VALUE
Sesuai dengan tema besar dan tema kelompok yang diberikan kepada masing-masing kelompok, dimana kelompok D mendapatkan tema "Urban Heritage Tourism" yang berlokasi dibelakang kawasan lingkungan Istana Maimun. KAK (kerangka acuan kerja) kelompok D menjelaskan bahwa akan dibangun bangunan perumahan / apartemen dan bangunan hotel dibelakang Istana Maimun dengan tujuan sebagai tempat tinggal para keluarga sultan dan bangunan hotel itu sendiri sebagai akomodasi untuk para turis yang berkunjung di Istana Maimun.
Sekilas mengenai Istana Maimun, istana ini merupakan istana kesultanan Deli yang dibangun oleh Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah pada tanggal 25 Agustus 1888 (lihat gambar 1.1). Istana ini merupakan simbol masa kejayaan kesultanan Deli, pada masa itu hasil panen dari perkebunan tembakau dan dari hasil panen tersebut memungkinkan kesultanan Deli untuk membangun sebuah istana (Sinar, 1991). Kemegahan istana ini terus dirasakan hingga kini. Fungsi Istana Maimun yang awalnya sebagai kediaman sultan berubah menjadi sebuah galeri yang menceritakan riwayat kesultanan Deli dari awal berdiri hingga sekarang.
Pengumpulan data pun dimulai dengan melakukan kunjungan ke lokasi site yaitu kompleks Istana Maimun itu sendiri. Kunjungan ke istana ini bukan merupakan kunjungan perancang yang pertama kali, namun perancang belum pernah mengunjungi bagian belakang dari istana karena pada umumnya kawasan yang berada dibelakang istana merupakan kawasan yang hanya boleh diakses oleh keluarga sultan.
Pintu masuk untuk publik hanya pada gerbang yang ada disebelah sisi kiri, pintu masuk bagian kiri disambut oleh area parkir kenderaan bagi pengunjung istana maimun dan dikelilingi oleh penjual souvenir dan penjaja makanan disekitar area parkir tersebut (lihat gambar 1.2). Terdapat juga gerbang disebelah kanan yang hanya diperuntukkan oleh keluarga sultan, terdapat sebuah toko bunga pada bagian kanan site (lihat gambar 1.3). Dari daerah parkir menuju bangunan istana harus dicapai dengan berjalan kaki, disepanjang area pejalan kaki dapat ditemukan pohon-pohon pinang yang tinggi disepanjang jalan pedestrian menuju pintu utama
Gambar 1.4. Suasana akses pedestrian menuju istana.
Gambar 1.2. Penjaja makanan, tempat parkir dan penjual souvenir pada site Istana.
Ketika sampai pada akses utama pada istana, terlihat deretan tangga menuju galeri utama pada Istana Maimun. Setelah beberapa anak tangga, perancang menemukan sepatu-sepatu pengunjung yang tersusun rapi pada sisi-sisi tangga menunjukkan bahwa anak tangga berikutnya merupakan daerah bebas sepatu. Setelah melepaskan sepatu, perancang pun segera menaiki anak tangga berikutnya dan sesampainya di depan ruang galeri dapat dilihat terdapat tempat penjualan tiket masuk untuk menikmati galeri Istana Maimun (lihat gambar 1.5).
Setelah membayar tiket masuk dan pemberitahuan maksud kunjungan pada sekretaris umum Yayasan Sultan Ma'moen al-Rasyid Tengku Moharsyah, perancang mulai memasuki ruang utama yang disebut sebagai "balairung" yang awalnya merupakan tempat sultan Deli menerima tamu-tamu penting dan sekarang menjadi galeri utama yang pada sisi kanan terdapat sebuah singasana yang megah dan pada sisi kiri terdapat galeri artefak-artefak dari kesultanan Deli, lebih ke kanan lagi dapat ditemukan gambar-gambar yang menceritakan sejarah
tinggi dan terdapat ukiran-ukiran (lihat gambar 1.6). Perlu di ketahui bahwa arsitek yang merancang bangunan ini ialah arsitek asal belanda T.H.Van Erp. Gaya arsitektur pada istana merupakan kolaborasi beberapa gaya arsitektur yaitu gaya arsitektur India, Timur-tengah, Melayu dan gaya arsitektur Islam juga terlihat dari kubah yang menutup bangunan istana (Sinar, 1991).
Ruang eksplorasi pada istana cenderung terbatas dan sedikit berhubungan kebanyakan ruangan yang ada dijadikan sebagai toko souvenir oleh keluarga sultan sendiri dan juga daerah yang bisa dinikmati hanya balairung utama sahaja sedangkan bagian lain menjadi tempat tinggal bagi keluarga sultan, hal ini membuat perancang kecewa karena seharusnya kemegahan istana seharusnya dapat dinikmati secara keseluruhan, contohya menurut sejarah yang ada bahwa terdapat penjara dibagian lantai dasar (Sinar, 1991), tentunya ini merupakan hal yang sangat menarik dan mengandung nilai sejarah yang tinggi.
Gambar 1.6. Suasana interior pada istana (sumber: abdullahhatta.wordpress.com; skycrapercity.com).
