• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PERTANGUNGJAWABAN KEPERDATAAN PT.KERETA API (Persero) ATAS

PERTANGUNGJAWABAN KEPERDATAAN DALAM HUKUM INDONESIA

A. Definisi Pertangungjawaban Keperdataan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan diperkarakan. Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.21

Menurut hukum tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.22 Selanjutnya menurut Titik Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya.23

Menurut hukum perdata dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi dua macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal dengan pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (lilability without based on fault) dan

21 Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Bandung, 2005, hlm.89

22 Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.45

23 Titik Triwulan dan Shinta Febrian , Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm.48.

Universitas Sumatera Utara

pertanggungjawaban tanpa kesalahan (lilability without fault).

Pertanggungjawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa seseorang harus bertanggung jawab karena ia melakukan kesalahan karena merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip tanggungjawab risiko adalah bahwa konsumen penggugat tidak diwajibkan lagi melainkan produsen tergugat langsung bertanggung jawab sebagai risiko usahanya.

Pertanggungjawaban hukum bertujuan untuk menentukan pihak-pihak mana yang harus bertanggung jawab atas suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian pada pihak lain. Di dalam konteks perdata, pertanggungjawaban perdata merupakan tindakan, biasanya dalam bentuk pembayaran ganti kerugian, yang harus dilakukan oleh seseorang atau pihak yang karena perbuatannya telah menimbulkan kerugian pada orang lain. Salah satu ukuran yang digunakan untuk menentukan pertanggungjawaban perdata ini adalah Perbuatan Melawan Hukum.

Suatu sistem hukum yang kemudian dikenal dengan perbuatan melawan hukum tersebut adalah untuk dapat tercapai seperti apa yang disebut oleh pribahasa Latin yaitu Juris praecepta sunt haec ; honeste vivere, alterum non laedere, suum cuique tribuere. Yang berarti semboyan hukum adalah hidup secara jujur, tidak merugikan orang lain ; dan memberikan orang lain haknya.24

Pertanggungjawaban hukum dibidang perdata akan bersumber pada perbuatan melawan hukum atau wanprestasi. Istilah perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) dalam bahasa Belanda lazimnya mempunyai arti yang

24 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Penerbit : PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2017, hlm. 2

24

sempit, yaitu arti yang dipakai dalam Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek (BW). Untuk selanjutnya akan digunakan istilah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) sebagai pengganti Burgerlijk Wetboek (BW).

Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu :

1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan ;

2. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun kelalaian) ;

3. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian.

Jika dilihat dari model pengaturan KUHPerdata Indonesia tentang perbuatan melawan hukum lainnya, sebagaimana juga dengan KUHPerdata di Negara-negara lain dalam sistem hukum Eropa Kontinental, maka model tangungjawab hukum yaitu :

a. Tangungjawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian) ; b. Tangungjawab dengan unsur kesalahan, khususnya unsur kelalaian ; c. Tangungjawab mutlak (tanpa kesalahan) dalam arti yang sangat terbatas.

Perbuatan melawan hukum sebagai suatu kumpulan dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengontrol atau mengatur perilaku berbahaya, untuk memberikan tangungjawab atas suatu kerugian yang terbit dari interaksi sosial,

Universitas Sumatera Utara

dan untuk menyediakan ganti rugi tehadap korban dengan suatu gugatan yang tepat.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata maka suatu perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur yaitu :

1) Adanya suatu perbuatan ;

2) Perbuatan terseebut melawan hukum ; 3) Adanya kesalahan dari pihak pelaku ; 4) Adanya kerugian bagi korban ;

5) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

Berikut ini penjelasan bagi masing-masing unsur dari perbuatan melawan hukum tersebut, yaitu :

1) Adanya suatu perbuatan ;

Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh suatu perbuatan dari si pelakunya. Umumnya diterima anggapan bahwa dengan perbuatan disini dimaksudkan, baik berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupun tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif), misalnya tidak berbuat sesuatu, padahal dia mempunyai kewajiban hukum untuk membuatnya, kewajiban mana timbul dari hukum yang berlaku (karena ada juga kewajiban yang timbul dari suatu kontrak). Karena itu, terhadap perbuatan melawan hukum tidak ada unsur “persetujuan atau kata sepakat” dan tidak ada juga unsur “causa yang diperbolehkan” sebagaimana yang terdapat dalam kontrak.

26

2) Perbuatan tersebut melawan hukum

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun 1919, unsur melawan hukum ini diartikan dalam arti yang seluas-luasnya, yakni meliputi hal hal sebagai berikut :

a. Perbuatan yang melanggar Undang-undang yang berlaku ; b. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum ;

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku ; d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan (geode zeden) ;

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain (indruist tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamt ten aanzien van anders person of goed).

3) Adanya kesalahan dari pihak pelaku

Agar dapat dikenakan Pasal 1365 teantang perbuatan melawan hukum tersebut, Undang-undang dan Yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku haruslah mengandung unsur kesalahan (schuldelement) dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Karena itu, tangungjawab tanpa kesalahan (strict liability) tidak termasuk tangungjawab berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata. Jikapun dalam hal tertentu diberlakukan tangungjawab tanpa kesalahan tersebut (strict liability), hal tersebut tidaklah didasari atas Pasal 1365 KUHPerdata, tetapi didasarkan kepada Undang-undang lain.

