaoka Shiyo

C. Berdasarkan segi perkembangan watak tokoh a. Statis : Sumikawa Sayuri

b. Dinamis : Shiraishi Itsumi, Nitani Mirei, Kominami Akane, Diana Detcheva, Koga Sonoko, dan Takaoka Shiyo

(31)

2.2.5 Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan kedudukan pengarang atau situasi pengarang dalam cerita rekaan tersebut, dengan kata lain pengarang memposisikan dirinya dalam posisi tokoh dalam cerita tersebut. Apakah pengarang terlibat langsung atau hanyalah sebagai pengamat yang berada diluar cerita.

Dalam Nurgiyantoro (1995 : 256-266) sudut pandang dapat menjadi tiga yaitu:

a. Sudut pandang persona ketiga: “dia”, yaitu menceritakan peristiwa dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga, gaya ”dia”.

Posisi pengarang, dalam situasi ini adalah ada diluar cerita. Untuk menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita, dapat menyebutnya dengan nama atau gantinya.

b. Sudut pandang persona pertama: ”aku”, yaitu menceritakan peristiwa dengan menggunakan sudut pandang persona pertama, gaya ”aku”.

Kedudukan pengarang dalam situasi ini ikut terlibat dalam cerita, cerita tersebut mengisahkan pemikirannya sendiri, kesadarannya sendiri atau berdasarkan pengalaman.

c. Sudut pandang campuran, yaitu penggunaan sudut pandang lebih dari satu teknik. Pengarang dapat bergnti-ganti menggunakan sudut pandangnya. Penulis dapt menggunakan sudut pandang persona ketiga kemudian dalam cerita berikutnya pengarang menggunakan persona pertama.

(32)

Berdasarkan penjelasan tersebut sudut pandang dalam novel “Girls In The Dark”

karya Akiyoshi Rikako adalah sudut pandang persona pertama.

2.2.6 Amanat

Amanat adalah pemikiran yang menjadi patokan dalam sebuah karya sastra yang berisikan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.

Amanat yang disampaikan oleh pengarang melalui novel “Girls In The Dark” karya Akiyoshi Rikako kepada pembaca adalah bahwa untuk menjadi baik dimata orang lain, maka berbuat baiklah dari hati, Tidak menjadi orang yang munafik dengan menggunakan kelemahan orang lain agar menjadi baik, seperti kata pepatah “sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga”, dan juga tidak menutupi kebohongan dengan kebohongan, karena pada akhirnya akan ketahuan juga seperti pepatah mengatakan “sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya akan tercium juga”.

2.3 Kajian Struktural dalam Karya Sastra

Junus dalam Siswanto (2008: 183) mengatakan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan analisisnya pada karya sastra. Sebagai bentuk perkembangan formalisme dalam analisis sastra, lahir

(33)

kajian strukturalisme. Menurut Selden dalam Siswanto (2008: 185) Strukturalisme, menganalisis sastra harus berpatokan pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca sebagai penikmat.

2.4 Biografi Pengarang

Akiyoshi Rikako merupakan seorang penulis yang lulus dari Fakultas Sastra Universitas Waseda. Akiyoshi mendapatkan gelar master dari universitas Loloya Marymount dalam bidang layar lebar dan televisi, di Los Angeles.

Akiyoshi Rikako mendapatkan penghargaan melalui naskahnya yang berjudul Yuki No Hana pada tahun 2008. Pada tahun 2009, dia memulai debutnya dengan kumpulan cerpennya yang berjudul Yuki No Hana.

Akiyoshi Rikako memiliki beberapa novel yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu, Girl‟s In tHe Dark, The Dark Returns, dan Holy Mother.

Saat berada di Amerika Serikat, Akiyoshi pernah bekerja dalam film animasi anak anak. Dari kecil Akiyoshi sudah diajarkan oleh orangtuanya untuk sering membaca novel dan cerpen. Oleh karena itu Akiyoshi sangat menyukai novel. Akiyoshi memang tidak memiliki uang saku yang cukup, namun ia bekerja dan berusaha sangat keras bahwa bukan hal yang tidak mungkin baginya untuk mendapatkan peluang dari mengarang novel.

