• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TANGERANG DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR ANYAR KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TANGERANG DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR ANYAR KOTA TANGERANG"

Copied!
305
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh : Shara Anggriani NIM. 6661111249

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Skripsi ini ku persembahkan untuk,

Alm. Papaku (Hanawir Hamid), Mamaku (Heni Herawati)

(6)

Pasar Anyar Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen I, Drs. Hasuri, M.Si.; Dosen II, Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.

Penataan pedagang kaki lima merupakan upaya yang dilakukan untuk menata dan menertibkan pedagang kaki lima. Tujuan dari penataan pedagang kaki lima adalah untuk menciptakan keindahan kota sesuai dengan peraturan daerah. Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam penataan PKL dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kurangnya pengawasan kepada PKL yang nakal, Jumlah SDM dalam menangani PKL masih terbatas, belum ada pembinaan yang diberikan kepada pedagang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi PD Pasar dalam penataan PKL di Pasar Anyar. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis SWOT menurut Fred R. David. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan belum optimalnya strategi yang dijalankan oleh PD Pasar karena beberapa faktor yang berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain sumber pendapatan retribusi menjadi sepenuhnya hak pengelolaan PD Pasar dan adanya penolakkan dari PKL. Faktor internal antara lain jumlah SDM dalam menangani PKL masih terbatas, belum bisa merubah pola pikir dari PKL, belum ada pembinaan yang diberikan kepada pedagang. Saran penelitian agar strategi PD Pasar lebih optimal adalah memberikan kesempatan kepada PKL ikut terlibat dalam tahap musyawarah pada forum diskusi, mengadakan pembinaan kepada PKL dengan pendekatan yang persuasif dan mengadakan pusat jajanan di dalam Pasar Anyar.

(7)

Tangerang City. Major of Public Administration Science. The Faculty of Social Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor, Drs. Hasuri, M.Si.; 2nd Advisor, Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.

Structuring of street vendors is the effort made to organize and regulate the street vendors. The arrangement of street vendors had Main purpose to created particular magnificence of the city in accordance with local regulations. In structuring The street Vendors, Tangerang City Market Regional Company Confronted by several problems, such as lack of supervision to the irresponsible Street Vendors, Total of the Human resources that could deal with the street vendors was still limited, there was no specific guidance given to the vendors. The purpose of this study was to figure out the strategy used in structuring Regional Company Pasar Anyar Market street vendors. This study used the theory of SWOT analysis techniques by Fred R. David. The method used in this research is qualitative descriptive. The results showed not optimal strategy pursued by regional company market due to several factors that come from internal and external factors. External factors such as sources of retribution income was fully the rights of the Market management as Regional company and the rejection of street vendors. Internal factors such as the number of human resources is still limited in dealing with street vendors, had not been able to change the mindset of street vendors, there was no specific guidance given to the vendors itself. Suggestions of research for the strategy to be optimal for the regional company of market is to give opportunity to the vendors involved in the stage of deliberation on the discussion forum, implement coaching strategy for the vendors with a persuasive approach and hold a market center on Anyar Market.

(8)

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Perusahaan Daerah Pasar

Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota

Tangerang” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya skripsi

ini. Semoga skripsi ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

ranah Ilmu Administrasi Negara.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah

memberikan pengajaran bantuan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, atas segala kasih sayang yang berlimpah untukku.

2. Orangtua penulis yang senantiasa mendoakan, memberikan pengarahan dan

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

4. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(9)

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, selain selaku Wakil Dekan III beliau

pembimbing II skripsi yang selalu bijaksana dalam memberikan arahan dan

motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Listyaningsih, S.Sos. M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Administasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

9. Riswanda, Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

10. Drs. Hasuri, M.Si., selaku pembimbing I skripsi yang selalu sabar dalam

memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

11. Yeni Widyastuti, S.Sos. M.Si, selain selaku Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan beliau dosen pembimbing akademik penulis dalam

perkuliahan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang paling baik dan

selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.

12. Semua Dosen serta staff pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

13. Keluarga besar Penulis, yang selalu memberikan semangat dan dukungan

(10)

16. Sahabat seperjuanganku Rosmalasari, Khaerinisa, Muhammad Frayogi,

Raden Dendy dan teman-teman ANE 2011, terima kasih untuk sharing dan

supportnya bersama di bangku perkuliahan hingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

17. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh

informan penelitian terutama kepada Direktur Perusahaan Daerah Pasar

Kota Tangerang beserta jajarannya yang telah berkontribusi banyak dalam

penyusunan skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis

sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini

hingga selesai.

Tangerang, Juni 2016

Shara Anggriani

(11)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 25

1.3 Batasan Masalah ... 26

1.4 Rumusan Masalah ... 26

1.5 Tujuan Penelitian ... 27

1.6 Manfaat Penelitian ... 27

1.7 Sistematika Penulisan ... 28

(12)

2.2.3 Pengertian Strategi ... 34

2.2.4 Pengertian Manajemen Strategi ... 36

2.2.5 Proses Manajemen Strategi ... 39

2.3 Konsep Pasar Tradisional ... 44

2.3.1 Definisi Pasar Tradisional ... 44

2.3.2 Kriteria Pasar Tradisional ... 45

2.3.3 Permasalahan Pasar Tradisional ... 46

2.4 Pengertian Pedagang Kaki Lima ... 51

2.5 Tahap Perencanaan Strategi ... 54

2.5.1 Tahap Input ... 55

2.5.2 Tahap Analisis ... 59

2.5.3 Penelitian Terdahulu ... 76

2.6 Kerangka Berfikir ... 79

2.7 Asumsi Dasar Penelitian ... 82

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 83

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 85

3.3 Lokasi Penelitian ... 85

3.4 Variabel Penelitian ... 86

(13)

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 99

3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 99

3.7.2 Uji Keabsahan Data ... 101

3.8 Jadwal Penelitian ... 102

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 104

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ... 104

4.1.2 Gambaran Umum PD. Pasar Kota Tangerang ... 109

4.2 Deskripsi Data ... 113

4.3 Data Informan Penelitian ... 115

4.4 Analisis Data Penelitian ... 116

4.5 Pembahasan ... 168

4.6 Analisis Matrik IFE dan EFE ... 178

4.6.1 Analisis Matrik Internal ... 179

4.6.2 Analisis Matrik Ekternal ... 182

4.7 Analisis Matrik SWOT ... 184

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 191

5.2 Saran ... 193

DAFTAR PUSTAKA ... 194

(14)

Tabel 1.1 Jumlah PKL di Pasar Tradisional Kota Tangerang ... 9

Tabel 1.2 Perbandingan Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang ... 13

Tabel 1.3 Laporan Hasil Kegiatan Penertiban per Bulan Tahun 2014 ... 19

Tabel 1.4 Laporan Kegiatan Penertiban per Triwulan Tahun 2014 ... 20

Tabel 1.5 Perbedaan Operasi dan Waktu Penertiban di Tahun 2014 ... 24

Tabel 2.1 Tahapan Perencanaan Strategi... 55

Tabel 2.2 Matriks EFI dan EFE ... 59

Tabel 2.3 Matrik SWOT ... 61

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 88

Tabel 3.2 Deskripsi Informan Penelitian ... 99

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 103

Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kota Tangerang ... 105

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2013 ... 107

Tabel 4.3 Informan Penelitian ... 115

Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 127

Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan RKAT 2014 dan 2015 ... 133

