• Tidak ada hasil yang ditemukan

Defisit Anggaran

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-53)

C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

4.3. Analisis Fundamental

4.3.1. Analisis Makro Ekonomi

4.3.1.5. Defisit Anggaran

Defisit anggaran pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.

29.141,5 miliar, cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 14.408,2 miliar. Hal ini terjadi karena terdapat peningkatan dalam pembelanjaan negara tahun 2006. Nilai belanja tahun 2005 adalah sebesar Rp. 509.632,4, sedangkan pada tahun 2006 adalah Rp. 667.128,7 miliar atau meningkat sebesar Rp. 157.496,3 miliar pada tahun 2006. Pada tahun 2007 defisit anggaran kembali mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp. 20.702,3 miliar dibandingkan tahun sebelumnya (Data Pokok APBN 2005-2010, Departemen Keuangan RI).

Nilai defisit anggaran pada tahun 2007 adalah Rp.

49.843,8 miliar, hal ini dikarenakan meningkatnya belanja negara yaitu sebesar Rp. 757.649,9 miliar sedangkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 667.128,7 miliar atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 90.521.2 miliar. Salah satu penyebab membengkaknya pengeluaran pemerintah adalah meningkatnya pengeluaran untuk subsidi BBM dan listrik pada tahun 2007. Kenaikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia yang kemudian mendorong naiknya ICP. ICP merupakan harga yang digunakan pemerintah sebagai patokan impor minyak, termasuk untuk BBM. Asumsi harga minyak di APBN tahun 2007 adalah USD 60 per barel, namun kenyataannya adalah USD 72 per barel. Meningkatnya

harga ICP membuat disparitas harga keekonomian dan harga subsidi ke masyarakat semakin besar. Akibatnya, subsidi yang ditanggung negara untuk memenuhi disparitas harga itu pun makin besar. Realisasi subsidi BBM adalah sebesar Rp. 83.792,3 miliar pada tahun 2007, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 64,212,1 miliar. Selain itu realisasi subsidi listrik juga membengkak, dari Rp. 30.393,3 miliar pada tahun 2006 kemudian menjadi Rp. 33.073,5 miliar pada tahun 2007 (Data Pokok APBN 2005-2010, Departemen Keuangan RI).

Pada tahun 2008 nilai defisit anggaran adalah sebesar Rp. 4.121,3 miliar, megalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 49.843,8 miliar.

Salah satu penyebab menurunnya defisit anggaran pada tahun 2008 adalah karena naiknya penerimaan pajak.

Penerimaan pajak pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.

658.700,8 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 490.988,6 miliar.

Sedangkan untuk pembiayaan defisit anggaran tahun 2008, pemerintah menggunakan pendanaan uang melalui penerbiatan Surat Utang Negara. Pada tahun 2008 nilai pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN) adalah sebesar Rp. 85.916,3 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 57.172,2 miliar.

Defisit anggaran Indonesia berdasarkan APBN 2009 adalah sebesar Rp. 51.3 triliun, namun sampai dengan akhir Oktober 2009 nilai defisit pemerintah baru mencapai Rp. 42.7 triliun. Dan pada akhir tahun 2009 ternyata terdapat Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA), yaitu sebesar Rp 38 triliun. Hal tersebut

dikarenakan rendahnya realisasi penyerapan anggaran belanja negara. Pemerintah cenderung belum maksimal dalam melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur.

Serta keterbatasan pemerintah dalam menghadapi pembebasan tanah menjadi salah satu faktor pengahambat penyerapan anggaran belanja negara secara maksimal. Karena pembebasan tanah terkait erat dengan keberlangsungan rencana pembangunan infrastruktur.

Sisa lebih penggunaan anggaran 2009 direncanakan untuk menutupi defisit anggaran 2010. Selain itu dapat juga digunakan untuk menutup biaya-biaya subsidi yang membengkak, atau juga mengurangi pembiayaan dari surat utang negara untuk meredam gejolak di pasar domestik. Dalam RAPBN tahun 2010 defisit anggaran adalah sebesar Rp 98 triliun, namun diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 122 triliun pada akhir tahun 2010. Meningkatnya jumlah defisit tersebut dikarenakan adanya kebutuhan belanja yang meningkat, seperti untuk subsidi listrik, pupuk, dan beras (beritasore.com, 05 Januari 2010).