(34)

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “GIRL’S IN THE DARK” KATYA AKIYOSHI RIKAKO

1.1 Sinopsis Novel Girl’s In The Dark

Di salon sebuah ruangan yang gelap semua anggota sastra berkumpul untuk mengenang dan mencari tahu kejadian yang sebenarnya tentang kematian Shiraishi Itsumi ketua klub sastra yang dikenal baik, cantik dan ceria. Apakah Itsumi bunuh diri ataukah dibunuh, kenapa dia menggenggam setangkai bunga lily ditangannya. Di sekolah tersebar gosip bahwa salah satu dari anggota klub sastra telah membunuh Itsumi. Di klub sastra setiap sekali setahun mengadakan acara Yami-nabe. Ruangan ditutup dan senua lampu dipadamkan sehingga tidak ada yang terlihat satupun. Pada acara ini, semua anggota membawa bahan-bahan yang aneh dan memasukkannya ke kulkas tanpa memberitahukan kepada siapapun apa bahan yang dibawa. Mereka percaya bahwa panca indra akan lebih berfungsi pada kegelapan. Dalam acara Yami-nabe semua anggota klub sastra membacakan naskah dalam kegelapan, biasanya tema nya tidak ditentukan. Tapi kali ini berhubung ada kejadian yang membuat kaget seluruh sekolah dan terutama bagi anggota klub sastra, maka temanya ditentukan yaitu, tentang siapa yang menyebabkan kematian Itsumi. Semua anggota diminta untuk membacakan pandangannya masin-masing tentang kejadian ini.

Yang pertama dimulai dari Nitani mirei, dia mengatakan bahwa Itsumi adalah tempat berada bagi Mirei karena, Mirei merupakan seorang yang merasa tidak pantas berada di SMA yang mewah ini, dia hanya seorang yang

(35)

mendapatkan beasiswa. Tetapi Itsumi menagajaknya untuk bergabung di klub sastra, merupakan sebuah penghargaan baginya. Dia mengenal Itsumi adalah seorang yang ceria, tetapi suatu hari ada yang aneh terjadi pada Itsumi dan kelihatan dia juga kurang sehat. Mirei menanyakan apa yang terjadi pada Itsumi, lalu Itsumi mengatakan sesuatu yang tidak diduga yaitu, ada seorang anggota klub sastra yang sering datang menunjungi ayahnya. Dia pernah meninggalkan sapu tangan yang memiliki aroma bunga lily, dan aroma itu hanya dimiliki oleh Koga Sonoko. Saat Sonoko datang lagi kekantor ayah Itsumi mereka dipergok oleh Itsumi, sehingga membuat ayahnya marah. Menurut Mirei, Koga Sonoko lah yang menyebabkan kematian Itsumi.

Selanjutnya naskah yang dibacakan oleh Akane. Awalnya Akane tidak begitu menyukai Itsumi. Hingga suatu hari restoran ayah Akane mengalami kebakaran. Akane yang sangat menyukai memasak itu, Kini tidak dapat lagi melakukan hobby nya itu. Suatu hari Itsumi mengundang Akane untuk bergabung dengan klub sastra. Awalnya dia tidak ada niat untuk bergabung, tapi, dia mendengar bahwa klub sastra memiliki dapur yang mewah bergaya Prancis. Lalu dia bergabung dan mulai menyukai Itsumi. Dia menyadari ada yang aneh dari perilaku Itsumi dan menanyakan keadaannya. Lalu Itsumi bercerita bahwa ada seseorang yang menguntitnya, sampai-sampai penguntit itu masuk kerumahnya, dan mencuri barang-barang dirumahnya. Dia juga mencuri barang yang paling berharga milik Itsumi yaitu jepitan rambut pemberian neneknya. Akane pernah melihat jepitan rambut itu dipakai oleh Nitani Mirei. Sehingga membuatnya percaya bahwa Nitani Mirei lah yang menyebabkan kematian Itsumi.

(36)

Demikian lah para anggota klub sastra saling menuduh. Diana Detcheva seorang murid Internasional menuduh Takaoka Shiyo, Koga Sonoko menuduh Diana, dan Takaoka Shiyo menuduh Akane.

Lalu kebenarannya dibacakan oleh Sumikawa Sayuri sebagai pengganti ketua klub sastra, dan juga merupakan sahabat Shiraishi Itsumi. Naskah yang dibacakan oleh Sayuri merupakan naskah yang dituliskan oleh Itsumi sebagai wasiatnya. Itsumi menuliskan kebohongan yang telah dibuat oleh anggota klub sastra. Semua anggota klub sastra dikumpulkan bukan karena kebaikan Itsumi, tetapi mereka dikumpulkan untuk menjadi budak Itsumi yang selalu mengagungkan Itsumi. Dan mereka yang terpilih adalah orang-orang yang memiliki rahasia busuk yang diketahui oleh Itsumi. Dengan Itsumi menggenggam rahasia mereka mereka akan menuruti apapun yang dikatakan oleh Itsumi. Suatu hari rahasia Itsumi juga diketahui oleh ayahnya dan membuat ayahnya marah besar. Ayahnya memiliki beberapa foto Itsumi sedang bersama Hojo-sensei, guru sastra di SMA Santa Maria, dan ayahnya juga tahu bahwa Itsumi hamil. Itsumi tahu bahwa yang membocorkan rahasia nya adalah anggota klub sastra yang bersekongkol.

