• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. METODOLOGI PENELITIAN

5.9 Definisi Operasional

 Subjek penelitian: murid SMP di Jakarta yang mengalami gangguan tidur.  Responden: orangtua subjek penelitian.

 Usia: usia subjek yang dihitung sejak tanggal lahir hingga tanggal pengisian kuesioner. Usia subjek pada saat penelitian, dihitung dalam tahun berdasarkan ulang tahun terakhir, tanpa pembulatan. Tanggal lahir subjek didapatkan dari pengisian kuesioner SDSC dan survei karakteristik yang diisi oleh responden serta data di kuesioner motivasi dan strategi pembelajaran yang diisi oleh subjek.

 Jenis kelamin: jenis kelamin subjek dibedakan menjadi lelaki dan perempuan berdasarkan pemeriksaan genitalia eksterna, diidentifikasi oleh peneliti dengan bantuan orangtua subjek.

 Tingkat pendidikan ibu adalah tingkat pendidikan ibu subjek yang dikelompokkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 17-20 tentang sistem pendidikan nasional.81 Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh secara formal oleh ibu, ditetapkan berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki yaitu:

(1) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat;

Universitas Indonesia

(2) Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat;

(3) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.81

 Prestasi akademik adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.25 Pada penelitian ini indikator prestasi akademik yang digunakan adalah hasil rapor subjek penelitian. Nilai rerata rapor setiap subjek didapatkan dengan menjumlahkan nilai seluruh mata pelajaran dibagi jumlah mata pelajaran. Peneliti menghitung nilai rerata rapor seluruh subjek penelitian dan mendapatkan nilai 86,13. Nilai rapor diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu di bawah rerata (nilai rapor ≤ 86,13) dan di atas rerata (nilai rapor ≥ 86,14).

 Tingkat sosial ekonomi keluarga dinilai berdasarkan tingkat pendapatan per kapita, menurut klasifikasi yang ditetapkan Bank Dunia tahun 2010 yaitu: 82

1. Rendah yaitu jika pendapatan per kapita per tahun ≤ US$ 1.005 (Rp 9.610.815,00) atau ≤ Rp 800.901 per kapita per bulan.

2. Menengah ke bawah yaitu jika pendapatan per kapita per tahun US$ 1.006 - 3.975 (Rp 9.610.815,00-38.012.925,00) atau ≥ Rp 800.902 - Rp 3.167.744 per kapita per bulan.

3. Menengah ke atas yaitu jika pendapatan per kapita per tahun US$ 3.976-12.275 (Rp 38.022.488,00-117.385.825,00) atau ≥ Rp 3.167.745-9.782.152 per kapita per bulan.

4. Tinggi yaitu jika pendapatan per kapita per tahun ≥ US$ 12.276 (Rp 117.385.825,00) atau ≥ Rp 9.782.153 per kapita per bulan.

Catatan: konversi dengan kurs US$ 1 pada bulan Maret 2013 = Rp 9.563,0083  Struktur keluarga adalah komposisi keluarga yang tinggal serumah dengan

subjek yang dianggap dapat memengaruhi pola asuh. Pilihan kategori yang digunakan adalah orangtua tunggal, keluarga inti, dan extended family. Orangtua tunggal terdiri dari ayah atau ibu dan anak. Keluarga inti adalah

Universitas Indonesia

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Extended family adalah bila terdapat anggota keluarga selain keluarga inti, misal kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, dan sebagainya yang dianggap sudah dewasa dan tinggal serumah.

 Pendidikan di luar sekolah adalah pendidikan tambahan yang didapatkan oleh subjek di luar sekolah, seperti les atau ekstrakurikuler. Peneliti membedakan variabel pendidikan di luar sekolah menjadi 3 kategori yaitu ≤ 2 jenis, lebih dari 2 jenis, dan tidak mengikuti pendidikan di luar sekolah. Jenis kegiatan pendidikan di luar sekolah terdiri dari:

• Akademik: jenis kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan di sekolah, misalnya: les matematika, bahasa inggris, IPA, bimbingan belajar, kelompok ilmiah remaja, dan kumon.