Tabel 4.6 Faktor Strategis Internal Penataan PKL ... 180

Tabel 4.7 Faktor Strategis Eksternal Penataan PKL ... 182

(15)

Gambar 1.1 Pasar Tanah Abang Sebelum dan Sesudah di Relokasi ... 12

Gambar 1.2 Bangunan Baru di Bagian Selatan Pasar Anyar ... 16

Gambar 2.1 Model Manajemen Strategi ... 41

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 81

Gambar 3.1 Analisis Data Miles & Huberman ... 100

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang... 106

Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Pasar ... 112

(16)

LAMPIRAN II Matriks Hasil Wawancara Penelitian

LAMPIRAN III Penilaian Bobot dan Rating

LAMPIRAN IV Data Pendukung Penelitian

(17)

1.1 Latar Belakang Masalah

Dinamika pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dunia tidak hanya

dipengaruhi oleh sektor formal, namun juga dipengaruhi oleh sektor informal.

Sektor informal turut berkontribusi dalam kegiatan ekonomi, terutama di

negara-negara berkembang di dunia. Indonesia sebagai salah satu negara-negara berkembang

menjadi salah satu negara yang juga mengalami perkembangan sektor informal,

terutama setelah masa krisis ekonomi tahun 1997 dan 2008/2009. Sektor informal

muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat kompleks karena menyangkut

jenis barang, tata ruang, dan waktu. Sebaliknya dengan sektor formal yang

umumnya menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal, dan mendapat

perlindungan pemerintah, sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat

golongan bawah. Sektor ini diartikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau

sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah.

Sektor informal di Indonesia sudah sejak lama menjadi tumpuan harapan

banyak warga. Mereka memilih baik dengan sukarela maupun terpaksa masuk ke

sektor informal karena karakteristik sektor ini relatif lebih sederhana. Para pekerja

sektor informal tidak pernah dituntut harus memiliki tingkat pendidikan dan

keahlian tertentu, asalkan mereka memiliki semangat dan ketekunan yang cukup

besar untuk menjalankan usaha yang umumnya berskala kecil. Sektor informal

adalah sektor yang tidak terorganisir (unorganized), tidak teratur (unregulated),

(18)

Salah satu kegiatan sektor informal yang penuh dinamika di Indonesia adalah

aktivitas yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima. Menurut Bappenas (2009)

tumbuhnya usaha kecil-kecilan di perkotaan seperti PKL, pedagang asongan,

penjual bakso dan sebagainya akibat dari proses migrasi tenaga kerja dari desa ke

kota. Sejak dekade 1970-an Indonesia mengalami era pertumbuhan ekonomi yang

tinggi serta terjadi pula pergeseran struktur yang cepat dari sektor pertanian ke

sektor non pertanian. Oleh karena umumnya sektor pertanian terdapat di desa

sedangkan industri terdapat di kota, maka migrasi desa ke kota merupakan arah

perpindahan tenaga kerja yang pada umumnya terjadi dalam proses industrialisasi.

Hal yang menarik dari fenomena tersebut adalah banyaknya tenaga kerja yang

bersifat swakarya dan swadaya, sehingga membentuk usaha-usaha informal, salah

satunya Pedagang Kaki Lima.

Pedagang kaki lima merupakan kegiatan urban yang perkembangannya

sangat fenomenal karena keberadaannya semakin tampak memenuhi ruang kota.

Kegiatan ini dipahami sebagai kegiatan yang belum terwadahi, sehingga ruang

publik menjadi satu-satunya tempat untuk melakukan kegiatan tersebut.

Penggunaan ruang publik telah menjadi suatu karakteristik yang identik dengan

eksistensi pedagang kaki di kota-kota Indonesia.

Pedagang kaki lima sebagai sekelompok orang yang menawarkan barang dan

jasa untuk dijual di atas trotoar atau di tepi/di pinggir jalan, di sekitar pusat

perbelanjaan/pertokoan, pasar tradisional, pusat rekreasi/hiburan, pusat

(19)

berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore

maupun malam hari.

Melihat kondisi pasar tradisional di Kota Tangerang saat ini yang kumuh

akibat keberadaan pedagang kaki lima yang tidak tertib, Pemerintah Daerah Kota

Tangerang merasa bahwa perlunya ada perbaikan dan perubahan yang dilakukan

di setiap masing-masing pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang. Sehingga

perlu adanya pembenahan-pembenahan yang dilakukan pemerintah daerah untuk

menata pasar tradisional di Kota Tangerang. Pemerintah Daerah melalui

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang melakukan upaya penataan pedagang

kaki lima di Pasar Tradisional Kota Tangerang yang bertujuan untuk peningkatan

efisiensi dan produktifitas Perusahaan Daerah dan peningkataan pelayanan kepada

masyarakat.

Pemerintah Pusat pada tanggal 27 Desember 2012 telah mengeluarkan

Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Dimana dalam Peraturan Presiden Nomor

125 Tahun 2012 merupakan sebuah perintah yang harus dilaksanakan oleh

segenap pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan

stakholder lainnya untuk melakukan penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki

Lima. Penataan Padagang Kaki Lima tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor

125 Tahun 2012, yaitu sebagai berikut :

Pasal 2

(1) Pemerintah bersama Pemerintah Daerah berkoordinasi melakukan penataan dan pemberdayaan PKL.

Pasal 6

(20)

dalam Pasal 4 dan penataan PKL Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

(2) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. Penetapan kebijakan penataan PKL;

b. Penetapan lokasi dan/atau kawasan tempat berusaha PKL di dalam Rencana Detail Tata Ruang;

c. Penataan PKL melalui kerja sama antar Pemerintah Daerah; d. Pengembangan kemitraan dengan dunia usaha; dan

e. Penyusunan program dan kegiatan penataan PKL ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah.

Kemudian ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam

Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan

Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pedoman penataan pedagang kaki lima

tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 2012, yaitu :

Pasal 8

(1) Bupati/Walikota melakukan penataan PKL dengan cara: a. Pendataan PKL;

b.Pendaftaran PKL; c. Penetapan lokasi PKL;

d.Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan e. Peremajaan lokasi PKL.

Selanjutnya pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL tertuang

dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012

tentang Pedoman Penataan Pedagang Kaki Lima pada Pasal 51, yaitu:

(1) Bupati/walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL di kabupaten/kota.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Koordinasi dengan Gubernur;

b. Pendataan PKL;

c. Sosialisasi kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL; d. Perencanaan dan penetapan lokasi binaan PKL;

e. Koordinasi dan konsultasi pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL;

(21)

g. Mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penataan dan pemberdayaan PKL; dan

h. Monitoring dan evaluasi.

