• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal mengenai persepsi, yaitu pengertian persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2005). Lebih lanjut Rakhmat (2005) menyatakan bahwa persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Leavitt (1978) menyatakan pengertian persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap orang menggunakan kacamata sendiri-sendiri dalam memandang dunianya.

Atkinson dan Hilgard (1991) sebagaimana dikutip oleh Hadi (2001) menyatakan bahwa sebagai suatu cara pandang atau penilaian, persepsi termasuk proses komunikasi yang timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks, stimulus itu masuk ke dalam otak, di sini stimulus diartikan, ditafsirkan dan diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi. Sejalan dengan hal tersebut, Harihanto (2001) sebagaimana dikutip oleh Pandeangan (2005) menyatakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan atau aspirasi seseorang terhadap obyek. Persepsi dibentuk melalui serangkaian proses yang diawali dengan menerima rangsangan atau stimulus dari obyek oleh indera dan dipahami dengan interpretasi atau penafsiran tentang obyek yang dimaksud.

Menurut Atkinson dan Hilgard (1983), teori yang berkenaan dengan persepsi adalah teori Gestalt, dimana teori tersebut memiliki prinsip bahwa persepsi bertindak untuk menarik data sensorik menjadi suatu pola keseluruhan (holistic pattern). Oleh sebab itu, keseluruhan lain dengan jumlah/penjumlahan

bagian. Prinsip Gestalt tersebut digambarkan melalui fenomena-fenomena persepsi yang dapat digolongkan menjasi 3 kelas/tingkatan, yaitu:

1. Organisasi persepsi (perceptual organization)

Organisasi persepsi berkaitan dengan ketergantungan apa yang dihayati dengan hubungan antara bagian konfigurasi stimulus. Contoh asumsinya adalah hukum kesederhanaan (Law of simplicity) yaitu penghayatan berkaitan dengan penafsiran stimulus yang termudah dan termungkin. Fenomena yang termasuk dalam pengorganisasian persepsi adalah dampak gambar dan latar (figure and ground effects) serta pengelompokkan persepsi (perceptual grouping). Salah satu faktor penyebab terjadinya dampak gambar dan latar adalah perhatian selektif (selective attention).

2. Konstansi persepsi (perceptual constancy)

Konstansi persepsi berkaitan dengan tendensi agar setiap obyek tampak sama walaupun terdapat perubahan pada stimulus yang mencapai reseptor.

3. Ilusi persepsi (perceptual illusion)

Ilusi adalah penghayatan yang salah sehingga keadaannya berbeda dengan keadaan yang digambarkan oleh ilmu pengetahuan alam dengan bantuan instrumen pengukurannya. Terdapat ilusi fisik (physical) dan ilusi persepsi (perceptual). Ilusi fisik disebabkan oleh faktor eksternal yaitu semua bayangan yang disababkan oleh adanyan penyimpangan stimulus yang mencapai reseptor kita, dan ilusi persepsi adalah ilusi yang timbul dalam sistem persepsi. Terdapat pula ilusi geometrik yang merupakan bagian dari ilusi persepsi yaitu penggambaran garis-garis yang beberapa aspeknya berubah menurut persepsinya. Berkaitan dengan pengertian persepsi, terdapat konsep mengenai persepsi selektif. Konsep persepsi selektif mengemukakan bahwa proses pemberian makna pada stimuli sangat ditentukan oleh karakteristik individu, termasuk harapan. Individu memilih stimuli tertentu dan mengabaikan stimuli lainnya. Salah satu contohnya adalah individu yang memandang perusahaan memberikan dampak positif terhadap dirinya karena perusahaan tersebut melakukan kegiatan tanggung jawab sosial kepada masyarakat di sekitarnya, dengan mengabaikan dampak

negatif kehadiran perusahaan tersebut bagi lingkungannya. Individu tersebut telah melakukan persepsi selektif terhadap perusahaan.

Persepsi selektif merupakan suatu jenis kebutuhan psikologis karena membantu orang untuk memelihara keseimbangannya dalam proses untuk mencapai tujuan-tujuannya, meskipun bersifat menipu diri sendiri. Menurut Leavitt (1978) persepsi selektif adalah salah satu cara pertahanan yang digunakan oleh individu untuk menghindari sesuatu hal yang tidak mengenakkan, yaitu pertahanan terhadap masuknya hal-hal yang dapat belum diseleksi yang agak mengganggu keseimbangan (equilibrium) seseorang. Kaidah keseluruhan tentang persepsi yang selektif adalah: (1) orang melihat kepada hal-hal yang mereka anggap akan membantu memuaskan kebutuhan-kebutuhan, (2) mengabaikan hal-hal yang mengganggu, dan kemudian (3) melihat kepada gangguan-gangguan yang berlangsung lama dan yang meningkat.

Berdasarkan pengertian persepsi di atas, maka dapat diketahui bahwa proses pembentukkan persepsi merupakan proses yang terjadi pada diri individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat merupakan suatu hal yang tidak ada. Menurut Mayo (1998:162) sebagaimana dikutip oleh Suharto (2005), masyarakat dapat diartikan dua konsep, yaitu: (1) masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama dan (2) masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Persepsi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah persepsi beberapa individu yang dianggap dapat mewakili masyarakat lainnya dalam wilayah yang sama.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat, 2005). Krech dan Cruthfield (1997:235) sebagaimana dikutip oleh Rakhmat (2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan

oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Selain itu, percobaan yang dilakukan oleh Bruner dan Goodman menunjukkan bahwa nilai sosial suatu obyek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilai.

Berawal dari hal tersebut, Krech dan Crutchfield (1997) dalam Rakhmat (2005) merumuskan dalil persepsi yang pertama: persepsi bersifat selektif secara fungsional. Artinya, obyek-obyek yang mendapat tekanan dalam persepsi individu biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Contohnya adalah pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi.

b. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Teori Gestalt merupakan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural yang dirumuskan oleh para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Warthmeimer (1959), dan Kofka. Teori ini menyatakan bahwa apabila individu mempersepsi sesuatu, maka individu tersebut mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Indvidu tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Berdasarkan prinsip tersebut, Krech dan Crutchchfield (1997) sebagaimana dikutip oleh Rakhmat (2005) menyatakan dalil persepsi yang kedua: medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti, yang memiliki makna bahwa individu mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang diterima tidak lengkap, individu akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsinya.

Berdasarkan hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutchchfield (1997) sebagaimana yang dikutip oleh Rakhmat (2005) menyebutkan dalil persepsi yang ketiga: sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat substruktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

Selain beberapa faktor tersebut, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor perhatian (Rakhmat, 2005). Andersen (1972:46) dalam Rakhmat (2005) menyatakan bahwa perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Adapun perhatian ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.

Berdasarkan Rakhmat (2005) faktor eksternal atau faktor situasional terdiri dari stimuli yang diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. Sedangkan faktor internal penarik perhatian antara lain dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor-faktor sosiopsikologis. Lebih lanjut Rakhmat (2005) menyatakan bahwa motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang individu perhatikan.

Menurut Leavitt (1978) persepsi individu ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan mereka. Individu melihat apa yang penting bagi kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan mereka. Hal ini juga dapat berarti bahwa orang melihat apa yang ingin mereka lihat atau melihat apa yang tidak ingin mereka lihat, tetapi tetap sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu.

Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara individu melihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam masyarakat. Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat dunia yang dapat dikatakan sebagai tekanan-tekanan sosial. Maka, Leavitt (1978) menyimpulkan bahwa persepsi merupakan tafsiran individu secara keseluruhan tentang kenyataan, gagasan-gagasan individu tentang apa yang benar dan, untuk sebagian besar, apa yang penting dan apa yang betul berasal dari cara-cara yang telah diajarkan kepada individu tersebut secara selektif untuk melihat dunia.

Hadi (2001) mengutip Mar’at (1984) yang menyatakan bahwa persepsi sebagai proses pengamatan yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Manusia mengamati suatu obyek psikologik akan dipengaruhi oleh kepribadiannya. Obyek psikologik tersebut dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar dan sosialisasi memberikan bentuk dan struktur

terhadap apa yang dilihat, sedangkan pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap obyek psikologi tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Erwiantono (2004) berkaitan dengan faktor-faktor pembentuk persepsi, dapat diketahui bahwa karakteristik sosial ekonomi berhubungan dengan terciptanya persepsi positif komunitas. Adapun faktor-faktor yang berhubungan tersebut adalah faktor jenis pekerjaan dan satus sosial.

Dokumen terkait