• Non-akademik: jenis kegiatan yang tidak terkait secara langsung dengan pendidikan di sekolah, misalnya: olahraga, alat musik, taekwondo,

cheerleader, pramuka, dan paskibra.

• Campuran: jenis kegiatan meliputi akademik dan non-akademik.

 Nilai IQ adalah hasil uji IQ subjek penelitian. Nilai IQ yang digunakan adalah nilai IQ terbaru subjek penelitian yang dilakukan ketika subjek kelas VII, kelas VIII, atau kelas IX. Nilai IQ tersebut akan dikategorikan menjadi di bawah rata-rata (skor IQ 80-89), rata-rata (skor IQ 90-109), di atas rata-rata (skor IQ 110-119), cerdas (skor IQ 120-129), dan sangat cerdas (skor IQ 130 ke atas).

 Motivasi dan strategi belajar adalah sikap dan tingkah lalu subjek dalam pembelajaran untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh subjek. Subjek akan dikategorikan menjadi: (1) memiliki motivasi belajar kurang, (2) memiliki motivasi belajar yang cukup, (3) memiliki motivasi belajar yang baik.34

Penilaian motivasi dan strategi belajar berdasarkan skor dari pengisian kuesioner motivasi dan strategi pembelajaran. Peneliti menghitung nilai median dan standar deviasi (SD) dari skor kuesioner motivasi dan strategi pembelajaran yang diisi oleh subjek. Nilai median didapatkan 118 dan SD 9,36. Kategori motivasi belajar kurang apabila subjek memiliki skor ≤ 108

Universitas Indonesia

(median – SD). Motivasi belajar cukup apabila subjek memiliki skor 109 sampai 127 (median – SD sampai dengan median + SD). Motivasi belajar baik apabila subjek memiliki skor ≥ 128 (median + SD).

 Persepsi orangtua adalah pendapat responden mengenai ada atau tidaknya gangguan tidur pada subjek penelitian.

 Gangguan tidur merupakan kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu. Gangguan tidur diidentifikasi menggunakan SDSC yang dimodifikasi. Modifikasi berupa penerjemahan keduapuluhenam pertanyaan ke dalam Bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan cut off point yang lebih tinggi yaitu skor total 46 ( T skor > persentil 64) karena pada penelitian Natalita dkk11 terdapat 29% subjek dengan skor total < 39 (T skor > persentil 55) tetapi memiliki skor subtipe > persentil 60 (mengalami gangguan tidur). Gangguan tidur dikategorikan menjadi dua berdasarkan jumlah skor yang didapat (Lampiran 5), yaitu:16

• Gangguan tidur patologis (T skor > persentil 70) • Borderline (T skor > persentil 64 dan ≤ persentil 70)

 Klasifikasi gangguan tidur berdasarkan SDSC terdiri dari 6 kelompok, yaitu gangguan pernapasan waktu tidur; gangguan memulai dan mempertahankan tidur; gangguan kesadaran; gangguan transisi tidur-bangun; gangguan somnolen berlebihan; dan hiperhidrosis saat tidur. Skor masing-masing kelompok gangguan tidur diketahui dengan menjumlahkan skor pada pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kelompok tersebut.

• Skor gangguan memulai dan mempertahankan tidur didapatkan dengan menjumlahkan skor dari pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10, dan 11. • Skor gangguan pernapasan waktu tidur didapatkan dengan

menjumlahkan skor dari pertanyaan nomor 13, 14, dan 15.

• Skor gangguan kesadaran didapatkan dengan menjumlahkan skor dari pertanyaan nomor 17, 20, dan 21.

• Skor gangguan transisi tidur-bangun didapatkan dengan menjumlahkan skor dari pertanyaan nomor 6, 7, 8, 12, 18, dan 19.

Universitas Indonesia

• Skor gangguan somnolen berlebihan didapatkan dengan menjumlahkan skor dari pertanyaan nomor 22, 23, 24, 25, dan 26.

