• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DUA BERSAUDARA KARYA YU HUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DUA BERSAUDARA KARYA YU HUA"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DUA BERSAUDARA KARYA YU HUA

(PENDEKATAN PRAGMATIK)

余华《兄弟》小说道德价值:语用学

Yúhuá “xiōngdì” xiǎoshuō dao dé jiàzhí: Yǔ yòng xué

SKRIPSI

AGINTHA KAWA APRILIANTI SURBAKTI 150710025

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRACT

The title of this thesis is ““Analisis Nilai Moral Tokoh Utama Dalam Novel Dua Bersaudara Karya Yu Hua”. In this paper, the writing trying to analyze the moral

values contained in the novel Dua Bersaudara by Yu Hua. There are several concepts used by researchers in analyzing this thesis, namely the novel definition, moral values contained in the novel and the types of moral values in the novel.

Theories that discuss pragmatics are used to support in assessing the moral values provided in the novel Two Brothers. The research method used in this study to describe the data is a qualitative descriptive method. The results of the analysis of this study indicate that the form of moral values contained in the novel Dua Bersaudara by Yu Hua includes human relations with himself and the form of moral values in human relations with other humans.

Keywords : Novel, Moral Values, Moral Form

(4)

ABSTRAK

Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Nilai Moral Tokoh Utama Dalam Novel Dua Bersaudara Karya Yu Hua”. Dalam skripsi ini penulis mencoba

menganalisis nilai moral yang terdapat dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua. Ada beberapa konsep yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis skrispi ini, yaitu defenisi novel, nilai moral yang terdapat dalam novel dan jenis- jenis nilai moral yang terdapat dalam novel. Teori pendekatan pragmatik yang digunakan untuk memperkuat dalam menganalisis nilai moral yang terdapat dalam novel Dua Bersaudara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan data adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil dari analisis penelitian ini menunjukan bahwa wujud nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua meliputi hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan manusia lain.

Kata Kunci : Novel, Nilai Moral, Wujud Nilai Moral

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, kesehatan dan kekuatan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Nilai Moral Dalam Novel Dua Bersaudara Karya Yu Hua (Pendekatan Pragmatik)”. Penulisan skripsi ini diajukan bertujuan

untuk memenuhi salah satu syarat dalam langkah memperoleh gelar Sarjana Ilmu Budaya dari Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam pengerjaan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, nasihat, dukungan dan saran dari berbagai pihak khususnya pembimbing, segala hambatan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada berbagai pihak antara lain :

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M. S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd. Pujiono, M. Hum, Ph. D. selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Niza Ayuningtias, S. S, MTCSOL selaku Sekertaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak T. Kasa Rullah Adha, S.S, MTCSOL selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga

(6)

dan bimbingan yang sudah diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan jajarannya di Program Studi Sastra Cina atas segala ilmu yang telah diberikan selama ini.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Antonius Putera Surbakti dan Ibu Mira Elisabeth yang selalu memberikan dukungan baik berupa moral,doa maupun kasih sayang yang sudah diberikan selama ini.

7. Saudara kandung penulis Gabriel Alloy Varo Surbakti dan Alena Kawa Abigael Surbakti yang sudah memberikan semangat.

8. Orang spesial penulis Samuel Herysa Raymond Simorangkir yang sudah memberikan dukungan, doa,semangat dan inspirasi selama ini.

Yang sudah menemani penulis dari awal perkuliahan hingga akhir dari perkuliahan.

9. Sahabat terbaik saya Squad Tak Kasat Mata yang terdiri dari Alya Meisyta, Nurmazaya Hardika dan Aisyah Hariati yang sudah memberikan semangat dan menemani saya selama masa-masa perkuliahan. Sahabat yang selalu menemani saya bimbingan Meidanisa, Hasti, Putri Dini, dan Akhiria. Teman-teman seperjuangan saya mahasiswa/i sastra cina stambuk 2015 yang sebentar lagi jadi alumni, terimakasih telah menjadi teman saya selama empat tahun.

10. Sahabat Youth Gereja Bethany Setia Budi yang sudah mendukung dan mendoakan penulis selama ini.

(7)

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas tentunya dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi in masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis sangat membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Penulis

Agintha Kawa Aprilianti Surbakti 150710025

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ………...i

ABSTRAK ……… ii

KATA PENGANTAR ………iii

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ………...viii

DAFTAR LAMPIRAN ………...ix

BAB I PENDAHULUAN ………1

1.1 Latar Belakang ………... .1

1.2 Rumusan masalah ………....6

1.3 Batasan Masalah ………...7

1.4 Tujuan Penelitian ...………... 7

1.5 Manfaat Penelitian ………...…... .8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………....9

2.1 Konsep ... 9

2.1.1 Novel...9

2.1.2 Nilai moral ...10

2.1.3 Jenis moral dalam sastra...11

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Pragmatik... 13

2.2.2 Bentuk penyampaian moral...14

2.3 Tinjauan Pustaka...17

BAB III METODE PENELITIAN ………. 19

3.1 Teknik Pengumpulan Data... 19

3.2 Sumber Data ... ... 20

3.3 Teknik Analisis Data... ...22

(9)

BAB IV ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL DUA BERSAUDARA KARYA

YU HUA ...24

4.1 Hasil Penelitian ...24

4.1.1 Moral Tokoh Utama dalam Menghadapi Persoalan Kehidupan dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua...24

4.1.2 Penyampaian Nilai Moral yang Digunakan Pengarang dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua ...28

4.2 Pembahasan ...31

4.2.1 Moral Tokoh Utama dalam Menghadapi Persoalan Kehidupan dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua ...31

4.2.2 Penyampaian Nilai Moral yang Digunakan Pengarang dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua ...55

BAB V PENUTUP ………...83

5.1 Simpulan ...83

5.2 Saran ...84

DAFTAR PUSTAKA ……….86

LAMPIRAN ...88

Lampiran I Sinopsis Novel dalam Bahasa Indonesia ...88

Lampiran II Sinopsis Novel dalam Bahasa Mandarin ...92

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis moral yang mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan dalam Novel Dua Bersaudara.

Tabel 2 Moral tokoh utama dalam menghadapi persoalan hidup dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

Tabel 3 Penyampaian Nilai Moral Yang Digunakan Pengarang Dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

Tabel 4 Pembahasan Moral Tokoh Utama dalam Menghadapi Persoalan dan Penyampaian

Nilai Moral yang digunakan Pengarang dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Sinopsis Novel dalam Bahasa Indonesia...85

Lampiran II Sinopsis Novel dalam Bahasa Mandarin...89

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah hasil pekerjaan kreatif yang memiliki ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan sederetan karya seni yang memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (lihat Semi 1998:8, Sudjiman 1986:68, Wellek dan Werren 1993). Di dalam sastra terdapat karya sastra.Menurut Jakop Sumardjo dalam bukunya berjudul “Apresiasi Kesusasteraan” mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha yang merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, karena karya sastra dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup ke dalam bentuk fiksi. Karya sastra selain sebagai media pendidikan, kontrol sosial, pemberontakan, juga berfungsi sebagai penyampaian pesan kepada masyarakat atas segala persoalan yang ada sehingga mempunyai gambaran apa yang terjadi dalam karya sastra.

Karya sastra dibedakan atas puisi, drama, dan prosa.Prosa adalah karangan bebas dari fiksi berbentuk narasi berplot yang di emban oleh pemeran tertentu dengan memperhatikan latar,tahapan dan rangkaian dari sebuah karya sastra. (lihat KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Herman J.Walluyo 2006:1, Saleh dan Muliono 1998:106, Aminuddin 2002:66).

(13)

Prosa terdiri atas 2 macam yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah suatu karya sastra yang belum dipengaruhi oleh sastra atau kebudayaan dari barat dan sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat, contohnya:hikayat , dongeng, mitos, legenda, dan fabel. Sebaliknya, prosa baru adalah prosa yang timbul setelah menerima literatur atau pengaruh dari budaya barat, contohnya : cerita pendek, roman dan novel.

