• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini berkaitan dengan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:

A. Persepsi masyarakat sekitar: persepsi atau cara pandang beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat lainnya dalam wilayah yang sama terhadap aktivitas perusahaan dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan mengenai perusahaan tersebut. Persepsi dapat diukur berdasarkan pengetahuan dan pengalaman responden terhadap perusahaan.

Terdapat lima obyek persepsi akan diukur dengan menggunakan skala likert berskala empat terhadap sebuah penyataan. Skala likert tersebut mencakup pilihan: (1) sangat setuju (SS) dengan skor 4; (2) setuju (S) dengan skor 3; (3) tidak setuju (TS) dengan skor 2; dan (4) sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Skor tersebut berlaku bagi pertanyaan positif, sedangkan bagi pernyataan negatif skor akan dibalik. Setelah itu, skor total dari masing-masing variabel persepsi akan digolongkan kembali menjadi dua, yaitu ”positif” (1) dan ”negatif” (0). Lima obyek persepsi masyarakat yang akan dikaji yaitu:

a. Persepsi terhadap bahan baku, mesin, dan peralatan perusahaan dalam melakukan produksi: merupakan cara pandang masyarakat sekitar terhadap bahan baku produk, mesin dan peralatan yang digunakan dalam produksi. Persepsi responden akan digolongkan menjadi ”persepsi negatif” (0) apabila responden memiliki skor total 7-17 dan akan digolongkan menjadi ”persepsi positif” (1) apabila responden memiliki skor total 18-28. b. Persepsi terhadap situasi tenaga kerja perusahaan: merupakan cara

pandang masyarakat sekitar terhadap situasi tenaga kerja perusahaan. Persepsi responden akan digolongkan menjadi ”persepsi negatif” (0) apabila responden memiliki skor total 3-7 dan akan digolongkan menjadi ”persepsi positif” (1) apabila responden memiliki skor total 8-12.

c. Persepsi terhadap proses produksi perusahaan: merupakan cara pandang masyarakat terhadap produk utama, produk sampingan, dan limbah yang dihasilkan perusahaan selama proses produksi berlangsung. Persepsi responden akan digolongkan menjadi ”persepsi negatif” (0) apabila responden memiliki skor total 7-17 dan akan digolongkan menjadi ”persepsi positif” (1) apabila responden memiliki skor total 18-28.

d. Persepsi terhadap limbah yang dihasilkan perusahaan: merupakan cara pandang masyarakat terhadap limbah yang dihasilkan perusahaan. Persepsi responden akan digolongkan menjadi ”persepsi negatif” (0) apabila responden memiliki skor total 5-12 dan akan digolongkan menjadi ”persepsi positif” (1) apabila responden memiliki skor total 13-20.

e. Persepsi terhadap dampak keberadaan perusahaan (sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup): merupakan cara pandang masyarakat terhadap

dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup yang dibawa oleh keberadaan perusahaan di lingkungan mereka. Persepsi responden terhadap dampak sosial keberadaan perusahaan akan digolongkan menjadi ”persepsi negatif” (0) apabila responden memiliki skor total 6-15 dan akan digolongkan menjadi ”persepsi positif” (1) apabila responden memiliki skor total 16-24. Persepsi responden terhadap dampak ekonomi keberadaan perusahaan akan digolongkan menjadi ”persepsi negatif” (0) apabila responden memiliki skor total 6-15 dan akan digolongkan menjadi ”persepsi positif” (1) apabila responden memiliki skor total 16-24. Persepsi responden terhadap dampak lingkungan keberadaan perusahaan akan digolongkan menjadi ”persepsi negatif” (0) apabila responden memiliki skor total 5-12 dan akan digolongkan menjadi ”persepsi positif” (1) apabila responden memiliki skor total 13-20.