Karena Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan adanya unsur “kesalahan”

(schuld) dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui

Universitas Sumatera Utara

bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehinga dapat dimintakan tangungjawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur :

a. Ada unsur kesengajaan ;

b. Ada unsur kelalaian (negligence, culpa) ;

c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (recht vaardigingsgrond), seperti keadaan overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.

4) Adanya kerugian bagi korban

Adanya kerugian (schade) bagi korban juga merupakan syarat agar gugatan berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata dapat dipergunakan. Berbeda dengan kerugian karena wanprestasi yang hanya mengenal kerugian materil, maka kerugian karena perbuatan melawan hukum di samping kerugian materil, Yurisprudensi juga mengakui konsep kerugian immaterial, yang juga akan dinilai dengan uang.

5) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian

Hubungan kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian yang terjadi juga merupakan syarat dari suatu perbuatan melawan hukum. Untuk hubungan sebab akibat ada 2 (dua) macam teori, yaitu teori hubungan faktual dan teori penyebab kira-kira.

Hubungan sebab akibat secara faktual (causation in fact) hanyalah merupakan masalah “fakta” atau apa yang secara faktual telah terjadi. Setiap penyebab yang menyebabkan timbulnya kerugian dapat merupakan penyebab secara faktual.

Asalkan kerugian (hasilnya) tidak akan pernah terdapat tanpa penyebabnya.

28

Dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum. Sebab akibat jenis ini sering disebut dengan hukum mengenai “but for” atau “sine qua non”. Sedangkan teori sebab kira-kira (proximate cause) merupakan bagian yang paling membingungkan dan paling banyak pertentangan pendapat dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum. Kadang-kadang untuk penyebab jenis ini disebut juga dengan istilah legal cause atau dengan berbagai penyebutan lain-lain.

Beberapa definisi lain yang pernah diberikan terhadap perbuatan melawan hukum adalah sebagai berikut : 25

1. Tidak memenuhi sesuatu yang menjadi kewajibannya selain dari kewajiban kontraktual atau kewajiban quasi kontraktual yang menerbitkan hak untuk meminta ganti rugi ;

2. Suatu perbuatan atau tidak berbuat yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu hubungan hukum, di mana perbuatan atau tidak berbuat tersebut baik merupakan suatau perbuatan biasa maupun bisa juga merupakan suatu kecelakaan ;

3. Tidak memenuhi suatu kewajiban yang dibebankan oleh hukum, kewajiban mana ditujukan terhadap setiap orang pada umumnya dan dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut dapat dimintakan suatu ganti rugi ;

4. Suatu kesalahan perdata (civil wrong) terhadap mana suatu ganti kerugian dapat dituntut yang bukan merupakan wanprestasi terhadap kontrak, atau wanprestasi terhadap kewajiban trust, ataupun wanprestasi terhadap kewajiban equity lainnya ;

25 W. Page Keeton , et. al., Prosser and Keeton on Torts,St. Paul Minnesota,USA:

West Publishing Co., 1984, hlm. 1-2 diterjemahkan oleh Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Penerbit : PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2017, hlm. 5-6

Universitas Sumatera Utara

5. Suatu kerugian yang tidak disebabkan oleh wanprestasi terhadap konrak, atau lebih tepatnya, merupakan suatu perbuatan yang merugikan hak-hak orang lain yang diciptakan oleh hukum yang tidak terbit dari hubungan kontraktual ; 6. Sesuatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang secara bertentangan dengan

hukum melanggar hak orang lain yang diciptakan oleh hukum, dan karenanya suatu ganti rugi dapat dituntut oleh pihak yang dirugikan ;

7. Perbuatan melawan hukum bukan suatu kontrak, seperti juga kimia bukan suatu fisika atau matematika.

Perbuatan Melawan Hukum di Indonesia secara normatif selalu merujuk pada ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. Rumusan norma dalam pasal ini unik, tidak seperti ketentuan-ketentuan pasal lainnya. Perumusan norma Pasal 1365 KUHPerdata lebih merupakan struktur norma daripada substansi ketentuan hukum yang sudah lengkap. Oleh karenanya substansi ketentuan Pasal 1365 KUPerdata senantiasa memerlukan materialisasi di luar KUHPerdata. Oleh karena itu perbuatan melawan hukum berkembang melalui putusan-putusan pengadilan dan melalui undang-undang. Perbuatan Melawan Hukum dalam KUHPerdata.26 diatur dalam buku III tentang Perikatan. Perbuatan melawan hukum Indonesia yang berasal dari Eropa Kontinental diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata sampai

26 Status KUHPerdata ditegaskan oleh Mahkamah Agung dalam Surat Edaran Tahun 1963 No. 3 yang ditujukan kepada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri seluruh Indonesia.

Mahkamah Agung menyatakan bahwa KUHPerdt. tidak berlaku sebagai kodifikasi, akan tetapi hanya merupakan “buku hukum” (rechtsboek) dan dipergunakan sebagai “pedoman”. Pada pembukaan Seminar Hukum Nasional ke II di Semarang Tahun 1968, Mahkamah Agung memberikan tanggapan yang memperbaiki Surat Edaran Tahun 1963 No. 3 yang isi pada pokoknya mengakui KHUPerdt. tetap sebagai undang-undang dengan memberikan wewenang kepada hakim perdata untuk menguji secara materiil ketentuan-ketentuan KUHPerdt. yang tidak sesuai dengan kebutuhan zaman.

30

dengan Pasal 1380 KUHPerdata. Pasal-pasal tersebut mengatur bentuk tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum.27