Pelarangan pedagang kaki lima berusaha di tempat yang bukan

peruntukkannya tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Ketertiban Umum, Pasal 22 Ayat (1), yaitu :

(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang berdagang, berusaha dibagian jalan/trotoar, halte, jembatan penyebrangan orang dan tempat-tempat untuk kepentingan umum lainnya tanpa seijin Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Selain itu pedagang kaki lima juga memiliki kewajiban yang tertuang di

Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2011 yaitu salah satunya wajib untuk

memelihara kebersihan, ketertiban, keamanan dan kesehatan lingkungan. Apabila

kewajiban itu tidak dilaksanakan maka pedagang kaki lima dapat terkena sanksi

administratif. Sanksi administratif yang dimaksud pada Peraturan Daerah Nomor

6 Tahun 2011 yaitu berupa pembongkaran.

Seiring dengan arus reformasi yang terus berkembang dan dengan

diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, keberadaan Badan Usaha

Milik Daerah semakin menjadi sorotan. Hal ini sangatlah wajar sebab mayoritas

pemilik saham Badan Usaha Milik Daerah adalah pemerintah kotamadya maupun

kabupaten yang melibatkan berbagai komponen. Dengan saham mayoritas

tersebut Badan Usaha Milik Daerah diharapkan dapat menghasilkan margin

keuntungan berupa deviden setiap tahun sebagai pendapatan daerah atas modal

yang ditanamkan.

Tujuan dibentuknya Badan Usaha Milik Daerah bukan hanya berorientasi

(22)

serta mensejahterakan masyarakat melalui fungsi-fungsi sosial yang lain seperti

pelayanan, pemberdayaan, pengembangan, serta bantuan manajemen (advisor)

usaha bagi masyarakat agar lebih berkembang. Dengan demikian keberadaan

Badan Usaha Milik Daerah memiliki fungsi dan peran ganda sebagai lembaga

profit yang diharapkan menghasilkan deviden semaksimal mungkin untuk

mendukung pendapatan daerah, sekaligus sebagai lembaga yang memiliki peran

sosial yang juga dituntut maksimalisasi peran sosialnya terhadap dinamika

pembangunan masyarakat.

Kota Tangerang adalah salah satu kota yang memiliki Badan Usaha Milik

Daerah yang dikelompokkan menjadi 2 bidang usaha yaitu bidang utilitas yaitu

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan bidang perdagangan yaitu

Perusahaan Daerah Pasar. Pasar tradisional yang berada di Kota Tangerang berada

dibawah naungan Badan Usaha Milik Daerah bidang perdagangan yaitu

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang adalah salah satu perusahaan mandiri karena perusahaan ini harus

mencari sendiri, menggaji sendiri, dan mengembangkan sendiri perusahaannya.

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dibentuk pada tahun 2003 dan mulai

beroperasi pada tanggal 10 April 2004. Tugas pokok dan fungsi Perusahaan

Daerah Pasar Kota Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun

2003 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang

sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 yaitu Perusahaan Daerah mempunyai tugas

pokok mengupayakan peningkatan mutu pelayanan Pemerintah Daerah dan

(23)

usaha-usaha perencanaan, pengembangan, pembangunan dan pemanfaatan nilai

sosial-ekonomi pasar.

Pada Peraturan Daerah Kota Tangerang No 3 Tahun 2003 Pasal 6 tercantum

bahwa tugas Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yaitu untuk

menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 Peraturan

Daerah ini, Perusahaan Daerah Pasar memiliki fungsi :

a. Pelaksanaan analisis terhadap potensi perpasaran di Daerah;

b. Perencanaan dalam rangka pengembangan dan atau pembangunan pasar; c. Pemeliharaan dan pengawasan terhadap pasar;

d. Pengelolaan terhadap retribusi yang berkenaan dengan pasar;

e. Pelaksanaan pembinaan terhadap para pedagang, pelaku usaha dan masyarakat pengguna pasar;

f. Pemberian fasilitas dalam rangka penciptaan stabilitas harga dan kelancaran arus distribusi barang di pasar.

Dipandang perlu membentuk Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang

karena Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang akan melaksanakan

pengelolaan dan pengembangan pasar-pasar milik Pemerintah Daerah menurut

prinsip-prinsip ekonomi perusahaan. Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang

juga memiliki wewenang untuk memungkinkan tercapainya peningkatan mutu

pelayanan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat dan pemanfaatan

potensi di bidang perpasaran.

Peran Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang sebagai pengelola dan

pengembang pasar-pasar tradisional milik pemerintah daerah yang juga memiliki

salah satu tugas pokok pada point (e) yaitu sebagai pelaksana penataan dan

pembinaan terhadap pedagang masih dirasakan belum maksimal dan perlu

ditingkatkan. Hal ini dikarenakan pasar-pasar tradisional yang ada di Kota

(24)

pedagang kaki lima yang belum tertata rapih dan jumlahnya semakin meningkat

menyebabkan kesemrawutan di pasar-pasar tradisional.

Kota Tangerang mengalami fenomena perkembangan pedagang kaki lima

yang marak terjadi akhir-akhir ini yaitu keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pasar

Tradisional Kota Tangerang. Berdasarkan Data Perusahaan Daerah Pasar Tahun

2012, jumlah pasar di wilayah Kota Tangerang sebanyak 33 pasar. Untuk pasar

yang dimiliki oleh pemerintah daerah sebanyak 11 pasar, sedangkan milik swasta

sebanyak 22 pasar. Namun dari 11 pasar yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah,

hanya 7 pasar yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang antara

lain, Pasar Anyar, Pasar Bandeng, Pasar Gerendeng, Pasar Jatiuwung, Pasar

Malabar, Pasar Poris dan Pasar Ramadhani.

Pasar Anyar terpilih menjadi lokasi penelitian karena salah satu pasar

tradisional yang mengalami fenomena perkembangan pedagang kaki lima yang

marak terjadi akhir-akhir ini di Pasar Tradisional Kota Tangerang yaitu belum

tertata rapih dan belum tertib. Dan penulis memilih Pasar Anyar dilihat

berdasarkan dari kondisi pasar. Kondisi dari Pasar Anyar saat ini adalah tidak

kondusif, kumuh, kotor, becek, bau serta penataan para pedagang kaki lima yang

masih semrawut dan tidak beraturan menjadi alasan khusus dari penulis memilih

lokasi ini.

Pasar Anyar berdiri sejak Tahun 1970 dengan luas lahan sebesar 24.680 m2,

dengan spesifikasi bangunan tiga lantai yaitu di lantai pertama di isi oleh kios dan

los, di lantai kedua di isi oleh kios dan lapak sedangkan di lantai ketiga di isi oleh

(25)

seperti kios sebanyak 1.756 kios, los sebanyak 234 los dan lapak/counter

sebanyak 577 lapak/counter. Namun banyak kios-kios yang kosong di dalam

pasarnya. Kemudian Pasar Anyar dilengkapi dengan fasilitas toilet umum 4 unit,

satu mushola tetapi sudah tidak kondusif dan kotor, Tempat Pembuangan Sampah

yang bervolume kurang lebih 16 m3, Sumber Air bersih berasal dari air tanah dan

Pam, Kapasitas Parkir yang dapat menampung kurang lebih sekitar 150 Motor

atau sekitar kurang lebih 50 mobil, Penerangan Jalan Umum (PJU) di lingkugan

pasar dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Dan waktu aktivitas pasar dari

pagi hingga sore. (Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang). Berikut

adalah tabel jumlah pedagang kaki lima di tujuh pasar tradisional yang dikelola

oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Tradisional Kota Tangerang

No. Nama Pasar Luas

Lahan Jumlah PKL Persentase (%)

