• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL SILENCE KARYA AKIYOSHI RIKAKO AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO SAIRENSU TOIU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRUKTURAL NOVEL SILENCE KARYA AKIYOSHI RIKAKO AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO SAIRENSU TOIU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI SKRIPSI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “SILENCE” KARYA AKIYOSHI RIKAKO

AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO “SAIRENSU” TOIU SHOUSETSU NO KOUZOU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi imi diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

Ismi Jeni Fadillah Harianja 170708005

Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera utara

Medan

2021

(2)
(3)

Universitas Sumatera Utara

(4)
(5)

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan kesehatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proses perkuliahan sehingga penulis juga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Struktural novel SILENCE” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein Sinar, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D., selaku ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D., selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan banyak saran, masukan, meluangkan waktu dan secara ikhlas membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

(6)

i

(7)
(8)

4. Seluruh dosen yang mengajar penulis dari awal semester hingga penulis dapat menyelesaikan masa-masa perkuliahan di Program Studi Sastra Jepang, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

5. Dosen penguji ujian skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membaca, menguji dan memberikan penilaian terhadap skripsi yang penulis susun.

6. Mama penulis yang sangat penulis sayang, Mama yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan penulis sebagai pengganti Ayah yang sudah tiada. Terimakasih telah memberikan dorongan dan dukungan kepada penulis selama penulis menyusun skripsi ini, terimakasih buat doa, didikan dan semangat yang Mama berikan kepada penulis.

7. Adik saya Sekar Ayu Putri Harianja yang sudah memberikan banyak dukungan, doa, dan dorongan kepada penulis. Saudari-saudari yang selalu memberikan semangat buat penulis.

8. Untuk teman spesial saya Ahmad Doli Batubara, untuk bantuan dan dukungan nya selama proses penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Untuk teman-teman penulis Balqis, Alika, Yusra, Denny, dan seluruh teman satambuk 2017 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan yang teman-teman berikan kepada penulis. Penulis juga tidak akan lupa untuk kebersamaan dan perjuangan yang penulis telah lalui bersama dengan teman-teman.

10. Senior-senior penulis di sastra jepang, terimakasih telah mebantu dan mengajarkan penulis dalam pembuatan skripsi, dan menjadi tempat penulis bertanya jika ada sesuatu penulis tidak ketahui. Dan terima

(9)

iii

kasih kepada semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah membantu dan membrikan dukungan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skirpsi ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat berharap kepada pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki kesalahan pada masa yang akan datang..

Akhir kata penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penyampaian penulis, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi mahasiswa lainnya, khusus nya mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, 19 Juli 2019

Penulis,

Ismi Jeni Fadillah Harianja NIM: 170708005

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ...7

1.4.2 Kerangka Teori... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat penelitian ...12

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 12

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 13

1.6 Metode Penelitian ...13

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL "SILENCE" KAJIAN STRUKTURAL 2.1 Definisi Novel ... 15

2.2 Struktur Cerita Novel Secara Umum ... 16

(11)

v

2.2.1 Tema ...16

2.2.2 Setting (Latar) ... 17

2.2.3 Alur (Plot) ... 19

2.2.4 Penokohan ... 20

2.2.5 Sudut Pandang ... 23

2.2.6 Amanat ... 24

2.3 Kajian Struktural dalam Karya Sastra ...25

2.4 Biografi Pengarang ...25

BAB III ANALISIS STRUKTURAL NOVEL "SILENCE" KARYA AKIYOSHI RIKAKO 3.1 Sinopsis Novel Silence ...26

3.2 Analisis Struktural Novel Silence ...29

3.2.1 Tema ...29

3.2.2 Latar ... 32

3.2.3 Alur ... 35

3.2.4 Penokohan ... 49

3.2.5 Sudut Pandang ...55

3.2.6 Amanat ...57

(12)

3.3 Keterrkaitan Antara Tema, Alur, Penokohan, Latar, Sudut Pandang, dan Amanat Yang Mendasari Struktur Cerita Dalam Novel Silence

3.3.1 Hubungan Tema dengan Latar ... 58

3.3.2 Hubungan Tema dengan Alur ... 58

3.3.3 Hubungan Tema dengan Penokohan ... 59

3.3.4 Hubungan Tema dengan Amanat ... 59

3.3.5 Hubungan Latar dengan Alur ... 60

3.3.6 Hubungan Latar dengan Penokohan ... 60

3.3.7 Hubungan Alur dengan Penokohan ...60

3.3.8 Hubungan Alur dengan Amanat... 61

3.3.9 Hubungan Penokohan dengan Amanat ... 61

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 62

4.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo dan Saini 1994:3). Menurut Luxemburg dan Willem (1992 : 23), sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang ditulis dalam kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu. Dalam gejala sosial di kehidupan bermasyarakat tersebut, masyarakat cenderung menghasilkan buah pikiran berupa karya yang indah yang kita kenal sebagai karya sastra. Karya sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat yang dapat mencerminkan dan mengekspresikan hidup.Karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memiliki bagian yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antar unsur secara keseluruhan (Endraswara, Suwardi 2003:49).

Unsur-unsur pembentuk karya sastra meliputi alur, latar, penokohan, tema, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut akan membentuk satu kesatuan yang utuh. Pradopo (1993:118-119), menyatakan bahwa “karya sastra merupakan sebuah struktur, yang merupakan bangunan yang bersistem, antar unsur yang satu dan yang lain menunjukkan hubungan timbal balik dan saling menentukan. Keutuhan unsur dalam karya sastra bukan hanya merupakan kumpulan benda yang berdiri sendiri, melainkan yang saling

terkait.”Karya sastra dibagi menjadi dua jenis, karya sastra yang bersifat non fiksi dan

(14)

fiksi. Karya sastra non fiksi adalah sebuah tulisan atau karangan yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan sehari hari yang dituangkan dalam bentuk tulisan dengan kata lain faktual. Hal–hal yang terkandung di dalamnya adalah nyata dan benar-benar ada dalam kehidupan. Karya sastra non fiksi berupa puisi, lagu dan drama.

Karya sastra fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan, sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi. Karya sastra fiksi berupa komik, cerpen, esai, cerita rakyat dan novel.

Salah satu hasil karya sastra yang diminati para pembaca adalah novel. Karena novel bisa kita baca dan nikmati secara langsung. Hakikat novel menurut Nugraheni Eko Wardani (2009: 15) mengemukakan bahwa novel adalah fiksi yang mengungkapkan cerita tentang kehidupan tokoh dengan problematika dan nilai-nilainya yang mencari nilai otentik dalam dunianya. Novel merupakan suatu karyafiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan ( Aziez dan Hasim, 2010: 2).

Novel merupakan suatu karyafiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan ( Aziez dan Hasim, 2010: 2).

Sebagaimana yang kita ketahui, novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan.

Sebuah novel biasanya memuat tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa nyata, tetapi pemuatan tersebut biasanya hanya berfungsi sebagai bumbu belaka dan mereka di masukaan dalam rangkaian cerita yang bersifat rekaan atau dengan detail rekaan.

(15)

3

Dalam sebuah novel terdapat unsur instrinsik dan ekstrinsik yang membangun novel itu sendiri. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun novel itu sendiri, unsur intrinsik terdiri dari tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang dan amanat. Sedangkan yang di maksud unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut.

Berdasarkan konsep struktural dari karya sastra novel, penulis mencoba mengambil suatu kesimpulan bahwa suatu karya sastra novel yang baik adalah karya sastra yang memiliki unsur–unsur intrinsik yang jelas baik itu alur, penokohan, dan tema, serta adanya hubungan antara unsur tersebut agar seluruh isi cerita dapat dimengerti oleh pembaca.

Salah satu hasil karya sastra fiksi Jepang berupa novel adalah

novel yang berjudul Silence. Novel yang penulis gunakan merupakan novel terjemahan.

Menurut penulis, pengarang mengangkat judul novel ini menjadi Silence karena dari sebagian besar penjelasan didalan novel ini menjelaskan tentang bagaimana kehidupan yang terjadi dipulai Yuki-no-shima tempat dimana Miyuki dilahirkan dan dibesarkan.