Novel adalah sebuah karya sastra prosa berbentuk fiksi yang berkaitan dengan peristiwa nyata atau fiksional yang ditemukan dalam masyarakat “realitas obejektif” yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral dan pendidikan dan memiliki dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

(lihat Nurgiyantoro 2009:10, Scholes via Junus 1984:121, Esten 1984:9, Nurhadi dan Dawud, Rostamaji).

Unsur intrinsik sering disebut sebagai unsur pembangun cerita, yaitu unsur yang secara langsung turut serta dalam membangun cerita. Unsur yang dimaksud adalah tema, peristiwa, cerita, plot, penokohan, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa,danlain-lain(Nurgiyantoro,2000:23).Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, namun secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro,2000:

24), misalnya latar belakang masyarakat, latar belakang penulis, dan nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra. Nilai-nilai tersebut adalah nilai agama, sosial, moral dan budaya.

(14)

Banyak novel di China yang memberikan nilai moral ataupun pesan yang positif,salah satunya adalah Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua. Nilai moral dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua banyak digambarkan dari perbuatan dan ucapan yang disampaikan oleh tokoh. Tidak hanya moral yang baik yang dapat diambil oleh pembaca, tetapi nilai moral yang buruk juga disampaikan oleh pengarang sebagai bahan introspeksi diri dan peringatan agar tidak mengikuti tindakan tokoh dalam novel tersebut.

Dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua bercerita tentang perjuangan hidup dua bersaudara yakni Li Gundul dan Song Gang. Yang dalam menhadapi kehidupan berat pada masa itu di Kota Liu, China. Ibu Li Gundul yaitu Li Lan telah ditinggal oleh suaminya yang meninggal tenggelam di dalam jamban setelah mengintip di kakus wanita. Li Lan banyak sekali mendapatkan cemoooh dari penduduk Kota Liu karena kematian suaminya yang membuat sejak saat itu kehidupan Li Lan menjadi sangat tertutup. Dan pada hari kematiaan suaminya pula anaknya yang bernama Li Gundul lahir. Karena cemooh dari penduduk Kota Liu membuat Li Lan tidak berani banyak keluar rumah. Kehidupannya hanya sebatas tempat kerja dan rumahnya. Akibat dari malu yang diterima oleh Li Lan membuat Li Gundul tidak bisa menikmati sinar matahari pagi karena Li Lan takut anaknya juga ikut dicemooh. Tapi setelah datangnya ayah Song Gang kedalam kehidupan Li Lan semua berubah sedikit demi sedikit. Li Lan dan Song Fanping bertemu pertama kali saat suami Li Lan meninggal, Song Fanping lah yang membawa mayat suaminya ke rumah Li Lan. Istri Song Fangping juga meninggal karena sakit. Tidak ada yang tau kapan mereka bisa menjalin cinta dan sampai

(15)

akhirnya memutuskan untuk menikah. Li Gundul dan Song Gang menjadi saudara yang sangat akrab setelah pernikahan kedua orang tua mereka.Tapi kehidupan bahagia mereka hanya bertahan sementara karena Li Lan sakit dan mengaruskan dia untuk berobat ke Shanghai. Dan ketika Li Lan pergi ke Shanghai. Sistem pemrintahan di Kota Liu berubah menjadi Revolusi Kebudayaan yang membuat Song Fanping menjadi tahanan. Song Fanping meninggal pada saat ingin menjemput Li Lan di Shanghai. Song Fangping kabur dari tempat tahanan dan membuat penjaga tempat dia di tahan mencarinya dan memukulinya di stasiun sampai Song Fanping meninggal.Kehidupan Li Lan dan anak-anaknya berubah.Song Gang diantar ke tempat kakeknya untuk mengurus kakeknya di kampung.Dan membuat Li Gundul dan Song Gang berpisah.Tetapi karena rasa rindu Song Gang kepada ibunya dan Li Gundul membuat dia sering mengunjungin mereka. Sampai pada akhirnya penyakit ibu Li Gundul semakin parah dan dia menyuruh Li Gundul untuk memanggil Song Gang ke kota.Setelah Song Gang ke kota,ibunya mengatakan bahwa Song Gang harus menjaga dan merawat Li Gundul.Dari kepergiaan Li Lan lah kehidupan Li Gundul dan Song Gang dimulai.Dimulai dari kisah Song Gang dan Li Gundul memperebutkan gadis cantik yang bernama Lin Hong yang mengakibatkan persaudaraan mereka tidak akur lagi dan membuat Song Gang dan Li Gundul berjauhan.Song Gang yang berhasil menikah dengan Lin Hong.Membuat Li Gundul putus asa dan dari putus asanya inilah dia mulai mengawali kejayaannya.Hidup Li Gundul membaik tapi tidak dengan Song Gang yang harus bersusah payah membiayai

(16)

kehidupannya.Sampai akhir cerita yang mengenaskan dimulai dari Li Gundul dan Lin Hong berselingkuh dan membuat Song Gang bunuh diri di rel kereta api.

Berdasarkan sinopsis Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua,pengarang ingin ingin meyampaikan nilai-nilai moral yang terjadi dalam kehidupan yang terjadi dari dua bersaudara ini yakni Li Gundul dan Song Gang.Novel ini banyak membahas tentang perjuangan kehidupan yang dialami dua bersaudara ini yang banyak sekali nilai-nilai moral yang membuat novel ini sangat bagus untuk di baca.Setelah penulis membaca novel ini,novel ini sangat bermanfaat bagi pembaca khususnya penulis dalam memahami nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap cerita yang diungkapkan oleh pengarang Yu Hua dalam novel

“Brothers”.Selain itu, Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua mendapatkan penghargaan Man Asian Literary Prize dan penghargaan France's Prix Courrier International pada tahun 2008. Pemilihan Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua sebagai bahan penelitian karena cerita ini banyak menampilkan persoalan hidup dan kehidupan yang menarik,serta banyak terdapat nilai moral yang bermanfaat bagi pembaca.Hal itulah yang menguatkan penulis untuk mengangkat Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua sebagai bahan penelitian.

Pragmatik untuk nilai moral di dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua ini dapat dilihat dari contoh .1 yang terdapat pada kalimat :

Contoh.1

李光头和宋钢伤心地抹起了眼泪,他们做了煎虾,打了黄酒,专门给宋 凡平送来,可他没舔着虾也没沾着酒。宋钢伤心地说:“我们以为你吃着虾

,喝着酒,你会哈哈大笑。”

(17)

Lǐ guāngtóu hé sòng gāng shāngxīn dì mǒ qǐle yǎnlèi, tāmen zuòle jiān xiā, dǎle huángjiǔ, zhuānmén gěi sòng fánpíng sòng lái, kě tā méi tiǎnzhe xiā yě méi zhānzhe jiǔ. Sòng gāng shāngxīn dì shuō: “Wǒmen yǐwéi nǐ chīzhe xiā, hēzhe jiǔ, nǐ huì hāhā dà xiào.”

Li Gundul dan Song Gang terus mengusap air mata.Mereka khusus menyiapkan udang dan arak itu untuk Song Fanping,tetapi sedikit pun dia tidak mencicipinya.Song Gang berkata, “ Kami membayangkan Papa akan tertawa senang menyantap udang dan arak itu.” (hal 136)

Pada contoh.1 diatas terdapat kutipan yang berkaitan dengan pendekatan pragmatik yang fungsinya memberikan tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya bisa kita lihat dalam kutipan cerita. Disini kita bisa dapat melihat ketulusan hati anak-anaknya Song Fanping yang menyediakan makananya kepada ayahnya yang berada di dalam tahanan.Yang membuat pembaca yang membacanya mendapatkan pengertian tentang kasih anak kepada orang tuanya.Dan pendekatan pragmatik ini berhubungan dengan nilai moral.Nilai moral dalam kutipan ini juga berisi tentang kasih anak kepada orang tua.Pendekatan pragmatik dan nilai moral disini kita bisa melihat saling berhubungan dan saling membutuhkan untuk mengkaji suatu karya sastra.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah moral tokoh utama dalam mengadapi persoalan kehidupan dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua?