1. Pasar Anyar 24.680 m2 663 48

2. Pasar Bandeng 4.550 m2 72 5,2

3. Pasar Grendeng 1.886 m2 57 4,1

4. Pasar Jatiuwung 2.500 m2 84 6

5. Pasar Malabar 12.120 m2 325 23,5

6. Pasar Poris 2.000 m2 63 4,55

7. Pasar Ramadhani 3.500 m2 119 8,6

Total 1.383 100

Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, 2013

Berdasarkan tabel 1.1 di atas bahwa dari ke-7 pasar tradisional yang dikelola

oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang memiliki jumlah pedagang

kaki lima paling banyak yaitu Pasar Anyar. Melihat jumlah pedagang kaki lima

yang terbanyak diantara pasar-pasar tradisional lainnya yaitu 663 pedagang kaki

(26)

Pasar Anyar yang semrawut sehingga perlu adanya penataan terhadap pedagang

kaki lima di Pasar Anyar yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Selama ini

penataan yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar hanya penggusuran,

bukan pemberdayaan sehingga penataan pedagang kaki lima masih belum

memperlihatkan hasil yang positif.

Pasar Anyar sempat dibawah naungan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi Kota Tangerang namun karena adanya persaingan global dan seiring

dengan perkembangan Kota Tangerang maka Pemerintah Kota Tangerang pada

tahun 2003 dibentuklah Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dan pasar-pasar

tradisional milik Pemerintah Daerah Kota Tangerang sebagai aset yang dipisahkan

dan diserahkan kepada Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang untuk dikelola.

Pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang termasuk Pasar Anyar berada di

bawah naungan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang hingga sekarang.

Lokasi Pasar Anyar terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Suka Asih

Kecamatan Tangerang Kota Tangerang. Letak Pasar Anyar yang strategis karena

berada di dekat Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Stasiun Kereta Api,

Kawasan Pendidikan serta permukiman warga Tangerang dan terletak di tengah

kota. Sehingga memudahkan masyarakat untuk berbelanja di Pasar Anyar. Bahkan

yang berbelanja tidak hanya dari masyarakat lokal Kota Tangerang saja tetapi dari

seluruh masyarakat dalam wilayah Kabupaten Tangerang. Dalam

perkembangannya, jumlah pedagang kaki lima yang melakukan aktivitas ekonomi

(27)

pemerintah daerah sehingga menyebabkan terjadinya kesemrawutan di pasar

tradisional tersebut.

Melihat kondisi pasar modern yang berbanding terbalik dengan pasar

tradisional yang ada saat ini menjadi persaingan yang ketat antar keduanya,

kondisi pasar modern yang bersih, tertata rapih, nyaman, bebas dari keberadaan

pedagang kaki lima menjadi daya tarik masyarakat untuk memilih berbelanja ke

pasar modern. Sedangkan kondisi pasar tradisional yang kumuh, sampah

berserakan dimana-mana terkadang ada air menggenang dijalan, pedagang kaki

lima yang tidak beraturan menyebabkan masyarakat merasa kurang nyaman ketika

berbelanja di pasar tradisional. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan,

mengingat bahwa Pasar Tradisional merupakan salah satu Pasar Tradisional yang

menjadi sumber penyumbang Pendapatan Asli Daerah sehingga perlu adanya

penataan yang serius baik penataan pasar hingga penataan pedagang kaki limanya.

Agar keberadaan pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang masih tetap eksis

di tengah persaingan yang semakin ketat.

Mengenai eksistensi pasar tradisional ditengah modernisasi yang tampaknya

mulai mengalami penurunan kepercayaan signifikan dari masyarakat. Apalagi jika

dibandingkan dengan pasar modern yang lebih menyajikan kenyamanan,

kepercayaan, dan pelayanan yang lebih unggul dibandingkan pasar tradisional.

Namun pemerintah Provinsi DKI Jakarta berhasil menepis anggapan bahwa

eksitensi pasar tradisonal mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari keberhasilan

upaya penataan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang pada masa

(28)

satu prestasi terbaik yang berhasil dicapai oleh Pemprov DKI Jakarta dalam tata

kelola masyarakat di Pasar Tanah Abang, khususnya pedagang kaki lima di Pasar

Tanah Abang. Berikut Kondisi Pasar Tanah Abang sebelum dilakukan relokasi

dan sesudah dilakukan relokasi :

Sesudah di Relokasi Sebelum di Relokasi Pasar Tanah Abang Blok G

Gambar 1.1

Pasar Tanah Abang Sebelum dan Sesudah di Relokasi

Melihat Kondisi Pasar Anyar apabila dibandingkan dengan kondisi Pasar

Tanah Abang yang saat ini bahwa terlihat perbedaan yang menarik. Pasar Tanah

Abang merupakan salah satu pasar tradisional yang dimiliki oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta yang dapat dikatakan berhasil dalam penataan pedagang

kaki lima di Pasar Tradisional. Dengan jumlah pedagang kaki lima sebanyak 942

pedagang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mampu menata pedagang kaki lima

dengan jumlah yang besar. Dan hasil penataan yang sudah dilakukan terbilang

maksimal karena pedagang kaki lima sudah direlokasi ke dalam Pasar Tanah

Abang Blok G. Penataan yang berhasil ini dilakukan dengan beberapa strategi,

diantaranya strategi yang digunakan dalam penataan pedagang kaki lima adalah

(29)

yang dilakukan tersebut bukan hanya sekedar monitoring biasa akan tetapi pihak

Perusahaan Daerah Pasar Jaya juga selalu melakukan pendekatan kepada para

pedagang kaki lima untuk mengetahui permasalahan apa yang sering muncul

diantara para pedagang kaki lima dan mencari jalan keluarnya. Berikut

perbandingan antara Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang, yaitu antara lain :

Tabel 1.2

Perbandingan Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang

No. Keterangan Pasar Anyar Perbandingan Pasar Pasar Tanah Abang

1. Jumlah PKL 663 pedagang 942 pedagang

2 Kondisi Pasar Kumuh Baik

3. Status kepemilikan Milik Pemerintah Kota

(30)

3. Penertiban

(Sumber: Data diolah Peneliti, Tahun 2016)

Setelah peneliti melakukan observasi awal pada lokasi penelitian dan

melakukan wawancara pendahuluan dengan Bapak Achmad Juhaeni, SE sebagai

Kepala Pasar Anyar, ada beberapa permasalahan-permasalahan yang peneliti

temui dalam penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar, diantaranya adalah

sebagai berikut :

Pertama, faktanya adalah berdasarkan hasil observasi awal di Pasar Anyar

(31)

dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Awal dilakukan

penataan di Pasar Anyar yaitu pada tahun 2010 tepatnya pada bulan Februari.