Pulau ini terkenal dengan suasana yang sangat hening dan diam. Seperti judulnya, Silence yang artinya diam atau hening makan pengarang mengangkat judul novel ini sebagai Silence. Akan tetapi karakter pemeran yang ada didalam novel ini ada yang berbanding terbalik dengan arti judul novel tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengangkat sebuah novel fiksi karya Akiyoshi Rikako yang berjudul Silence. Novel ini berpusat pada tokoh utama Miyuki. Silence menceritakan tentang Miyuki, seorang wanita yang dilahirkan di sebuah pulau terpencil (Yuki-no-Shima). Sejak kecil dia suka bernyanyi dan memiliki impian menjadi seorang

(16)

artis terkenal. Miyuki yang dibesarkan di Yuki-no-shima, sebuah pulau terpencil yang konon dilindungi oleh Simatama-san, dewa penjaga pulau.

Miyuki yang bermimpi menjadi artis akhirnya keluar dari pulau itu dan tinggal di Tokyo, meskipun ditentang oleh kedua orang tuannya. Setelah lama tidak pulang,

akhirnya tahun ini Miyuki akan pulang bersama dengan Toshiaki, kekasihnya. Meski awalnya Miyuki tidak menyadarinya, tapi sepertinya Simatama-san tahu ada orang yang tidak beres dengan Toshiaki.

Berdasarkan gambaran singkat cerita novel yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas Novel tersebut dengan pendekatan struktural yang meneliti unsur tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat yang terkandung dalam novel “Silence” ini, serta mengkaji sejauh mana keterkaitan antar unsur novel tersebut. Untuk itu penulis akan membahasnya dalam skripsi dengan judul “ANALISIS STRUKTURAL DALAM NOVEL SILENCE KARYA AKIYOSHI RIKAKO.”

1.2 Rumusan Masalah

Novel “Silence” karya Akiyoshi Rikako ini memiliki isi cerita yang sangat menarik untuk diteliti. Penokohan utama dalam novel ini adalah seorang anak gadis yang tinggal dipulau terpencil dan memiliki keinginan untuk menjadi artis terkenal di Jepang.

Sehingga dia menentang kedua orang tuanya hanya untuk mewujudkan mimpinya. Novel ini memiliki unsur-unsur yang jelas dan saling berkaitan antar satu unsur dengan unsur yang lain dan didukung oleh alur cerita yang baik karena tahapan peristiwa tersusun secara berurutan mulai dari exposition sampai dengan falling action. Secara keseluruhan dilihat dari sudut pandang struktural, unsur-unsur yang terkandung dalam novel Silence

(17)

5

ini seperti tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, serta amanat sudah merupakan struktur yang baik.

Berdasarkan uraian pada rumusan masalah, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, serta amanat yang terkandung dalam novel “Silence.”

2. Bagaimana keterkaitan antar unsur tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, serta amanat yang mendasari struktur cerita yang utuh dalam novel “Silence.”

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang Lingkup penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian, agar penelitian tersebut lebih terarah dan tidak keluar terlalu jauh dari topik permasalahan semula. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan mengingat semua data dan bahan diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

Penelitian ini dibatasi pada novel Silence karya Akiyoshi Rikako sebagai objek material.

Objek formal penilitian ini dibatasi pada analisis unsur intrinsik seperti tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, tema, dan amanat. Serta keterkaitan antar unsur tokoh, latar, alur, sudut pandang, tema, dan amanat.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu untuk dapat memahaminya karya sastra haruslah dianalisis, Hill dalam Pradopo (2002:

(18)

6). Dalam analisis itu karya sastra sastra itu di uraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian karya sastra dapat di pahami secara keseluruhan.

Abrams dalam Pradopo (2002: 63) menyebutkan bahwa analisis dan penafsiran tidak dapat dipisahkan secara mutlak karena analisis itu salah satu sarana penafsiran disamping parafase dan komentar. Analisis dipisahkan dari penafsiran karena analisi merupakan sarana penafsiran yang khusus, yang memerlukan uraian yang panjang. Dengan cara ini sebuah karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih jelas. Di dalam analisis berikut digunakan tafsiran dari salah satu sudut pandang yaitu sudut pandang objektif yang bersifat struktural.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yaitu

membicarakan karya sastra tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau biasa dibilang unsur yang membangun cerita. Unsur yang

dimaksud yaitu tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. Unsur unsur intrinsik ini terdapat juga dalam karya sastra yaitu novel. Unsur intrisik yang akan diteliti adalah tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.

Pendekatan struktural banyak digunakan dalam mengkaji suatu karya sastra. Tetapi novel Silence karya Akiyoshi Rikako belum ada yang meneliti karena novel ini merupakan salah satu novel baru, sehingga penulis tertarik untuk menelitinya dari segi struktural.

Yang pernah penulis baca mengenai kajian struktural karya sastra adalah skripsi mahasiswa dari Universitas mahasiswa UGM Yogyakarta dengan judul

(19)

7

“Novel kappa karya Akutagawa Ryunosuke: Tinjauan Strukturalisme Semiotik”.

Yang ditulis oleh Neneng Fatimah, skripsi ini menjabarkan unsur intrinsik serta makna yang terkandung dalam novel kappa.

Penelitian yang selanjutnya adalah skripsi dari mahasiswa Universitas Andalas dengan judul “Tokoh Totto-chan dalam Novel Madogiwa No Totto-chan Karya Tetsuko Kuroyanagi; Tinjauan Struktural” yang ditulis oleh Roma Afdal Putra pada tahun 2012, skripsi ini fokus membahas tentang tokoh Totto-chan dalam novel Madogiwa No Totto-chan, ia membahas tentang bagaimna sikap Totto-chan dan mendeskripsikan dampak sikap Tottochan.

Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian ini selain membahas tentang unsur-unsur novel yaitu: tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.

Juga penelitian ini akan menjabarkan keterkaitan antara unsur-unsur sehingga keterkaitan antara unsur dapat dilihat.

1.4.2 Kerangka Teori

Untuk dapat menganalisis suatu karya sastra dibutuhkan sebuah pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan

struktural yang akan dikaitkan dengan konsep tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat.

Teeuw dalam Siswanto (2008: 185) menyatakan, analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, sedetail dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan struktural

(20)

(objektif) adalah pendekatan yang memberiperhatian penuh pada karya sastra sebagai unsur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra secara strukturalisme. Unsur-unsur yang terdapadat dalam karya sastra novel diantaranya adalah tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang dan amanat.

Dengan demikian penulis akan menggunakan konsep tema menurut Stanton, konsep alur menurut Montage dan Hensaw, konsep penokohan, latar dan sudut pandang menurut Nurgiyantoro, serta konsep amanat menurut Siswanto sebagai berikut.

Menurut Stanton (1965: 21)tema adalah makna sebuah ceritayang khusus menerangkan sebagian besar umumnya dengan cara sederhana. Tema menurutnya kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama. Tema dengan demikian dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan umum, sebuah cerita.

Berdasarkan konsep diatas, penulis akan melihat dan memahami novel

“Silence”, sehingga penulis dapat mengetauhi tema yang terdapat didalam novel

“Silence”dan akan memaparkannya.

Pengertian alur atau plot pada karya sastra pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehinggga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan para pelaku sebuah cerita. Tahapan

peristiwayang menjalin suatu cerita bisa berbentuk rangkaian suatu peristiwa yang berbagai macam, Aminuddin (2000: 83). Dalam suatu cerita, urutan peristiwa dapat beraneka ragam. Montage dan Hensaw dalam Aminuddin (2000: 84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam plot/alursuatu cerita dapat tersusun dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

(21)

9

a. Exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tempat terjadinya peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang pendukung cerita.

b. Inciting Force, yakni tahapan ketikatimbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku.

c. Rissing Action, yakni situasi panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai berkonflik.

d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasip oleh pengarangnya.

e. Climax, yakni situasi puncak ketika konflik berada dalam kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasipnya itu sendiri.

f. Falling Action, yakni kadar konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju conclution atau

penyelesaian cerita.

Sesuai dengan konsep diatas, penulis akan melihat alur yang terdapat pada novel Silence, mulai dari Exposition sampai Falling Action kemudian

memaparkannya.

Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu

penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Menurut Nurgiyantoro (1995:

173-174), jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut:

1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya.

(22)

a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atau pun tidak langsung.

2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh

a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.

b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik.

Selanjutnya sesuai dengan konsep diatas, penulis akan melihat dari teks cerita bagaimana penokohan yang terdapat dalam novel Silence lalu

memaparkannya.Latar atau Setting disebut sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu,dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 216).

Selanjutnya dalam Nurgiyantoro (1995: 227) terdapat tiga unsur pokok dalam latar, yaitu tempat, waktu, dan sosial.

a. Latar tempat: Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

b. Latar waktu: Latar waktu berhubungan dengan masalah waktu terjadinya peristiwa dalam cerita fiksi.

(23)

11

c. Latar sosial: Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, cara bersikap, dan lain-lain.

Berdasarkan konsep diatas, penulis akan melihat latar tempat, latar waktu, dan latar sosial yang terdapat pada novel Silence kemudian memaparkannya.

Sudut pandang juga mmerupakan hal yang lain mesti dilakukan dalam pendekatan struktural. Sudut pandang adalah penempatan penulis dalam cerita.

Dalam Nurgiyantoro (1995: 256-266) sudut pandang dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Sudut pandang persona ketiga: “dia”, yaitu pengisahan cerita yang mempergunakan sudutpandang persona ketiga, gaya “dia” sudut pandang ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu “dia” maha tahu dan “dia” terbatas (“dia” pengamat). Posisi narator, dalam hal ini berada diluar cerita. Dalam menampilkan tokoh-tokoh ceritanya, yaitu dengan menyebut nama, atau gantinya.

b. Sudut pandang persona pertama: “aku”, yaitu pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama, gaya “aku”. Posisi narator adalah ikut terlibat dalam cerita, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui, didengar, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada pembaca.

(24)

c. Sudut pandang campuran, yaitu penggunaan sudut pandang lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya.

Berdasarkan konsep diatas, penulis akan melihat dan memaparkan sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Silence. Dan yang terakhir adalah amanat, menurut Siswanto (2008: 162), amanat adalah gagasan yang mendasari sebuah karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.

Berdasarkan konsep diatas, penulis akan melihat dan memahami tentang amanat yang terkandung didalam novel Silence kemudian memaparkannya.

Dengan menggunakan teori struktural tersebut, penulis akan menganalisis tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang dan amanat. Sehingga dapat dijelaskan mengenai baik atau kurang baiknya struktur dari novel tersebut, keterkaitan unsur-unsur yang terdapat dalam novel Silence karya Akiyoshi Rikako, keutuhan serta kepaduan ceritanya yang dibangun melalui unsur intrinsik.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Untuk mendeskripsikan tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang dan amanat novel Silence karya Akiyoshi Rikako.

(25)

13

2) Untuk mendeskripsikan keterkaitan tema, alur, penokohan, latar, dan amanat dalam novel Silince karya Akiyoshi Rikako.

1.5.1 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah pemahaman kita dalam menganalisis sebuah karya sastra berdasarkan pendekatan struktural sastra.

2. Sebagai bahan acuan pembelajaran mahasiswa lain yang mengkaji karya sastra melalui kajian struktural sastra.

3. Memperkaya pengkajian dan mengapresiasikan karya sastra, khususnya terhadap novel Jepang.

1.5 Metode Penelitian

Di dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan sebuah metode penelitian sebagai penunjang dalam penulisan. Menurut Subagyo (1997: 1) metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang di kehendaki dalam mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Menurut Ratna (2004:

53) metode deskriptif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara

mendeskripsikan dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis bahkan juga diperbandingkan. Metode ini juga berfungsi memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, mengkaji dan mengembangkan data. Metode ini tidak hanya

(26)

menjelaskan, tetapi juga memberikan pemahaman yang jelas terhadap data yang akan kita analisis.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan atau Library Research. Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan-catatan, laporan- laporan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111). Selain memanfaatkan buku, penulis juga melakukan penelusuran data melaui internet dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari sejumlah sumber, baik buku, jurnal, artikel dan berbagai sumber di situs internet.

(27)

15 BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “SILENCE” KAJIAN STRUKTURAL

2.1 Definisi Novel

Abrams dalam Nurgiyantoro (2009 : 9) mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa italia yaitu novella (yang dalam bahasa Jerman disebut novelle). Secara harfiah novella berarti „sebuah barang baru yang kecil‟. Menurut Aminuddin (2000 : 66) novel adalah sebuah narasi atau karangan yang yang bersifat imajinasi dari pengarangnya yang didalmnya mengandung tahapan rangkaian cerita, dan tokoh tokoh pelaku yang mengemban cerita dalam suatu latar tertentu.

Menurut Stanton (2009 : 90) Novel tidak dapat menjadikan topiknya menonjol, tapi sebaliknya novel berupaya menampilkan perkembangan suatu temperamen tokoh, suasana yang berliku-liku, menyangkutkan banyak atau sedikit tokoh dan berbagai peristiwa sulit yang terjadi dalam suatu waktu secara lebih mendetail. Novel memiliki ciri khas yaitu mampu melahirkan suatu dunia yang lengkap sekaligus rumit.

Pada karya sastra novel, masalah–masalah yang muncul biasanya berdasarkan unsur–

unsur yang ada di dalamnya, yaitu unsur-unsur intrinsik dan unsur–unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang berada dalam tubuh karya sastra itu sendiri dan membentuk karya sastra. Yang termasuk bagian dari unsur intrinsik yaitu: tema, alur, latar, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik yaitu unsuryang berada

(28)

diluar tubuh karya sastra tetapi sangat berpengaruh dalampembentukan karya sastra tersebut.

Unsur–unsur ekstrinsik meliputi pendekatan biografi, psikologi dan sosial (masyarakat).

Nurgiyantoro ( 1995 : 18-20) membagi novel dalam dua kategoris yaitu, novel serius dan populer. Novel populer adalah novel yang terkenal pada masanya dan banyak peminatnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia hanya menampilkan peristiwa- peristiwa yang ada sesuai zamannya, dan tidak menceritakan kehidupan secara lebih kuat atau tajam. Novel serius menceritakan kehidupan yang universal, novel serius juga dapat memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca.

Novel “Silence” ini termasuk kedalam novel populer karena, novel ini tekenal dikalangan remaja dan novel ini menceritakan masala-masalah yang menzaman.

2.2 Struktur Cerita Novel Secara Umum

2.2.1 Tema

Menurut Stanton dan Kenny dalam Ismawati (2013 : 70) tema merupakan manfaat yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema memiliki sifat yang umum dan abstrak oleh sebab itu dalam mencari tema sebuah cerita harus menarik kesimpulan dari isi keseluruhan cerita, bukan dari beberapa bagian saja.

Brooks dalam Aminuddin (2000 : 92) mengatakan bahwa dalam

memberikan nilai terhadap tema suatu cerita, penilai harus benar-benar mengerti ilmu-ilmu perikemanusiaan karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil pemikiran pengarang yang memiliki hubungan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang bersifat universal. Dalam hal ini tema tidaklah berada di luar cerita, tetapi penuh berada di dalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun penuh berada didalam cerita tidaklah

(29)

17

termasuk dalam satu atau dua kalimat secara tertulis, tetapi terpencar dibalik keseluruhan unsur-unsur yang relevan atau media pemapar prosa fiksi.

Menafsirkan tema dalam suatu cerita yang dibaca serta merumuskan dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

Tema dalam “Silence” karya Akiyoshi Rikako ini adalah keinginan seorang anak perempuan remaja yang ingin keluar dari sebuah pulau terpencil dan ingin tinggal di Tokyo untuk menggapai impiannya, apapun akan dilakukannya hanya untuk keluar dari pulau terpencil itu dan menjadi seseorang yang sukses di Tokyo.

2.2.2 Setting (Latar)

Menurut Stanton (2007 : 35), latar adalah suasana yang melatarbelakangi sebuah peristiwa. Latar dapat berbentuk dekor, waktu-waktu tertentu, cuaca atau suatu periode sejarah. Kenny dalam Siswanto (2008 : 149) mejelaskan lingkup latar dalam cerita mencakup penggambaran lokasi geografis, pemandangan, tahun, lingkungan agama, moral intelektual, sosial dan emosional para tokoh.

