• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Perilaku Prososial

Dalam dokumen It matters that you don’t just give up. (Halaman 32-38)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Prososial

1. Definisi Perilaku Prososial

Perilaku prososial merupakan perilaku membantu, berbagi, dan perilaku positif sejenisnya yang dilakukan secara sengaja dan sukarela dengan motif yang tidak spesifik dan tidak diketahui, serta dilakukan dengan atau tanpa imbalan dari penerima bantuan (Eisenberg, 1982).

Sejalan dengan Eisenberg mengenai perilaku prososial, Carlo dan Randall (2002) mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku yang ditujukan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Selain itu, perilaku prososial merupakan perilaku yang menunjukkan tindakan interpersonal, sehingga perlu ada orang yang melakukan atau memberi manfaat (benefaktor) dan orang yang menerima manfaat dari tindakan prososial yang muncul.

Perilaku prososial bukan merupakan perilaku yang diturunkan dan dipandang sama secara universal, tetapi merupakan perilaku yang dinilai atau didefinisikan oleh masyarakat (Dovidio, Piliavin, Schroeder,

& Penner, 2006). Baron dan Branscombe (2012) mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku yang dilakukan oleh seseorang untuk membantu orang lain tanpa keuntungan langsung yang diterima penolong.

Perilaku prososial dapat didefinisikan secara umum sebagai perilaku seperti menolong atau berbagi yang mendukung kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan kepentingan dirinya sendiri, adanya keinginan untuk mengorbankan kesejahteraan diri sendiri demi orang lain, serta perilaku yang dilakukan dengan niat untuk menguntungkan orang lain lebih dari diriny sendiri (Hoffman, 1982; Krebs, 1982;

Underwood & Moore, 1982). Perilaku prososial memiliki beberapa dimensi (Carlo & Randall, 2002; Carlo, Knight, McGinley, Zamboanga,

& Jarvis, 2010) antara lain yaitu perilaku prososial altruistik, perilaku prososial compliant, perilaku prososial emosional, perilaku prososial publik, perilaku prososial anonimus, dan perilaku prososial dire.

Sedangkan Liu dkk. (2014) berpendapat bahwa perilaku prososial termasuk di dalamnya perilaku altruistik yang mana merupakan perilaku prososial tingkat tinggi yang motifnya bersifat sukarela, sehingga orang yang melakukan perilaku tersebut tidak membantu orang lain demi mendapatkan hadiah materi atau sosial dan sebagai gantinya orang tersebut melakukan hal ini untuk mendukung kebahagiaan orang lain dan untuk memberi manfaat kepada orang lain.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bar-Tal dan Raviv (1982) yaitu bahwa altruisme sebagai salah satu tindakan membantu yang mana berada pada kualitas tertinggi, yang didefinisikan sebagai tindakan suka rela dan perilaku yang disengaja untuk menguntungkan orang lain, sebagai hasilnya dari keyakinan moral

18

dalam keadilan dan tanpa mengharapkan imbalan eksternal. Cialdini, Kenrick, dan Baumann (1982) serta Zahn-Waxler dan Radke-Yarrow (1982) berpendapat bahwa altruisme secara formal didefinisikan sebagai penghormatan atau pengabdian kepada kepentingan orang lain dan merupakan tindakan-tindakan yang diambil untuk menguntungkan orang lain untuk berbagai alasan selain imbalan ekstrinsik.

Penner, Dovidio, Piliavin, dan Schroeder (2005) menyatakan bahwa perilaku prososial mewakili kategori tindakan yang luas yang didefinisikan oleh beberapa segmen masyarakat dan atau kelompok sosial seseorang yang pada umumnya bermanfaat bagi orang lain.

Perilaku prososial juga dapat dilihat melalui perspektif multilevel antara lain yaitu perilaku prososial dilihat dalam tingkat meso yaitu studi mengenai penolong dan penerima (helper-recipient dyads) dalam konteks situasi spesifik; perilaku prososial dilihat dari tingkat micro yaitu studi mengenai asal kecendeungan prososial dan sumber dari variasi kecenderungan-kecenderungan tersebut; perilaku prososial dilihat dari tingkat macro yaitu studi mengenai tindakan-tindakan prososial yang muncul di dalam konteks kelompok dan organisasi yang besar. Perilaku prososial yang dilakukan oleh individu dengan fokus utama pada perilaku sukarela dan perilaku terkait yang direncanakan dan berlanjut untuk waktu yang lama.

Dovidio, Piliavin, Schroeder, dan Penner (2006) membedakan perilaku prososial dalam tiga subkategori yaitu membantu (helping),

altruisme (altruism), dan kerjasama (cooperation). Helping (membantu) yaitu sebuah tindakan yang memiliki konsekuensi untuk menyediakan keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain. Menurut McGuire (1994, dalam Dovidio, Piliavin, Schroeder, dan Penner, 2006) terdapat empat jenis membantu yaitu casual helping yaitu melakukan bantuan kecil kepada kenalan biasa; substantial personal helping yaitu mengeluarkan banyak usaha untuk memberi teman manfaat nyata;

emotional helping yaitu menyediakan dukungan emosional atau personal bagi teman; serta emergency helping yaitu memberikan bantuan bagi orang asing dengan permasalahan yang serius.

