SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Disusun Oleh : Shara Anggriani NIM. 6661111249
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Skripsi ini ku persembahkan untuk,
Alm. Papaku (Hanawir Hamid), Mamaku (Heni Herawati)
Pasar Anyar Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen I, Drs. Hasuri, M.Si.; Dosen II, Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.
Penataan pedagang kaki lima merupakan upaya yang dilakukan untuk menata dan menertibkan pedagang kaki lima. Tujuan dari penataan pedagang kaki lima adalah untuk menciptakan keindahan kota sesuai dengan peraturan daerah. Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam penataan PKL dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kurangnya pengawasan kepada PKL yang nakal, Jumlah SDM dalam menangani PKL masih terbatas, belum ada pembinaan yang diberikan kepada pedagang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi PD Pasar dalam penataan PKL di Pasar Anyar. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis SWOT menurut Fred R. David. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan belum optimalnya strategi yang dijalankan oleh PD Pasar karena beberapa faktor yang berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain sumber pendapatan retribusi menjadi sepenuhnya hak pengelolaan PD Pasar dan adanya penolakkan dari PKL. Faktor internal antara lain jumlah SDM dalam menangani PKL masih terbatas, belum bisa merubah pola pikir dari PKL, belum ada pembinaan yang diberikan kepada pedagang. Saran penelitian agar strategi PD Pasar lebih optimal adalah memberikan kesempatan kepada PKL ikut terlibat dalam tahap musyawarah pada forum diskusi, mengadakan pembinaan kepada PKL dengan pendekatan yang persuasif dan mengadakan pusat jajanan di dalam Pasar Anyar.
Tangerang City. Major of Public Administration Science. The Faculty of Social Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor, Drs. Hasuri, M.Si.; 2nd Advisor, Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.
Structuring of street vendors is the effort made to organize and regulate the street vendors. The arrangement of street vendors had Main purpose to created particular magnificence of the city in accordance with local regulations. In structuring The street Vendors, Tangerang City Market Regional Company Confronted by several problems, such as lack of supervision to the irresponsible Street Vendors, Total of the Human resources that could deal with the street vendors was still limited, there was no specific guidance given to the vendors. The purpose of this study was to figure out the strategy used in structuring Regional Company Pasar Anyar Market street vendors. This study used the theory of SWOT analysis techniques by Fred R. David. The method used in this research is qualitative descriptive. The results showed not optimal strategy pursued by regional company market due to several factors that come from internal and external factors. External factors such as sources of retribution income was fully the rights of the Market management as Regional company and the rejection of street vendors. Internal factors such as the number of human resources is still limited in dealing with street vendors, had not been able to change the mindset of street vendors, there was no specific guidance given to the vendors itself. Suggestions of research for the strategy to be optimal for the regional company of market is to give opportunity to the vendors involved in the stage of deliberation on the discussion forum, implement coaching strategy for the vendors with a persuasive approach and hold a market center on Anyar Market.
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Perusahaan Daerah Pasar
Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota
Tangerang” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya skripsi
ini. Semoga skripsi ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
ranah Ilmu Administrasi Negara.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah
memberikan pengajaran bantuan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, atas segala kasih sayang yang berlimpah untukku.
2. Orangtua penulis yang senantiasa mendoakan, memberikan pengarahan dan
memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
4. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, selain selaku Wakil Dekan III beliau
pembimbing II skripsi yang selalu bijaksana dalam memberikan arahan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Listyaningsih, S.Sos. M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Administasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
9. Riswanda, Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Drs. Hasuri, M.Si., selaku pembimbing I skripsi yang selalu sabar dalam
memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Yeni Widyastuti, S.Sos. M.Si, selain selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan beliau dosen pembimbing akademik penulis dalam
perkuliahan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang paling baik dan
selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.
12. Semua Dosen serta staff pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
13. Keluarga besar Penulis, yang selalu memberikan semangat dan dukungan
16. Sahabat seperjuanganku Rosmalasari, Khaerinisa, Muhammad Frayogi,
Raden Dendy dan teman-teman ANE 2011, terima kasih untuk sharing dan
supportnya bersama di bangku perkuliahan hingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
17. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
informan penelitian terutama kepada Direktur Perusahaan Daerah Pasar
Kota Tangerang beserta jajarannya yang telah berkontribusi banyak dalam
penyusunan skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis
sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
Tangerang, Juni 2016
Shara Anggriani
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 25
1.3 Batasan Masalah ... 26
1.4 Rumusan Masalah ... 26
1.5 Tujuan Penelitian ... 27
1.6 Manfaat Penelitian ... 27
1.7 Sistematika Penulisan ... 28
2.2.3 Pengertian Strategi ... 34
2.2.4 Pengertian Manajemen Strategi ... 36
2.2.5 Proses Manajemen Strategi ... 39
2.3 Konsep Pasar Tradisional ... 44
2.3.1 Definisi Pasar Tradisional ... 44
2.3.2 Kriteria Pasar Tradisional ... 45
2.3.3 Permasalahan Pasar Tradisional ... 46
2.4 Pengertian Pedagang Kaki Lima ... 51
2.5 Tahap Perencanaan Strategi ... 54
2.5.1 Tahap Input ... 55
2.5.2 Tahap Analisis ... 59
2.5.3 Penelitian Terdahulu ... 76
2.6 Kerangka Berfikir ... 79
2.7 Asumsi Dasar Penelitian ... 82
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 83
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 85
3.3 Lokasi Penelitian ... 85
3.4 Variabel Penelitian ... 86
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 99
3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 99
3.7.2 Uji Keabsahan Data ... 101
3.8 Jadwal Penelitian ... 102
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 104
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ... 104
4.1.2 Gambaran Umum PD. Pasar Kota Tangerang ... 109
4.2 Deskripsi Data ... 113
4.3 Data Informan Penelitian ... 115
4.4 Analisis Data Penelitian ... 116
4.5 Pembahasan ... 168
4.6 Analisis Matrik IFE dan EFE ... 178
4.6.1 Analisis Matrik Internal ... 179
4.6.2 Analisis Matrik Ekternal ... 182
4.7 Analisis Matrik SWOT ... 184
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 191
5.2 Saran ... 193
DAFTAR PUSTAKA ... 194
Tabel 1.1 Jumlah PKL di Pasar Tradisional Kota Tangerang ... 9
Tabel 1.2 Perbandingan Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang ... 13
Tabel 1.3 Laporan Hasil Kegiatan Penertiban per Bulan Tahun 2014 ... 19
Tabel 1.4 Laporan Kegiatan Penertiban per Triwulan Tahun 2014 ... 20
Tabel 1.5 Perbedaan Operasi dan Waktu Penertiban di Tahun 2014 ... 24
Tabel 2.1 Tahapan Perencanaan Strategi... 55
Tabel 2.2 Matriks EFI dan EFE ... 59
Tabel 2.3 Matrik SWOT ... 61
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 88
Tabel 3.2 Deskripsi Informan Penelitian ... 99
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 103
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kota Tangerang ... 105
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2013 ... 107
Tabel 4.3 Informan Penelitian ... 115
Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 127
Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan RKAT 2014 dan 2015 ... 133
Tabel 4.6 Faktor Strategis Internal Penataan PKL ... 180
Tabel 4.7 Faktor Strategis Eksternal Penataan PKL ... 182
Gambar 1.1 Pasar Tanah Abang Sebelum dan Sesudah di Relokasi ... 12
Gambar 1.2 Bangunan Baru di Bagian Selatan Pasar Anyar ... 16
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategi ... 41
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 81
Gambar 3.1 Analisis Data Miles & Huberman ... 100
Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang... 106
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Pasar ... 112
LAMPIRAN II Matriks Hasil Wawancara Penelitian
LAMPIRAN III Penilaian Bobot dan Rating
LAMPIRAN IV Data Pendukung Penelitian
1.1 Latar Belakang Masalah
Dinamika pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dunia tidak hanya
dipengaruhi oleh sektor formal, namun juga dipengaruhi oleh sektor informal.