Nurgiyantoro (1995 : 227), mengatakan latar atau setting dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain

1. Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada tempat terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah rekaan. Unsur yang digunakan berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, dan

(30)

haruslah mencerminkan dan tidak berlawanan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang berkaitan. Latar tempat dalam novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul “Silence” adalah di Yuki no shima (pulau terpencil) dan di kota Tokyo di jepang.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah Waktu kejadian dalam rekaan.

Masalah kapan terjadinya sebuah peristiwa biasanya dikaitkan dengan Waktu nyata, Waktu yang ada kaitannya atau dapat bersinggungan dengan kejadian sejarah. Latar waktu juga harus dihubungkan dengan latar tempat dan latar sosial karena latar tempat, latar waktu dan latar sosial pada kenytaannya memang saling memiliki hubungan dan keterkaitan..

Latar waktu dalam novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul „Silence”

adalah pagi dan malam hari di daerah yuki no shima (pulau terpencil) dan di Tokyo

3. Latar Sosial

Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dalam kemasyarakatan, meliputi berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan kehidupan sehari-hari, adat-istiadat, tradisi, kepercayaan, pandangan hidup, cara berpikir, cara bersikap, dan lain-lain. Selain itu Latar sosial juga menuju kepada status sosial pada masyarakat, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial yang terdapat pada novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul

“Silence” adalah para tokoh yang menggunakan budaya tradisional jepang untuk

(31)

19

dinikmati mulai dari tradisi keluarga, dan perayaan tahun baru, baik yang dilakukan masyarakat pulau Yuki no Shima maupun masyarakat Tokyo.

2.2.3 Alur (Plot)

Menurut Aminuddin (2000 : 83) pengertian alur atau plot karya sastra pada umumnya adalah susunan cerita yang dibangun oleh langkah-langkah peristiwa sehingga membentuk sebuah cerita yang ditampilkan oleh penokohan dalam rekaan. tahapan peristiwa yang menyusun suatu cerita bisa berbentuk rangkaian suatu peristiwa yang berbagai macam, Tahapan tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

a. Exposition, yaitu tahap awal yang memperkenalkan tokoh, memperkenalkan tempat terjadi peristiwa dan menjelaskan situasi awal yang mendukung jalan cerita hingga akhir cerita.

b. Inciting Force, yaitu tahapan dimana muncul keinginan, kekuatan dan perilaku yang bertentangan dengan tokoh dalam peristiwa.

c. Rising Action, yaitu dimana situasi dalam cerita mulai panas karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai memiliki konflik.

d. Crisis, yaitu dimana situasi semakin panas dan pengarang menggambarkan keadaan atau nasib yang akan diemban dari para pelaku.

e. Climax, yaitu merupakan puncak dari permasalahan para pelaku. Pada tahapan ini.

tokoh sudah mendapatkan keadaan nasibnya.

(32)

f. Faling Action, yaitu dimana konflik para tokoh sudah menurun dn menuju pada penyelesaian masalah.

Sedangkan alur menurut Baharuddin, dkk (2006: 14) yaitu

1. Alur maju atau progresif yaitu pengungkapan cerita berdasarkan waktu mulai cerita yaitu di waktu yang sekarang berjalan hingga ke waktu yang akan datang.

2. Alur mundur atau regresif yaitu pengungkapan cerita dari sudut waktu yang lampau atau peristiwa sebelumnya terjadi hingga ke waktu yang sekarang, atau masa lampau ke masa kini.

3. Alur campuran yaitu pengungkapan cerita berdasarkan waktu yang saat ini kemudian mengingat kembali cerita yang sudah pernah terjadi kemudian kembali lagi ke waktu masa kini.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa alur dapat dibagi kedalam dua jenis yaiu:

1. Berdasarkan tahapan yaitu alur menurut teori Montage dan Hensaw 2. Berdasarkan waktu yaitu alur menurut Baharuddin

Alur berdasarkan tahapan pada novel “Silence” karya Akiyoshi Rikako adalah exposition, inciting force, rissing action, crisis, climax, dan falling action. Dan alur berdasarkan waktu adalah alur campuran.

2.2.4 Penokohan

Tokoh berhubungan dengan seseorang dan memiliki gambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Menurut Nurgiyantoro (1995 : 173-174), tokoh dapat dibagi sebagai berikut:

(33)

21

1. Berdasarkan Segi Peranan atau Tingkat Pentingnya.

a. Tokoh Utama, yaitu tokoh yang kisahnya dominan dan penceritaannya lebih diutamakan dibandingkan dengan tokoh yang lain. Dalam sebuah cerita tokoh utama dapat menentukan perkembangan jalan cerita secara keseluruhan.

b. Tokoh Tambahan, yaitu tokoh yang pemunculannya lebih minor dan tokoh tambahan hadir hanya jika ada hubungannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun tidak langsung.

2. Berdasarkan Segi Fungsi Penampilan Tokoh

a. Tokoh Protagonis,yaitu tokoh utama yang memiliki dan menunjukan moral yang baik dalam cerita, sehingga menjadi karakter yang disukai oleh pembaca.

b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang biasanya kurang disukai oleh pembaca karena, memiliki tempramental yang buruk dan kurang diterima dalam masyarakat sehingga dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam peristiwa.

Sedangkan menurut Aminuddin, Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibagi atas (a) tokoh primer (tokoh utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap peristiwa, (b) tokoh sekunder (tokoh bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh utama, (c) tokoh komplementer (tokoh tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu tokoh utama, dan tidak begitu aktif. Ditinjau dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibagi menjadi tokoh dinamis dan tokoh statis. jika diperhatikan dari segi masalah yang dihadapi oleh tokoh, tokoh dapat dibagi menjadi tokoh yang mempunyai karakter sederhana dan kompleks. Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap.

(34)

Aminuddin dalam Siswanto (2008 : 142-144) dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang karakternya disukai pembaca. Biasanya, karakter seperti ini adalah karakter yang baik, dan positif. Tokoh antagonis adalah tokoh yang karakter dan perilakunya dibenci oleh pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang memiliki karakter buruk dan negatif.

Maka saya memaparkan tokoh dan penokohan dalam novel karya Akiyoshi Rikako yang berjudul ”Silence” berdasarkan tiga jenis yaitu:

A. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya a. Tokoh primer (utama) : Niiyama Miyuki

b. Tokoh sekunder (bawahan) : ayah Niiyama Miyuki, ibu Niiyama Miyuki, Fujisaki Toshiaki, Tatsuya, Tomoko, Yayoi, Yuzo, Yukina.

c. Tokoh komplementer (tambahan) : Harumi, Mizuho, Hiroko, Yumie, Mochitsuki, Kazuma, Rikuto, Yoriko, Kazuma, Yuuji.

B. Berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh

a. Tokoh protagonist dalam novel ini tidak ada.

b. Tokoh antagonis : Fujusaki Toshiaki, ayah Niiyama Miyuki, Miyahara Kaori.

C. Berdasarkan segi perkembangan watak tokoh

a. Statis : ayah Niiyama Miyuki, ibu Niiyama Miyuki, nenek Niiyama Miyuki, Tatsuya, Tomoko, Yayoi, Yuzo,Yukina, Harumi, Mizuho, Hiroko, Yumie, Mochitsuki, Kazuma, Rikuto, Yoriko, Kazuma, Yuuji.

b. Dinamis : Fujusaki Toshiaki, Niiyama Miyuki

(35)

23 2.2.5 Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan kedudukan pengarang atau situasi pengarang dalam cerita rekaan tersebut, dengan kata lain pengarang memposisikan dirinya dalam posisi tokoh dalam cerita tersebut. Apakah pengarang terlibat langsung atau hanyalah sebagai pengamat yang berada diluar cerita.