2. Bagaimana bentuk penyampaian moral yang digunakan pengarang dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua?

(18)

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan sistematis,dapat mengarah kepada suatu titik masalah dan mengenai sasaran yang diinginkan.Maka peneliti membuat batasan-batasan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini dibatasi pada moral tokoh utama menghadapi persoalan kehidupan dan bentuk penyampaian nilai moral dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.Motivasi pengarang menampilkan nilai moral dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua tidak akan dibahas karena penelitian ini hanya membahas hasil karya pengarang bukan pengarangnya.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian sastra memiliki peranan penting dalam berbagai aspek dan berpengaruh untuk pengembangan kaarya sastra itu sendiri.Tujuan dan peranan penelitian adalah untuk memahami makna karya satra sedalam-dalamnya (Endraswara,2008:67).

Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan moral tokoh utama dalam menghadapi persoalan kehidupan dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

2. Mendeskripsikan bentuk penyampaian moral yang digunakan pengarang dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik haruslah mempuyai manfaat.Adapun manfaaat penelitian ini adalah :

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai tinjauan untuk memahami wujud nilai moral dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai tinjauan untuk memahami bentuk penyampaian moral yang digunakan pengarang dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan karya sastra terutama karya sastra yang mengandung nilai moral pada novel.

1.5.2 Manfaat Praktis

Dapat memgembangkan wawasan dan pengalaman dalam menganalisis karya sastra,dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami karya sastra,dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang sastra dan bagi pembaca dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan nilai moral yang terkandung dalam Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemukan aspek-aspek yang menyangkut masalah yang akan diteliti sehingga ruang lingkup materi yang akan dikaji menjadi linear (terarah).Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), konsep adalah idea tau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

2.1.1 Novel

Kata novel berasal dari bahasa Italia “novella”, yaitu sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,biasanya dalam bentuk cerita. Novel adalah sebuah karya sastra prosa berbentuk fiksi yang berkaitan dengan peristiwa nyata atau fiksional yang ditemukan dalam masyarakat “realitas obejektif” yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya,sosial,moral dan pendidikan dan memiliki dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. (lihat Nurgiyantoro 2009:10,Scholes via Junus 1984:121,Esten 1984:9,Nurhadi dan Dawud,Rostamaji).Novel berisikan cerita- cerita fiksi yang biasanya menceritakan atau menggambarkan tentang realita kehidupan dan interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan lingkungan sekitarnya.

(21)

Novel berfungsi untuk memberikan pandangan kepada pembaca tentang apa yang terjadi dalam sosial masyarakat,kehidupan,religius,dan hal lainnya.Novel dapat memberikan nilai moral ataupun pesan positif dalam suatu karya sastra.Sebagai bahan bacaan,novel dapat dibagi menjadi dua yaitu : novel serius dan novel hiburan.Karena tidak semua novel mampu memberikan hiburan dan tidak semua novel juga mampu memberikan nilai-nilai kehidupan.Novel serius atau novel yang baik dibaca ialah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya.Artinya isi dari cerita dalam novel terdapat nilai-nilai kehidupan yang dapat mengubah si pembaca dan pembaca mendapatkan kepuasan setelah membaca novel itu.Sedangkan novel hiburan yaitu novel yang isinya hanya memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya dan hanya untuk kepentingan santai belaka.

2.1.2 Nilai Moral

Nilai adalah sesuatu yang sangat berharga,bermutu,menunjukan kualitas dan berguna bagi manusia.Menurut Horrocks,nilai adalah sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial membuat keputusan mengenai apa yang ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang dibutuhkan.Dalam filsafat,nilai dibedakan menjadi tiga yaitu : nilai logika,nilai estetika,nilai moral (etika).

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lain dalam tindakan yang memiliki nilai positif.Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral,artinya dia tidak bermoral atau tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.Sehingga moral adalah hal yang mutlak dimiliki

(22)

oleh manusia.Moral secara nilai eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu,tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit.

Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

Pengertian moral menurut Webster New Word Dictionary (Wantah,2005), bahwa moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar,salah,baik,buruknya tingkah laku.Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup yang ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro 1995:323).

Nilai moral merupakan bagian yang penting yang mau disampaikan pengarang kepada pembaca ,agar menambah pengetahuan tentang nilai kehidupan.Dalam kehidupan ini bukan hanya tentang intelektual saja,tetapi juga pengetahuan tentang moral,karena bagaimanapun moral adalah hal yang sangat penting dan hal yang pertama kita miliki dalam kehidupan kita.

2.1.3 Jenis Moral dalam Sastra

Karya sastra di dalamnya terdapat nilai moral untuk dipahami oleh pembaca,tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral yang dipesankan.Dalam karya sastra khususnya novel,tidak hanya memiliki satu nilai moral yang ingin disampaikan oleh pengarang.Dalam karya fiksi yang panjang,pengarang ingin menyampaikan lebih dari satu nilai moral yang ingin disampaikan kepada pembaca.

(23)

Jenis atau wujud nilai moral terdapa dalam karya sastra bergantung pada keyakinan,keinginan,dan pesan yang mau disampaikan oleh pengarang yang mau disampaikan oleh pengarang yang bersangkutan.Jenis moral itu sendiri dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan.Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri,hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam,hubungan manusia dengan Tuhannya (via Nurgiyantoro,2009:323).Sependapat dengan apa yang dikatakan Daroesa (1986:27) bahwa moral yang digunakan untuk menilai perbuatan manusia yang meliputi empat aspek kehidupan.

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri (via Nurgiyantoro 2009:324) dapat bermacam-macam jenisnya dan tingkat intensnya.Persoalan manusia dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan melakukan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya.Rasjidi (1984:33) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang religius dalam arti bahwa ia menyembah Tuhan,melakukan ritual atau ibadah serta upacara untuk minta ampun dan menyesali diri. Sikap dan perbuatan manusia dengan Tuhannya merupakan perbuatan moral karena menjauhi yang jahat dan menjalankan perintah yang baik.Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain termasuk dengan alam sekitar sebagai kelengkapan dalam hidupnya terkadang menimbulkan berbagai macam permasalahan. Moral tokoh yang terdapat dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua terdapat tujuh varian yaitu teguh pendirian, bersikap pasrah, suka bekerja keras, tidak mudah putus asa, tidak tabah

(24)

menghadapi cobaan, banyak solusi, peduli terhadap sesama ( Nurgiyantoro, 2007 : 323-325).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik

Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra.Yang memiliki arti bahwa pendekatan pragmatik fungsinya untuk memberikan tujuan- tujuan tertentu bagi pembacanya.Semakin banyak nilai-nilai,ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca maka semakin baik karya sastra tersebut.

Menurut Levinson (1983:9), pragmatik ialah kajian dari hubungan anatara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di sini,pengertian atau pemahaman bahasa mengunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya,yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.Pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat perkembangannya yaitu teori resepsi.Menurut Abram (1958:14-21) pendekatan pragmatik merupakan perhatian utama terhadap peran pembaca.Dalam kaitannya dengan salah satu teori modern yang paling pesat yaitu teori resepsi.

Menurut Endraswara (2004:117) untuk mengecek penerapan penelitian pragmatik sastra adalah mana kala titik berat kritik berorientasi pembaca.Dalam

(25)

hal ini menunjukan adanya konsep efek komunikasi sastra yang sering dirumuskan dengan istilah docere (memberikan ajaran), delectare (memberikan kenikmatan) dan movere (menggerakkan pembaca).

Pendekatan pragmatik membahas hubungan antara karya sastra dan pembacanya yaitu nilai moral apa yang disampaikan oleh karya sastra kepada pembaca.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang masih membutuhkan teori-teori bantu yang lain untuk menentukan kajian yang dianggap penting oleh peneliti,begitu pula teori moral yang tetap masih membutuhkan pendekatan pragmatik sebagai suatu pandang dalam menganalisis sebuah karya sastra,lebih dari itu pendekatan pragmatik dan teori moral sama-sama membahas hubungan antara karya sastra contohnya novel yaitu pesan moral atau nilai moral yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.