Sektor informal turut berkontribusi dalam kegiatan ekonomi, terutama di
negara-negara berkembang di dunia. Indonesia sebagai salah satu negara-negara berkembang
menjadi salah satu negara yang juga mengalami perkembangan sektor informal,
terutama setelah masa krisis ekonomi tahun 1997 dan 2008/2009. Sektor informal
muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat kompleks karena menyangkut
jenis barang, tata ruang, dan waktu. Sebaliknya dengan sektor formal yang
umumnya menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal, dan mendapat
perlindungan pemerintah, sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat
golongan bawah. Sektor ini diartikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau
sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah.
Sektor informal di Indonesia sudah sejak lama menjadi tumpuan harapan
banyak warga. Mereka memilih baik dengan sukarela maupun terpaksa masuk ke
sektor informal karena karakteristik sektor ini relatif lebih sederhana. Para pekerja
sektor informal tidak pernah dituntut harus memiliki tingkat pendidikan dan
keahlian tertentu, asalkan mereka memiliki semangat dan ketekunan yang cukup
besar untuk menjalankan usaha yang umumnya berskala kecil. Sektor informal
adalah sektor yang tidak terorganisir (unorganized), tidak teratur (unregulated),
Salah satu kegiatan sektor informal yang penuh dinamika di Indonesia adalah
aktivitas yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima. Menurut Bappenas (2009)
tumbuhnya usaha kecil-kecilan di perkotaan seperti PKL, pedagang asongan,
penjual bakso dan sebagainya akibat dari proses migrasi tenaga kerja dari desa ke
kota. Sejak dekade 1970-an Indonesia mengalami era pertumbuhan ekonomi yang
tinggi serta terjadi pula pergeseran struktur yang cepat dari sektor pertanian ke
sektor non pertanian. Oleh karena umumnya sektor pertanian terdapat di desa
sedangkan industri terdapat di kota, maka migrasi desa ke kota merupakan arah
perpindahan tenaga kerja yang pada umumnya terjadi dalam proses industrialisasi.
Hal yang menarik dari fenomena tersebut adalah banyaknya tenaga kerja yang
bersifat swakarya dan swadaya, sehingga membentuk usaha-usaha informal, salah
satunya Pedagang Kaki Lima.
Pedagang kaki lima merupakan kegiatan urban yang perkembangannya
sangat fenomenal karena keberadaannya semakin tampak memenuhi ruang kota.
Kegiatan ini dipahami sebagai kegiatan yang belum terwadahi, sehingga ruang
publik menjadi satu-satunya tempat untuk melakukan kegiatan tersebut.
Penggunaan ruang publik telah menjadi suatu karakteristik yang identik dengan
eksistensi pedagang kaki di kota-kota Indonesia.
Pedagang kaki lima sebagai sekelompok orang yang menawarkan barang dan
jasa untuk dijual di atas trotoar atau di tepi/di pinggir jalan, di sekitar pusat
perbelanjaan/pertokoan, pasar tradisional, pusat rekreasi/hiburan, pusat
berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore
maupun malam hari.
Melihat kondisi pasar tradisional di Kota Tangerang saat ini yang kumuh
akibat keberadaan pedagang kaki lima yang tidak tertib, Pemerintah Daerah Kota
Tangerang merasa bahwa perlunya ada perbaikan dan perubahan yang dilakukan
di setiap masing-masing pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang. Sehingga
perlu adanya pembenahan-pembenahan yang dilakukan pemerintah daerah untuk
menata pasar tradisional di Kota Tangerang. Pemerintah Daerah melalui
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang melakukan upaya penataan pedagang
kaki lima di Pasar Tradisional Kota Tangerang yang bertujuan untuk peningkatan
efisiensi dan produktifitas Perusahaan Daerah dan peningkataan pelayanan kepada
masyarakat.
Pemerintah Pusat pada tanggal 27 Desember 2012 telah mengeluarkan
Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Dimana dalam Peraturan Presiden Nomor
125 Tahun 2012 merupakan sebuah perintah yang harus dilaksanakan oleh
segenap pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
stakholder lainnya untuk melakukan penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima. Penataan Padagang Kaki Lima tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor
125 Tahun 2012, yaitu sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Pemerintah bersama Pemerintah Daerah berkoordinasi melakukan penataan dan pemberdayaan PKL.
Pasal 6
dalam Pasal 4 dan penataan PKL Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Penetapan kebijakan penataan PKL;
b. Penetapan lokasi dan/atau kawasan tempat berusaha PKL di dalam Rencana Detail Tata Ruang;
c. Penataan PKL melalui kerja sama antar Pemerintah Daerah; d. Pengembangan kemitraan dengan dunia usaha; dan
e. Penyusunan program dan kegiatan penataan PKL ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah.
Kemudian ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pedoman penataan pedagang kaki lima
tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2012, yaitu :
Pasal 8
(1) Bupati/Walikota melakukan penataan PKL dengan cara: a. Pendataan PKL;
b.Pendaftaran PKL; c. Penetapan lokasi PKL;
d.Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan e. Peremajaan lokasi PKL.
Selanjutnya pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL tertuang
dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012
tentang Pedoman Penataan Pedagang Kaki Lima pada Pasal 51, yaitu:
(1) Bupati/walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL di kabupaten/kota.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Koordinasi dengan Gubernur;
b. Pendataan PKL;
c. Sosialisasi kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL; d. Perencanaan dan penetapan lokasi binaan PKL;
e. Koordinasi dan konsultasi pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL;
g. Mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penataan dan pemberdayaan PKL; dan
h. Monitoring dan evaluasi.