Dalam Nurgiyantoro (1995 : 256-266) sudut pandang dapat menjadi tiga yaitu:

a. Sudut pandang persona ketiga: “dia”, yaitu menceritakan peristiwa dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga, gaya ”dia”. Posisi pengarang, dalam situasi ini adalah ada diluar cerita. Untuk menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita, dapat menyebutnya dengan nama atau gantinya.

b. Sudut pandang persona pertama: ”aku”, yaitu menceritakan peristiwa dengan menggunakan sudut pandang persona pertama, gaya ”aku”. Kedudukan pengarang dalam situasi ini ikut terlibat dalam cerita, cerita tersebut mengisahkan pemikirannya sendiri, kesadarannya sendiri atau berdasarkan pengalaman.

c. Sudut pandang campuran, yaitu penggunaan sudut pandang lebih dari satu teknik. Pengarang dapat bergnti-ganti menggunakan sudut pandangnya. Penulis

(36)

dapt menggunakan sudut pandang persona ketiga kemudian dalam cerita berikutnya pengarang menggunakan persona pertama.

Berdasarkan penjelasan tersebut sudut pandang dalam novel “Silence” karya Akiyoshi Rikako adalah sudut pandang persona pertama.

2.2.6 Amanat

Amanat adalah pemikiran yang menjadi patokan dalam sebuah karya sastra yang berisikan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.

Amanat yang disampaikan oleh pengarang melalui novel “Silence” karya Akiyoshi Rikako kepada pembaca adalah maka untuk menjadi seseorang yang sukses jangan pernah berhenti untuk menggapai mimpi, harus berani mengambil segalah resiko yang akan diterima seperti kata pepatah mengatakan “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit jika engkau akan jatuh diantara bintang-bintang”, dan juga tidak menutupi kebohongan dengan kebohongan, karena pada akhirnya akan ketahuan juga seperti pepatah mengatakan “sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya akan tercium juga”.

(37)

25 2.3 Kajian Struktural dalam Karya Sastra

Junus dalam Siswanto (2008: 183) mengatakan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan analisisnya pada karya sastra. Sebagai bentuk perkembangan formalisme dalam analisis sastra, lahir

kajian strukturalisme. Menurut Selden dalam Siswanto (2008: 185) Strukturalisme, menganalisis sastra harus berpatokan pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca sebagai penikmat.

2.4 Biografi Pengarang

Akiyoshi Rikako merupakan seorang penulis yang lulus dari Fakultas Sastra Universitas Waseda. Akiyoshi mendapatkan gelar master dari universitas Loloya Marymount dalam bidang layar lebar dan televisi, di Los Angeles. Akiyoshi Rikako mendapatkan penghargaan melalui naskahnya yang berjudul Yuki No Hana pada tahun 2008. Pada tahun 2009, dia memulai debutnya dengan kumpulan cerpennya yang berjudul Yuki No Hana.

Akiyoshi Rikako memiliki beberapa novel yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu, Girl‟s In tHe Dark, The Dark Returns, Holy Mother, dan Scheduled Suicide Day.

Saat berada di Amerika Serikat, Akiyoshi pernah bekerja dalam film animasi anak anak.

Dari kecil Akiyoshi sudah diajarkan oleh orangtuanya untuk sering membaca novel dan cerpen.

Oleh karena itu Akiyoshi sangat menyukai novel. Akiyoshi memang tidak memiliki uang saku yang cukup, namun ia bekerja dan berusaha sangat keras bahwa bukan hal yang tidak mungkin baginya untuk mendapatkan peluang dari mengarang novel.

(38)

BAB III

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL “SILENCE” KATYA AKIYOSHI RIKAKO

3.1 Sinopsis Novel Silence

Miyuki, seorang wanita yang dilahirkan di sebuah pulau terpencil (Yuki-no-Shima).

Sejak kecil dia suka bernyanyi dan memiliki impian menjadi seorang artis terkenal. Setelah melewati banyak tantangan dalam hidupnya, akhirnya Miyuki keluar dari pulau itu dan tinggal di Tokyo, meskipun ditentang oleh orang tuanya.

Setelah itu perjalanan Miyuki dari kecil hingga menempuh karir membuahkan hasil yang luar biasa di Jepang Daratan (Tokyo). Miyuki pun menjadi seorang manajer idola di Tokyo.

Miyuki pun bertemu dengan Toshiaki pada musim panas tahun kelima dia kerja. Pertemuan Miyuki dengan Toshiaki membuatnya jatuh hati pada lelaki itu. Toshiaki adalah Lelaki pekerja keras, sukses, kaya, juga tampan.

Hanya saja Toshiaki agak kekanakan. Karena itu Toshiaki tidak pernah membawa hubungannya dengan Miyuki lebih jauh dan serius. Miyuki akhirnya merasa khawatir karena hubungannya dengan Toshiaki hanya sebatas pacaran saja. Maka dari itu, saat liburan akhir tahun Miyuki mengajak Toshiaki untuk bertemu keluarganya.

Liburan akhir tahun pun tiba, saatnya Miyuki dan Toshiaki pergi ke kota Niigata atau Yuki no shima (pulau terpencil). Pulau tersebut bagaikan ungags yang mati, bergelimpang di atas lautan. Putihnya salju seperti riasan mayat yang menyelimuti jasadnya. Jurang dan ngarai yang berdiri tegak lurus bahkan pepohonan yang mongering terlihat seperti timbunan tulang.

(39)

27

Turunnya salju semakin bertambah deras seiring dengan semakin mendekatnya pulau, seolah menjerat tubuh Miyuki dan Toshiaki dengan jala. Feri merapatkan tubuhnya perlahan ke pelabuhan, seolah menyerahkan tubuh Miyuki dan Toshiaki yang gemetar ketakutan karena kondisi pulau.

Salju ada dimana mana ketika Toshiaki dan Miyuki turun dari feri sambil membaca kalimat yang tertulis pada papan sambutan. Miyuki dan Toshiaki pun akhir nya dijemput oleh ayah Miyuki di pelabuhan feri.

Toshiaki membungkuk dengan hormat dihadapan ayah Miyuki dan memperkenalkan diri dengan sopan. Tetapi ayah Miyuki tidak menjawabnya bahkan tidak menoleh kearahnya sedikit pun. Toshiaki mencoba menyapa sekali lagi, kali ini dengan volume yang lebih kencang. Namun ayah Miyuki tetap membisu, lebih memilih memandangi laut yang diselimuti kabut putih.

Akhirnya mereka pun sampai di rumah Miyuki dengan perasaan kesal yang dialami Toshiaki.

Jika memang Toshiaki mencintai wanita itu, jika memang dia ingin Miyuki jadi miliknya, dia pasti bias bertahan meski diperlakukan buruk seperti itu. Namun, Toshiaki sendiri sejak awal tidak memiliki hasrat untuk memiliki Miyuki, makanya dia hanya merasakan kemarahan. Raut wajah Miyuki pun tampak ragu ketika dilirik oleh Toshiaki. Toshiaki bertanya Tanya,

sebenarnya kehadirannya ini sedang disambut baik, atau tidak?

Keesokan harinya, teman-teman Miyuki pun dating kerumah Miyuki untuk menemui Miyuki dan Toshiaki. Miyukhi pun memperkenalkan Toshiaki kepada Tatsuya. Tatsuysa mengajak Miyuki dan Toshiaki untuk dating ke pesta akhir tahun, dan Miyuki menanyakan kepada Tatsuya apakah Harumi dan Tomoko dating di acara tersebut.

(40)

Sampai di acara akhir tahun, Miyuki tak henti-hentinya dikerumuni oleh teman lamanya begitu memasuki ruangan pesta. Semua teman-teman Miyuki menanyakan kapan acara upacara pernikahannya, dan Toshiaki pun menjawab mungkin pertengahan tahun depan. Tetapi teman- teman Miyuki sangat mencurigain Toshiaki.

Ternyata Toshiaki mempunyai rencana tersendiri untuk menikahi Miyuki. Pernikahan dengan Miyuki punya banyak keuntungan. Miyuki tidak hanya berguna untuk kelancaran

hubungannya dengan Miyahara Kaori. Akan tetapi, ada sebuah rahasia besar dalam diri Toshiaki yang tak pernah dia bicarakan dengan orang lain. Tetapi bukankah Shimatama san akan

melindungi Miyuki yang jelas jelas penduduk asli dari Yuki no shima? Ternyata anak anak akan dianggap sebagai Shimatama san pada setiap tahun baru.

