• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

B. Lingkungan Eksternal: Peluang ( Opportunities ) dan Ancaman atau Tantangan (Threats)

1. Tahap Input Matrik EFI dan EFE

3.4 Variabel Penelitian .1Definisi Konsep .1Definisi Konsep

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Dalam penelitian Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang peneliti menggunakan pendekatan Analisis SWOT dimana Analisis SWOT ini merupakan suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam

pengoptimalan usaha. Adapun dimensi dan indikatornya yang digunakan Tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Penelitian

No Indikator Pertanyaan I1 Informan I2 I3

1. Strengths Apakah tujuan dari adanya penataan PKL di Pasar Anyar?

Apa saja manfaat dari adanya penataan PKL di Pasar Anyar baik bagi pemerintah, pedagang kaki lima dan Masyarakat?

Apakah kekuatan yang dimiliki oleh PD. Pasar dalam melakukan penataan PKL di Pasar Anyar? Sudah sejauh apa upaya penataan PKL yang dilakukan di Pasar Anyar?

2. Weakness Apa kelemahan yang dimiliki oleh PD. Pasar dalam melakukan penataan PKL?

Apa saja kendala yang dihadapi dalam penataan PKL di Pasar Anyar?

Bagaimana kinerja Perusahaan Daerah dalam melakukan pengawasan di Pasar Anyar?

Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait upaya penataan PKL di Pasar Anyar? Apakah ada pembinaan bagi para PKL guna untuk menigkatkan kualitas sumber daya PKL?

3. Opportunities Apa Peluang yang dimiliki dengan dilakukannya penataan PKL di Pasar Anyar?

Bagaimana PD. Pasar dalam memanfaatkan peluang yang didapatkan?

4. Threats Apa saja ancaman yang terjadi dilakukan penataan PKL di Pasar Anyar?

Bagaimana Perusahaan Daerah Pasar dalam menangani permasalahan yang ada dilapangan?

Sumber: Peneliti, 2015 3.5 Instrumen Penelitian

Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono, 2009:59). Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono 2009:60) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik garis besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2009;61) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. 6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelaksana

Peneliti sebagai key instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman

metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010: 22).

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. (Moleong 2010:168)

Penelitian mengenai “Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang”, instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menempatkan diri sebagai observer. Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Peneliti sebagai key instrument dalam penelitian karena peneliti dapat merasakan langsung, mengalami, melihat sendiri obyek atau subyek yang sedang diteliti. Selain itu, peneliti juga mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah jenuh, dan kapan penelitian dapat dihentikan.

Peneliti juga dapat langsung melakukan pengumpulan data, melakukan refleksi secara terus-menerus dan secara gradual membangun pemahaman yang tuntas mengenai sesuatu, dalam hal ini Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primerdan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu data-data yang didapat berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi lapangan. Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa dokumen tertulis berupa catatan atau dokumentasi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah pedoman wawancara, alat perekam, buku catatan dan kamera.

Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan memengaruhi penentuan teknik pengumpulan data. Banyak masalah yang telah dirumuskan tidak dapat dipecahkan dengan baik, karena teknik untuk memperoleh data yang diperlukan tidak dapat menghasilkan data yang diinginkan (Satori & Komariah, 2010:103). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian mengenai “Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang”, dengan menggunakan beberapa macam teknik, diantaranya:

1. Pengamatan/Observasi

Observasi menurut Satori dan Komariah, (2010:105) bahwa “observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung mapun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian”. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh di belakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, tetangga, organisasi, dan komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, dan keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam berorganisasi. Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan langsung terhadap objek-objek yang diteliti, kemudian dari pengamatan tersebut melakukan pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan aktivitas penelitian.

Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Konsep yang dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono (2009:226) yang mengklasifikasikan observasi sebagai berikut:

a. Observasi berpartisipasi (participant observation)

b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and convert observation), dan

Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan, dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga pihak-pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dan juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam dan terpercaya. Selain itu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar dimana pihak-pihak yang diteliti belum mengetahui bahwa peneliti sedang melakukan aktivitas meneliti.

2. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2010:162) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab dengan alternatif jawaban yang telah tersedia sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau pendapat pribadinya. Data yang akan diperoleh lebih efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan di ukur dan tahu apa yang bisa diharapkan.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dengan menggunakan Kuesioner, yaitu penyebaran kuesioner kepada responden menyangkut pemberian bobot dan mengkaji faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Namun sebelum pemberian bobot dirangking, terlebih

dahulu kepada para responden diberikan penjelasan contoh pengisian dengan metode perbandingan berpasangan.

3. Wawancara

Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono,2009;59). Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono 2009;60) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik garis besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2009;61) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelaksana

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi (Sugiyono,2012;72).

Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang pengumpulan data didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berabagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai penelitian. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti.

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan, dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian

c. Menentukan strategi dan taktik wawancara d. Mempersiapkan pencatat data wawancara

Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur. Selanjutnya, peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat.

Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan utama. Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. Istilah temporal maksudnya adalah istilah filosofis yang mendefinisikan bagaimana situasi dan pengetahuan orang saat itu dipengaruhi oleh pengalamannya dan bagaimana situasi saat itu akan menentukan masa depannya. Alasan kedua melakukan wawancara lebih dari satu kali adalah untuk memenuhi criteria rigor (ketepatan/ketelitian). Selain itu juga memungkinkan peneliti mengkonfirmasi atau mengklasifikasi informasi yang ditentukan pada wawancara pertama.

Jadi, dapat disimpulkan wawancara terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama meliputi perkenalan, memberikan gambaran singkat proses wawancara dan membangun hubungan saling percaya. Tahap kedua merupakan tahap terpenting dengan diperolehnya data yang berguna. Tahap terakhir adalah ikhtisar dari respon informan dan memungkinkan konfirmasi atau adanya informasi tambahan. 4. Studi Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data yang sudah ada di Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian mengenai “Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang”, digunakan sebagai data pendukung terkait masalah penelitian. Dengan adanya data pendukung tersebut ditujukan sebagai penguat argumentasi dari data-data primer yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti sebelumnya.

Dokumen terkait