Pelarangan pedagang kaki lima berusaha di tempat yang bukan
peruntukkannya tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Ketertiban Umum, Pasal 22 Ayat (1), yaitu :
(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang berdagang, berusaha dibagian jalan/trotoar, halte, jembatan penyebrangan orang dan tempat-tempat untuk kepentingan umum lainnya tanpa seijin Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
Selain itu pedagang kaki lima juga memiliki kewajiban yang tertuang di
Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2011 yaitu salah satunya wajib untuk
memelihara kebersihan, ketertiban, keamanan dan kesehatan lingkungan. Apabila
kewajiban itu tidak dilaksanakan maka pedagang kaki lima dapat terkena sanksi
administratif. Sanksi administratif yang dimaksud pada Peraturan Daerah Nomor
6 Tahun 2011 yaitu berupa pembongkaran.
Seiring dengan arus reformasi yang terus berkembang dan dengan
diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, keberadaan Badan Usaha
Milik Daerah semakin menjadi sorotan. Hal ini sangatlah wajar sebab mayoritas
pemilik saham Badan Usaha Milik Daerah adalah pemerintah kotamadya maupun
kabupaten yang melibatkan berbagai komponen. Dengan saham mayoritas
tersebut Badan Usaha Milik Daerah diharapkan dapat menghasilkan margin
keuntungan berupa deviden setiap tahun sebagai pendapatan daerah atas modal
yang ditanamkan.
Tujuan dibentuknya Badan Usaha Milik Daerah bukan hanya berorientasi
serta mensejahterakan masyarakat melalui fungsi-fungsi sosial yang lain seperti
pelayanan, pemberdayaan, pengembangan, serta bantuan manajemen (advisor)
usaha bagi masyarakat agar lebih berkembang. Dengan demikian keberadaan
Badan Usaha Milik Daerah memiliki fungsi dan peran ganda sebagai lembaga
profit yang diharapkan menghasilkan deviden semaksimal mungkin untuk
mendukung pendapatan daerah, sekaligus sebagai lembaga yang memiliki peran
sosial yang juga dituntut maksimalisasi peran sosialnya terhadap dinamika
pembangunan masyarakat.
Kota Tangerang adalah salah satu kota yang memiliki Badan Usaha Milik
Daerah yang dikelompokkan menjadi 2 bidang usaha yaitu bidang utilitas yaitu
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan bidang perdagangan yaitu
Perusahaan Daerah Pasar. Pasar tradisional yang berada di Kota Tangerang berada
dibawah naungan Badan Usaha Milik Daerah bidang perdagangan yaitu
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang adalah salah satu perusahaan mandiri karena perusahaan ini harus
mencari sendiri, menggaji sendiri, dan mengembangkan sendiri perusahaannya.
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dibentuk pada tahun 2003 dan mulai
beroperasi pada tanggal 10 April 2004. Tugas pokok dan fungsi Perusahaan
Daerah Pasar Kota Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun
2003 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 yaitu Perusahaan Daerah mempunyai tugas
pokok mengupayakan peningkatan mutu pelayanan Pemerintah Daerah dan
usaha-usaha perencanaan, pengembangan, pembangunan dan pemanfaatan nilai
sosial-ekonomi pasar.
Pada Peraturan Daerah Kota Tangerang No 3 Tahun 2003 Pasal 6 tercantum
bahwa tugas Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yaitu untuk
menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 Peraturan
Daerah ini, Perusahaan Daerah Pasar memiliki fungsi :
a. Pelaksanaan analisis terhadap potensi perpasaran di Daerah;
b. Perencanaan dalam rangka pengembangan dan atau pembangunan pasar; c. Pemeliharaan dan pengawasan terhadap pasar;
d. Pengelolaan terhadap retribusi yang berkenaan dengan pasar;
e. Pelaksanaan pembinaan terhadap para pedagang, pelaku usaha dan masyarakat pengguna pasar;
f. Pemberian fasilitas dalam rangka penciptaan stabilitas harga dan kelancaran arus distribusi barang di pasar.
Dipandang perlu membentuk Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
karena Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang akan melaksanakan
pengelolaan dan pengembangan pasar-pasar milik Pemerintah Daerah menurut
prinsip-prinsip ekonomi perusahaan. Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
juga memiliki wewenang untuk memungkinkan tercapainya peningkatan mutu
pelayanan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat dan pemanfaatan
potensi di bidang perpasaran.
Peran Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang sebagai pengelola dan
pengembang pasar-pasar tradisional milik pemerintah daerah yang juga memiliki
salah satu tugas pokok pada point (e) yaitu sebagai pelaksana penataan dan
pembinaan terhadap pedagang masih dirasakan belum maksimal dan perlu
ditingkatkan. Hal ini dikarenakan pasar-pasar tradisional yang ada di Kota
pedagang kaki lima yang belum tertata rapih dan jumlahnya semakin meningkat
menyebabkan kesemrawutan di pasar-pasar tradisional.
Kota Tangerang mengalami fenomena perkembangan pedagang kaki lima
yang marak terjadi akhir-akhir ini yaitu keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pasar
Tradisional Kota Tangerang. Berdasarkan Data Perusahaan Daerah Pasar Tahun
2012, jumlah pasar di wilayah Kota Tangerang sebanyak 33 pasar. Untuk pasar
yang dimiliki oleh pemerintah daerah sebanyak 11 pasar, sedangkan milik swasta
sebanyak 22 pasar. Namun dari 11 pasar yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah,
hanya 7 pasar yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang antara
lain, Pasar Anyar, Pasar Bandeng, Pasar Gerendeng, Pasar Jatiuwung, Pasar
Malabar, Pasar Poris dan Pasar Ramadhani.
Pasar Anyar terpilih menjadi lokasi penelitian karena salah satu pasar
tradisional yang mengalami fenomena perkembangan pedagang kaki lima yang
marak terjadi akhir-akhir ini di Pasar Tradisional Kota Tangerang yaitu belum
tertata rapih dan belum tertib. Dan penulis memilih Pasar Anyar dilihat
berdasarkan dari kondisi pasar. Kondisi dari Pasar Anyar saat ini adalah tidak
kondusif, kumuh, kotor, becek, bau serta penataan para pedagang kaki lima yang
masih semrawut dan tidak beraturan menjadi alasan khusus dari penulis memilih
lokasi ini.