Diadakan penataan pada saat itu karena terjadi pembludakan jumlah pedagang

kaki lima di Pasar Anyar dan kondisinya semakin tidak terkendali dan tidak

teratur. Pada saat itu, penataan yang dilakukan bertujuan untuk menata ulang para

pedagang kaki lima yang tidak memiliki tempat untuk berdagang. Penataan yang

dilakukan yaitu dengan merelokasi sebagian pedagang kaki lima ke Lahan Anyar

Selatan dan sebagian lagi ditempatkan ke lantai dua Pasar Anyar. Karena pihak

Perusahaan Daerah Pasar keterbatasan biaya pada saat itu ada pihak investor yang

mau mengerjakan lokasi di lahan Anyar Selatan. Pihak investor tersebut adalah

PT. Propertia Century Raya sebagai pengembang dari lokasi baru tersebut. Pihak

Perusahaan Daerah Pasar melakukan kerjasama dengan PT. Propetia Century

Raya selama kurun waktu 5 tahun. Selama kurun waktu tersebut PT. Propetia

Century Raya sebagai pengelola di Lahan Anyar Selatan, adapun yang akan

dikelola oleh PT. Propetia Century Raya yaitu: retribusi, parkir, penempatan

pedagang dan fasilitas di Lahan Anyar Selatan. Berikut gambar lokasi baru yang

menjadi tempat berdagangnya pedagang kaki lima di Pasar Anyar, sebagai

berikut:

Gambar 1.2

(32)

Berdasarkan Gambar 1.2 diatas bahwa bangunan baru di bagian Selatan Pasar

Anyar ini mempunyai lahan sekitar 4.200 m2 yang dapat menampung 350 pedagang dari berbagai macam. Dan akhir bulan februari tahun 2010 diharapkan

bangunan baru tersebut terselesaikan dan pedagang dapat menempatinya. Namun

kenyataannya, terjadi masalah ditengah-tengah proses pembangunan pada

bangunan baru tersebut. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Achmad Juhaeni,

SE selaku Kepala Pasar Anyar bahwa pihak PT. Propetia Century Raya selaku

pihak pengembang dari lokasi baru tersebut mengalami kebangkrutan dan pada

saat itu ada pergantian direktur dari PT. Propetia Century Raya yang baru, dan

direktur PT. Propitia Century Raya yang baru ternyata tidak dapat meneruskan

pembangunan tersebut dikarenakan dana untuk pembangunan pada bangunan baru

tersebut tidak mencukupi sehingga proses pembangunan tersebut terhentikan,

kemudian pihak PT. Propitia Century Raya memutuskan untuk menghentikan

kerjasamanya dengan pihak Perusahaan Daerah Pasar dengan cara yang tidak

bertanggung jawab yaitu kabur. (Wawancara dengan Kepala Pasar tanggal 20

Januari 2014, Pukul 10.40 WIB di Kantor Pengelolaan Pasar Anyar)

Akibatnya, pelaksanaan relokasi pedagang kaki lima ke Lahan Anyar selatan

pada tahun 2010 tersebut tidak dapat dilakukan karena lokasi baru dianggap tidak

memungkinkan untuk dijadikan tempat berdagang. Dan pedagang kaki lima pada

saat itu menjadi terkatung-katung, sebagian ditertibkan ke sisi samping Pasar

Anyar dan sebagian memilih di pinggir Jalan Pasar Anyar.

Pada awal Tahun 2015 Pihak Perusahaan Daerah Pasar kembali melakukan

(33)

pengadaan tenda-tenda untuk berdagang para pedagang kaki lima. Pengadaan

tenda ini bertujuan agar pedagang kaki lima di Pasar Anyar khususnya yang

berada di depan pasar karena dengan adanya tenda di tempat berdagang pedagang

kaki lima akan teratur dan diharapkan dapat membuat Pasar Anyar terlihat bersih,

tertata rapi, nyaman dan menjadi daya tarik masyarakat untuk memilih berbelanja

ke Pasar Anyar.

Dilakukan pengadaan tenda ini sebagai salah satu bentuk penataan yang

dilakukan pemerintah yaitu sebagai penyedia sarana dan prasarana agar pedagang

kaki lima di Pasar Anyar menjadi tertata rapih dan tertib serta diharapkan dapat

membuat Pasar Anyar terlihat rapih dan teratur. Namun pada kenyataannya

pengadaan tenda-tenda yang dilakukan Perusahaan Daerah Pasar untuk berdagang

para pedagang kaki lima di Pasar Anyar belum memberikan perubahan pada Pasar

Anyar. Dikarenakan Perusahaan Daerah Pasar memiliki anggaran yang terbatas

sehingga pengadaan tenda tersebut hanya mampu di depan pasar saja. Meskipun

sudah diberikan tenda-tenda pada wilayah depan pasar, kondisi Pasar Anyar masih

tetap sama yaitu masih terlihat kumuh dan tidak teratur.

Kedua, Kurangnya pengawasan pasca penertiban yang dilakukan oleh

Perusahaan Daerah Pasar. Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak Ahmad

Junaedi selaku Kepala Pasar bahwa kembalinya pedagang kaki lima berdagang di

pinggir jalan, Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan yang ketat pasca

penertiban dari pihak Perusahaan Daerah Pasar. Pengawasan pasca penertiban

yang dilakukan selama ini belum secara terus menerus mengawasi pasang surut

(34)

Namun pemerintah disini akan memberikan sanksi dalam rangka pengawasan

bagi pedagang kaki lima di Pasar Anyar yang apabila ditemukan adanya

penyimpangan dan pelanggaran. Selama ini sanksi yang diberikan pada pedagang

kaki lima yang nakal di Pasar Anyar adalah mulai dari teguran berbentuk lisan,

surat peringatan hingga pembongkaran tempat berdagang. Dilihat dari jenis sanksi

yang diberikan di nilai sudah cukup mampu memberikan efek jera bagi pedagang

kaki lima yang melanggar, namun saja dalam kenyataannya dalam pemberian

sanksi terhadap pedagang kaki lima yang melanggar, pihak Perusahaan Daerah

Pasar dalam memberikan sanksinya dinilai belum efektif, karena selama ini sanksi

yang diberikan hanya teguran saja. Dan dianggap sanksi yang diberikan masih

terbilang sanksi ringan sehingga masih ada pedagang kaki lima yang melanggar

aturan. Berikut laporan hasil kegiatan penertiban pedagang kaki lima di Pasar

Anyar pada Tahun 2014 :

Tabel 1.3

Laporan Hasil Kegiatan Penertiban per Bulan Tahun 2014

Kegiatan

Penertiban Jumlah PKL yang Melanggar Jumlah Barang Bukti

Januari 75 PKL 207 Barang

(35)

Berdasarkan tabel 1.3 di atas, Berdasarkan hasil kegiatan penertiban

pedagang kaki lima Tahun 2015 bahwa setiap bulannya jumlah pedagang kaki

lima yang melanggar di Pasar Anyar semakin bertambah, jumlah keseluruhan

pedagang kaki lima yang melanggar di tahun 2014 sebanyak 1.260 PKL dengan

jumlah barang bukti yang ditemukan sebanyak 4.333 barang. Hal ini

menunjukkan bahwa selama ini pengawasan pasca penertiban yang dilakukan

kurang ketat serta dalam hal pemberian sanksi dinilai belum efektif sehingga

belum memberikan efek jera bagi pedagang kaki lima yang melanggar. Jika saja

pengawasan pasca penertiban dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar secara

terus menerus atau berkelanjutan bukan tidak mungkin jumlah pelanggar akan

berkurang dan kondisi Pasar Anyar akan terlihat lebih tertata dan tertib.