Tatsuya yang sudah dari dulu suka terhadap Miyuki pun akhirnya menyelidiki Toshiaki yang sikapnya mencurigakan. Tatsuya sudah berulang kali memberitahu Miyuki tetapi Miyuki tidak mempercayainya. Tatsuya mengungkapkan perasaan nya dan mencium Miyuki. Tatsuya adalah orang yang berpendirian teguh dan sangat baik kepada semua orang juga perhatian.

Sekalipun Miyuki tak pernah merasa bahwa Tatsuya memiliki perasaan padanya.

Tatsuya berjanji akan membahagiakan Miyuki, tetapi Miyuki menolaknya. Miyuki tetap memilih Toshiaki. Miyuki pun meminta maaf, tetapi Tatsuya tidak menanggapi permohonan maaf Miyuki. Pria itu hanya mengembangkan senyuman yang kesepian.

(41)

29

Sifat buruk Toshiaki pun akhirnya terbongkar. Awalnya Miyuki tak menyangkah

percintaannya akan berakhir seperti ini. Dari awal pertemuan Toshiaki dengan orang tua Miyuki, Ayah dan Ibu Miyuki tidak menyukai Toshiaki. Akhirnya Miyukipun menikah dengan Tatsuya di daerah Yuki no Shima. Akan tetapi sampai detik itu misteri tentang Simatama san dewa penjaga pulau di Yuki no Shima belum terpecahkan. Bahkan masyarakat setempat pun hanya mengetahuinya dari cerita cerita leluhur mereka.

3.2 Analisis Struktural Novel Silence 3.2.1 Tema

- Cuplikan 1 halaman 8

Bahkan ketika masih tinggal di pulau pun, Miyuki ingin ke Tokyo meskipun keinginan tersebut masih belum jelas. Keinginannya semakin besar ketika mimpi untuk menjadi artis mulai tampak jelas dibenaknya.

Saat kelas 2 SMP, Miyuki mengikuti Audisi penambahan anggota grup idola yang terkenal di seluruh penjuru Jepang.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa keinginan seorang anak perempuan yang sudah ditekatkan sejak kecil ingin menjadi seseorang yang terkenal di Tokyo. Bahkan saat masih tinggal disebuah pulau pun, Miyuki sudah berpikiran untuk mengikuti audisi yang akan

mengantarkan dirinya untuk pergi ke Tokyo dan dapat keluar dari pulau terpencil tempat Miyuki tinggal.

(42)

- Cuplikan 2 halaman 20

Akhirnya, sembari kuliah, dimulailah kehidupannya sebagai trainee untuk belajar bernyanyi, menari, seni peran disebuah talent school. Dia

bersaing mati matian bersama teman sekelas yang memiliki cita cita yang sama, saling berkompetis. Miyuki tidak memedulikan teman temannya jika mereka bertemu di sebuah audisi. Dia sibuk membanggakan

keunggulannya jika berhasil lolos ke seleksi tahap berikutnya. Dia mengikuti semua audisi.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa apapun akan dilakukan untuk menggapai sebuah impian yang diinginkan sejak kecil. Bahkan kegiatan dan aktivitas yang sangat sibuk di perkuliahan, Miyuki tidak akan berhenti untuk berusaha. Entah siapapun saingan yang menurutnya sebagai penghalang impiannya, Miyuki akan tetap terus melangkah tanpa memperdulikan siapapun yang akan menjadi saingannya.

- Cuplikan 3 halaman 55-56

Pekerjaan Miyuki pun sebagai seorang manejer untuk tahun ini berakhir setelah mengantarkan Miyahara Kaori pulang dari lokasi syuting drama televise ke rumahnya. Setelah itu Miyuki bergegas pergi kepusat

(43)

31

perbelanjaan di Tokyo. Bahkan di sela-sela kesibukannya yang ada di kantor sebagai manejer disalah satu stasiun Televisi yang cukup terkenal di Tokyo, Miyuki harus menyempatkan diri untuk berbelanja.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa keinginan keras Miyuki untuk menggapai segala cita-citanya pun akhirnya tercapai. Segala usaha yang dilakukannya sejak dulu membuahkan hasil, hingga kini Miyuki menjadi seorang yang terkenal di Tokyo. Miyuki bekerja sebagai manejer di salah satu stasiun Televisi terkenal di Tokyo. Akhirnya Miyuki menjalankan karirnya di Tokyo sesuai harapannya sejak kecil yang ingin tinggal di Tokyo.

Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel ini adalah keinginan seorang anak perempuan remaja yang ingin keluar dari sebuah pulau terpencil dan ingin tinggal di Tokyo untuk menggapai impiannya. Karena dalam novel ini, Miyuki selaku tokoh utama melakukan semua cara untuk berhasil meraih apa yang dia inginkan sejak kecil dan bisa keluar dari sebuah pulau terpencil tempat dia tinggal. Dengan semua usaha yang dilakukan Miyuki selama ini, akhirnya Miyuki berhasil mencapai semua keinginannya sejak kecil.

(44)

3.2.2 Latar a. Latar Tempat

- Cuplikan 1 halaman 7-8

Miyuki dari dulu ingin menjadi seorang idola. Dia mirip ibunya. Dulu ibunya pun menjadi buah bibir karena memiliki kecantikan nomor satu di daerah tempat tinggalnya yaitu Yuki no Shima. Sejak kecil Miyuki dikagumi oleh penduduk pulau Yuki no Shima sebagai seorang gadis cantik. Miyuki dibesarkan dipulau tersebut.

Yuki no Shima= sebuah pulau terpencil yang konon katanya dilindungi oleh Shimatama san, dewa penjaga pulau.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa latar tempat dimana peristiwa tersebut terjadi adalah di Yuki no Shima yaitu pulau terpencil yang ada di jepang tempat dimana penduduk lain dan Miyuki tinggal. Kehidupan dipulau yang jauh dari kota membuat Miyuki memiliki rasa ingin menjadi sukses yang sangat tinggi.

- Cuplikan 2 halaman 144

Seketika Miyuki teringat akan paman dan bibinya, serta keluarga lainnya bahkan ayah dan ibunya. Jika dilihat seperti itu, keberadaan keluarga sangat besar artinya. Baru kali ini Miyuki berpikiran seperti ini. Miyuki berpikir bahwa keberhasilannya selama ini bekerja di Tokyo sesuai dengan apa yang

diinginkannya sejak awal. Tetapi kerinduan akan tempat daerah asalnya yaitu Yuki no Shima

(45)

33 Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa tempat Miyuki bekerja adalah di Tokyo . Sebab sejak kecil Miyuki sangat ingin keluar dari pulau terpencil tempat dimana dia tinggal dan dilahirkan. Maka tempat kejadian pada novel Silence adalah tepatnya pulau terpencil Yuki no Shima dan Tokyo.

b. Latar Waktu

- Cuplikan 1 halaman 57

Wanita itu membangunkan Toshiaki pukul delapan pagi, kemudian menyuruhnya serapan dengan nasi, sup, miso dan ikan salmon bakar.

Miyuki berganti pakaian dengan terburu-buru.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa waktu terjadinya peristiwa adalah Saat serapan pagi, yaitu tepatnya pada pukul delapan pagi hari.

- Cuplikan 2 halaman 120

Saat dia tidur-tidur ayam, suara genta tengah malam berbunyi menggetarkan gendang telinganya. Suara bergema beberapa saat, kemudian menghilang.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa waktu terjadinya peristiwa adalah saat dia tertidur, yaitu tepatnya pada malam hari.

(46)

c. Latar Sosial

- Cuplikan 1 halaman 129-132

Kami langsung datang kemari setelah menyelesaikan Hatsumade. Bibi Miyuki yang rambutnya tertata rapid an memakai kimono kaga-yuuzen menyesap tehnya dengan santai.