4.3.1.6. Sentimen

Angka Indeks Kepercayaan Konsumen merupakan indikator penting dalam melihat keadaan ekonomi Indonesia. Dimana angka diatas 100 adalah menunjukkan perekonomian yang membaik ditandai dengan optimisme oleh konsumen. Sedangkan angka dibawah 100 menujukan ekonomi yang melambat ditandai dengan pesimisme dari konsumen. Di bulan Oktober tahun 2005, ketika harga BBM dinaikkan rata-rata sebesar 126 persen, IKK jatuh ke level 73,3. Namun IKK tidak bertahan di level yang rendah untuk waktu yang terlalu lama. Penyesuaian gaji dan upah di tahun

2006 dan semakin membaiknya perekonomian dunia mendorong perbaikan keadaan ekonomi masyarakat.

Kenaikan gaji memperbaiki daya beli secara langsung.

Sedangkan membaiknya ekonomi dunia mendorong terjadinya peningkatan ekspor Indonesia. Artinya, ada peningkatan kegiatan produksi (dan penciptaan lapangan kerja). Akibatnya, IKK pun berangsur angsur mengalami peningkatan. Kenaikan yang signifikan terjadi pada bulan Maret 2006, dimana IKK naik ke level 84,5 dari 78,3 di bulan Februari 2006. Di bulan November 2006 IKK mencapai 91,6. Level ini merupakan level tertinggi IKK dalam satu setengah tahun terakhir. Artinya, masyarakat sudah hampir sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dari dampak negatif kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005. Dalam keadaan ini tentunya tidaklah terlalu sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi. Namun pada akhir tahun 2006, pemerintah kurang berhasil mengatasi isu kelangkaan beras. Akibatnya IKK pada bulan Desember 2006 turun tajam ke 84,1 dari 91.6 di bulan November 2006 (turun sebesar 8,3%) (danareksaresearch.wordpress.com, 03 Mei 2010).

Indeks kepercayaan konsumen pada tahun 2007 cenderung menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan harga beras, IKK pada Januari 2007 berada di level yang relatif sama dengan bulan sebelumnya yaitu pada level 84.1. Bahkan di bulan Februari 2007 IKK mengalami penurunan lagi ke 82,7, dan turun lagi ke level 81,1 di bulan Maret 2007. Level ini berada di bawah level di bulan Maret 2006. Artinya, harga beras yang tinggi bukan saja telah meningkatkan tekanan inflasi, tapi juga telah mengurangi daya beli masyarakat

secara signifikan. IKK yang saat ini berada pada level yang relatif rendah tidak harus menunjukkan bahwa ekonomi kita akan terus terpuruk sepanjang tahun 2007 ini. Perlu diketahui bahwa penurunan IKK tahun 2007 terutama disebabkan oleh faktor musiman harga beras.

Sampai dengan bulan Mei 2008, indeks kepercayaan konsumen terus mengalami tren penurunan. Kenaikan harga BBM pada awal tahun 2008 menjadi alasan rendahnya indeks kepercayaan konsumen pada tahun tersebut. Kemudian pada triwulan III-2008 sentimen masyarakat terhadap perekonomian Indonesia cenderung membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka indeks kepercayaan konsumen yang mengalami tren kenaikan sejak Juli 2008 sampai dengan Juli 2009. Namun sejak enam bulan terakhir terjadi penurunan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Pemicunya adalah kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok dan makanan jadi.

Menurunya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian diharapkan tidak berlanjut sampai dengan akhir tahun. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu mengendalikan harga pangan. Sebab dampak kenaikan harga tersebut cukup besar terhadap indeks kepercayaan konsumen dan pada akhirnya kepercayaan konsumen terhadap perekonomian. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan indeks kepercayaan konsumen periode januari 2005-Januari 2010.

Gambar 8. Indeks Kepercayaan Konsumen Sumber : www.danareksa-research.com

Indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah mengalami penurunan, hal ini terkait dengan kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga dan menegakkan hukum. Beberapa kasus hukum yang terjadi diantaranya adalah, tertangkapnya Antazari Azhar (Ketua KPK) terkait pembunuhan atas Nasruddin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), dugaan rekayasa yang menimpa dua pimpinan KPK (Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah), serta penggelapan pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan. Kasus-kasus hukum tersebut yang dapat menjadi pemicu menurunnya indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam menegakkan hukum. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Sedangkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam memperbaiki keadaan ekonomi, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat berlanjut sampai dengan akhir tahun.