Ketiga, Kegiatan penertiban Pedagang Kaki Lima yang selama ini dilakukan

belum maksimal. Kegiatan penertiban yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah

Pasar Kota Tangerang selama ini hanya sebatas pada waktu musiman yaitu pada

saat menjelang lebaran dan menjelang penilaian adipura. Seperti yang

disampaikan oleh bapak Teguh Waluyo sebagai Kepala Sub Divisi Pembangunan

Pemeliharaan dan Rehabilitasi yang menyatakan bahwa kegiatan operasi

penertiban yang dilakukan di Pasar Anyar yaitu dalam satu bulan dilakukan

sebanyak dua kali, sehingga dalam satu tahun penertiban yang dilakukan sebanyak

24 kali (Wawancara pada tanggal 13 Juli 2015, jam 10.00 di Kantor Perusahaan

Daerah Pasar). Namun kenyataannya pihak Perusahaan Daerah Pasar melakukan

penertiban pedagang kaki lima yang secara maksimal hanya pada waktu berskala

(36)

laporan data kegiatan penertiban pedagang kaki lima yang dilakukan Perusahaan

Daerah Pasar Kota Tangerang selama tahun 2014, sebagai berikut:

Tabel 1.4

Laporan Data Kegiatan Penertiban per Triwulan Tahun 2014

Kegiatan Penertiban Jumlah PKL yang melanggar Jumlah PKL yang berhasil ditertibkan

Januari-Maret 231 PKL 156 PKL

April-Juni 232 PKL 121 PKL

Juli-September 320 PKL 320 PKL

Oktober-Desember 477 PKL 477 PKL

Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, 2014

Berdasarkan Tabel 1.4 diatas bahwa Pada tahun 2014 dilakukan penertiban

pedagang kaki lima di Pasar Anyar, dilihat dari jumlah pedagang kaki lima yang

berhasil ditertibkan di Pasar Anyar mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil

wawancara oleh Kepala Pasar Anyar bahwa kegiatan penertiban yang dilakukan

di triwulan ketiga berhasil menertibkan 320 pedagang kaki lima karena pada saat

itu penertiban dilakukan menjelang Lebaran dan juga pada triwulan keempat

jumlah pedagang kaki lima yang berhasil ditertibkan sekitar 477 pedagang kaki

lima karena penertiban tersebut dilakukan dalam rangka menjelang Penilaian

Adipura. Sehingga pada triwulan ketiga dan keempat kegiatan penertiban dibantu

oleh petugas Satpol PP guna penertiban yang dilakukan dapat berjalan secara

maksimal. Dan hasilnya dinilai cukup maksimal karena dilihat dari jumlahnya di

penertiban triwulan ketiga dan keempat cukup banyak pedagang kaki lima yang

(37)

yaitu 663 pedagang dibandingkan penertiban yang dilakukan pada triwulan

pertama dan kedua.

Hal ini dikarenakan kegiatan penertiban yang selama ini dilakukan oleh pihak

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang tidak dilakukan dengan maksimal.

Pasalnya, kegiatan penertiban pedagang kaki lima yang selama ini dilakukan

hanya sebatas pada waktu tertentu yang berskala besar, yaitu hanya pada saat

menjelang lebaran dan menjelang penilaian adipura saja. Padahal jika saja setiap

penertiban itu dilakukan secara maksimal yaitu dalam sebulan dilakukan 2 kali

dan dalam setahun penertiban dilakukan sebanyak 24 kali tentunya bukan tidak

mungkin jumlah pedagang kaki lima yang melanggar menjadi berkurang dan

kondisi Pasar Anyar akan menjadi tertib, tertata dan teratur.

Kegiatan penertiban yang belum maksimal juga diakui oleh salah satu warga

setempat. Berdasarkan wawancara dengan Bapak. Zaenudin (40 Tahun) beliau

mengatakan bahwa setiap habis penertiban besoknya bisa dipastikan para

pedagang kaki lima itu akan kembali ke tempat semula. Seperti operasi penertiban

yang digelar beberapa hari lalu, sehari setelah penertiban, para pedagang kaki lima

kembali membuka lapaknya. (Hasil Wawancara pada tanggal 20 Januari 2015,

jam 10.05 di Pasar Anyar).

Keempat, Koordinasi dalam penanganan pedagang kaki lima yang dilakukan

antara Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dengan Satpol PP masih kurang

baik. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang No. 3 Tahun 2003 Pasal 6

tertuang bahwa Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang memiliki tugas dan

(38)

pedagang, pelaku usaha dan masyarakat pengguna pasar. Sementara itu

berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Tahun 44 Tahun 2008 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja SatPol PP tertuang pada pasal 5 Satpol PP memiliki

tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban

umum dan ketenteraman masyarakat di daerah. Dalam melaksanakan tugasnya

tertuang di Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi

Pamong Praja pada pasal 28 ayat 1 bahwa Satpol PP dalam melaksanakan

tugasnya dapat meminta bantuan dan/atau bekerja dengan Kepolisian Negara

Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah, dan/atau aparatur

lainnya. Sehingga pihak yang berkewajiban melakukan penanganan pada

pedagang kaki lima di Pasar Anyar adalah Pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang dan Satpol PP Kota Tangerang.

Namun yang terjadi dilapangan ketika peneliti melakukan observasi sedang

dilakukan kegiatan penertiban berlangsung yaitu awal tahun 2014 tepatnya pada

bulan februari, dimana seluruh pedagang di Pasar Anyar saat itu mulai tidak

teratur dengan berjualan di badan jalan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala

Pasar Anyar bahwa pada saat itu kegiatan penertiban hanya dilakukan oleh

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang saja tanpa dampingan oleh pihak Satpol

PP Kota Tangerang. Sementara itu peneliti juga mewawancarai pihak Satpol PP

secara terpisah pihaknya sebagai penegak perda nomor 6 Tahun 2011 tentang

ketertiban umum dimana tertuang larangan bahwa setiap orang dan/atau badan

(39)

orang dan tempat-tempat untuk kepentingan umum lainnya tanpa seijin Walikota

atau Pejabat yang ditunjuk.

Sehingga sebagai penegak perda, Satpol PP Kota Tangerang seharusnya ikut

terlibat dalam melakukan kegiatan penertiban terhadap pedagang kaki lima yang

dianggap masih berdagang di tempat yang bukan peruntukkannya. Yang terjadi di

lapangan justru kegiatan penertiban yang dilakukan hanya dilakukan oleh pihak

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Hal ini dikarenakan selama ini

koordinasi yang terjalin antara pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang

dengan Satpol PP Kota Tangerang masih kurang baik. Dapat dilihat dari jadwal

dan waktu kegiatan penertiban yang dilakukan antara Satpol PP Kota Tangerang

dengan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang berbeda-beda atau tidak

sinkron. Berikut tabel perbedaan operasi kegiatan penertiban dan waktu kegiatan

penertiban di Pasar Anyar yang dilakukan antara Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang dengan Satpol PP Kota Tangerang, sebagai berikut :

Tabel 1.5

Perbedaan Operasi dan Waktu Penertiban di Pasar Anyar

Nama Instansi Operasi Penertiban Waktu Penertiban

Perusahaan Daerah

Satpol PP Operasi penertiban yang dilakukan 1 bulan 4 kali

(40)