Untuk membalas dendam, Itsumi dan Sayuri merencanakan sebuah bunuh diri di depan semua anggota klub sastra dengan bunga lily di genggamannya. Pada saat kematiannya ketua klub sastra digantikan oleh Sayuri. Naskah yang akan dibacakan oleh anggota klub sastra juga sesuai dengan rencana Itsumi dan Sayuri, yaitu saling menuduh agar tidak ada satupun dari mereka yang tertuduh sebagai pelakunya.

(37)

1.2 Analisis Struktural Novel Girl’S In The Dark 1.2.1 Tema

- Cuplikan 1 halaman 226 - 227

Apakah kehidupan akan bermakna tanpa kita sendiri yang menjadi tokoh utamanya?, pasti akan sangat membossankan kalau kisah itu dibuat untuk kita, meskipun jalan ceritanya bagus dan konflik yang mendalam. Yang bisa menjadikan seorang tokoh utama menjadi seorang tokoh utama adalah seorang peran pembantu. Bukan peran pembantu yang sembarangan, tapi peran pembantu yang tau posisinya dimana.

Baik buruknya suatu kisah dilihat dari peran pembantunya. Tapi masalahnya peran pembantu juga menginginkan posisi tokoh utama.

Tokoh utama harus bisa berdiri lebih tinggi dari peran pembantu.

Bagaimana caranya?

Caranya kita harus menggenggam rahasia mereka. Kalau kesialan seseorang itu adalah madu yang manis, maka rahasia seseorang itu ialah rempah-rempah berkualitas tinggi.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan nafsu wanita yang tidak terbendung, bahwa di dalam kehidupan seseorang kalau, ia hanya menjadi pemeran pembantu dan bukan fokus seseorang maka hidup tidak bermakna. Jadi untuk mendapatkan posisi tokoh utama seseorang akan melakukan segala cara, salah satunya yaitu menggenggam rahasia mereka. Sama halnya dengan Itsumi, walaupun dia sudah

(38)

terlihat cantik, pintar dan merupakan seorang anak pengelola sekolah, yang akan sangat dikagumi oleh semua siswi disekolah, tapi dia tidak merasa puas jika tidak ada yang akan membantunya lebih bersinar lagi. Dia juga tidak menginginkan ada orang yang akan merebut posisinya sebagai orang yang didambakan, maka dia mencoba mencari pemeran pembantu untuknya yaitu orang-orang yang cukup terkenal juga disekolah.

- Cuplikan 2 halaman 237

Kalau kau ingin menggerakan orang sesuai dengan kehendakmu, genggamlah rahasianya....

Inilah yang aku pelajari dari taktik ayah sejak aku kecil. Ayah menggunakan taktik ini baik dalam hubungannya dengan orang, dan juga bisnis. Pegang rahasia lawan dan jangan biarkan dia punya jalan keluar. Dengan taktik inilah ayah terus memperbesar perusahaannya.

Analisis

Dalam cuplikan tersebut menjelaskan bahwa Itsumi sudah diajarkan sejak kecil untuk menjadi pusat pusat perhatian orang. Dengan menggerakkan seseorang sesuai keinginan membuat hidupnya seperti tokoh utama yang mengatur peran pembantu. Memegang rahasia seseorang dapat membuat seseorang tersebut mengikuti perintah Itsumi, dengan cara itulah Itsumi terus bersinar. Wanita dapat melakukan apa saja demi memenuhi nafsu nya.

- Cuplikan halaman 275-276

Benar. Mulai detik itu, salon ini berubah menjadi panggung pembalasan dendam dan panggung pergantian tokoh utama.

(39)

Pergantian tokoh utama adalah saat yang penting. Hal yang patut untuk ditonton. Agar tokoh utama yang baru bisa bersinar, tokoh utama yang lama harus gugur dengan menawan. Lalu, penonton juga dibutuhkan dalam sebuah panggung cerita. Saat itu saya mulai berpikir, dan memutuskan untuk menggunakan semua alat yang digunakan Itsumi untuk balas dendam.

