• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Gangguan Tidur pada Remaja

2.6.3 Jenis Gangguan Tidur pada Remaja

2.6.3.1 Disomnia

Gangguan tidur disomnia antara lain: 1. Insufficient sleep

Insufficient sleep didefinisikan sebagai tidur di malam hari yang tidak adekuat jika

dibandingkan dengan kebutuhan tidur. Insufficient sleep biasanya diakibatkan oleh kesulitan memulai dan atau mempertahankan tidur, dengan adanya fragmentasi tidur yang berulang atau sering. Lama tidur yang tidak adekuat, terutama pada anak yang lebih besar atau remaja, dapat merupakan keputusan yang disadari karena ingin menyelesaikan aktivitas sosial atau tugas sekolah yang lebih diprioritaskan. Kekurangan tidur kronik berdampak pada fungsi harian dan rasa kantuk yang berlebihan sepanjang hari.54,63

2. Kebiasaan tidur yang tidak sehat

Gangguan tidur ini meliputi kebiasaan yang menyebabkan anak mudah terbangun dan tidak sejalan dengan pengaturan tidur. Kebiasaan yang menyebabkan anak mudah terbangun di antaranya: konsumsi kafein, menonton televisi sampai larut malam, dan menggunakan tempat tidur sebagai tempat bermain pada waktu tidur. Kebiasaan yang tidak sejalan dengan pengaturan tidur meliputi tidur siang yang

Universitas Indonesia

terlambat atau terlalu sore, membiarkan kekacauan jadwal tidur terjadi terus-menerus, dan tinggal terlalu lama di tempat tidur walaupun sudah terbangun.16,54 3. Insomnia primer

Insomnia primer merupakan suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan kualitas, dan berlangsung untuk suatu kurun waktu tertentu. Diagnosis insomnia primer tidak ditegakkan berdasarkan taraf penyimpangan kuantitas tidur karena sifatnya subjektif.Kriteria diagnosis berdasarkan DSM IV TR adalah keluhan kesulitan memulai atau mempertahan tidur atau tidur yang tidak menyegarkan, selama paling kurang 1 bulan; gangguan tersebut menimbulkan gangguan fungsi atau penderitaan secara klinis.69

Insomnia primer ditegakkan bila penyebab lain (narkolepsi, gangguan tidur berhubungan dengan pernapasan, gangguan tidur irama sirkardian, parasomnia) sudah disingkirkan. Tidak didapatkan gangguan mental lain atau efek fisiologis langsung dari zat atau kondisi medis lainnya.68 Insomnia tersering yang ditemukan pada remaja adalah psychophysiologic insomnia, yaitu individu mengalami ansietas terkondisi menyangkut kesulitan memulai atau mempertahankan tidur.63 4. Hipersomnia primer

Kondisi tidur berlebihan maupun serangan kantuk (tidak disebabkan tidur yang kurang) atau membutuhkan tenggang waktu lebih lama untuk pulih segar setelah bangun.69 Keluhan yang predominan adalah mengantuk berlebihan di siang hari selama kurang lebih 1 bulan atau lebih singkat bila berulang, dengan episode tidur memanjang atau tidur di siang hari yang terjadi hampir setiap hari. Keluhan tidak disebabkan oleh insomnia, gangguan tidur lain, jumlah tidur yang tidak adekuat, atau akibat efek zat dan kondisi medis lainnya. Kondisi ini menimbulkan penderitaan secara klinis atau gangguan fungsi.68

5. Narkolepsi

Keadaan menyerupai hipersomnia, namun disertai gejala tambahan seperti katapleksi, paralisis nokturnal, dan halusinasi hipnagogik.69 Serangan tidur tidak

Universitas Indonesia

dapat ditahan, setelah itu bangun dengan perasaan segar, terjadi setiap hari selama kurang lebih 3 bulan disertai katapleksi (episode singkat hilangnya tonus otot bilateral secara mendadak, sering terkait emosi), dan/atau kekacauan berulang elemen tidur REM. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung zat atau kondisi medis lainnya.68

6. Gangguan tidur berhubungan dengan pernapasan

Keadaan yang menyerupai hipersomnia, yaitu berupa tidur siang berlebihan, dengan gejala tambahan seperti riwayat terhentinya napas pada malam hari, suara mendengkur yang khas secara intermiten, obesitas, hipertensi, impotensi, gangguan kognitif, hipermotilitas, keringat banyak, sakit kepala pada pagi hari, dan inkoordinasi.69 Kriteria diagnosis adalah kekacauan tidur yang menyebabkan mengantuk berlebihan atau insomnia, dipertimbangkan disebabkan oleh kondisi pernapasan yang berhubungan dengan tidur (misalnya sindrom apnea tidur obstruktif atau sentral atau sindrom hipoventilasi alveolar sentral) dan tidak disebabkan gangguan mental lain, efek fisiologis zat, atau kondisi medis lain.68 Karakteristik obstructive sleep apnea (OSA) adalah terjadinya episode obstruksi aliran udara melalui mulut dan hidung yang terjadi berulang selama waktu tidur, baik total (apnea) maupun parsial (hipopnea). Periode ini menyebabkan penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbondioksida sementara yang menimbulkan episode terjaga pada malam hari.63

7. Gangguan tidur irama sirkardian

Gangguan ini adalah bentuk gangguan jadwal tidur, yaitu inkoherensi jadwal tidur-bangun seseorang dengan jadwal tidur-bangun yang diinginkan untuk lingkungannya.69 Pola menetap atau berulang dari kekacauan tidur menyebabkan mengantuk berlebihan atau insomnia. Gangguan ini menimbulkan penderitaan secara klinis atau gangguan fungsi lainnya, dan terjadi bukan karena gangguan tidur lainnya atau efek zat atau kondisi medis lainnya.68

Gangguan tidur irama sirkardian terdiri dari beberapa tipe, antara lain: (1) tipe fase tidur lambat, yaitu pola menetap dari onset tidur dan terjaga yang terlambat,

Universitas Indonesia

dengan ketidakmampuan untuk memulai tidur dan terjaga lebih awal pada waktu yang dikehendaki; (2) tipe jet-lag, yaitu mengantuk dan terjaga terjadi pada waktu yang tidak sesuai menurut waktu setempat, terjadi setelah berulang kali bepergian melewati lebih dari satu zona waktu; (3) tipe pergeseran kerja, yaitu insomnia selama periode tidur utama atau mengantuk berlebihan selama periode terjaga utama berhubungan dengan pergeseran kerja malam atau sering.68

8. Restless Legs Syndrome (RLS)/Periodic Limb Movement Disorder (PLMD)

Restless legs syndrome merupakan gangguan tidur neuromotorik yang

menyebabkan adanya sensasi ‘menjalar’ dan kegelisahan motorik terutama pada ekstremitas bawah. Sensasi tersebut meningkat pada sore hari dan periode istirahat, menghilang dengan pergerakan serta dapat menyebabkan awitan tidur terlambat. Adanya dasar genetik, dapat diperberat oleh berbagai faktor antara lain: asupan kafein, defisiensi besi, dan kehamilan. Sekitar 80% pasien RLS juga mengalami episode pergerakan ritmik berulang pada ekstremitas bawah selama tidur, dikenal sebagai PLM. Individu tidak menyadari pergerakan tersebut serta menyebabkan fragmentasi tidur, timbulnya rasa kantuk berlebihan di siang hari, gangguan konsentrasi dan hiperaktivitas.63

Dokumen terkait