Pasar Anyar berdiri sejak Tahun 1970 dengan luas lahan sebesar 24.680 m2,
dengan spesifikasi bangunan tiga lantai yaitu di lantai pertama di isi oleh kios dan
los, di lantai kedua di isi oleh kios dan lapak sedangkan di lantai ketiga di isi oleh
seperti kios sebanyak 1.756 kios, los sebanyak 234 los dan lapak/counter
sebanyak 577 lapak/counter. Namun banyak kios-kios yang kosong di dalam
pasarnya. Kemudian Pasar Anyar dilengkapi dengan fasilitas toilet umum 4 unit,
satu mushola tetapi sudah tidak kondusif dan kotor, Tempat Pembuangan Sampah
yang bervolume kurang lebih 16 m3, Sumber Air bersih berasal dari air tanah dan
Pam, Kapasitas Parkir yang dapat menampung kurang lebih sekitar 150 Motor
atau sekitar kurang lebih 50 mobil, Penerangan Jalan Umum (PJU) di lingkugan
pasar dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Dan waktu aktivitas pasar dari
pagi hingga sore. (Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang). Berikut
adalah tabel jumlah pedagang kaki lima di tujuh pasar tradisional yang dikelola
oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Tradisional Kota Tangerang
No. Nama Pasar Luas
Lahan Jumlah PKL Persentase (%)
1. Pasar Anyar 24.680 m2 663 48
2. Pasar Bandeng 4.550 m2 72 5,2
3. Pasar Grendeng 1.886 m2 57 4,1
4. Pasar Jatiuwung 2.500 m2 84 6
5. Pasar Malabar 12.120 m2 325 23,5
6. Pasar Poris 2.000 m2 63 4,55
7. Pasar Ramadhani 3.500 m2 119 8,6
Total 1.383 100
Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, 2013
Berdasarkan tabel 1.1 di atas bahwa dari ke-7 pasar tradisional yang dikelola
oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang memiliki jumlah pedagang
kaki lima paling banyak yaitu Pasar Anyar. Melihat jumlah pedagang kaki lima
yang terbanyak diantara pasar-pasar tradisional lainnya yaitu 663 pedagang kaki
Pasar Anyar yang semrawut sehingga perlu adanya penataan terhadap pedagang
kaki lima di Pasar Anyar yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Selama ini
penataan yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar hanya penggusuran,
bukan pemberdayaan sehingga penataan pedagang kaki lima masih belum
memperlihatkan hasil yang positif.
Pasar Anyar sempat dibawah naungan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi Kota Tangerang namun karena adanya persaingan global dan seiring
dengan perkembangan Kota Tangerang maka Pemerintah Kota Tangerang pada
tahun 2003 dibentuklah Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dan pasar-pasar
tradisional milik Pemerintah Daerah Kota Tangerang sebagai aset yang dipisahkan
dan diserahkan kepada Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang untuk dikelola.
Pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang termasuk Pasar Anyar berada di
bawah naungan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang hingga sekarang.
Lokasi Pasar Anyar terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Suka Asih
Kecamatan Tangerang Kota Tangerang. Letak Pasar Anyar yang strategis karena
berada di dekat Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Stasiun Kereta Api,
Kawasan Pendidikan serta permukiman warga Tangerang dan terletak di tengah
kota. Sehingga memudahkan masyarakat untuk berbelanja di Pasar Anyar. Bahkan
yang berbelanja tidak hanya dari masyarakat lokal Kota Tangerang saja tetapi dari
seluruh masyarakat dalam wilayah Kabupaten Tangerang. Dalam
perkembangannya, jumlah pedagang kaki lima yang melakukan aktivitas ekonomi
pemerintah daerah sehingga menyebabkan terjadinya kesemrawutan di pasar
tradisional tersebut.
Melihat kondisi pasar modern yang berbanding terbalik dengan pasar
tradisional yang ada saat ini menjadi persaingan yang ketat antar keduanya,
kondisi pasar modern yang bersih, tertata rapih, nyaman, bebas dari keberadaan
pedagang kaki lima menjadi daya tarik masyarakat untuk memilih berbelanja ke
pasar modern. Sedangkan kondisi pasar tradisional yang kumuh, sampah
berserakan dimana-mana terkadang ada air menggenang dijalan, pedagang kaki
lima yang tidak beraturan menyebabkan masyarakat merasa kurang nyaman ketika
berbelanja di pasar tradisional. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan,
mengingat bahwa Pasar Tradisional merupakan salah satu Pasar Tradisional yang
menjadi sumber penyumbang Pendapatan Asli Daerah sehingga perlu adanya
penataan yang serius baik penataan pasar hingga penataan pedagang kaki limanya.
Agar keberadaan pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang masih tetap eksis
di tengah persaingan yang semakin ketat.
Mengenai eksistensi pasar tradisional ditengah modernisasi yang tampaknya
mulai mengalami penurunan kepercayaan signifikan dari masyarakat. Apalagi jika
dibandingkan dengan pasar modern yang lebih menyajikan kenyamanan,
kepercayaan, dan pelayanan yang lebih unggul dibandingkan pasar tradisional.
Namun pemerintah Provinsi DKI Jakarta berhasil menepis anggapan bahwa
eksitensi pasar tradisonal mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari keberhasilan
upaya penataan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang pada masa
satu prestasi terbaik yang berhasil dicapai oleh Pemprov DKI Jakarta dalam tata
kelola masyarakat di Pasar Tanah Abang, khususnya pedagang kaki lima di Pasar
Tanah Abang. Berikut Kondisi Pasar Tanah Abang sebelum dilakukan relokasi
dan sesudah dilakukan relokasi :
Sesudah di Relokasi Sebelum di Relokasi Pasar Tanah Abang Blok G
Gambar 1.1
Pasar Tanah Abang Sebelum dan Sesudah di Relokasi
Melihat Kondisi Pasar Anyar apabila dibandingkan dengan kondisi Pasar
Tanah Abang yang saat ini bahwa terlihat perbedaan yang menarik. Pasar Tanah
Abang merupakan salah satu pasar tradisional yang dimiliki oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang dapat dikatakan berhasil dalam penataan pedagang
kaki lima di Pasar Tradisional. Dengan jumlah pedagang kaki lima sebanyak 942
pedagang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mampu menata pedagang kaki lima
dengan jumlah yang besar. Dan hasil penataan yang sudah dilakukan terbilang
maksimal karena pedagang kaki lima sudah direlokasi ke dalam Pasar Tanah
Abang Blok G. Penataan yang berhasil ini dilakukan dengan beberapa strategi,
diantaranya strategi yang digunakan dalam penataan pedagang kaki lima adalah
yang dilakukan tersebut bukan hanya sekedar monitoring biasa akan tetapi pihak
Perusahaan Daerah Pasar Jaya juga selalu melakukan pendekatan kepada para
pedagang kaki lima untuk mengetahui permasalahan apa yang sering muncul
diantara para pedagang kaki lima dan mencari jalan keluarnya. Berikut
perbandingan antara Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang, yaitu antara lain :
Tabel 1.2
Perbandingan Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang
No. Keterangan Pasar Anyar Perbandingan Pasar Pasar Tanah Abang
1. Jumlah PKL 663 pedagang 942 pedagang
2 Kondisi Pasar Kumuh Baik
3. Status kepemilikan Milik Pemerintah Kota
3. Penertiban
(Sumber: Data diolah Peneliti, Tahun 2016)
Setelah peneliti melakukan observasi awal pada lokasi penelitian dan
melakukan wawancara pendahuluan dengan Bapak Achmad Juhaeni, SE sebagai
Kepala Pasar Anyar, ada beberapa permasalahan-permasalahan yang peneliti
temui dalam penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar, diantaranya adalah
sebagai berikut :
Pertama, faktanya adalah berdasarkan hasil observasi awal di Pasar Anyar
dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Awal dilakukan
penataan di Pasar Anyar yaitu pada tahun 2010 tepatnya pada bulan Februari.