2.2.2 Bentuk Penyampaian Moral

Karya sastra merupakan salah satu wujud karya seni yang paling banyak tujuannya estetik,dan mempunyai cara tersendiri dalam menyampaikan pesan moral atau nilai moral dalam karya tersebut.

Secara umum bentuk penyampaian moral dapat dibedakan menjadi dua yaitu bersifat langsung dan tidak langsung.Dalam sebuah novel,kebanyakan pesan atau nilai moral yang mau disampaikan oleh pengarang disampaikan secara tidak langsung sehingga tak banyak orang yang banyak merasakannya,namun ada juga yang langsung dan sengaja ditonjolkan.

(26)

Bentuk penyampaian nilai moral secara langsung identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian,telling,penjelasan,atau ekspository.Pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh cerita

yang bersifat “memberi tahu” atau sengaja memudahkan pembaca untuk memahaminya,hal yang demikian juga terjadi dalam penyampaian nilai moral.Artinya,moral yang disampaikan,atau diajarkan,kepada pembaca dilakukan secara langsung dan eksplisit.Pengarang dalam hal ini,tampak bersifat menggurui pembaca,secara langsung memberi nasihat dan petuahnya. Dilihat dari segi kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan kepada pembaca, teknik penyampaian langsung dinamakan komunikatif. Artinya, pembaca memang secara mudah dapat memahami apa yang dimaksud. Pembaca tidak sulit-sulit menafsirkan sendiri dengan jaminan belum tentu pas. Pesan moral yang bersifat langsung biasanya terasa dipaksakan dan kurang koherensif dengn unsur-unsur yang lain. Hal itu justru merendahkan nilai literer karya yang bersangkutan.

Hubungan komunikasi yang terjadi antara pengarang (addresser) dengan pembaca (addresse) pada penyampaian pesan dengan cara ini adalah hubungan langsung.

Bentuk penyampaian moral yang bersifat tidak langsung, pesan itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Walau betul pengarang ingin menawarkan dan menyampaikan sesuatu, ia tidak melakukannya secara serta-merta dan vulgar karena ia sadar telah memilih jalur cerita.Jika dibandingkan dengan teknik pelukisan watak tokoh, cara ini sejalan dengan teknik ragaan, showing. Yang ditampilkan dengan cerita adalah peristiwa, peristiwa, konflik, sikap, dan tingkah laku para tokoh dalam

(27)

menghadapi peristiwa dan konflik itu, baik yang terlihat dalam tingkah laku verbal, fisik, maupun yang hanya terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Melalui berbagai hal tersebut, pesan moral disampaikan. Sebaliknya, dilihat dari pembaca, jika ingin memahami dan menafirkan pesan itu, harusnya ia melakukannya berdasarkan cerita, sikap, dan tingkah laku para tokoh.Dilihat dari kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan pandangan itu, cara ini munkin kurang komunikatif. Artinya, pembaca belum tentu dapat menangkap apa sesungguhnya yang dimaksudkan pengarang, paling tidak memungkinkan terjadinya kesalahan tafsir berpeluang besar. Namun, hal yang demikian adalah amat wajar, bahkan merupakan hal yang esensial dalam karya sastra. Berangkat dari sifat esensial inilah sastra dipandang sebagai kelebihan karya sastra. Hal ini pula yang menyebabkan karya sastra tidak sering ketinggalan, sanggup melewati batas waktu dan kebangsaan.Hubungan yang terjadi antara pengarang dan pembaca adalah hubungan yang tidak langsung dan tersirat. Kurang ada pretensi pengarang untuk langsung menggurui pembaca sebab yang demikian justru tidak efektif disamping juga merendahkan kadar literer karya yang bersangkutan.

Pengarang tidak menganggap pembaca bodoh, dan sebaliknya pembacapun tidak mau dibodohi pengarang.

(28)

2.3 Tinjauan Pustaka

Setyawati (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai Moral dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar (Pendekatan Pragmatik).

Dalam skripsi ini dikaji tentang nilai moral yang diambil dari Novel Surat Kecil untuk Tuhan melalui pendekatan pragmatik. Dalam skripsi ini penulis mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang mengkaji nilai moral terutama dengan menggunakan pendekatan pragmatik.

Briyanta (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Pulang Karya Leila S Chudori”. Dalam skripsi ini dikaji tentang nilai moral yang ada dalam Novel Pulang.Penulis dengan membaca skripsi ini dapat memahami lebih dalam tentang teknik penyampaian nilai moral dalam Novel Pulang Karya Leila S Chudori.

Sartika (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pesan Moral dalam Novel Furinkazan Karya Yasushi Inoue”.Dalam skripsi ini dikaji tentang pesan moral yang dapat dilihat dari tingkah laku tokoh dan cara berpikirnya.Penulis dengan membaca ini dapat lebih mudah memahami bagaimana cara menemukan metode nilai moral yang terdapat dalam novel dan memudahkan penulis untuk penelitian selanjutnya.

Marpaung (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Cerita Novel Oshin Karya Hashida Sugako Dilihat dari Pendekatan Pragmatik”.Dalam skripsi ini dikaji tentang cerita Novel Oshin yang bercerita tentang perjuangan hidup seorang wanita yang miskin dan bekerja di kota bisa meniti karir dan

(29)

memperbaiki kehidupannya.Dalam skripsi ini dibahas mengenai penggunaan pendekatan pragmatik dalam novel.Penulis dengan membaca skripsi ini dapat lebih mudah memahami tentang penggunaan pendekatan pragmatik dalam mengkaji sebuah novel.

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan wujud nilai moral,moral tokoh utama dalam menghadapi persoalan hidup dan penyampaian nilai moral pengarang kepada pembaca.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan metode deskriptif teks.Moleong (2013:6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,misalnya:

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mempergunakan Library Resarch atau penelitian kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data. Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain.Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran- pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

Studi kepustakaan adalah tugas yang terus menerus dilakukan selama kegiatan penelitian. Sebuah penelitian akan menghasilkan suatu karya ilmiah, karena itu haruslah mampu memberi sumbangan kepada kemajuan ilmu pengetahuan.

(31)

Pemeriksaan yang teliti perlu dilakukan, dari mulai memilih judul, agar jangan sampai terjadi duplikasi terhadap masalah yang sudah diteliti oleh orang lain.

Penelitian kepustakaan berarti peneliti melakukan berbagai riset yang berkenaan dengan kebutuhan penelitian di perpustakaan.Pengumpulan data menjadi syarat utama dalam penelitian sesuai dengan yang diutarakan.Hall (dalam Endaswara,2011:103) cukup penting diperhatikan bagi peneliti sosiologi sastra yang hendak mengumpulkan data.

3.2 Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini adalah :

Novel Dua Bersaudara Bahasa Indonesia

Judul : Brothers (Dua Bersaudara)

Pengarang : Yu Hua

Penerjemah : Agustinus Wibowo

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama anggota IKAP,Jakarta

Editor : Anastasia Mustika W Tebal Buku : 720 halaman

Ukuran : 23 cm

Cetakan : Pertama Tahun : 2018

(32)

Warna Sampul : Putih Hitam

Gambar Sampul : Dua bersaudara yaitu Li Gundul dan Song Gang yang sedang bersama melihat arah langit yang di depannya ada bayangan pohon.

Desain Sampul : Eduard Iwan Mangopang

Novel Dua Bersaudara Bahasa Mandarin

Judul Novel : Xiong Di Pengarang : Yu Hua

Penerjemah : Eileen Cheng-yin Chow dan Carlos Rojas

Negara : China Bahasa : Mandarin

Penerbit : Pantheon Books (English); Shanghai Literature (Chinese) Tahun Penerbitan : 2005

Halaman : 641

(33)

3.3 Teknik Analisis Data

Pada Penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif juga termasuk ke dalam metode deskriptif karena bersifat memaparkan, memberikan, menganalisis, dan menafsirkan. Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah- langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-langkah

dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions).