• Skor hiperhidrosis saat tidur didapatkan dengan menjumlahkan skor dari pertanyaan nomor 9 dan 16.15,16

 Gangguan memulai dan mempertahankan tidur adalah kesulitan memulai dan atau mempertahankan tidur, dengan adanya fragmentasi tidur yang berulang atau sering. Kesulitan memulai tidur ditandai dengan peningkatan

sleep latency (waktu yang dibutuhkan sejak naik ke tempat tidur hingga

subjek jatuh tertidur) > 30 menit.84 Keluhan berdasarkan identifikasi oleh responden dan laporan self-report subjek.

 Gangguan transisi tidur-bangun merupakan abnormalitas perilaku yang terjadi pada saat transisi dari kondisi sadar menuju tidur (atau tidur menjadi sadar), di antaranya adalah restless legs, head banging, bicara saat tidur. Keluhan ini diidentifikasi oleh responden.63

 Gangguan pernapasan waktu tidur adalah masalah tidur yang menyebabkan mengantuk berlebihan atau insomnia, dipertimbangkan disebabkan oleh kondisi pernapasan yang berhubungan dengan tidur. Masalah ini dinilai dari frekuensi mendengkur, apnea, dan kesulitan bernapas.68 Keluhan ini diidentifikasi oleh responden.

 Gangguan kesadaran adalah periode perilaku nokturnal yang melibatkan disorientasi kognitif dan gangguan otonom serta otot skeletal di antaranya adalah berjalan saat tidur, mimpi buruk, dan teror tidur.63 Keluhan ini diidentifikasi oleh subjek dan responden.

 Somnolen berlebihan adalah kondisi tidur berlebihan maupun serangan kantuk. Keluhan predominan adalah mengantuk berlebihan saat pagi hari dan sepanjang hari, dengan episode tidur memanjang atau tidur di siang hari yang terjadi hampir setiap hari. Keluhan ini diidentifikasi oleh subjek.68

 Hiperhidrosis saat tidur adalah keluhan berkeringat berlebihan ketika tidur di malam hari (night sweating).Keluhan ini diidentifikasi oleh responden.16,76  Kebiasaan tidur meliputi perbedaan waktu bangun dan tidur anak responden

pada hari sekolah dan hari libur, serta durasi tidur.74

Universitas Indonesia

 Perbedaan waktu tidur adalah perbedaan waktu ketika subjek tidur di hari sekolah dan di hari libur. Dikatakan terdapat perbedaan waktu tidur jika terdapat perbedaan lebih dari satu jam. Variabel ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

o Bermakna, perbedaan waktu tidur lebih dari satu jam

o Tidak bermakna, perbedaan waktu tidur kurang dari atau sama dengan satu jam 15

 Waktu bangun adalah waktu subjek bangun tidur.11,15

 Perbedaaan waktu bangun adalah perbedaan waktu ketika subjek bangun tidur di hari sekolah dan di hari libur. Dikatakan terdapat perbedaan waktu bangun jika terdapat perbedaan lebih dari satu jam. Variabel ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

o Bermakna, perbedaan waktu bangun lebih dari satu jam

o Tidak bermakna, perbedaan waktu bangun kurang dari atau sama dengan satu jam15

 Durasi tidur adalah jumlah jam yang digunakan oleh subjek penelitian untuk tidur di malam hari. Durasi tidur dibedakan menjadi dua yaitu durasi tidur di hari sekolah dan durasi tidur di hari libur. Durasi tidur di hari libur didapatkan dengan menghitung jumlah jam antara waktu bangun dengan waktu tidur di hari libur. Rerata durasi tidur remaja yang dianggap normal adalah 8,4-9,3 jam.48 Pada penelitian ini durasi tidur dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

o Kurang, jika durasi tidur kurang dari 8 jam o Cukup, jika durasi tidur antara 8-9 jam o Lebih, jika durasi tidur lebih dari 9 jam

 Media elektronik visual adalah adanya televisi dalam kamar tidur anak responden.

 Komputer dalam kamar tidur adalah adanya komputer atau laptop dalam kamar tidur anak responden.

 Probabilitas adalah probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian.85

Pada penelitian ini probabilitas murid SMP dengan gangguan tidur untuk memiliki prestasi akademik di bawah rerata.

Universitas Indonesia

Dokumen terkait