Kemudian ingatlah bahwa mulai hari ini, kisah Sumikawa Sayuri sudah dimulai. Saya ingin kalian memberikan warna pada kisah saya ini.

hanya saja, mohon jaga perbuatan kata-kata kalian. Karena yang menggenggam rahasia kalian sekarang adalah saya. Kemudian yang kalian baru saja santap adalah hadiah yang saya bagikan, sebuah bukti dosa kalian yang baru dan tidak akan bisa kalian bantah.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa tokoh utama yang hilang harus digantikan agar cerita tetap berlanjut. Sayuri yang merasa dirinya lah yang pantas menjadi tokoh utama dalam kisah tersebut. Dan untuk menjadi tokoh utama, Sayuri juga memegang rahasia para pemeran tokoh pembantu.

Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel ini adalah keserakahan sseorang wanita dalam memenuhi nfasu atau keinginannya, bahkan dapat mengorbankan temannya yang berharga, karena dalam novel Itsumi menggunakan segala cara untuk menjadi tokoh utama, dan sayuri merasa bahwa dialah yang pantas untuk menjadi tokoh utama. Untuk mendapatkan perhatian dari siswi lainnya dan keinginannya untuk menjadi pemeran utama sangatlah tidak

(40)

biasa. Menggunakan segala cara agar keinginannya tercapai. Demi melanjutkan kisah itu, Sayuri menggantikan sahabatnya untuk menjadi pemeran utama.

1.2.2 Latar a. Latar Tempat

- Cuplikan 1 halaman 7

Salon sastra yang berada dibangunan terpisah dari kompleks sekolah ini adalah milik kita. Hanya milik kita.

*salon= sebuah ruangan tempat orang berkumpul, biasanya untuk membicarakan hal-hal seperti sastra atau kegiatan akademik lainnya (bahasa prancis)

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa latar tempat dimana peristiwa tersebut terjadi adalah di salon yaitu ruangan untuk melakukan kegiatan klub sastra.

Walaupun bangunan tersebut terpisah dari bangunan sekolah tetapi karena klub sastra itu adalah siswi-siswi SMA Santa Maria, tempat tersebut juga termasuk bagian dari sekolah.

- Cuplikan 2 halaman 270

Jangan berteriak-teriak seperti itu. Lagipula tidak akan ada yang bisa mendengar. Memalukan bukan seorang putri berteriak? Kita tidak boleh lupa bahwa kita adalah siswi SMA Putri Santa Maria yang terhormat.

Bukankah demikian?

(41)

Sudahlah. Minumlah coktail kalian dan tenanglah sebentar. Kemudian, dengarkan cerita saya baik-baik.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa mereka adalah siswi SMA Putri Santa Maria, dan salon tempat klub sastra merupakan bagian dari bangunan sekolah.

Maka tempat kejadian pada novel Girls In Dark adalah tepatnya di SMA Putri Santa Maria.

b. Latar Waktu

- Cuplikan halaman 6

Saudari sekalian, terimakasih sudah bersedia datang malam ini meskipun badai sedang menerjang. Pertemuan ini adalah pertemuan rutin klub sastra semester pertama yang terakhir.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa waktu terjadinya peristiwa adalah di akhir semester pertama, yaitu tepat pada malam hari.

c. Latar Sosial

- Cuplikan 1 halaman 7

Sekarang kita mengelilingi meja marmer oval. Diatas, biasanya ada chandelier yang terbuat dari kristal hitam baccarat yang selalu berkilauan dengan cantiknya.

Salon sastra yang berada di bangunan terpisah dari kompleks sekolah ini adalah milik kita. Hanya milik kita. Ada karpet dan wallpaper yang

(42)

berwarna lavender, dan ada tirai gantung dari beledu hitam yang menghiasi jendela ala prancis. Ada juga kabinet antik dengan kaki lengkung, dan sofa yang kainnya dipintal menjadi sebuah biara dengan gaya ghotic yang kemudian dipadukan dengan kompleks sekolah kita dan dirombak agar tidak terlihat aneh.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan latar sosial pada novel Girls In The Dark, dari segi dekorasi ruangan yang digunakan adalah bergaya Prancis, seperti baccarat.

Baccarat adalah merek produsen kristal mewah di Prancis, dan hal-hal lain seperti yang dijelaskan pada cuplikan.

- Cuplikan 2 halaman 9

Biasanya diatas meja ynag digososk sampai mengkilap ini diletakkan seperangkat alat teh dari wedgwood, scone yang baru matang, dan selai yang mengeluarkan aroma manis. Tapi malam ini, barang-barang tersebut semuanya disimpan. Apa kalian bisa melihat, diatas meja marmer ini ada barang yang tidak sesuai dengan salon kita ini?

Benar, panci.

Panci berwarna kuning kemerahan yang digosok sampa mengkilap produksi Mauviel, Prancis.