Berdasarkan tabel 1.5 di atas dapat terlihat bahwa perbedaan operasi dan

waktu kegiatan penertiban yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang dengan Satpol PP berbeda-beda atau tidak sinkron. Hal ini menunjukan

bahwa masih kurangnya koordinasi yang terjalin antara Perusahaan Daerah Pasar

dan Satpol PP. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Pasar Anyar bahwa

kegiatan penertiban yang dilakukan bersamaan dengan Satpol PP yaitu hanya

pada saat penertiban yang berskala besar seperti menjelang Lebaran dan dalam

rangka menjelang Penilaian Adipura. Khususnya pada saat menjelang penilaian

Adipura, dimana Bapak Walikota Tangerang menginstruksikan kepada pihak

terkait wilayah di pasar tradisional yaitu pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang sebagai pihak pengelola dan pengembang pasar tradisional di Kota

Tangerang. Melalui Direksi Perusahaan Daerah Pasar menginformasikan kepada

bawahannya yaitu Sub Divisi Penertiban dan Seluruh Kepala Pasar untuk

melakukan penertiban pedagang kaki lima dengan membongkar tempat

berdagang, tenda, maupun lapak yang mengganggu kenyamanan di setiap pasar

dan penertiban yang dilakukan harus benar-benar bebas dari pedagang kaki lima.

Selain itu, dalam kegiatan penertiban yang berskala besar ini badan pengawas

bertugas sebagai pengawas jalannya kegiatan penertiban terhadap Pedagang Kaki

Lima di Pasar-pasar Tradisional yang dilakukan Perusahaan Daerah Pasar.

Selain itu, Walikota menghimbau kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol

PP) yang mempunyai tugas membantu Walikota sebagai penegak peraturan

daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib, dan

(41)

menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta

perlindungan masyarakat. Sehingga apabila pihak Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang keterbatasan Sumber Daya Manusia untuk melakukan penertiban dapat

meminta bantuan ke Satpol PP. Permintaan bantuan tersebut terkait dengan

jumlah pedagang kaki lima yang akan ditertibkan semakin banyak, fasilitas dan

personil yang diperlukan pun semakin banyak.

Demi eksistensi pedagang kaki lima maka diperlukan penataan. Penataan

tersebut dilakukan oleh petugas atau aparatur pemerintahan yang menangani

masalah tersebut. Dengan melakukan penataan pedagang kaki lima adalah kunci

penyelesaian dari permasalahan di Pasar Anyar Kota Tangerang. Tujuan dari

penataan ini yang sejatinya untuk kepentingan bersama yaitu Pedagang Kaki Lima

tetap dapat menjalankan usahanya dan jalur pedestrian dikembalikan fungsinya

yang diperuntukan untuk pejalan kaki. Sehingga, penataan kota dapat ditujukan

untuk mempercantik wajah kota.

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana

“Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang

Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang”. Karena Strategi Perusahaan Daerah

Pasar merupakan salah satu hal yang menentukan apakah kebijakan/program yang

dibuat oleh pemerintah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya

identifikasi permasalahan-permasalahan yang terkait dalam Strategi Perusahaan

(42)

Anyar Kota Tangerang. Peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang

terjadi di lapangan berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti.

Berikut adalah identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Belum optimalnya penataan terhadap Pedagang Kaki Lima yang dilakukan

oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang.

2. Kurangnya pengawasan pasca penertiban yang dilakukan oleh Perusahaan

Daerah Pasar Kota Tangerang.

3. Kegiatan penertiban pedagang kaki lima selama ini dilakukan belum

maksimal.

4. Kurangnya koordinasi dalam penanganan pedagang kaki lima yang dilakukan

antara Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dengan Satpol PP.

1.3 Pembatasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah

peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh,

maka dengan itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya yaitu: “Strategi

Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

di Pasar Anyar Kota Tangerang”.

1.4 Perumusan Masalah

Permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan

apa yang senyatanya, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara

harapan atau capaian. Untuk memudahkan pemahaman terhadap permasalahan

yang diteliti dan agar mudah terarah dan mendalam pembahasannya sesuai

(43)

berikut: Bagaimana Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam

Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang?

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian apa pun tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian

tersebut. Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan

penelitian yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi

targetan dari kegiatan penelitian tersebut. Maksud dan tujuan penelitian tersebut

antara lain yaitu untuk mengetahui Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota

Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kegunaan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1) Manfaat secara teoritis:

Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa

yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih mendalam

terutama kajian tentang Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang

dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang.

2) Secara praktis, Diharapkan hasil penelitian yang dicapai dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dan informasi yang berguna bagi Perusahaan

Daerah Pasar Kota Tangerang khususnya dalam penentuan strategi penataan

(44)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang

bertujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari

penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai

“Strategi Perusahaan Daerah Pasar dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar

Anyar Kota Tangerang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas mengenai

ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif

(dari umum ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi masalah

untuk mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul

penelitian atau dengan masalah penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah

ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil

penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian.

Dan selanjutnya, bab ini juga membahas mengenai manfaat penelitian, baik

manfaat teoritis dan praktis yang berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi

terkait. Serta sistematika penulisan yang digunakan untuk mempermudah

pembaca mengetahui isi dari penelitian secara keseluruhan.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk

mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian

(45)

kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan.

Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan

teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan

kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Ruang

lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel penelitian

yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrumen penelitian

menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data.

Informan penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan analisis data yang

menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang

memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang diolah

dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan

sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang

sudah dianalisis. Kemudian peneliti melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap

persoalan dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai

keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan

keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut

(46)

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan penelitian.

Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat, jelas dan

mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti memberikan rekomendasi

saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

(47)

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori menjelaskan tentang teori-teori dan atau konsep yang

dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama, tidak tertutup kemungkinan

untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di lapangan. Deskripsi teori

menjadi pedoman dalam penelitian ini dan untuk menenerjemahkan

fenomena-fenomena sosial yang ada dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji sesuai

dengan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Penelitian mengenai Strategi Perusahaan Daerah Pasar dalam Penataan

Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang dikaji dengan beberapa teori

dalam ruang lingkup administrasi negara konsentrasi kebijakan publik, yaitu:

Manajemen Strategi, Pedagang Kaki Lima, Analisis SWOT, Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2012 Tentang Koordinasi Penataan dan

Pemberdayaaan Pedagang Kaki Lima, Peraturan Kementerian Dalam Negeri

Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang

Kaki Lima, dan untuk melengkapinya peneliti lampirkan penelitian terdahulu

yang juga menjadi bahan kajian dalam penelitian ini.

2.2 Konsep Manajemen Strategi

2.2.1 Pengertian Manajemen

Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan sebagai

(48)

setelah digabung menjadi manage (bahasa inggris) berarti mengurus atau

managiere (bahasa latin) yang berarti melatih.

Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2)adalah :

“Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resource of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service.” Maksudnya, “manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien”.

Manajemen menurut W. Taylor dalam Hasibuan (2011:4)adalah :

“The art of management, is defined as knowing exactly what you want to do, and than seeing that they do it in the best and cheapest way”.Maksudnya, ilmu manajemen itu dapat diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri yang sebenarnya akan anda kerjakan, selanjutnya mengkaji apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta termudah atau tidak.