B. Tingkat kesejahteraan: faktor internal yang diidentifikasi dari prioritas pengeluaran responden untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu antara lain kebutuhan makan, perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah, ibadah, modal bisnis, pakaian, dan tabungan. Setelah itu, diberikan urutan mulai dari pengeluaran terbesar hingga pengeluaran terkecil. Alternatif lain dalam mengisi variabel ini apabila responden kesulitan untuk mengingat jumlah pengeluaran untuk masing-masing kebutuhan adalah dengan cara langsung memberikan urutan mulai dari pengeluaran terbesar hingga terkecil, tanpa menyebutkan jumlah pengeluaran untuk masing-masing kebutuhan tersebut. Rumah tangga/keluarga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk non makanan (www.datastatistik-indonesia.com, 14/05/2009, 8:56). Responden akan digologkan menjadi kategori ”belum sejahtera” (1) apabila prioritas responden adalah kebutuhan makan dan akan digolongkan menjadi ”sejahtera” (2) apabila prioritas responden adalah kebutuhan selain kebutuhan makan.

C. Karakteristik sosial ekonomi: adalah ciri-ciri yang terdapat dalam diri individu yang berkaitan dengan cara pandang individu terhadap suatu obyek, meliputi:

a. Umur: selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Variabel ini diukur dengan menghitung selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun. Variabel ini akan digolongkan menjadi ”umur produktif” (15-64 tahun) dan ”umur non-produktif” (65 tahun ke atas). Usia produktif merupakan usia diantara 15-64 tahun dan dapat disebut pula sebagai usia kerja (www.datastatistik-indonesia.com, 17/08/2009, 8:00)

b. Jenis kelamin: sifat fisik responden sebagaimana yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki responden, yang dinyatakan dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Variabel ini diukur dengan melihat sifat fisik responden yang dinyatakan dalam dua jenis yaitu laki-laki (1) dan perempuan (2).

c. Tingkat pendidikan: jenjang pendidikan formal tertinggi terakhir yang telah diselesaikan oleh responden. Variabel ini diukur dengan mengetahui jenjang pendidikan formal tertinggi terakhir yang telah diselesaikan oleh responden. Tingkat pendidikan respoden akan dikategorikan menjadi dua, yaitu tingkat pendidikan rendah dan tingkat pendidikan tinggi dengan tingkat pendidikan rata-rata responden sebagai tolok ukurnya (emik). Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah SMA, sehingga tingkat pendidikan ”rendah” adalah apabila pendidikan formal terakhir responden lebih rendah atau sama dengan SMA dan tingkat pendidikan ”tinggi” adalah apabila pendidikan formal terakhir responden lebih tinggi dari SMA.

d. Jenis pekerjaan: jenis mata pencaharian pokok yang dilakukan oleh responden sebagai sumber penghidupannya dan keterkaitannya dengan perusahaan. Variabel ini diukur dengan menanyakan jenis mata pencaharian pokok yang dilakukan oleh responden sebagai sumber penghidupannya dan keterkaitannya dengan perusahaan. Pekerjaan responden tersebut akan dikategorikan menjadi 3, yaitu ”berhubungan langsung dengan perusahaan” apabila pekerjaan responden memiliki keterkaitan langsung dengan perusahaan/pabrik (2), ”tidak berhubungan

langsung dengan perusahaan apabila jenis pekerjaan responden tidak memiliki keterkaitan langsung dengan perusahaan/pabrik (1), dan ”tidak bekerja” apabila responden tidak memiliki pekerjaan tetap contohnya ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa, dan pencari kerja (0).

e. Tingkat pendapatan: jumlah pendapatan rata-rata yang diperoleh responden setiap bulannya. Variabel ini diukur dengan mengetahui jumlah pendapatan rata-rata yang diperoleh responden setiap bulannya dan dinyatakan dalam rupiah, yang digolongkan menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi berdasarkan rata-rata pendapatan yang sesuai dengan yang didapatkan di lapangan (pendekatan emik). Tingkat pendapatan yang diukur dalam penelitian ini adalah pendapatan individu dan pendapatan keluarga. Adapun penggolongannya, yaitu:

(1) Pendapatan individu dikategorikan ”rendah” apabila responden memiliki pendapatan individu ≤ Rp 941.250,00 dan akan dikategorikan ”tinggi” apabila tingkat pendapatan individu responden > Rp 941.250,00.