Miyuki dengan terampil memasang tabi, hadagi, dan nagajuban,

kemudian mengenakan furisode pada tubuhnya. Dia sempat bingung, obi- nya harus diikat seperti apa. Karena jarang jarang dia menggudakan furisode, lebih baik diikat dengan cara mencolok. Hana-man? Atau kochoran? Ah, karena Tahun Baru, lebih baik Bosuit.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan latar sosial pada novel Silence, dari segi berpakaian yang digunakan masyarakat Yuki no Shima adalah bergaya mengikuti tradisi jepang seperti menggunakan kimono yang diwarnai menggunakan teknik Yuuzen dan memakai merek Kaga-yuuzen pada kimono yang mereka gunakan. Di tambah memakai Tabi (kaus kaki tradisional Jepang), Hadagi (pakaian dalam jepang), Nagajuban (kain panjang yang dipakai dibagian dalam kimono), dan Obi (ikat pinggang tradisional jepang). Lalu mereka melakukan Hatsumode ( kunjungan perta ke kuil Buddha atau Shinto) setiap

penyambutan Tahun Baru di Jepang. Hal ini selalu dilakukan di dalam keluarga masyarakat jepang karena sudah dianggap sebagai tradisi setiap tahunnya.

(47)

35 - Cuplikan 2 halaman 284

Pulau yang berwarna hijau pekat itu pun mulai terlihat di ujung feri. Ada dua orang pemuda memakai happi yang sedang mengibarkan bendera besar di pelabuhan.

Analisis

Pada cuplikan diatas juga menjelaskan bahwa latar sosial pada novel tersebut dilihat dari gaya hidup para tokoh adalah bergaya Jepang.

4 Alur

Alur berdasarkan tahapan yaitu alur menurut teori Montage dan Hensaw:

a. Exposition

- Cuplikan halaman 7

Saat dipastikan pindah ke Tokyo, Miyuki berjanji kepada kedua orang tuannya, “ Aku akan pulang dua kali setahun kok”. Namun dia hanya menepati janjinya setelah beberapa tahun bekerja. Awal dia pulang membawa Toshiaki ke kampung halamannya, untuk bertemu kedua orang tuannya dan teman teman yang lain. Tahun-tahun berikutnya, kadang pulang kadang tidak. Kehidupan di Tokyo benar benar keras.

(48)

Analisis

Cuplikan diatas adalah tahapan peristiwa exposition yakni tahap awal, yang berisi penjelasan tentang perkenalan tokoh pada cerita, dan situasi pada cerita. Tokoh pemeran yang diperkenalkan pada tahapan ini adalah Miyuki sebagai seorang anak remaja perempuan yang sukses dan tinggal di Tokyo dan pada kesempatan akhir tahun dia ingin memperkenal kan Toshiaki sebagai tunangannya kepada orang tua dan teman temannya di kampong halamannya Yuki no Shima. Situasi saat terjadinya peristiwa tersebut yaitu kehidupan di Tokyo yang benar benar keras membuat Miyuki jadi jarang bertemu keluarganya di kampong halamannya tempat Miyuki di lahirkan.

b. Inciting Force

- Cuplikan 1 halaman 15-16

Namun, kekhawatiran Miyuki bukan hanya masalah biaya. Lebih dari itu, apakah kedua orang tuannya akan mengiizinkan?

“Kau hanya boleh pergi ke Tokyo kalau kau lulus Universitas dengan reputasi baik. kau tidak mungkin menjadi orang terkenal. Pertama kau hanya perlu pergi ke SMA dan belajar dengan benar. Itulah yang utama.”

Ayahnya memuntahkan semua dengan getir. Ibu Miyuki pun ikut mengeluarkan suara dengan nada tegas. Padahal selama ini dia piker ibunya berada di pihaknya.

(49)

37 Analisis

Cuplikan diatas adalah tahapan peristiwa inciting force, yang menjelaskan dimana tahapan ketika timbul kekuatan, kehendak, maupun prilaku yang bertentangan dari pelaku. Pada cuplikan ini menjelaskan bahwa ada keinginan Miyuki yang sangat kuat ingin pergi ke Tokyo tetapi tidak mendapatkan izin dari ayah dan ibunya dikarenakan Miyuki yang masih harus melanjutkan pendidikannya di Yuki no Shima sesuai keinginan ayah dan ibu Miyuki. Miyuki hanya bisa pergi ketika dia sudah menyelesaikan pendidikannya.

- Cuplikan 2 halaman 79

Karena kau tidak mencintai Miyuki, makanya kau jadi sebal dengan ayahnya. Ditinya yang lain berbisik. Jika memang dia mencintai wanita itu, dia pasti bertahan meski diperlakukan buruk seperti ini. Dia paham akan hal itu. Dirinya tidak mencintai Miyuki dan hanya membutuhkannya saja.

Analisis

Pada cuplikan ini menjelaskan bahwa Toshiaki yang selam ini bersama Miyuki tidak benar benar mencintai Miyuki. Dia hanya bermain topeng di belakang Miyuki karena Toshiaki membutuhkan Miyuki untuk bisnisnya, hingga Toshiaki pun harus mengiikuti kemauan Miyuki untuk membuat Miyuki percaya bahwa Toshiaki benar benar serius dan mencintainya.

(50)

Dalam penjelasan dari kedua cuplikan ini, yang merupakan hal bertentangan dengan perilaku antar tokoh adalah apakah ayah dan ibu Miyuki akan tetap selalu melarang Miyuki untuk menggapai impiannya pergi ke Tokyo dan keluar dari pulau Yuki no Shima. Setelah Miyuki sukses di Tokyo apakah Toshiaki akan tetap bermain di belakang Miyuki dengan cara yang baik untuk menutupi segala kebohongan yang diperbuat oleh Toshiaki.

c. Rissing Action

- Cuplikan 1 halaman 111-113

Toshiaki memandang Miyuki, memohon supaya wanita itu melakukan sesuatu. Namun dia malah berkata seolah olah keadaan ini tidak terlalu buruk. Toshiaki merasa tidak nyaman karena karakter Miyuki tiba tiba berubah pada suasana seperti ini.

“Sekarang ini, kami sedang membicarakan shima-okoshi. Kami

sedang kebingungan bagaimana cara

mempromosikannya.Toshiaki, kau professional, kan?” kata Miyuki dengan hidung terangkat bangga. Sikap itu membuat Toshiaki sangat jengkel. Semua orang memandang Toshiaki.

Tak disangka Toshiaki berbicara sampai semarah itu karena ulah teman temannya dan Miyuki. Semua orang sedang terpaku memandanginya. Hanya Miyuki saja yang wajahnya mulai memerah. Bibir wanita itu memucat kehilangan warna, semakin gemeteran.

(51)

39

“Miyuki ayo pulang.” Toshiaki bangki sambil menarik lengan Miyuki. Setelah mengambil jaketnya dari gantungan dinding, mereka keluar ruangan.

Tatsuya yang sedang memakai mantelnya, datang dengan membawa kunci mobil. Raut wajahnya seolah meminta maaf, dan berkata, “Tolong maafkan sikap teman teman ku.” Miyuki masih berdiri tertegun dengan tangan yang masih digenggam Toshiaki.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa pelaku pelaku dalam cerita mulai memiliki konflik.

Cuplikan tersebut merupakan dimana teman teman Miyuki dan Miyuki berbicara soal pekerjan Toshiaki yang dianggap Toshiaki sangat menyepelekannya. Akan tetapi keinginan dari awal Toshiaki untuk mendekati Miyuki hanya untuk bisnis pekerjaannya saja. Sedangkan Miyuki selalu membanggakan Toshiaki kepada semua teman temannya, tetapi itu seakan membuat Toshiaki semakin tidak nyaman.

- Cuplikan 2 halaman 145-152

“Toshiaki san. Katanya dirimu sedang terbelit utang?” Toshiaki sontak mengangkat kepalany. Miyuki kaget dan memandang ayah nya. “Tadi ada orang didalam sini, aku tidak akan mengatakan siapa dia, yang memberitahukannya kepadaku. Katanya jumlahnya lumayan banyak.

Apakah itu benar?”

Miyuki melirik Toshiaki yang ada di sampingnya. Tangan pria itu

(52)

mengepal dan gemetaran di atas pahanya. Mungkin memang benar Toshiaki punya utang. Namun, Miyuki lebih terguncang dengan fakta bahwa ada seseorang yang terlihat bahagia saat bertemu kembali dengannya, tapi di belakang mencari tahu hal tersebut dan melaporkan hal itu kepada kedua orang tuannya.