Gambar 9. Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah. Sumber : www.danareksa-research.com

Aktivitas perekonomian menunjukkan peningkatan, hal ini dapat ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2009.

Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama sebesar 4,4 %, kedua 4,0 % dan ketiga 4,2 % , hal tersebut menandakan bahwa perekonomian Indonesia secara makro mencapai fase ekspansi. Bank Indonesia (BI) memprediksikan bahwa pertumbuhan triwulan I bisa tumbuh hingga 5%.

Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kali ini lebih banyak ditopang oleh pemulihan ekonomi global.

Perbaikan yang terjadi di perekonomian kita diperlihatkan lebih jelas lagi oleh Coincident Economic Index (CEI), indeks ini menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun meenggunakan lima data ekonomi, yaitu impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang dan penjualan eceran. Lima data itu dipakai karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi kelima data tersebut pun menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan.

Coincident economic index menggambarkan tingkat aktivitas perekonomian terbaru pada Desember 2009

naik menjadi 110,2 dari bulan sebelumnya 109,1. Hal ini berarti tren kenaikan CEI sejak Maret 2009 terus berlanjut, mengindikasikan aktivitas perekonomian meningkat. Perlambatan aktivitas perekonomian yang terjadi sejak Juli 2008 telah berakhir pada Februari 2009.

Dan sejak Maret 2009 hingga sekarang berada dalam fase ekspansi. dibandingkan bulan sebelumnya, pada bulan maret 2010 tercatat peningkatan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Yaitu meningkat sebesar 2.1%

menjadi level 86.8 pada Maret 2010 dibandingkan bulan sebelumnya yaitu pada level 85.01, hal ini mencerminkan optimisme konsumen yang lebih besar terhadap prospek perekonomian negara selama enam bulan kedepan. Diharapkan daya beli konsumen pun akan terus mengalami peningkatan.

Peningkatan perekonomian setahun terakhir dimotori konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi pemerintah berasal dari stimulus fiskal yang diluncurkan untuk menekan dampak krisis ekonomi global.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh perbaikan daya beli masyarakat. Penurunan suku bunga acuan yaitu BI Rate diikuti penurunan suku bunga simpanan mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi. Prospek perekonomian diperkirakan masih cerah, tercermin dalam leading economic index yang cenderung naik sejak Desember 2008 hingga kini.

Leading economic index (LEI) adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului CEI. Dengan kata lain, LEI dapat menggambarkan arah pergerakan ekonomi kita 6-12 bulan di depan. Indeks ini disusun berdasarkan tujuh data ekonomi: Izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai

tukar rupiah riil, IHSG, ekspor, dan inflasi di sektor jasa.

Tren LEI yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, dan sebaliknya. Kombinasi CEI dan LEI dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi di dalam siklus bisnisnya.

Gambar 10. Tentang CEI dan LEI Sumber : www.danareksa-research.com

Membaiknya ekonomi dunia dari resesi dan penurunan suku bunga kredit diperkirakan mendorong kenaikan ekspor dan investasi. Hal itu tentu akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi

Pasar saham menunjukkan tren kenaikan sejak akhir tahun 2008 sampai dengan saat ini. Hal ini terlihat dengan nilai IHSG tahun 2009 yang meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terjadi peningkatan sebesar 85.85. Pada perdagangan 29 Desember 2009 tercatat nilai IHSG sebesar 2.518,994, nilai tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan

dengan posisi akhir IHSG pada akhir tahun 2008 yaitu sebesar 1.355,408. Selain itu pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009 juga mencetak nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI mencapai Rp 2.007 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 86.41% dibandingkan posisi akhir tahun lalu yaitu sebesar Rp 1.076 triliun.

Gambar 11 . Grafik IHSG periode May 2009-Maret 2010 Sumber : www.yahoo-finance.com

Tren kenaikan IHSG dapat dilihat pada Gambar 12.

Kinerja IHSG pada tahun 2009 diharapakan terus berlanjut pada tahun 2010, secara umum IHSG diprediksi akan terus menujukkan tren positif (up-trend).

BEI diprakirakan akan memiliki momentum up trend yang kuat karena dukungan indikator ekonomi yang sangat menjanjikan pada 2010.

Dalam dokumen IV. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-53)

Dokumen terkait