1. Tahap Analisis atau Pengumpulan Data

Proses analisis pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai macam cara melalui wawancara, pengamatan, observasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data kemudian dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya.

2. Tahap Reduksi

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, mengolonggan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16).

3. Tahap Penyajian Data

Sajian data adalah rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan

(34)

pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan serta memberikan tindakan (Miles dan Huberman, 2007: 84).

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman,2007:18). Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Moral Tokoh Utama Dalam Menghadapi Persoalan Dalam Novel Dua

Bersaudara karya Yu Hua

Novel Dua Bersaudara karya Yu Hua adalah sebuah novel yang berisikan tentang pentingnya hidup. Novel ini mengisahkan tentang dua orang bersaudara yang bernama Li Gundul dan Song Gang.Sesungguhnya mereka bukanlah saudara kandung. Namun kedua orangtuanya, yaitu Li Lan (Ibu Li Gundul) dan Song Fangping (Ayah Song Gang) menikah, maka mereka dipersatukan menjadi saudara. Kisah Dua Bersaudara ini digunakan oleh penulisnya Yu Hua untuk menggambarkan keadaan kehidupan di sebuah kota kecil di dekat Shanghai di awal Era Revolusi Kebudayaan dan kemudian di Era Deng Xiaoping yang menjalankan politik pasar terbuka.Setelah kematian kedua orangtua mereka, Song Gang bersumpah tidak akan menelantarkan adiknya Li Gundul. Namun,suatu ketika, ikatan persaudaraan mereka bubar karena mereka sama-sama mencintai wanita yang sama. Dan pada akhirnya Song Gang bunuh diri dan Li Gundul menyesal karena dirinya kakaknya yang sudah menyayangi dia meninggal dengan bunuh diri di atas rel kereta api.

(36)

Nilai moral yang terkandung dalam novel ini bisa dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kasih sayang orangtua terhadap anaknya dan kasih seorang kakak kepada adiknya.

Jenis moral itu sendiri dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, hubungan manusia dengan Tuhannya. Dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua ini terdapat dua garis besar persoalan kehidupan manusia yaitu, persoalan tokoh utama Li Gundul dengan dirinya sendiri dan persoalan hubungan Li Gundul dengan manusia lain seperti di dalam keluarganya, lingkungan kerjanya dan lingkungan tempat tinggalnya.

Tabel 1. Jenis moral yang mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan dalam Novel Dua Bersaudara

No. Jenis Moral Moral Nomor Halaman Novel

Jumlah Data

1.

Hubungan dengan diri

sendiri

Tidak mudah putus asa 351, 366, 437 3

2.

Hubungan dengan

Keluarga : Peduli terhadap sesamanya

254, 262, 433, 479, 531 5

(37)

manusia lain Tempat Kerja : Bekerja Keras

268 1

Tempat Tinggal : Peduli Terhadap

Sesama

373, 374, 375, 378, 462, 465

6

Jumlah Data 15

Moral merupakan sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar,salah,baik,buruknya tingkah laku (Wantah,2005).

Hal ini berarti pengarang ingin menyampaikan pesan-pesan moral berdasarkan kejadian yang ada di dalam cerita novel baik penyampaian yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Pengertian moral tokoh dalam sastra sama dengan pengertian moral itu sendiri. Moral tokoh merupakan nilai baik buruk yang dilakukan oleh tokoh dalam karya sastra itu sendiri. Berikut merupakan tabel moral tokoh yang dalam menghadapi persoalan hidup dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

(38)

Tabel 2. Moral tokoh utama dalam menghadapi persoalan hidup dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

No

Nama Tokoh

Moral Tokoh

Nomor Halaman Novel

Jumlah Data

1. Li Gundul

1. Teguh pendirian

371, 379, 455, 717 4

2. Bersikap pasrah

109, 117, 120 3

3. Suka bekerja keras

130, 268, 366, 373, 447, 461, 467, 481, 716

9

4. Tidak mudah putus asa

151, 165, 282, 289, 295, 298, 321, 351, 394, 397,

451

11

5. Tidak tabah menghadapi

cobaan

107, 119, 262, 277, 307, 319, 354,361

8

6. Banyak solusi 227, 231, 269, 424, 445 5 7. Peduli terhadap

sesama

373, 448, 478 3

JUMLAH 43

(39)

4.1.2 Penyampaian Nilai Moral yang Digunakan Pengarang dalam Novel

Dua Bersaudara karya Yu Hua

Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya sastra mungkin bersifat langsung, atau sebaliknya tak langsung. Namun, sebenarnya pemilihan itu hanya demi praktisnya saja sebab mungkin saja ada pesan yang bersifat agak langsung. Dalam sebuah novel sendiri mungkin sekali ditemukan adanya pesan yang benar-benar tersembunyi sehingga tak banyak orang yang dapat merasakannya, namun mungkin pula ada yang agak langsung dan seperti ditonjolkan (Nurgiyantoro, 2009: 335).

a. Penyampaian Langsung

Bentuk penyampaian moral secara langsung ada dua yaitu melalui tokoh dan uraian pengarang.Melalui tokoh yang dimaksud adalah penggambaran watak tokoh yang bersifat uraian, telling, penjelasan (expository) yang bisa kita ambil melalui percakapan dari tokoh tersebut. Dan jika melalui uraian pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh cerita yang bersifat “memberi tahu” untuk memudahkan pembaca memahami pesan moral yang ingin disampaikan oleh si pengarang.Artinya si pengarang ingin menyampaikan atau mengajarkan kepada pembaca secara langsung atau eksplisit.Pengarang dalam hal ini, bersifat seperti menggurui pembaca, secara langsung memberikan nasihat dan petuahnya.

(40)

b. Penyampaian Tidak Langsung

Pengarang dalam menyampaikan pesan moral secara tidak langsung mungkin kurang komunikatif. Artinya pembaca belum tentu dapat menangkap apa pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang, kemungkinan terjadinya kesalahan tafsiran berpeluang besar. Namun hal ini wajar bahkan merupakan hal yang esensial dalam karya sastra.

Hubungan yang terjadi antara pengarang dengan pembaca tidak langsung dan tersirat. Kurang ada peran pengarang untuk langsung menggurui pembaca yang justru menjadi tidak efektif dan juga merendahkan kadar literer karya yang bersangkutan.Berikut merupakan tabel penyampaian nilai moral yang digunakan pengarang dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

(41)

Tabel 3. Penyampaian nilai moral yang digunakan pengarang dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua.

No .

Penyampaian Nilai Moral

Bentuk Penyampaian

Nomor Halaman Novel Jumlah

1.

Penyampaian secara langsung

a.Uraian pengarang

120, 227, 231, 269, 277, 289, 295, 298, 321, 366, 379, 424,

461, 467, 478, 481, 716.

17

b.Melalui tokoh

107, 119, 262, 319, 351, 354, 373, 394, 397, 448, 451, 455

12

2.

Penyampaian tidak langsung

a.Peristiwa

109, 117, 130, 151, 165, 268,

282, 361, 371, 445, 447, 717. 12

b.Konflik 319

1

Jumlah 42

(42)

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Moral Tokoh Utama Dalam Menghadapi Persoalan Dalam Novel Dua

Bersaudara karya Yu Hua

Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2009:321).

Jenis moral itu sendiri dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan. Dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua ini terdapat dua garis besar persoalan kehidupan manusia yaitu, persoalan tokoh utama Li Gundul dengan dirinya sendiri dan persoalan hubungan Li Gundul dengan manusia lain seperti di dalam keluarganya, lingkungan kerjanya dan lingkungan tempat tinggalnya.

Hubungan dengan dirinya sendiri Data 1

Ketika Li Gundul melihat Song Gang dengan sepeda barunya.Li Gundul merasa iri dengan abangnya dan mengumpulkan kepercayaan dirinya, dan bicara pada diri sendiri. Hidup masih panjang, nanti lihat saja siapa yang akhirnya jadi anjing basah tercemplung kali (2018//351).

Dari data di 1 menunjukan sikap Li Gundul dengan dirinya sendiri yang tidak mau putus asa , meskipun keadaannya sedang tidak baik. Dan Li Gundul menyakini dirinya sendiri untuk semangat dan berusaha menjadi yang terbaik.