Izinkan saya menjelaskan tentang pertemuan rutin kali ini sekali lagi karena ada murid-murid kelas satu dan juga murid internasional.

Pertemuan kali ini bertema yami-nabe. Iya. Semua peserta akan

(43)

memasukkan bahan-bahan aneh yang mereka bawa kedalam panci dan semua orang harus memakannya dalam kegelapan.

Analisis

Pada cuplikan diatas juga menjelaskan bahwa latar sosial pada novel tersebut dilihat dari gaya hidup para tokoh adalah bergaya Prancis.

- Cuplikan 3 halaman 7

Akan tetapi, tempat ini tidak hanya cantik dan berkelas. Ada buku-buku yang terpilih di rak buku yang memenuhi dinding. Karena sekolah ini sekolah Katolik, di perpustakaan terdapat banyak buku agamawi dan buku-buku yang terlalu serius. Karena itu, disini sengaja dikumpulkan berbagai jenis buku dan dokumen yang jarang ditemui diperpustakaan.

Seperti perpustakaan pribadi yang keil, ya? Buku-buku ini adalah harta berharga milik klub sastra kita.

Analisis

Pada cuplikan diatas menjelaskan bahwa latar sosial yang terdapat pada novel adalah berupa keyakinan atau keagamaan. Pada cuplikan tersebut menjelaskan bahwa para tokoh bersekolah di sebuah sekolah katolik, dan buku- buku yang dimiliki oleh klub sastra adalah buku-buku agamawi.

(44)

1.2.3 Alur

Alur berdasarkan tahapan yaitu alur menurut teori Montage dan Hensaw:

a. Exposition

- Cuplikan halaman 6

Saudari sekalian, terimakasih sudah bersedia datang malam ini meskipoun badai sedang menerjang.

Pertemuan ini adalah pertemuan rutin klub sastra semester pertama yang terakhir. Izinkan saya, Sumikawa Sayuri selaku ketua klub sastra memberikan salam pembuka. Silakan mendengarkan dengan santai sambil menikmati welcome drink yang sudah diberikan tadi. Klub ini kecil dengan anggota tidak lebih dari sepuluh orang. Kelihatannya semua orang sudah berkumpul ya. Saya tidak bisa melihat wajah kalian dengan penerangan yang kurang, tapi saya tahu kursi yang disediakan sudah terisi penuh.

Analisis

Cuplikan diatas adalah tahapan peristiwa exposition yakni tahap awal, yang berisi penjelasan tentang perkenalan tokoh pada cerita, dan situasi pada cerita. Tokoh pemeran yang diperkenalkan pada tahapan ini adalah Sayuri sebagai ketua klub sastra yang baru dan anggota klub sastra yang kurang dari sepuluh orang. Situasi saat terjadinya peristiwa tersebut yaitu dengan ruangan yang kurang penerangannya, sehingga tidak terlihat jelas, wajah-wajah yang hadir dalam peristiwa tersebut.

(45)

b. Inciting Force

- Cuplikan 1 halaman 15

Biasanya temanya bebas. Tapi kali ini, temanya sudah ditentukan dengan seizin kalian karena ada kejadian itu. Ayah sadar, pasti sulit untuk menulis dengan tema yang ditentukan. Apalagi kali ini batas waktunya juga sangat mepet. Tapi saya ingin klian bisa berpikir secara positif. Anggaplah ini sebuah latihan yang penting.

Iya tema kali ini adalah kematian ketua klub sebelumnya Shiraishi Itsumi.

- Cuplikan 2 halaman 18 Kenapa Itsumi tiada?

Sampai sekarang pun saya tidak tahu.

Baru semiggu sejak kematiannya. Saya masih belum mempercayainya.

Kalian pun merasakannya kan tidak bisa disalahkan. Itsumi yang ceria itu akhirnya menjadi seperti itu...

...maafkan saya karena menangis.

Apa?

Tentu saja saya tahu. saya tahu ada gosip yang tersebar yang mengatakan bahwa salah seorang dari kita membunuh Itsumi. Kau bertanya apa saya mempercayainya...? hmmm... bagaimana ya...

Saya tidak bisa mengatakannya karena masih ada yang tahu apakah kematian Itsumi adalah bunuh diri, atau dibunuh orang lain.

- Cuplikan 3 halaman 20

(46)

Tapi... bagaimanapun juga, apapun caranya saya ingin tah. Saya ingin tahu kejadian yang sebenarnya.

Karena itu saya meminta kalian menceritakan kejadian ini dari sudut pandang kalian masing-masing. Sebuah naskah dengan tema kematian Itsumi. Naskah yang kita persembahakan untuk Itsumi.