(2) Pendapatan keluarga responden dikategorikan ”rendah” apabila keluarga responden memiliki pendapatan ≤ Rp 1.941.250,00 dan akan dikategorikan ”tinggi” apabila tingkat pendapatan keluarga responden > Rp 1.941.250,00.

f. Status sosial: kedudukan sosial responden di dalam lingkungannya yang dibedakan menjadi tokoh masyarakat dan bukan tokoh masyarakat. Variabel ini diukur dengan mengetahui kedudukan sosial responden di dalam lingkungannya yang dibedakan menjadi ”tokoh masyarakat” (1) dan ”bukan tokoh masyarakat” (2).

D. Karakteristik komunikasi responden: ciri-ciri dalam diri individu yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi responden terhadap perusahaan. Faktor ini meliputi keterdedahan terhadap komunikasi publik perusahaan dan pemenuhan ekspektasi masyarakat sekitar oleh perusahaan.

a. Keterdedahan terhadap komunikasi perusahaan: aktivitas komunikasi responden terhadap komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan, meliputi kegiatan penerimaan pesan, pencarian informasi, dan penyampaian

umpan-balik pesan kepada perusahaan. Variabel ini diukur dengan mengetahui aktivitas penerimaan, pencarian, dan penyampaian umpan-balik pesan oleh responden. Responden dikategorikan ”terdedah” apabila menjawab ”ya” pada pertanyaan mengenai penerimaan pesan, pencarian informasi, dan penyampaian umpan-balik pesan kepada perusahaan.

b. Pemenuhan ekspektasi responden oleh perusahaan: kepentingan reponden yang diharapkan dapat dipenuhi oleh perusahaan yang meliputi : (a) peningkatan kesejahteraan sosial (peningkatan taraf hidup, kesehatan dan KB, dukungan agama, kebebasan berekspresi dan berkebudayaan); (b) penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha; (c) penyediaan fasilitas pendidikan, perumahan, dan fasilitas umum; (d) jaminan hukum, ketertiban, dan keamanan; dan (e) penanganan lingkungan hidup yang bijaksana. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah jawaban yang dipilih responden, dimana setiap jawaban memiliki nilai 1. Setelah itu, ekspektasi masyarakat sekitar terhadap perusahaan akan dibedakan menjadi: (1) ekspektasi tinggi, jika responden memilih 4-5 jawaban yang disediakan, (2) ekspektasi sedang, jika responden memilih 2-3 jawaban yang disediakan, dan (3) ekspektasi rendah, jika responden memilih 0-1 jawaban yang disediakan.

E. Dampak aktivitas perusahaan (sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup): dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup dari kegiatan yang dilakukan perusahaan mulai dari tahap produksi hingga menghasilkan produk yang dirasakan oleh responden. Variabel ini diukur dengan memberikan pilihan kepada responden mengenai dampak-dampak yang dirasakannya dan menggolongkannya menjadi: (1) dampak tinggi, jika responden memilih 12-17 jawaban yang disediakan, (2) dampak sedang, jika responden memilih 6-11 jawaban yang disediakan, dan (3) dampak rendah, jika responden memilih 0-5 jawaban yang disediakan.

F. Keterlibatan kelompok: keanggotaan responden terhadap suatu kelompok tertentu yang dapat mempengaruhi pendapat atau pemikirannya mengenai suatu obyek. Variabel ini diawali dengan pertanyaan saringan yang akan dijawab responden dengan pilihan ”ya” (1) atau ”tidak” (0). Setelah itu, akan

digolongkan menjadi ”aktif” (1) dan ”tidak aktif” (0), serta akan dibagi pengaruh kelompok menjadi ”berpengaruh” (1) dan ”tidak berpengaruh” (0). G. Jarak tempat tinggal terhadap perusahaan: merupakan jarak tempat

tinggal responden dari dinding pembatas perusahaan yang mempengaruhi responden dalam merasakan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan. Variabel ini diukur dengan mengetahui jarak tempat tinggal responden dari dinding pembatas perusahaan yang dinyatakan dalam kilometer. Jarak tempat tinggal tersebut akan dibagi menjadi 2 yaitu jauh dan dekat berdasarkan jarak rata-rata tempat tinggal responden (pendekatan emik). Tempat tinggal responden terhadap perusahaan akan dikategorikan ”dekat” apabila jarak tempat tinggal responden ≤ 0,5985 Km dan akan dikategorikan ”jauh” apabila jarak tempat tinggal responden > 0,5985 Km.

Dokumen terkait