Diadakan penataan pada saat itu karena terjadi pembludakan jumlah pedagang
kaki lima di Pasar Anyar dan kondisinya semakin tidak terkendali dan tidak
teratur. Pada saat itu, penataan yang dilakukan bertujuan untuk menata ulang para
pedagang kaki lima yang tidak memiliki tempat untuk berdagang. Penataan yang
dilakukan yaitu dengan merelokasi sebagian pedagang kaki lima ke Lahan Anyar
Selatan dan sebagian lagi ditempatkan ke lantai dua Pasar Anyar. Karena pihak
Perusahaan Daerah Pasar keterbatasan biaya pada saat itu ada pihak investor yang
mau mengerjakan lokasi di lahan Anyar Selatan. Pihak investor tersebut adalah
PT. Propertia Century Raya sebagai pengembang dari lokasi baru tersebut. Pihak
Perusahaan Daerah Pasar melakukan kerjasama dengan PT. Propetia Century
Raya selama kurun waktu 5 tahun. Selama kurun waktu tersebut PT. Propetia
Century Raya sebagai pengelola di Lahan Anyar Selatan, adapun yang akan
dikelola oleh PT. Propetia Century Raya yaitu: retribusi, parkir, penempatan
pedagang dan fasilitas di Lahan Anyar Selatan. Berikut gambar lokasi baru yang
menjadi tempat berdagangnya pedagang kaki lima di Pasar Anyar, sebagai
berikut:
Gambar 1.2
Berdasarkan Gambar 1.2 diatas bahwa bangunan baru di bagian Selatan Pasar
Anyar ini mempunyai lahan sekitar 4.200 m2 yang dapat menampung 350 pedagang dari berbagai macam. Dan akhir bulan februari tahun 2010 diharapkan
bangunan baru tersebut terselesaikan dan pedagang dapat menempatinya. Namun
kenyataannya, terjadi masalah ditengah-tengah proses pembangunan pada
bangunan baru tersebut. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Achmad Juhaeni,
SE selaku Kepala Pasar Anyar bahwa pihak PT. Propetia Century Raya selaku
pihak pengembang dari lokasi baru tersebut mengalami kebangkrutan dan pada
saat itu ada pergantian direktur dari PT. Propetia Century Raya yang baru, dan
direktur PT. Propitia Century Raya yang baru ternyata tidak dapat meneruskan
pembangunan tersebut dikarenakan dana untuk pembangunan pada bangunan baru
tersebut tidak mencukupi sehingga proses pembangunan tersebut terhentikan,
kemudian pihak PT. Propitia Century Raya memutuskan untuk menghentikan
kerjasamanya dengan pihak Perusahaan Daerah Pasar dengan cara yang tidak
bertanggung jawab yaitu kabur. (Wawancara dengan Kepala Pasar tanggal 20
Januari 2014, Pukul 10.40 WIB di Kantor Pengelolaan Pasar Anyar)
Akibatnya, pelaksanaan relokasi pedagang kaki lima ke Lahan Anyar selatan
pada tahun 2010 tersebut tidak dapat dilakukan karena lokasi baru dianggap tidak
memungkinkan untuk dijadikan tempat berdagang. Dan pedagang kaki lima pada
saat itu menjadi terkatung-katung, sebagian ditertibkan ke sisi samping Pasar
Anyar dan sebagian memilih di pinggir Jalan Pasar Anyar.
Pada awal Tahun 2015 Pihak Perusahaan Daerah Pasar kembali melakukan
pengadaan tenda-tenda untuk berdagang para pedagang kaki lima. Pengadaan
tenda ini bertujuan agar pedagang kaki lima di Pasar Anyar khususnya yang
berada di depan pasar karena dengan adanya tenda di tempat berdagang pedagang
kaki lima akan teratur dan diharapkan dapat membuat Pasar Anyar terlihat bersih,
tertata rapi, nyaman dan menjadi daya tarik masyarakat untuk memilih berbelanja
ke Pasar Anyar.
Dilakukan pengadaan tenda ini sebagai salah satu bentuk penataan yang
dilakukan pemerintah yaitu sebagai penyedia sarana dan prasarana agar pedagang
kaki lima di Pasar Anyar menjadi tertata rapih dan tertib serta diharapkan dapat
membuat Pasar Anyar terlihat rapih dan teratur. Namun pada kenyataannya
pengadaan tenda-tenda yang dilakukan Perusahaan Daerah Pasar untuk berdagang
para pedagang kaki lima di Pasar Anyar belum memberikan perubahan pada Pasar
Anyar. Dikarenakan Perusahaan Daerah Pasar memiliki anggaran yang terbatas
sehingga pengadaan tenda tersebut hanya mampu di depan pasar saja. Meskipun
sudah diberikan tenda-tenda pada wilayah depan pasar, kondisi Pasar Anyar masih
tetap sama yaitu masih terlihat kumuh dan tidak teratur.
Kedua, Kurangnya pengawasan pasca penertiban yang dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Pasar. Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak Ahmad
Junaedi selaku Kepala Pasar bahwa kembalinya pedagang kaki lima berdagang di
pinggir jalan, Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan yang ketat pasca
penertiban dari pihak Perusahaan Daerah Pasar. Pengawasan pasca penertiban
yang dilakukan selama ini belum secara terus menerus mengawasi pasang surut
Namun pemerintah disini akan memberikan sanksi dalam rangka pengawasan
bagi pedagang kaki lima di Pasar Anyar yang apabila ditemukan adanya
penyimpangan dan pelanggaran. Selama ini sanksi yang diberikan pada pedagang
kaki lima yang nakal di Pasar Anyar adalah mulai dari teguran berbentuk lisan,
surat peringatan hingga pembongkaran tempat berdagang. Dilihat dari jenis sanksi
yang diberikan di nilai sudah cukup mampu memberikan efek jera bagi pedagang
kaki lima yang melanggar, namun saja dalam kenyataannya dalam pemberian
sanksi terhadap pedagang kaki lima yang melanggar, pihak Perusahaan Daerah
Pasar dalam memberikan sanksinya dinilai belum efektif, karena selama ini sanksi
yang diberikan hanya teguran saja. Dan dianggap sanksi yang diberikan masih
terbilang sanksi ringan sehingga masih ada pedagang kaki lima yang melanggar
aturan. Berikut laporan hasil kegiatan penertiban pedagang kaki lima di Pasar
Anyar pada Tahun 2014 :
Tabel 1.3
Laporan Hasil Kegiatan Penertiban per Bulan Tahun 2014
Kegiatan
Penertiban Jumlah PKL yang Melanggar Jumlah Barang Bukti
Januari 75 PKL 207 Barang
Berdasarkan tabel 1.3 di atas, Berdasarkan hasil kegiatan penertiban
pedagang kaki lima Tahun 2015 bahwa setiap bulannya jumlah pedagang kaki
lima yang melanggar di Pasar Anyar semakin bertambah, jumlah keseluruhan
pedagang kaki lima yang melanggar di tahun 2014 sebanyak 1.260 PKL dengan
jumlah barang bukti yang ditemukan sebanyak 4.333 barang. Hal ini
menunjukkan bahwa selama ini pengawasan pasca penertiban yang dilakukan
kurang ketat serta dalam hal pemberian sanksi dinilai belum efektif sehingga
belum memberikan efek jera bagi pedagang kaki lima yang melanggar. Jika saja
pengawasan pasca penertiban dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar secara
terus menerus atau berkelanjutan bukan tidak mungkin jumlah pelanggar akan
berkurang dan kondisi Pasar Anyar akan terlihat lebih tertata dan tertib.