Kenapa Itsumi harus mati? Kemudian...apakah benar ada diantara kita yang membunuhnya?

Analisis

Cuplikan diatas adalah tahapan peristiwa inciting force, yang menjelaskan dimana tahapan ketika timbul kekuatan, kehendak, maupun prilaku yang bertentangan dari pelaku. Pada cuplikan halamam 18, menjelaskan bahwa ada gosip yang mengatakan bahwa salah satu dari klub sastralah yang membunuh Itsumi, sedangkan klub sastra sendiri tidak diizinkan untuk melihat pemakaman Itsumi.

Dilanjutkan penjelaan pada cuplikan halaman 20, bahwa anggota klub sastra ingin tahu kejadian yang sebenarnya. Sayuri sebagai klub sastra menyuruh anggota klub sastra untuk menceritakan pandangan masing-masing siapa yang membunuh Shiraishi Itsumi.

Dalam penjelasan dari cuplikan ini, yang merupakan hal bertentangan dengan perilaku antar tokoh adalah, apakah mereka akan menuduh teman sesama anggota klub sastra untuk mencari kebenarannya dan mungkin dia juga tertuduh sebagai pembunuh ketua klub sastra yang sangat mereka hormati.

(47)

c. Rissing Action

- Cuplikan 1 halaman 55

“akhir-akhir ini kondisi ayah aneh. Kemudian saat aku menyelidiki ruangan kerja, ada sapu tangan khusus sekolah ini. tentu saja bukan milikku.”

“wah...”

“di sapu tangan itu tercium bau bunga lily. Le muguet, guerlain... di dunia ini hanya ada satu orang yang mengnakan parfum ini kan?,”

“oh tidak. Jadi...”

“kejam, ya. Teman sekelas jurusan IPA. Aku pikir dia saingan yang baik.

Tapi... sejak kapan dia dan ayah...”

- Cuplikan halaman 58

Suatu hari setelah salon usai, Itsumi memanggilku ke salon. Di salon hanya ada Itsumi yang berselonjor di dekat perapian. Saat melihatku, wajahnya berubah menjadi tenang, seperti anak tersesat yang akhirnya menemukian ibunya.

“terimakasih sudah datang. Silakan duduk. Akan aku siapkan teh.

Commpmile tidakapa-apa kan? Bisa membuat tenang.”

“iya”

Beberapa saat Itsumi menghilang ke dapur dan saat muncul lagi dia membawa satu set peralatan teh ginori di atas nampan. Di atas piring kecil ada pie apel dan eskrim vanila.

“kemarin ya... Sonoko datang lagi ke rumah.”

(48)

Benar rupanya Itsumi ingin membicarakan masalah ini. kemarin Koga tidak mengikuti pertemuan membaca. Aku sudah curiga.

“ibu kemarin pergi sukarelawan, adikku ikut klub, jadi tidak ada orang dirumah. Buru-buru aku pulang kerumah setelah pertemuan membaca dan aku bertemu Sonoko di pintu depan,” ujar Itsumi dengan rasa sakit.

“kau bertanya pada ayahandamu?”

“aku sudah ingin mendesaknya tapi, tapi tidak jadi. Akan aku tanya setelah mengumpulkan bukti. Aku pernah terpergok di ruang kerja dan dia marah, mengatakan aku tidak tahu malu.”

- Cuplikan 2 halaman 61

Seminggu berlalu sejak kematian Itsumi. Siapa yang membunuh Itsumi...? siapapun ingin menggali kebenarannya.

Tapi aku tahu. yang mendorong Itsumi dari teras sampai jatuh tak lain dan tak bukan adalah Koga Sonoko

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa pelaku pelaku dalam cerita mulai memiliki konflik. Cuplikan tersebut merupakan naskah yang dibacakan oleh Mirei, yang berisikan pendapatnya tentang siapa yang membunuh Itsumi. Seperti dalam cuplikan halaman 55, dijelaskan bahwa sebelum Itsumi meninggal, dia pernah bercerita tentang masalah keluarganya kepada Mirei.Itsumi mengatakan bahwa temannya yaitu Koga Sonoko, memiliki hubungan dengan ayah Itsumi. Pada cuplikan halaman 58, Itsumi juga bercerita kalau Sonoko datang lagi kerumahnya saat tidak ada ibu dan adiknya. Saat Itsumi menanyakan hal itu kepada ayahnya, justru ayahnya marah kepada Itsumi. Hal itulah yang membuat ada konflik antara

(49)

Itsumi dengan Sonoko dan Mirei. Pada cuplikan halaman 61, Mirei menyatakan bahwa Koga Sonoko lah yang menyebabkan kematian Itsumi.