Menurut Robbins dan Coulter (2007) Manajemen adalah proses

pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut

terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi

mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan

sebagai melakukan segala sesuatu secara benar. Sedangkan efektivitas mengacu

pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai;

digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu yang benar.

Menurut Solihin (2012:4) manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai

(49)

Menurut Heene dan Desmidt (2010:8) manajemen adalah serangkaian

aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkannya.

Berdasarkan pendapat para ahli, penulis merangkum pengertian dari

manajemen adalah sebuah proses yang dimulai dari perencanaan, pengaplikasian,

hingga pengawasan semua sumber daya yang berada dalam suatu organisasi

sehingga dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut secara efektif dan efisien.

2.2.2 Fungsi Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2007) fungsi-fungsi manajemen sebagai

berikut :

1. Perencanaan (Planning), yaitu proses kegiatan memikirkan hal-hal yang

akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki dan menentukan prioritas ke

depan agar dapat nerjalan sesuai dengan tujuan dasar organisasi.

2. Pengorganisasian (Organizing), yaitu prosess penyusunan pembagian kerja

dalam unit-unit kerja dan fungsi-fungsinya serta penempatan orang yang

menduduki fungsi-fungsi tersebut secara tepat.

3. Pengarahan (Directing), yaitu tindakan untuk mengusahakan agar semua

anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

4. Pengevaluasian (Evaluating), yaitu proses pengawasan dan pengendalian

performa organisasi untuk memastikan bahwa jalannya organisasi sesuai

(50)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi organisasi adalah

sebagai alat dari manajemen strategi untuk mencapai tujuan. Manajemen dan

organisasi memiliki hubungan keterikatan yang erat.Hal ini karena untuk

memasarkan atau menyebarkan unit-unit produk diperlukan manajemen untuk

mengkoordinasikan. Dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik,

maka suatu kegiatan yang ada di dalam organisasi akan terkoordinasi dengan baik.

Sedangkan menurut James A.F Stoner dalam buku (Rachmat, 2014:20)

fungsi manajemen ada empat yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan (Planning), menunjukkan bahwa para manajer memikirkan tujuan dan kegiatan sebelum melaksanakannya. Kegiatan ini berdasarkan cara, rencana, atau logika, bukan asal tebak.

2. Pengorganisasian (Organization) berarti para manajer mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi. Efektivitas suatu organisasi bergantung pada kemampuannya untuk mengarahkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuannya. Semakin terpadu dan terarahnya pekerjaan, semakin efektif organisasi tersebut.

3. Memimpin (Leading) menunjukkan cara para manajer mengarahkan dan mempengaruhi nawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu, dengan menciptakan seuasan tepat, mereka membantu bawahannya bekerja sebaik mungkin.

4. Pengendalian (Controlling) berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan bahwa organisasi bergerak dalam arah tujuan. Apabila salah satu bagian dari organisasi menuju arah yang salah, maka para manajer berusaha untuk mencari penyebabnya kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.

2.2.3 Pengertian Strategi

Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu

perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan

efisien, perusahaanharus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan

yang datang daridalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Strategi

(51)

mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang

mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda mengenai strategi. Strategi

dalamsuatu dunia bisnis atau usaha sangatlah di butuhkan untuk pencapaian visi

dan misi yang sudah di terapkan oleh perusahaan, maupun untuk pencapaian

sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.

Menurut Pearce dan Robbins (2011:2), strategi adalah rencana berskala

besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan

untuk mencapai tujuan Perusahaan dari definisi tersebut, dapat di simpulkan

bahwa pengertian dari Strategi adalah sebuah tindakan proses perencanaan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan melalukan hal-hal yang besifat

terus menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang

kebutuhan pelanggan.

Sedangkan Menurut Fred R. David (2009:18-19) Strategi adalah sarana

bersama dengan tujuanjangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi

potensial yangmembutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya

perusahaan dalamjumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau

kegiatan yang dilakukanoleh seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran

atau tujuan yang telah ditetapkan.

Rangkuti (2009:183) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan

induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan

mencapai semuatujuan yang telah di tetapkan berdasarkan misi yang telah di

tetapkan sebelumnya. Menurut Andrews dan Chaffe dalam bukunya Rangkuti

(52)

“Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholdares, seperti stakeholders, debhtolders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan”.

Menurut Argirys, Mintzberg, Steiner dan Miner dalam Rangkuti (2009: 5)

menyebutkan bahwa strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun

adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan

internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Dari definisi-definisi di atas maka

dapat di simpulkan bahwa strategi adalah sekumpulan perencanaan yang di ambil

dari beberapa pilihan yang telah di buat yang digunakan untuk mencapai tujuaan

yang telah ditetapkan, yang berguna untuk mengatasi setiap keadaan dan kondisi

yang selalu berubah di dalam lingkungan intarnal dan eksternal suatu organisasi.

Strategi yang baik mendatangkan banyak keuntungan bagi organisasi di masa

depan dan juga membuat semua orang yang ada di dalamnya loyal dan setia

kepada organisasi tersebut.

2.2.4 Definisi Manajemen Strategi

Dalam melakukan pengelolaan dalam suatu organisasi diperlukan

manajemen strategi yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan strategi yang

telah dirumuskan oleh suatu organisasi atau perusahaan.

Menurut Pearce and Robbins (2011:5) berpendapat bahwa Manajemen

strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu set keputusan dan

tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang

untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis meliputi pengamatan

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1 Pasar Tanah Abang Sebelum dan Sesudah di Relokasi
Gambar 1.2 Bangunan Baru di Bagian Selatan Pasar Anyar
Tabel 1.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan dari dua pendapat di atas yang memberikan pengertian tentang pasar, kalau kita pegang dua pendapat ini maka dapatlah kita katakan bahwa pasar tidak lain

Berdasarkan hasil wawancara dengan Khasrian Anwar maka diketahui bahwa Dinas Pengelolaan Pasar menyusun perencanaan pembinaan PKL yang dimulai dengan pengumpulan

MAHDI, L100 060 022, Strategi Komunikasi Pembangunan Manusiawi Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan

Identitas Peneliti Tujuan Penelitian Pendekatan Penelitian Isi Kajian Penelitian Hasil Penelitian Is Hadi Utomo “Implement asi Kebijakan Penataan dan Pembinaan Pedagang

Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam memberikan pelayanan hukum kepada pedagang pasar dan pedagang kaki lima adalah relokasi dan penyediaan fasilitas lingkungan pasar

Sedangkan para PKL yang tidak faham dengan teknologi hanya memanfaatkan pinggir jalan sebagai lokasi berjualan agar mudah untuk dijangkau, para Pedagang Kaki Lima mengandalkan tulisan

Sumber daya yang baik dapat mensukseskan kebijakan yang berjalan di mana PD Pasar baru seksama memiliki staf yang cukup untuk membantu pedagang kaki lima yang ingin berjualan di dalam

Dalam penelitian ini peneliti menemukan fakta dilapangan melalui beberapa informasi yang didapat dari beberapa narasumber antara lain kepala bidang pasar, pedagang pasar agus salim dan