Ketiga, Kegiatan penertiban Pedagang Kaki Lima yang selama ini dilakukan
belum maksimal. Kegiatan penertiban yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah
Pasar Kota Tangerang selama ini hanya sebatas pada waktu musiman yaitu pada
saat menjelang lebaran dan menjelang penilaian adipura. Seperti yang
disampaikan oleh bapak Teguh Waluyo sebagai Kepala Sub Divisi Pembangunan
Pemeliharaan dan Rehabilitasi yang menyatakan bahwa kegiatan operasi
penertiban yang dilakukan di Pasar Anyar yaitu dalam satu bulan dilakukan
sebanyak dua kali, sehingga dalam satu tahun penertiban yang dilakukan sebanyak
24 kali (Wawancara pada tanggal 13 Juli 2015, jam 10.00 di Kantor Perusahaan
Daerah Pasar). Namun kenyataannya pihak Perusahaan Daerah Pasar melakukan
penertiban pedagang kaki lima yang secara maksimal hanya pada waktu berskala
laporan data kegiatan penertiban pedagang kaki lima yang dilakukan Perusahaan
Daerah Pasar Kota Tangerang selama tahun 2014, sebagai berikut:
Tabel 1.4
Laporan Data Kegiatan Penertiban per Triwulan Tahun 2014
Kegiatan Penertiban Jumlah PKL yang melanggar Jumlah PKL yang berhasil ditertibkan
Januari-Maret 231 PKL 156 PKL
April-Juni 232 PKL 121 PKL
Juli-September 320 PKL 320 PKL
Oktober-Desember 477 PKL 477 PKL
Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, 2014
Berdasarkan Tabel 1.4 diatas bahwa Pada tahun 2014 dilakukan penertiban
pedagang kaki lima di Pasar Anyar, dilihat dari jumlah pedagang kaki lima yang
berhasil ditertibkan di Pasar Anyar mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
wawancara oleh Kepala Pasar Anyar bahwa kegiatan penertiban yang dilakukan
di triwulan ketiga berhasil menertibkan 320 pedagang kaki lima karena pada saat
itu penertiban dilakukan menjelang Lebaran dan juga pada triwulan keempat
jumlah pedagang kaki lima yang berhasil ditertibkan sekitar 477 pedagang kaki
lima karena penertiban tersebut dilakukan dalam rangka menjelang Penilaian
Adipura. Sehingga pada triwulan ketiga dan keempat kegiatan penertiban dibantu
oleh petugas Satpol PP guna penertiban yang dilakukan dapat berjalan secara
maksimal. Dan hasilnya dinilai cukup maksimal karena dilihat dari jumlahnya di
penertiban triwulan ketiga dan keempat cukup banyak pedagang kaki lima yang
yaitu 663 pedagang dibandingkan penertiban yang dilakukan pada triwulan
pertama dan kedua.
Hal ini dikarenakan kegiatan penertiban yang selama ini dilakukan oleh pihak
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang tidak dilakukan dengan maksimal.
Pasalnya, kegiatan penertiban pedagang kaki lima yang selama ini dilakukan
hanya sebatas pada waktu tertentu yang berskala besar, yaitu hanya pada saat
menjelang lebaran dan menjelang penilaian adipura saja. Padahal jika saja setiap
penertiban itu dilakukan secara maksimal yaitu dalam sebulan dilakukan 2 kali
dan dalam setahun penertiban dilakukan sebanyak 24 kali tentunya bukan tidak
mungkin jumlah pedagang kaki lima yang melanggar menjadi berkurang dan
kondisi Pasar Anyar akan menjadi tertib, tertata dan teratur.
Kegiatan penertiban yang belum maksimal juga diakui oleh salah satu warga
setempat. Berdasarkan wawancara dengan Bapak. Zaenudin (40 Tahun) beliau
mengatakan bahwa setiap habis penertiban besoknya bisa dipastikan para
pedagang kaki lima itu akan kembali ke tempat semula. Seperti operasi penertiban
yang digelar beberapa hari lalu, sehari setelah penertiban, para pedagang kaki lima
kembali membuka lapaknya. (Hasil Wawancara pada tanggal 20 Januari 2015,
jam 10.05 di Pasar Anyar).
Keempat, Koordinasi dalam penanganan pedagang kaki lima yang dilakukan
antara Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dengan Satpol PP masih kurang
baik. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 3 Tahun 2003 Pasal 6
tertuang bahwa Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang memiliki tugas dan
pedagang, pelaku usaha dan masyarakat pengguna pasar. Sementara itu
berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Tahun 44 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja SatPol PP tertuang pada pasal 5 Satpol PP memiliki
tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketenteraman masyarakat di daerah. Dalam melaksanakan tugasnya
tertuang di Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja pada pasal 28 ayat 1 bahwa Satpol PP dalam melaksanakan
tugasnya dapat meminta bantuan dan/atau bekerja dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur
lainnya. Sehingga pihak yang berkewajiban melakukan penanganan pada
pedagang kaki lima di Pasar Anyar adalah Pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang dan Satpol PP Kota Tangerang.
Namun yang terjadi dilapangan ketika peneliti melakukan observasi sedang
dilakukan kegiatan penertiban berlangsung yaitu awal tahun 2014 tepatnya pada
bulan februari, dimana seluruh pedagang di Pasar Anyar saat itu mulai tidak
teratur dengan berjualan di badan jalan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala
Pasar Anyar bahwa pada saat itu kegiatan penertiban hanya dilakukan oleh
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang saja tanpa dampingan oleh pihak Satpol
PP Kota Tangerang. Sementara itu peneliti juga mewawancarai pihak Satpol PP
secara terpisah pihaknya sebagai penegak perda nomor 6 Tahun 2011 tentang
ketertiban umum dimana tertuang larangan bahwa setiap orang dan/atau badan
orang dan tempat-tempat untuk kepentingan umum lainnya tanpa seijin Walikota
atau Pejabat yang ditunjuk.