- Cuplikan 3 halaman 87

suatu hari Itsumi muncul didapur dengan raut wajah gelap. Saat itu aku sedang mencampurkan gula bubuk dengan almond yang sudah di haluskan.

“senpai, ada apa?”

“hmmm... sebenarnya.” Itsumi menghela nafas panjang “aku diuntit.‟

“eh?” aku membayangkan wajah adik-adik yang sering menunggu Itsumi dilorong maupun di jalanan saat pulang sekolah. Diantaranya memang ada orang yang dengan gencarnya memberikan surat atau hadiah, bahkan ada yang meminta alamat e-mail. Meskipun Itsumi mengatasinya dengan senyum manis, mungkin sebenarnya dalam hati dia merasa capek.

“senpai kan memang mencolok, jadi tidak heran. Apalgi sudah menjadi idola.‟

“bukan begitu dia sampai masuk kedalam rumah!”

“eh,? Sampai kerumah?‟

“iya. Dia bilang dia ingin jadi guru privat adikku dan memakasa...”

“tidak bisa ditolak?”

“aku sudah menolaknya berkali-kali. Tapi dia bilang tidak dibayar pun tidak apa-apa. Tidak mungkin kan aku melakukan hal seperti itu/ jadi aku membayarnya bulanan... tapi meskipun begitu.... ya,kan?”

“itu tidak bisa dibenarkan. Sudah coba bicara dengan kepala sekolah?”

(50)

“ah... dia bisa dibilang pintar, juga bisa dibilang licik... disekolah ini tidak bisa kerja paruh waktu kan? Tapi dia konsultasi dengan kepala sekolah, katanya dia tidak bisa melanjutkan hidup kalau tidak kerja sambilan. Kepala sekolah malah mengajukan usul agar dia menjadi guru privat adikku. Dengan demikian dia akan mengizinkan kerja paruh waktunya. Karena itu, dia sudah menelan kepala sekolah bulat-bulat”

- Cuplikan 4 halaman 90

“tapi bukan hanya itu saja.”

“tidak hanya menguntit? Dengan masuk kerumah saja itu menurut saya sudah keterlaluan.”

“sebenarnya... banyak barang dirumah yang hilang.”

“eeeh?”

“awalnya barang-barang kecil seperti sapu tangan, dan tas kecil untuk peralatan makeup. Taoi lama kelamaan semakin meningkat seperti jam duduk limoges, dan gelas. Selain itu uang di dompet pun dicuri.”

- Cuplikan 5 halaman 94

“sebenarnya... kemarin barangku yang berharga lagi-lagi dicuri.”

Aduh. Apa?”

“ Jepit rambut. Jept rambut yang ada hiasan bunga lily nya.”

“apa bukan ibunda atau pembantu yang membereskannya”

“tentu saja aku sudah bertanya pada mereka, tapi katanya tidak ada yang menyentuhnya. Padahal aku sudah menyimpannya baik-baik di meja rias.”

“kejamnya...”

(51)

“aku masih bisa memaafkannya kalau barang lain yang dia curi. Tapi jepit rambut lily itu tidak bisa. Itu pesanan khusus, hadiah dari nenekku yang sudah meninggal.”

Analisis

Cuplikan diatas adalh naskah yang dibacakan oleh Kominami Akane. Cuplikan diatas menjelaskan bahwa Itsumi memberitahukan kepada Akane, bahwa ada yang menuntitnya, dan dia merupakan salah satu anggota klub sastra. Dalam naskah yang dibacakan oleh Akane tidak diberitahukan saiapa sebenarnya yang menyebabkan kematian Itsumi tapi secara tidak langsung Akane memberitahukan bahwa orang yang sedang memakai jepit rambut lily itulah orang yang menyebabkan kematian Itsumi. Pada acara Yami-nabe, seseorang yang memakai jepit rambut lily itu adalah Nitani Mirei. Dalam pembacaan naskah Kominami Akane, Akane dan Mirei mulai memiliki konflik.

- Cuplikan 1 halaman 132

Suatu hari, saat ada pertemuan klub, Itsumi berkata, “oh iya,

bagaimana kalau kita terjemahkan kimi-kage sou karya Takaoka-san kedalam bahasa Bulgaria? Bukan, jangan hanya Bulgaria. Bahasa Inggris, dan bahasa Prancis juga. Kemudian kita kirim ke penerbit luar negeri, mengekspornya. Tidakkah kalian pikir betapa cantiknya ada seorang anggota klub ini yang terbang sampai keluar negeri?”