(43)

Data 2

Setelah hatinya di hancurkan Lin Hong. Li Gundul kembali ke pabrik, menghasilkan keajaiban demi keajaiban dalam hal mencetak laba perusahaan.

Semakin Li Gundul berpikir tentang hal ini, semakin dia yakin bahwa dirinya adalah seorang wirausahawan genius (2018//366).

Dari data 2 mengungkapkan bahwa Li Gundul bisa mengatasi permasalahan dengan dirinya sendiri yaitu tidak mudah putus asa , meskipun dia tidak mendapatkan cinta Lin Hong namun Li Gundul berusaha di pekerjaannya. Li Gundul bekerja dengan keras di pabrik tempat dia bekerja dan dia berhasil mencetak laba perusahaan menjadi besar.

Data 3

Song Gang khawatir dengan adiknya Li Gundul karena tidak mempunyai pekerjaan dan bagaimana Li Gundul akan menghidupi dirinya sendiri.Namun Li Gundul mengatakan “ Tenang saja,” Kalau sudah tiba waktunya pasti ada jalan.”

(2018//437).

Dari data 3 menunjukan bahwa Li Gundul percaya dengan dirinya sendiri dan dia tidak mudah putus asa. Meskipun Li Gundul tidak mempunyai pekerjaan, namun dia tetap optimis dan percaya jika sudah tiba waktunya pasti ada jalan yang terbuka.

1. Hubungan dengan manusia lain

Hubungan dengan manusia lain terbagi menjadi tiga yaitu :

a. Keluarga Data 4

Karena Song Gang sudah tidak bisa melihat dengan benar dikarenakan rabun jauh. Li Gundul pun memaksa Song Gang untuk membelikan bingkai kacamata yang paling mahal untuk Song Gang, yang membuat mata Song Gang sembab.

Disatu sisi Song Gang sayang menghabiskan uang ; tetapi disisi lain, dia terharu oleh kemurahan adiknya. (2018//254).

(44)

Dari data 4 dapat dilihat bahwa Li Gundul sangat peduli terhadap abangnya yang sudah tidak bisa melihat dengan baik karena rabun jauh. Li Gundul membelikan kacamata yang paling mahal agar Song Gang bisa menggunakannya dengan nyaman. Karena Li Gundul mengetahui abang nya sangat pelit terhadap uang yang mereka gunakan, Li Gundul akhirnya harus memaksa Song Gang membeli kacamata untuk dirinya.

Data 5

Karena Liu Pengarang meremehkan Song Gang dan membuat Song Gang berlumuran tinta di bajunya membuat Li Gundul marah dan mendatangi Liu Pengarang. Li Gundul tertawa mendengus ketika dia sudah bersama Liu Pengarang. Dia mencengkeram baju Liu Pengarang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengepalkan tinju yang terangkat tinggi. Dengan bengisnya dia membentak, “ Mulutku memang aslinya kotor. Aku justru ingin bikin wajah bersihmu itu jadi kotor” (2018//262).

Data 5 menujukan sikap Li Gundul yang sangat peduli terhadap Song Gang.

Karena dia tidak terima Song Gang di remehkan oleh Liu Pengarang. Dan Li Gundul pun mendatangi Liu Pengarang dan memberikan pelajaran kepadanya.

Data 6

Li Gundul menemukan arloji langka di tumpukan rongsokan dia. Lalu dia ingin memberikan kepada Song Gang. Li Gundul kemudian memasukan arloji itu ke dalam saku Song Gang. Bagai seorang dermawan, dia berkata “Arloji ini untukmu” (2018//433).

Data 6 menunjukan bahwa Li Gundul sangat peduli terhadap Song Gang.

Karena ketika dia menemukan arloji tersebut yang dia ingat adalah Song Gang dan Li Gundul memberikan arloji itu kepada Song Gang.

(45)

Data 7

Li Gundul masih tetap hangat kepada Song Gang meskipun Song Gang sudah tidak peduli dengannya. “Song Gang, kemarin aku semalaman tidak bisa tidur memikirkan ini. Aku merasa, kamu terlalu jujur, terlalu mudah dimanfaatkan orang, jadi aku tidak akan menugaskan kamu mengurusi yang lain, kamu Cuma urus keuangan saja di bisnisku” (2018//479).

Dari data 7 menunjukan bahwa sikap peduli Li Gundul terhadap sesamanya, meskipun Song Gang sudah tidak peduli dengan nasib Li Gundul. Karena istrinya Lin Hong meminta Song Gang untuk menjauhi Li Gundul namun Li Gundul tetap perhatian kepada abangnya Song Gang.

Data 8

Song Gang datang untuk meminta pekerjaan kepada Li Gundul. Li Gundul berkata “ Baiklah, kamu datang ambil jabatan wakil direktur di kantor ini saja.

Kalau kamu ingin datang kerja; tinggal datang, kalau tidak, bisa tidur-tiduran saja istirahat di rumah. Tapi yang penting, kamu sembuhkan dulu penyakitmu”

(2018//531).

Data 8 menunjukan sikap kepedulian Li Gundul kepada Song Gang, karena di saat Song Gang sakit dan tidak boleh kerja berat, Li Gundul mengangkat Song Gang langsung menjadi wakil direktur supaya Song Gang bisa santai untuk bekerja dan mengobati penyakit pinggang Song Gang yang cedera saat bekerja.

b. Tempat Kerja

Data 9

Li Gundul sudah berhasil membawa perubahan besar pada Pabrik Makmur Sejahtera. Pemasukan pabrik ini cukup untuk membayar gaji pekerjanya, bahkan masih mencetak laba sebesar 57.224 yuan. Dengan hasil kerja keras Li Gundul membuat Tao Qing sebagai Kepala Dinas Urusan Sipil senang dan bangga melihat hasil kerja Li Gundul (2018//268).

Dari data 9 menunjukan, bahwa Li Gundul menunjukan sikap kerja kerasnya dan membuat atasannya di Pabrik Makmur Sejahtera bangga dengan hasil kerja keras yang sudah dilakukan Li Gundul.

(46)

c. Lingkungan tempat tinggal (masyarakat)

Data 10

Li Gundul ingin membuka bisnis dan dia teringat akan temannya Tong Tukang Besi dan ingin mengajak Tong Tukang Besi untuk bergabung.Li Gundul kemudian meraih Tong Tukang Besi seperti bandit jalanan, berkata, “ Serahkan uangmu, dan aku akan beri kamu satu saham untuk setiap seratus yuan. Untuk setiap saham yang kamu punya, akan dapat satu bagian dari keuntunganku”

(2018 // 373).

Dari data 10, menunjukan bahwa Li Gundul peduli terhadap temannya. Ketika Li Gundul ingin membuka usaha, dia teringat dengan teman-temannya dan mengajak untuk bergabung dan mendapatkan untung yang besar.

Data 11

Setelah dari Tong Tukang Besi, Li Gundul mendatangi Zhang Tukang Jahit. Li Gundul mengajak Zhang Tukang Jahit untuk menanam saham di bisnisnya. Li Gundul juga menambahkan sepuluh saham untuk Zhang Tukang Jahit, yang hanya perlu bayar sepuluh saham untuk mendapatkan dua puluh saham. Zhang Tukan Jahit juga akan menjabat sebagai pengawas teknis dari perusahaan baju yang akan dibangun Li Gundul (2018//374).

Data 11 menunjukan Li Gundul sangat peduli dengan kehidupan temannya.

Dia meminta Zhang Tukang Jahit untuk bergabung ke bisnisnya dan memberi bonus sepuluh saham secara gratis, Li Gundul juga langsung akan memberikan jabatan kepada Zhang Tukang Jahit sebagai pengawas teknis dari perusahaan baju miliknya.

Data 12

Li Gundul menawarkan bisnisnya juga kepada Yu Cabut Gigi. Yu Cabut Gigi mengatakan “ Aku Yu Cabut Gigi, mau ikut kamu, Li Gundul, jadi jutawan, sehingga aku tidak usah cabut gigi-gigi itu lagi, tidak usah lihat mulut-mulut sialan yang menganga itu lagi (2018// 375).

Data 12 menunjukan Li Gundul peduli dengan temannya Yu Cabut Gigi. Li Gundul membuat Yu Cabut Gigi memiliki harapan untuk menjadi seorang

(47)

jutawan tanpa harus mencabutin gigi-gigi lagi. Dan Yu Cabut Gigi bersyukur atas hal itu.

Data 13

Yang terakhir Li Gundul mendatangi Wang Es Lilin dan mengajak Wang Es Lilin untuk ikut bergabung. Wang Es Lilin tidak langsung bereaksi. Li Gundul menunjuk lima jari Wang Es Lilin yang masih terjulur, dan berkata,” Tarik saja kelima jarimu itu. Aku sudah putuskan untuk terima lima ratus yuan darimu.”

Wang Es Lilin gembira dan berulang kali mengucapkan, “ Terima kasih, terima kasih” (2018//378).

Data 13 menunjukan sikap peduli Li Gundul terhadap Wang Es Lilin dan mengajak dia juga ikut bergabung dengan lima ratus yuan sudah mendapatkan saham di bisnis yang akan dijalani Li Gundul yang membuat Wang Es Lilin sangat gembira mendengar itu.

Data 14

Li Gundul mendatangi Tong Tukang Besi dan bertanya apakah masih mau untuk berinvestasi lagi. Dia bilang, kali ini posisinya jauh lebih baik daripada empat tahun silam. Kalau Tong Tukang Besi mau berinvestasi, harganya bukan lagi seratus yuan per saham, melainkan seribu yuan dan Tong Tukang Besi mempunyai untung yang besar (2018//462).

Dari data 14 menunjukan bahwa Li Gundul masih mau mengajak temannya untuk berinvestasi di usaha yang akan dia rintis dan dia juga akan memberikan untung yang besar kepada temannya. Sikap kepedulian Li Gundul sangat besar terhadap temannya dan dia masih memikirkan kehidupan temannya.

Data 15

Setelah bisnis yang dilakukan Li Gundul berkembang dengan pesat, Li Gundul datang menemui Yu Cabut Gigi, dan bertanya apakah dia mau berinvestasi lagi kepada usaha nya yang sekarang benar-benar berjalan dengan sukses beda dengan usaha pertamanya (2018//465).

(48)

Data 15 menunjukan sikap kepedulian Li Gundul kepada temannya yaitu Yu Cabut Gigi. Karena ketika usaha Li Gundul berjalan dengan sukses, dia masih mengingat temannya dan mengajak untuk bergabung ke bisnisnya.

Hal ini pengarang ingin menyampaikan suatu nilai atau makna yang baik yang bisa diambil dan diikuti oleh pembaca dari suatu karya sastra baik penyampaian secara langsung maupun tidak langsung. Moral tokoh yang terdapat dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua terdapat tujuh varian teguh pendirian, bersikap pasrah, suka bekerja keras, tidak mudah putus asa, tidak tabah menghadapi cobaan, banyak solusi, peduli terhadap sesama ( Nurgiyantoro, 2007 : 323-325).

a. Teguh Pendirian

Teguh pendirian mempunyai arti pendirian yang kuat yang dijadiin sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan dan tidak mudah berubah ketika suatu keadaan baik ataupun buruk. Orang yang mempunyai pendirian teguh tidak akan mudah untuk merubah pendapat yang disampaikannya.Teguh pendirian dapat kita lihat pada tokoh Li Gundul dan Song Gang yang masing-masing punya prinsip dan pendapat yang tidak mudah berubah.

Data 16

Li Gundul makin berpikir bahwa dirinya adalah seorang wirausahawan yang genius.Kalau memimpin dua orang pincang, tiga orang idiot, empat orang buta, dan lima orang tuli seperti ini pun sudah sukses besar, bagaimana kalau dia memimpin lima puluh sarjana, bagaimana mungkin nanti dia tidak bisa menjadi sekaya kapal tengker.Li Gundul langsung mengumumkan pengunduran dirinya yang begitu mendadak seperti serangan gerilya, dia langsung pulang ke rumah dan menutup pintu. Kemudian, dia menghabiskan

(49)

waktu setengah pagi dan setengah malam untuk menggambar peta lintasan yang akan diterbangi oleh Li sang Burung Garuda (2018// 371).

Dari data 16 menunjukan bahwa tokoh Li Gundul merupakan orang yang berpendirian teguh. Meskipun dia sudah mempunyai jabatan tinggi di pabrik tempat Li Gundul bekerja, demi ingin membuka usaha baru miliknya sendiri, dia rela melepaskan jabatan yang sudah dia punya dan dia yakin kepada dirinya sendiri bahwa dia bisa mempunyai usaha yang lebih besar dari pekerjaan sebelumnya.

Data 17

Li Gundul menghabiskan waktu sebulan untuk mengatur ini semua. Dia kemudian memutuskan berangkat ke Shanghai; sekarang semua sudah lengkap, cuma kurang elemen penting terakhir. Li Gundul kemudian menjelaskan bahwa dirinya tidak akan pulang dalam waktu yang dekat, karena dia akan keliling Shanghai seperti anjing gila, supaya pesanan bisnis pengerjaan pakaian dari Shanghai bisa didatangkan ke Kota Liu (2018// 379).

Dari data 17 , Li Gundul orang yang berpendirian teguh. Karena Li Gundul sudah mengatur semuanya sebelum dia pergi. Dan dia berpendirian teguh untuk tidak pulang secepatnya supaya pengerjaan pakaian dari Shanghai bisa langsung dia datangkan ke Kota Liu.

Data 18

“ Tidak usah pertimbangkan apa-apa lagi,” jawab Li Gundul teguh. “Kenapa aku mesti lepaskan semua bisnis ini demi menjadi kepala pabrik badan amal seperti itu? Itu bagaikan membuang semangka demi memungut satu biji kuaci” (2018// 455).

Dari data 18, Li Gundul berpendirian teguh tidak ingin balik lagi ke Pabrik Makmur Sejahtera walaupun dia akan tetap menjadi kepala di pabrik itu. Dia berpendirian teguh dengan usaha yang sudah dia rintis.

(50)

Data 19

Li Gundul mengenang nasi yang sempurna yang telah Song Gang masak saat kecil dulu sehingga Li Gundul telah memilih sebelas restoran di Kota Liu, dan dia sudah makan di semua restoran itu, tetap dia tidak bisa menemukan yang nasinya selezat nasi yang sukses dibuat Song Gang pertama kali waktu kecil dulu (2018// 717).

Data 19 menunjukan sikap Li Gundul yang berpendirian teguh agar Ia bisa menemukan nasi yang seperti dimasak oleh abangnya Song Gang pada masa kecil mereka yang Ia kenang. Dia terus mencari sampai ke sebelas restoran di Kota Liu sudah pernah dia makan nasinya namun dia tidak mendapatkannya.

b. Bersikap Pasrah

Bersikap pasrah adalah sikap menerima keadaan dengan tulus dan iklas.

Bersikap pasrah tidak hanya pasrah kepada hal yang baik tetapi hal yang buruk juga diterima dengan keadaan yang tulus dan iklas untuk menjalaninnya. Sikap pasrah yang ditujukan oleh tokoh Li Gundul dan Song Gang dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua adalah sebagai berikut.

Data 20

Setelah Ayah mereka dipukul babak belur karena ucapan Li Gundul yang mengatakan bahwa Ayah mereka menjelekkan Ketua Mao. Li Gundul dan Song Gang tidak saling bicara. Li Gundul sekarang menjalani hidup dalam kesendirian. Dia berjalan-jalan sendiri, duduk di bawah pohon sendiri, jongkok minum air di sungai sendiri, bicara sendiri. Dia berdiri di jalan raya sambil melihat, menunggu, dan menantikan datangnya bocah sebayanya yang sama kesepiannya (2018 // 109).

Dari data 20 dapat dilihat bahwa Li Gundul sangat pasrah dengan keadaannya yang sendiri, tidak ada keluarga maupun teman yang menemanin hari-harinya akibat ulah yang dia lakukan. Dia sangat pasrah dan terus menunggu seseorang yang ingin menemani Li Gundul dan mengasihani dia.

(51)

Data 21

Karena Song Gang masih tidak mau untuk berbaikan dengan Li Gundul jadi Song Gang tidak memasak untuk Li Gundul dan Li Gundul akhirnya berkeliaran di jalanan tanpa sepeser uang pun di saku. Kalau haus, dia pergi ke sungai dan meminum airnya. Kalau lapar, dia cuma bisa telan ludah dan pulang ke rumah (2018// 117).

Data 21 menunjukan betapa pasrahnya Li Gundul dalam kesehariannya. Dia tidak mempunyai uang untuk membeli makan dan minum karena ayahnya ditangkap dan di penjara,ibunya lagi melakukan pengobatan sedangkan abangnya Song Gang sedang marah kepada nya dan tidak mau memasak untuknya jadi Li Gundul hanya bisa menelan ludah ketika lapar dan kalau haus dia pergi ke sungai.

Data 22

Karena persediaan makanan di rumah sudah habis.Li Gundul hanya bisa menelan ludahnya sendiri, dan meneruskan berkeliaran di jalan raya maupun lorong- lorong sempit bagai anjing tanpa tuan untuk mencari orang yang baik hati memberi makanan kepadanya. Li Gundul semula masih sanggup loncat-loncat kecil, tetapi ketika siang dia sudah seperti balon kempes (2018//120).

Dari data 21, menunjukan bahwa Li Gundul sudah sangat pasrah akan keadaanya dan abangnya. Karena persediaan di rumah mereka sudah habis dan tidak ada lagi yang bisa mereka olah untuk menjadi makanan. Jadi, Li Gundul hanya bisa menelan ludahnya dan berkeliaran di jalan raya untuk menemukan orang yang berbaik hati untuk memberikan dia makanan.

c. Suka Bekerja Keras

Bekerja keras yaitu berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk mencapai suatu keinginan dan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada umumnya. Kerja keras merupakan salah satu cara yang dapat digunakan

(52)

untuk mencapai hal yang positif. Bentuk kerja keras pada Li Gundul dan Song Gang dalam novel Dua Bersaudara karya Yu Hua dapat dilihat pada data berikut.

Data 22

Karena tidak ada lagi bahan makanan, Li Gundul dan Song Gang ingin mengambil udang di sungai. Li Gundul dan Song Gang tiba di tepi aliran sungai, menggulung celana mereka lalu masuk ke dalam sungai. Air sungai bergolak di bawah lutut mereka. Mereka menempatkan keranjang bambu miring di dalam air sungai, seperti yang sudah ditunjukan Song Fanping di depan pintu gudang, lalu menunggu udang masuk ke dalam keranjang.Mereka berdiri di sungai sepanjang sore. Dan setelah mendapat banyak udang mereka pun pulang untuk mengolah udangnya (2018//130).

Data 22 menunjukan bahwa Li Gundul dan Song Gang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dengan mengambil udang di sungai. Dan mereka bekerja keras untuk mendapatkan udang dengan menggunakan keranjang dan melakukan yang sudah Ayah mereka tunjukan kepada mereka.

Data 23

Li Gundul sudah berhasil membawa perubahan besar pada Pabrik Makmur Sejahtera. Pemasukan pabrik ini cukup untuk membayar gaji para pekerjanya, bahkan mencetak laba sebesar 57.224 yuan. Tahun kedua prestasi Li Gundul mencengangkan, laba pabrik yang di serahkan kepada Tao Qing melebihi 150.000 yuan. (2018//268).

Pada data 23 dapat dilihat bahwa kerja keras Li Gundul membuahkan hasil yang sangat bagus dengan menaikan laba pada Pabrik Makmur Sejahtera. Hasil dari kerja keras ini membawa Li Gundul mendapat pujian juga dari kepala pabriknya Tao Qing.

Data 24

Setelah hatinya di hancurkan Lin Hong. Li Gundul kembali ke pabrik, menghasilkan keajaiban demi keajaiban dalam hal mencetak laba perusahaan Semakin Li Gundul berpikir tentang hal ini, semakin dia yakin bahwa dirinya adalah seorang wirausahawan genius (2018//366).

(53)

Dari data 24, menunjukkan bahwa Li Gundul orang yang suka bekerja keras.

Meskipun hatinya lagi hancur karena ditolak oleh gadis yang Ia cintai tapi tidak membuat Li Gundul malas untuk bekerja, namun ini menjadi cambukan untuk dia makin bekerja keras dan dia sudah mencetak banyak laba di Pabrik Makmur Sejahtera tempat Ia bekerja.

Data 25

Li Gundul mengeluarkan peta dunia yang dia bawa, dan memberitahu Tong Tukang Besi bahwa bisnis yang akan dirintisnya adalah jasa pengerjaan akhir untuk sebuah pakaian di Shanghai (2018//373).

Data 25 dapat dilihat bahwa Li Gundul sangat bekerja keras dan dia juga memberitahukan kepada temannya Tong Tukang Besi bahwa bisnis yang akan dia rintis adalah pekerjaan jasa untuk sebuah pakaian di Shanghai. Dia sangat bekerja keras untuk membuka usaha bisnis ini.

Data 26

Dalam memabangun bisnis jual beli rongsokan, Li Gundul tidak lagi mengambil barang bekas milik warga dengan cuma-cuma., melainkan mulai membeli.Orang- orang lewat sering melihat dia duduk dengan gembira di tengah rongsokan yang bermutu tinggi. Mereka juga melihat truk berdatangan setiap minggu dari kota lain untuk mengangkut barang-barang rongsokan yang sudah dipisah-pisahkan Li Gundul. Dia hanya berdiri di depan gubuk, menyaksikan perginya truk sambil menjilati ujung jarinya untuk menghitung lembaran uang bergepok-gepok (2018//447).

Dari data 26 menunjukan Li Gundul sudah melihat hasil kerja keras yang Ia lakukan yaitu bisnis usaha rongsokannya sudah bukan dari barang-barang lokal namun juga berdatangan dari kota lain. Itu artinya usaha yang Li Gundul bangun sudah membuahkan hasil, usaha dari kerja keras Li Gundul.

Gambar

Tabel  1.  Jenis  moral  yang  mencakup  seluruh  persoalan  hidup  dan  kehidupan  dalam Novel Dua Bersaudara
Tabel 2. Moral tokoh utama dalam menghadapi persoalan hidup dalam novel Dua  Bersaudara karya Yu Hua
Tabel  3.  Penyampaian  nilai  moral  yang  digunakan  pengarang  dalam  novel  Dua  Bersaudara karya Yu Hua

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Keinginan untuk tidak melanjutkan hidup di tentang oleh Ego, Ego yang berperan untuk mengontrol keinginan-keinginan dari Id yang terdapat dalam diri Mikage untuk

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin menurunnya nilai-nilai moral di dalam realita kehidupan. Novel merupakan peristiwa perjalanan kehidupan, sehingga karya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk nilai-nilai moral yang ditampilkan pengarang melalui tokoh yang diceritakan pada novel Jasmine karya Riawani

Karya sastra merupakan sebuah media untuk menyampaikan pesan – pesan pengarang kepada para pembacanya agar para pembaca dapat mengetahui apa yang ingin

Pada novel ini terkandung beberapa nilai moral berupa wujud nilai moral diantaranya, wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia

wujud data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan teks novel dalam bentuk dialog antar tokoh, narasi pengarang, serta komentar tokoh lain yang menunjukkan

Penelitian ini sesuai dengan teori sosiologi sastra Wellek dan Warren yang membagi menjadi tiga bagian hubungan dalam melihat sebuah karya sastra yaitu sosiologi pengarang, sosiologi

Dalam mengkaji nilai moral tersebut peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra karena sangat cocok untuk meneliti nilai moral yang terdapat dalam karya sastra, khususnya novel