Situasi membantu dapat dibedakan pula berdasarkan apakah membantu melibatkan pemberian pendampingan secara tidak langsung misalnya memberikan donasi kepada dewan amal, sehingga si pemberi bantuan tidak perlu datang dan kontak langsung dengan penerima bantuan atau melakukan sesuatu secara langsung untuk membantu seseorang yang membutuhkan. Menurut Pearce dan Amato (1980, dalam Dovidio, Piliavin, Schroeder, dan Penner, 2006) helping atau membantu memiliki empat aspek antara lain planned/ formal and Spontaneous/ informal yaitu terencana/ formal dan spontan/ tidak formal; serious and not serious yaitu serius dan tidak serius; serta direct and indirect yaitu langsung dan tidak langsung.

Selain itu, perilaku prososial juga mencakup perilaku altruistik (Dovidio, Piliavin, Schroeder, & Penner, 2006) yaitu suatu tindakan

20

memberikan manfaat atau bantuan untuk orang lain tanpa imbalan dari sumber atau pihak eksternal untuk menyediakan pendampingan.

Menurut Smith, Lapinski, Bresnahan, dan Smith (2013) perilaku altruistik memiliki lima aspek antara lain concern yaitu perhatian untuk orang lain dan bukan untuk diri sendiri serta melakukan sesuatu untuk yang lain dan demi kepentingan orang lain, dan bukan sebagai sarana untuk mempromosikan diri atau kesejahteraan pribadi; cost yaitu pengorbanan atau biaya; benefit to recipient yaitu manfaat bagi penerimanya atau sesuatu yang benar-benar meningkatkan kehidupan penerimanya dan dapat bersifat emosional, fisik, material, atau spiritual;

serta empathy yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan merasakan kejadian dan emosi yang dialami orang tersebut (Aronson, Wilson, dan Akert, 2013). Kemudian terdapat pula ease of escape yaitu menyalahkan diri sendiri atau adanya emosi negatif yang dirasakan seperti rasa bersalah atau malu.

Cooperation yaitu bertindak bersama dalam cara yang terkoordinasi dalam pekerjaan, waktu luang, atau dalam hubungan sosial untuk mengejar tujuan bersama, kenikmatan tindakan yang dilakukan bersama atau sekedar mengembangkan hubungan serta pengaturan yang tidak sekedar nonkompetitif tapi memerlukan orang-orang untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Dovidio, Piliavin, Schroeder, dan Penner (2006) cooperation memiliki empat aspek antara lain interdependent relationship yaitu tindakan yang

saling mempengaruhi keuntungan atau kerugian orang lain;

coordination yaitu mengkoordinasi tindakan yang dilakukan; common goals yaitu mengejar tujuan bersama; serta mutually beneficial yaitu meningkatkan hasil yang saling menguntungkan yang mungkin mencakup penghargaan sosial dan material.

Berkaitan dengan perkembangan teknologi, perilaku prososial pun mengikuti perkembangan tersebut. Beberapa penelitian telah meneliti perilaku prososial dalam konteks online dan offline (Liu, Huang, Du, & Wu, 2014; Bosancianu, Powell, & Bratovic, 2013; Ma, Li, & Pow, 2011; Sproull, 2011). Liu, Huang, Du, & Wu (2014) berpendapat bahwa internet digunakan sebagai alat untuk mengakses informasi, mencari pertemanan, mencari rasa memiliki dan dukungan emosional, dan merupakan sarana yang penting bagi seseorang untuk mendapatkan pertolongan. Walaupun perilaku prososial di internet hanya memiliki porsi yang kecil, tapi memiliki pengaruh yang signifikan. Perilaku prososial online memiliki konteks yang dapat dijelaskan berdasarkan karakteristik tugas dan struktur sosialnya (Sproull, 2011). Perilaku prososial internet mencakup penggunaan internet sebagai sarana dalam mengatur kegiatan altruistik dan kegiatan sukarela untuk membantu orang-orang yang membutuhkan (Ma, Li, &

Pow, 2011). Sproull (2011) juga mengemukakan bahwa kesukarelaan merupakan bentuk dari perilaku prososial yaitu seperti membantu, menghibur, berbagi, dan bekerja sama untuk orang lain.

22

Dari berbagai penelitian yang telah dipaparkan mengenai perilaku prososial, peneliti menggunakan definisi perilaku prososial yang dikemukakan oleh Carlo dan Randall (2002) yaitu perilaku prososial merupakan perilaku yang ditujukan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Perilaku prososial meliputi berbagai dimensi yaitu perilaku prososial altruistik, perilaku prososial compliant, perilaku prososial emosional, perilaku prososial publik, perilaku prososial anonimus, dan perilaku prososial dire. Teori perilaku prososial Carlo dan Randall (2002) memaparkan perilaku prososial secara lebih spesifik dan jelas dari teori sebelumnya yang dikemukankan oleh Eisenberg (1982). Selain itu, Carlo dan Randall (2002) juga memperjelas perilaku prososial dengan enam dimensi yang ada.

Dalam dokumen It matters that you don’t just give up. (Halaman 32-38)

Dokumen terkait