Anggota-anggota yang lain menyetujui ini,,, kecuali satu. Satu orang itu diluar dugaan, adalah sang penulis, Takaoka Shiyo.

“ wah, Takaoka-san, kenapa memasang wajah seperti itu?”

(52)

“senpai, saya berteriakasih kalau senpai menyukai karya saya, tetapi usul tadi adalah penghinaan terhadap sebuah karya. Saya bangga bahwa saya adalah orang Jepang. Kalau diterjemahkan, saat itu juga karya saya bisa dianggp mati.”

“tidak sampai begitu, kan? Kalau aku dan Sayuri selesai membuat terjemahan bahasa Inggris, kau bisa mengeceknya. Lagipula kau pintar berbahasa Prancis, kan? Kau bisa menjaga arti setiap kata dan kau bisa menerjemahkannya sendiri, kan?”

“sudah aku bilang, tidak mungkin bisa menjaga arti setiap kata! Itsumi senpai tidak mengerti perasaan seorang profesional1” protes protes Takaoka-san dengan setengah berteriak.

- Cuplikan 2 halaman 140

Aku tidak akan memaafkanmu. Kubunuh kau.

Kata-kata yang saya dengar di perayaan paskah itu seperti menusuk- nusuk telinga.

Kebencian Takaoka-san pada Itsumi sangat hebat.

Itsumi sudah memberitahukan kepada kita siapa penjahat yang sebenarnya. Itsumi mengatakan kepada saya bahwa kimi-kage sou adalah nama lain dari bunga lily.

Analisis

cuplikan diatas adalah nsakah yang dibacakan oleh Diana Detcheva, murid internasional. Sejak awal Diana bertemu dengan Shiyo di bulgaria, Diana melihat bahwa Takaoka tidak menyukai Itsumi, Takaoka melihat Itsumi seperti dia ingin membunuhnya. Setelah masuk kesekolah yang sama dengan Itsumi dan Takaoka,

(53)

Diana pertama kali melihat bahwa Takaoka membentak Itsumi. Saat kematian Itsumi, Itsumi menggenggam setangkai bunga lily di tangannya. Oleh sebab itu, Diana berpikir bahwa bunga lily itu merupakan pesan yang disampaikan oleh Itsumi. Bunga lily tersebut merupakan nama lain dari kimi-kage sou, yang tidak lain adalah judul novel karya Takaoka Shiyo.

- Cuplikan 3 halaman 174-175 Siapa? Dijam seperti ini?

Ditengah keingintahuanku, aku mendekati bayangan itu. Bayangan itu dengan perlahan dan dengan tak nyaman... ini benar... menyeret kakinya. Tidak aneh memang bagi Diana yang tinggal di biara yang menjadi bagian kmpleks sekolah untuk berkeliaran di kompleks pada jam seperti ini. saat itu aku sudah ingin berbalik menuju UKS.

Saat itulah hal itu terjadi. Diana membuka kainnya dan mengeluarkan sesuatu didalamnya. Sebuah boneka.

Kemudian aku menjadi tertarik melihat kenyataan bahwa benda penting yang tidak mungkin ia lepaskan itu adalah boneka. Jadi aku berpindah ke tempat yang bisa melihat lebih jelas lagi.

Diana menekan boneka itu pada batang pohon. Kemudian gadis itu mengeluarkan sebilah pisau, menghunjamkannya pada dada sang boneka!

Aku yang terkejut ingin melihat lebih lagi dan berjinjit... kemudain aku terkesiap.

Wajah boneka itu sama dengan Itsumi.

- Cuplikan 4 halaman 176

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “Her Sunny Side” Karya Osamu Koshigaya ini, penulis susun sebagai salah.. satu syarat untuk

Di dalam novel dapat dilihat hubungan Musashi dengan orang lain dalam masyarakat dan bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain, di mana pada saat itu ada empat lapisan

ANALISIS FEMINISME TOKOH RIE DALAM NOVEL THE SCENT OF SAKE KARYA JOYCE LEBRA.. JOYCE LEBRA NO SHOUSETSU NO “THE SCENT OF

Novel adalah karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka duka, kasih

Dalam hal ini, penulis menganalisa nilai pragmatic yang terkait dengan moral Bushido tokoh utama Toru Watanabe pada novel “Norwegian Wood” karya Haruki Murakami yang terdiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang pria yang mengalami masa sulit setelah ditinggal mati oleh sahabtanyadan orang yang

2.4 Studi Pragmatik Semiotika Sastra Dalam penelitian ini penulis menggunakan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Momiji” karya

Teman-teman Sastra Jepang S’11 juga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberi banyak bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi