• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

a. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris.

1. Ukuran Dewan Komisaris

Jumlah anggota dewan komisaris mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan (Andres, Azofra, dan Lopez 2005). Abeysekera (2008) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris yang besar lebih efektif jika dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil. Indikator yang digunakan adalah jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan (independen) sesuai dengan penelitian Dalton et al (1999), Nasution dan Setiawan (2007) dan Abeysekera (2008).

å

+

å

= Komisaris Internal Komisaris Eksternal

Komisaris Dewan

Jumlah

2. Komposisi Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang

commit to user

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Herwidayatmo, 2000). Sesuai dengan peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris.

Komposisi komisaris independen diukur dengan persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan. Indikator yang digunakan sesuai dengan penelitian Eng dan Mak (2005), Suhardjanto dan Afni (2009), dan Suhardjanto dan Miranti (2009), yaitu % 100 Komisaris Independen Komisaris Independen Komisaris Komposisi x å å =

3. Komposisi Komisaris Wanita

Komposisi komisaris wanita merupakan persentase jumlah komisaris wanita dibandingkan jumlah seluruh anggota komisaris. Menurut Carter (2003) jumlah komisaris wanita dikatakan rendah apabila tidak ada komisaris wanita dan tinggi apabila jumlah komisaris wanita 2 atau lebih. Indikator yang digunakan adalah persentase komisaris wanita dari seluruh anggota dewan komisaris perusahaan (Marinova, Plantenga, dan Remery, 2010) dan (Peterson dan Philpot, 2009) sehingga rumus yang digunakan adalah

% 100 Komisaris Wanita Komisaris Wanita Komisaris Komposisi x å å =

commit to user 4. Jumlah Rapat Dewan Komisaris

Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam suatu perusahaan selama satu tahun. Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 8/14/PBI/2006, dewan komisaris wajib menyelenggarakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya empat kali dalam setahun. Ukuran yang digunakan adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam waktu satu tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Vafeas (2003), Brick dan Chidambaran (2007), dan Cety dan Suhardjanto (2010).

b. Variabel Dependen (Operational Risk Disclosure)

Dalam penelitian ini, operational risk disclosure mengacu pada PBI Nomor: 5/8/PBI/2003. Penelitian ini tidak menggunakan operational risk disclosure-related disclosure requirements yang terdapat dalam Basel II karena belum sepenuhnya relevan dengan kondisi di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan tingkat adopsi Basel II belum menyeluruh, dimana Indonesia belum memperhitungkan tingkat kecukupan modal berdasarkan aturan Basel II, tapi masih dalam tahap simulasi. Salah satu implementasi tahun 2008 adalah penyelenggaraan simulasi Operational Risk Framework dari Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan menggunakan kerangka kerja Basel II (Laporan Tahunan Bank Bumiputera Indonesia, 2008).

Pengungkapan menurut Basel II terbagi menjadi dua bagian, yaitu capital adequacy (quantitative disclosure) 1 item dan general qualitative disclosure requirements 5 item. Untuk general qualitative disclosure requirements secara umum sudah tercakup dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia

commit to user

No.5/21/DPNP/2003, tapi capital adequacy (quantitative disclosure) efektif diterapkan mulai tahun 2010 sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/3/DPNP/2009. Oleh karena itu, penelitian ini mengacu pada Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003 karena dapat mewakili periode sampel perbankan, lebih relevan dengan kondisi perbankan di Indonesia dan peraturan tersebut dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai regulator perbankan Indonesia. Operational risk disclosure terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengungkapan atas definisi yang terdiri dari 5 item dan pengungkapan atas manajemen operational risk yang terdiri dari 7 item. Total item operational risk disclosure adalah 12. Item-item operational risk disclosure berdasar Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP/2003 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Item Operational Risk Disclosure

Item Operational Risk Disclosure

Definisi 1. Ketidakcukupan atau kerugian 2. Proses Internal

3. Kesalahan manusia 4. Kesalahan sistem 5. Problem eksternal

Manajemen 1. Pengawasan aktif dewan direksi dan komisaris Risiko 2. Kebijakan, prosedur, dan penetapan limit

3. Identifikasi risiko 4. Pengukuran risiko 5. Pemantauan risiko

6. Sistem informasi manajemen risiko operasional 7. Pengendalian risiko operasional

Karakteristik untuk setiap item pengungkapan manajemen risiko dapat dilihat pada lampiran I. Sesuai dengan penelitian Helbok dan Wagner (2006) dan Oorschot (2009), penelitian ini menggunakan teknik pengukuran scoring yaitu jika item tidak diungkapkan dalam laporan diberi nilai 0 dan 1 jika diungkapkan

commit to user

dalam laporan tahunan. Agar penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini lebih obyektif, dilakukan verifikasi oleh dua orang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret sehingga ketelitian data terjamin dan lebih meyakinkan.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kuantitas operational risk disclosure dalam penelitian ini:

å = = n i iBY BY BY SCORE MAX ORD 1 1 Keterangan Persamaan c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausalnya supaya lebih baik untuk mendapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Hartono, 2005). Penelitian ini menggunakan variabel kontrol profitabilitas dan komposisi komite audit independen.

1. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada periode tertentu (Nurkhin, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Helbok dan Wagner (2006) menunjukkan bahwa perbankan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah mengungkapkan informasi perusahaan lebih banyak daripada perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan bank

Simbol Keterangan

ORDBY

MAXBY

i

SCOREiBY

Skor pengungkapan bank B pada tahun Y

Nilai maksimum yang mungkin dicapai bank B pada tahun Y Item dalam framework

commit to user

yang profitabilitasnya rendah memiliki insentif yang lebih tinggi untuk meyakinkan pengawas. Berbeda dengan hasil penelitian Helbok dan Wagner (2006), hasil penelitian Haniffa dan Cooke (2005) dan Nurkhin (2009) menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi mengungkapkan informasi perusahaan lebih banyak daripada perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah.

Indikator profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA) karena ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta mengukur tingkat efisiensi operasional perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan harta yang dimiliki (Haniffa dan Cook, 2005). Indikator yang digunakan sesuai dengan penelitian Helbok dan Wagner (2006) dan Suhardjanto dan Choiriyah (2010).

2. Komposisi Anggota Komite Audit Independen

Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Cety dan Suhardjanto (2010) mengungkapkan bahwa anggota komite audit yang independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, termasuk operational risk disclosure. Indikator yang digunakan adalah persentase anggota komite audit yang berasal

Aset Total Bersih Laba = ROA

commit to user

dari luar perusahaan dari seluruh ukuran komite audit perusahaan (Cety dan Suhardjanto, 2010). % 100 Audit Komite Independen Audit Komite Independen Audit Komite Komposisi x

å

å

=

Dokumen terkait