Sehingga sebagai penegak perda, Satpol PP Kota Tangerang seharusnya ikut
terlibat dalam melakukan kegiatan penertiban terhadap pedagang kaki lima yang
dianggap masih berdagang di tempat yang bukan peruntukkannya. Yang terjadi di
lapangan justru kegiatan penertiban yang dilakukan hanya dilakukan oleh pihak
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Hal ini dikarenakan selama ini
koordinasi yang terjalin antara pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
dengan Satpol PP Kota Tangerang masih kurang baik. Dapat dilihat dari jadwal
dan waktu kegiatan penertiban yang dilakukan antara Satpol PP Kota Tangerang
dengan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang berbeda-beda atau tidak
sinkron. Berikut tabel perbedaan operasi kegiatan penertiban dan waktu kegiatan
penertiban di Pasar Anyar yang dilakukan antara Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang dengan Satpol PP Kota Tangerang, sebagai berikut :
Tabel 1.5
Perbedaan Operasi dan Waktu Penertiban di Pasar Anyar
Nama Instansi Operasi Penertiban Waktu Penertiban
Perusahaan Daerah
Satpol PP Operasi penertiban yang dilakukan 1 bulan 4 kali
Berdasarkan tabel 1.5 di atas dapat terlihat bahwa perbedaan operasi dan
waktu kegiatan penertiban yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang dengan Satpol PP berbeda-beda atau tidak sinkron. Hal ini menunjukan
bahwa masih kurangnya koordinasi yang terjalin antara Perusahaan Daerah Pasar
dan Satpol PP. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Pasar Anyar bahwa
kegiatan penertiban yang dilakukan bersamaan dengan Satpol PP yaitu hanya
pada saat penertiban yang berskala besar seperti menjelang Lebaran dan dalam
rangka menjelang Penilaian Adipura. Khususnya pada saat menjelang penilaian
Adipura, dimana Bapak Walikota Tangerang menginstruksikan kepada pihak
terkait wilayah di pasar tradisional yaitu pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang sebagai pihak pengelola dan pengembang pasar tradisional di Kota
Tangerang. Melalui Direksi Perusahaan Daerah Pasar menginformasikan kepada
bawahannya yaitu Sub Divisi Penertiban dan Seluruh Kepala Pasar untuk
melakukan penertiban pedagang kaki lima dengan membongkar tempat
berdagang, tenda, maupun lapak yang mengganggu kenyamanan di setiap pasar
dan penertiban yang dilakukan harus benar-benar bebas dari pedagang kaki lima.
Selain itu, dalam kegiatan penertiban yang berskala besar ini badan pengawas
bertugas sebagai pengawas jalannya kegiatan penertiban terhadap Pedagang Kaki
Lima di Pasar-pasar Tradisional yang dilakukan Perusahaan Daerah Pasar.
Selain itu, Walikota menghimbau kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP) yang mempunyai tugas membantu Walikota sebagai penegak peraturan
daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib, dan
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat. Sehingga apabila pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang keterbatasan Sumber Daya Manusia untuk melakukan penertiban dapat
meminta bantuan ke Satpol PP. Permintaan bantuan tersebut terkait dengan
jumlah pedagang kaki lima yang akan ditertibkan semakin banyak, fasilitas dan
personil yang diperlukan pun semakin banyak.
Demi eksistensi pedagang kaki lima maka diperlukan penataan. Penataan
tersebut dilakukan oleh petugas atau aparatur pemerintahan yang menangani
masalah tersebut. Dengan melakukan penataan pedagang kaki lima adalah kunci
penyelesaian dari permasalahan di Pasar Anyar Kota Tangerang. Tujuan dari
penataan ini yang sejatinya untuk kepentingan bersama yaitu Pedagang Kaki Lima
tetap dapat menjalankan usahanya dan jalur pedestrian dikembalikan fungsinya
yang diperuntukan untuk pejalan kaki. Sehingga, penataan kota dapat ditujukan
untuk mempercantik wajah kota.
Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana
“Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang
Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang”. Karena Strategi Perusahaan Daerah
Pasar merupakan salah satu hal yang menentukan apakah kebijakan/program yang
dibuat oleh pemerintah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya
identifikasi permasalahan-permasalahan yang terkait dalam Strategi Perusahaan
Anyar Kota Tangerang. Peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang
terjadi di lapangan berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti.
Berikut adalah identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Belum optimalnya penataan terhadap Pedagang Kaki Lima yang dilakukan
oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang.
2. Kurangnya pengawasan pasca penertiban yang dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Pasar Kota Tangerang.
3. Kegiatan penertiban pedagang kaki lima selama ini dilakukan belum
maksimal.
4. Kurangnya koordinasi dalam penanganan pedagang kaki lima yang dilakukan
antara Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dengan Satpol PP.
1.3 Pembatasan Masalah
Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah
peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh,
maka dengan itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya yaitu: “Strategi
Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima
di Pasar Anyar Kota Tangerang”.
1.4 Perumusan Masalah
Permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan
apa yang senyatanya, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara
harapan atau capaian. Untuk memudahkan pemahaman terhadap permasalahan
yang diteliti dan agar mudah terarah dan mendalam pembahasannya sesuai
berikut: Bagaimana Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam
Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang?
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian apa pun tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian
tersebut. Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan
penelitian yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi
targetan dari kegiatan penelitian tersebut. Maksud dan tujuan penelitian tersebut
antara lain yaitu untuk mengetahui Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang.
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kegunaan penelitiannya adalah
sebagai berikut:
1) Manfaat secara teoritis:
Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa
yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih mendalam
terutama kajian tentang Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang.
2) Secara praktis, Diharapkan hasil penelitian yang dicapai dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dan informasi yang berguna bagi Perusahaan
Daerah Pasar Kota Tangerang khususnya dalam penentuan strategi penataan
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang
bertujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari
penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai
“Strategi Perusahaan Daerah Pasar dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar
Anyar Kota Tangerang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas mengenai
ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif
(dari umum ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi masalah
untuk mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul
penelitian atau dengan masalah penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah
ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil
penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian.
Dan selanjutnya, bab ini juga membahas mengenai manfaat penelitian, baik
manfaat teoritis dan praktis yang berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi
terkait. Serta sistematika penulisan yang digunakan untuk mempermudah
pembaca mengetahui isi dari penelitian secara keseluruhan.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk
mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.
Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian
kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan.
Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan
teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan
kesimpulan penelitian sementara.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Ruang
lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel penelitian
yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrumen penelitian
menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data.
Informan penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan analisis data yang
menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang
memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang diolah
dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan
sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang
sudah dianalisis. Kemudian peneliti melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap
persoalan dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai
keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan
keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan penelitian.
Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat, jelas dan
mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti memberikan rekomendasi
saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori menjelaskan tentang teori-teori dan atau konsep yang
dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama, tidak tertutup kemungkinan
untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di lapangan. Deskripsi teori
menjadi pedoman dalam penelitian ini dan untuk menenerjemahkan
fenomena-fenomena sosial yang ada dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji sesuai
dengan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Penelitian mengenai Strategi Perusahaan Daerah Pasar dalam Penataan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang dikaji dengan beberapa teori
dalam ruang lingkup administrasi negara konsentrasi kebijakan publik, yaitu:
Manajemen Strategi, Pedagang Kaki Lima, Analisis SWOT, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Koordinasi Penataan dan
Pemberdayaaan Pedagang Kaki Lima, Peraturan Kementerian Dalam Negeri
Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima, dan untuk melengkapinya peneliti lampirkan penelitian terdahulu
yang juga menjadi bahan kajian dalam penelitian ini.
2.2 Konsep Manajemen Strategi
2.2.1 Pengertian Manajemen
Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan sebagai
setelah digabung menjadi manage (bahasa inggris) berarti mengurus atau
managiere (bahasa latin) yang berarti melatih.
Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2)adalah :
“Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resource of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service.” Maksudnya, “manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien”.
Manajemen menurut W. Taylor dalam Hasibuan (2011:4)adalah :
“The art of management, is defined as knowing exactly what you want to do, and than seeing that they do it in the best and cheapest way”.Maksudnya, ilmu manajemen itu dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri yang sebenarnya akan anda kerjakan, selanjutnya mengkaji apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta termudah atau tidak.
Menurut Robbins dan Coulter (2007) Manajemen adalah proses
pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi
mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan
sebagai melakukan segala sesuatu secara benar. Sedangkan efektivitas mengacu
pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai;
digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu yang benar.
Menurut Solihin (2012:4) manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai
Menurut Heene dan Desmidt (2010:8) manajemen adalah serangkaian
aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkannya.
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis merangkum pengertian dari
manajemen adalah sebuah proses yang dimulai dari perencanaan, pengaplikasian,
hingga pengawasan semua sumber daya yang berada dalam suatu organisasi
sehingga dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut secara efektif dan efisien.
2.2.2 Fungsi Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2007) fungsi-fungsi manajemen sebagai
berikut :
1. Perencanaan (Planning), yaitu proses kegiatan memikirkan hal-hal yang
akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki dan menentukan prioritas ke
depan agar dapat nerjalan sesuai dengan tujuan dasar organisasi.
2. Pengorganisasian (Organizing), yaitu prosess penyusunan pembagian kerja
dalam unit-unit kerja dan fungsi-fungsinya serta penempatan orang yang
menduduki fungsi-fungsi tersebut secara tepat.
3. Pengarahan (Directing), yaitu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
4. Pengevaluasian (Evaluating), yaitu proses pengawasan dan pengendalian
performa organisasi untuk memastikan bahwa jalannya organisasi sesuai
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi organisasi adalah
sebagai alat dari manajemen strategi untuk mencapai tujuan. Manajemen dan
organisasi memiliki hubungan keterikatan yang erat.Hal ini karena untuk
memasarkan atau menyebarkan unit-unit produk diperlukan manajemen untuk
mengkoordinasikan. Dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik,
maka suatu kegiatan yang ada di dalam organisasi akan terkoordinasi dengan baik.
Sedangkan menurut James A.F Stoner dalam buku (Rachmat, 2014:20)
fungsi manajemen ada empat yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning), menunjukkan bahwa para manajer memikirkan tujuan dan kegiatan sebelum melaksanakannya. Kegiatan ini berdasarkan cara, rencana, atau logika, bukan asal tebak.
2. Pengorganisasian (Organization) berarti para manajer mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi. Efektivitas suatu organisasi bergantung pada kemampuannya untuk mengarahkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuannya. Semakin terpadu dan terarahnya pekerjaan, semakin efektif organisasi tersebut.
3. Memimpin (Leading) menunjukkan cara para manajer mengarahkan dan mempengaruhi nawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu, dengan menciptakan seuasan tepat, mereka membantu bawahannya bekerja sebaik mungkin.
4. Pengendalian (Controlling) berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan bahwa organisasi bergerak dalam arah tujuan. Apabila salah satu bagian dari organisasi menuju arah yang salah, maka para manajer berusaha untuk mencari penyebabnya kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.
2.2.3 Pengertian Strategi
Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu
perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan
efisien, perusahaanharus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan
yang datang daridalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Strategi
mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang
mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda mengenai strategi. Strategi
dalamsuatu dunia bisnis atau usaha sangatlah di butuhkan untuk pencapaian visi
dan misi yang sudah di terapkan oleh perusahaan, maupun untuk pencapaian
sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
Menurut Pearce dan Robbins (2011:2), strategi adalah rencana berskala
besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan
untuk mencapai tujuan Perusahaan dari definisi tersebut, dapat di simpulkan
bahwa pengertian dari Strategi adalah sebuah tindakan proses perencanaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan melalukan hal-hal yang besifat
terus menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang
kebutuhan pelanggan.
Sedangkan Menurut Fred R. David (2009:18-19) Strategi adalah sarana
bersama dengan tujuanjangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi
potensial yangmembutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya
perusahaan dalamjumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau
kegiatan yang dilakukanoleh seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan.
Rangkuti (2009:183) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan
induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan
mencapai semuatujuan yang telah di tetapkan berdasarkan misi yang telah di
tetapkan sebelumnya. Menurut Andrews dan Chaffe dalam bukunya Rangkuti
“Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholdares, seperti stakeholders, debhtolders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan”.
Menurut Argirys, Mintzberg, Steiner dan Miner dalam Rangkuti (2009: 5)
menyebutkan bahwa strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun
adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Dari definisi-definisi di atas maka
dapat di simpulkan bahwa strategi adalah sekumpulan perencanaan yang di ambil
dari beberapa pilihan yang telah di buat yang digunakan untuk mencapai tujuaan
yang telah ditetapkan, yang berguna untuk mengatasi setiap keadaan dan kondisi
yang selalu berubah di dalam lingkungan intarnal dan eksternal suatu organisasi.
Strategi yang baik mendatangkan banyak keuntungan bagi organisasi di masa
depan dan juga membuat semua orang yang ada di dalamnya loyal dan setia
kepada organisasi tersebut.
2.2.4 Definisi Manajemen Strategi
Dalam melakukan pengelolaan dalam suatu organisasi diperlukan
manajemen strategi yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan strategi yang
telah dirumuskan oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Pearce and Robbins (2011:5) berpendapat bahwa Manajemen
strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu set keputusan dan
tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang
untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis meliputi pengamatan