Miyuki tidak bisa memikir apa apa karena marah. Ternyata kedatangannya kepulau adalah kesalahan besar.

“Seajak tadi kalian terus bicara soal utang dan utang, sejak awal aku sudah tahu kok. Hidup di kota besar butuh biaya yang cukup besar.” Ujar Miyuki.

Bahkan Miyuki mengatakan bahwasannya dia memaksa Toshiaki untuk membelikan cincin pertunangan mereka merek nomor satu di luar negeri.

Tetapi semua itu adalah bohong. Acara lamaran pun selesai. Miyuki bahkan tidak merasa bebas di tengah keluarga. Dia juga tak mampu memercayai Toshiaki sepenuhnya. Miyuki justru merasakan kesendirian yang menyengat tiada akhir.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan bahwa sedikit demi sedikit keburukan yang disimpan Toshiaki selama ini dari Miyuki hamper terbongkar di tengah tengah kalangan keluarga dan teman teman Miyuki saat acara pertunangan mereka . Memang selama ini Toshiaki ingin menikahi Miyuki

(53)

41

hanya untuk keuntungan Bisnis nya saja. Toshiaki tidak benar benar mencintai Miyuki. Akan tetapi disela sela keributan yang terjadi, Miyuki tetap membela Toshiaki karena Miyuki benar benar mencintai Toshiaki dan ingin menikah dengan nya. Sampai Miyuki mengatakan kebohongan di tengah tengah keluarga dan teman temannya hanya untuk menutupi kesalahan Toshiaki yang hampir terbongkar padahal jelas-jelas Miyuki belum mengetahui semua hal itu sebelumnya.

d. Crisis

- Cuplikan 1 halaman 158-159

Miyuki mendorong kursi roda Nenek untuk ikut berbaris. Saat itulah, terdengar sebuah suara rintihan “…Tidak baik” tepat dari sekitar pinggangnya. “..Eh?” Neneknya menggerakkan mulutnya.

“Maaf, Nek. Ada apa/”

“Pria itu tidak baik.”

“Nenek…”

“Bukankah tadi bicara perkara utang? Kalau ayahmu tadi mundur dan tidak mempermasalahkannya lagi, jumlahnya pasti bukan jumlah yang tidak bisa di kembalikan. Tentu saja tidak ada yang lebih baik dari pada utang. Kalau kau sudah mengetahuinya, ya sudah. Tapi….” Neneknya memotong kata katanya sampai di situ, kemudian melonggokkan lehernya melihat Toshiaki.

“Kau sudah mendorong kursi roda hingga berkeringat, tapi dia

(54)

sama sekali tidak ada membantumu.”

Sudut mata neneknya berkaca-kaca. Kemudian beliau mengerutkan bibirnya yang keriput seolah menahan kesedihan.

Mungkin memang benar begitu.

Analisis

Cuplikan ini berada pada tahapan crisis dimana situasi pada cerita semakin panas. Cuplikan pada halaman 158-159 menjelaskan bahwa sikap Toshiaki yang tidak peduli membuat sang Nenek merasa semakin tidak suka dengan kehadiran Toshiaki. Bahkan sang Nenek mengatakan Toshiaki bukan lah pria yang baik untuk Miyuki karena perlakuan Toshiaki. Jika Toshiaki memang mencintai Miyuki, pria itu pasti berusaha untuk memperbaiki kesannya terhadap keluarga Miyuki, seharusnya dia berinisiatif untuk membantu, karena itu sebuah kesempatan yang baik untuk memperbaiki suasana keadaan di keluarga Miyuki.

- Cuplikan 2 halaman 167-169

Terjadi sesuatu kepada Kaori. Perut Miyuki serasa membeku. “Apakah Kaori baik-baik saja?”

“Hah? Bukan soal itu. Teman cowoknya itu siapa?

“Eh?”

“Kau tahu,kan?” Ujar sang Direktur.

“Tidak saya melarang keras Kaori untuk berpacaran”

Miyuki mengambil tablet yang ada di dalam tasnya untuk melihat kabar

(55)

43

terbaru yang ada di social media. Miyuki bergegas mengeklik salah satu headline. Muncul sebuah foto Kaori dan sang pacar sedang berciuman di parkiran di depan sebuah bangunan yang mirip apartemen. Miyuki seolah meragukan penglihatannya saat dia memperbesar foto sang pria.

…Toshiaki? Tidak mungkin…

Toshiaki juga pasti mengetahui kejadian ini. Oleh sebab itu, pria tersebut bergegas keluar untuk kabur dari Miyuki. Hal tersebut tidak bisa di maafkan.

Analisis

Dari cuplikan halaman 167-169 terdapat suatu konflik yang mulai terkuak. Sifat Toshiaki yang buruk akhirnya mulai terbongkar di mata Miyuki. Akhirnya Miyuki menyadari bahwa ternyata selama ini Toshiaki telah selingkuh dengan Kaori di belakang Miyuki. Karena hal itu sudah diketahui oleh Miyuki, Toshiaki pun akhirnya melarikan diri dari Miyuki dan bergegas kembali ke Tokyo tanpa sepengetahuan Miyuki. Miyuki terkejut akan kejadian semua ini.

Miyuki tidak akan bisa memafkan Toshiaki. Ternyata selama ini Miyuki hany dijadikan bahan manfaatan oleh Toshiaki untuk percintaannya dengan Kaori dan bisnis kerjanya.

e. Climax

- Cuplikan 1 halaman 213-215

Tidak salah lagi, pria ini pasti Toshiaki. Hanya saja psangannya bukan Miyuki. Setelah membaca artikel gosip tersebut, Tatsuya

(56)

akhirnya tahu bahwa gadis itu adalah artis idola bernama Miyahara Kaori.

Petunjuk yang terpecah-pecah itu pun akhirnya berkumpul menjadi selembar gambar. Toshiaki sudah menginjak-injak hati dan harapan Miyuki yang mendidik idola sepenuh hati dan jiwa saat wanita itu menjadi seorang idola. Pria ini juga menginjak- injak sahabat-sahabt Miyuki di Yuki no Shima yang sudah mendukung impian Miyuki, bahkan ketika melihat wanita itu sedang terpuruk.

Toshiaki melempar puntungan rokok kearah Tatsuya.

“Toshiaki adalah pria paling jahat diantara yang jahat. Tidak pernah menghormati wanita.” Ujar Tatsuya dalam hati.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan tahapan krisis, dimana situasi pada cerita semakin memuncak.

Dari cuplikan halaman 213-215 menjelaskan bahwa keburukan Toshiaki diketahui oleh Tatsuya sahabat Miyuki. Tatsuya sangat kasihan kepada Miyuki yang dia jelas jelas tahu bahwa kedepannya Miyuki tidak akan bahagia dengan Toshiaki. Tatsuya geram dengan perlakuan Toshiaki yang kurang menghargai perasaan Wanita, apalagi Wanita ini dia suka sejak masih kecil.

Referensi

Dokumen terkait

Selain peran wanita dalam keluarga dan dalam dunia kerja, yang membedakan keempat tokoh wanita dalam novel OUT dengan wanita Jepang pada umumnya adalah bahwa mereka juga

Ungkapan tegang dan tegas mengindikasikan bahwa karya sastra novel akan merupakan sebuah kehidupan yang tegang dimana didalamnya memunculkan suatu masalah/persoalan sebagai

karya Haruki Murakami” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastrapada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Jenis atau wujud nilai moral terdapa dalam karya sastra bergantung pada keyakinan,keinginan,dan pesan yang mau disampaikan oleh pengarang yang mau disampaikan oleh

Tokoh dalam karya sastra adalah sarana pengarang menggambarkan cerita, pesan. dan kesan yang ingin disampaikan melalui tema yang diangkat

Di dalam karya sastra fiksi terdapat dua unsur yang sangat mempengaruhi. yaitu unsur intrinsik dan

dilakukan dihasilkan Hiroshima sebagai karya sastra nonfiksi yang ditulis dengan..

Amanat dalam karya sastra merupakan perwujudan pengarang, ekspresi, tanggapan terhadap suatu permasalahan yang menarik bagi karya itu.. menuangkan ide, tanggapan, pesan dan