Eksplorasi kondisi eksisting lingkungan komplek Istana Maimun dilanjutkan dengan mengunjungi bagian belakang dari istana, akses menuju bagian belakang istana harus dicapai dengan berjalan kaki karena akses dengan menggunakan kendaraan hanya diperuntukkan untuk keluarga sultan. Setelah sampai di bagian belakang istana, "ya ampun" demikian yang ada dibenak pikiran perancang melihat kondisi bagian belakang istana, pada belakang istana terlihat sangat tidak terawat dan terdapat beberapa rumah tinggal milik keluarga sultan yang tidak memiliki susunan yang teratur (lihat gambar 1.7). Ada bangunan yang masih menggunakan material sederhana dan ada pula yang sudah menggunakan material yang lebih bagus, melihat kondisi ini seperti ada kesan perbedaan status sosial di antara keluarga sultan (lihat gambar 1.8). Kondisi bagian belakang bangunan istana itu sendiri juga tidak dirawat dan terlihat jemuran-jemuran pakaian milik keluarga sultan didaerah balkon istana, kondisi warna cat pada bangunan istana juga sudah pudar dan tidak ada tanda pemugaran (lihat gambar 1.9).
Akses pintu belakang dari istana ditutup untuk publik dan hanya boleh digunakan oleh keluarga sultan yang berdiam di bangunan istana. Halaman belakang istana juga menjadi tempat parkir kendaraan keluarga sultan, bahkan selasar menuju tangga belakang istana juga dijadikan sebagai tempat parkir kendaraan. Dari segi vegetasi, bagian belakang istana cukup hijau dengan pohon-pohon disepanjang bagian belakang rumah keluarga sultan yang menghadap kearah muka sungai, namun kondisi bagian belakang komplek Istana Maimun tetap sangat
Gambar 1.8. Salah satu bangunan rumah tinggal yang ada di belakang istana.
memprihatinkan dan kondisi ini seolah-olah menurunkan nilai kemegahan istana tesebut (lihat gambar 1.10).
Terlepas dari kondisi belakang istana, tema besar pada kasus proyek ini berhubungan dengan muka sungai, maka perancang pun mencari akses menuju muka sungai pada daerah tersebut, satu-satunya akses yang ada hanya jalan setapak yang sangat susah dilalui oleh orang (lihat gambar 1.11). Perbedaan ketinggian level dari lokasi site menuju muka sungai sekitar 7 meter dan batas ketinggian muka air sungai sekitar 5 meter dari muka sungai menurut penduduk yang tinggal disana. Keadaan muka sungai juga sangat memprihatinkan, dapat dilihat sampah-sampah sepanjang aliran sungai dan terdapat penduduk yang berasal dari kawasan seberang sungai mencuci pakaian mereka di sungai tersebut. Keadaan muka sungai juga secara tidak langsung mengurangi kemegahan istana (lihat gambar 1.12).
Gambar 1.10. Akses pintu belakang Istana Maimun yang dijadikan tempat parkir kendaraan bermotor.
Melihat keadaan lokasi site dimana akan dibangunnya dua bangunan baru dengan tema besar riverfront dan mengandung unsur Urban Heritage Tourism, muncul pertanyaan "bagaimana perancang dapat membuat bangunan perumahan dan hotel yang nyaman dan tetap menjaga nilai-nilai sejarah dan kemegahan istana maimun itu sendiri?" Kata "menjaga" menjadi dasar pemikiran dan ide awal perancang
Gambar 1.12. Kondisi muka sungai Deli yang berada di belakang Istana Maimun. Gambar 1.11. Akses menuju muka sungai yang sangat sempit.
untuk menggunakan kata "Guardian" pada judul tema individual perancang. Dengan harapan dengan kedua bangunan yang akan dibangun bukan hanya berfungsi mengakomodasi kebutuhan tempat tinggal para sultan dan turis yang berkunjung di Istana Maimun tetapi juga menjaga nilai-nilai yang ada dan juga kemegahan dari istana itu sendiri.
Istana Maimun merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di kota Medan dan menjadi sebuah objek wisata yang banyak dikunjungi oleh masyarakat domestik maupun pengunjung dari mancanegara. Namun kondisi Istana Maimun sekarang sudah semakin tidak terawat, maka perancang mengajukan proyek revitalisasi pada komplek Istana Maimun. Desain yang diajukan berupa sebuah apartemen sebagai tempat tinggal baru untuk keluarga sultan yang tinggal di halaman belakang Istana Maimun dan sebuah hotel butik sebagai akomodasi untuk pengunjung turis yang mengunjungi Istana Maimun. Pada halaman belakang Istana Maimun juga dirancang sebuah taman yang berfungsi sebagai area terbuka hijau dan jogging track yang dapat dinikmati oleh penghuni apartemen dan tamu hotel serta pengunjung Istana Maimun itu sendiri. Riverwalk pada sisi muka sungai juga dirancang sebagai area publik bagi pengunjung Istana Maimun, penghuni apartemen dan tamu hotel. Jembatan penghubung antara komplek Istana Maimun dan komplek perumahan Multatuli dapat diakses melalui riverwalk, dimana komplek perumahan Multatuli memiliki tempat kuliner yang dapat dinikmati oleh tamu hotel maupun penghuni apartemen. Untuk merancang kedua bangunan baru, pendekatan tema arsitektur yang dipilih perancang ialah tema arsitektur minimalis. Tema arsitektur minimalis sebagai pilihan dengan tujuan bangunan baru yang akan dibangun dapat memberi kesan rendah hati pada Istana Maimun dan konteks yang ada pada lahan tersebut. Sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada tema minimalis, maka rancangan bangunan baru bebas dari ornamen-ornamen yang tidak diperlukan dan memiliki bukaan sebagai sumber cahaya alami serta rancangan balkon yang terinspirasi dari bangunan Istana Maimun sebagai konteks pada bangunan baru.
Pada perancangan proyek ini perancang melakukan beberapa kali proses revisi rancangan. Hasil akhir dari proses perancangan ini dilakukan melalui presentasi akhir dihadapan penguji.
Maimoon Palace is a historical building in Medan city has become an excursion place that visited by domestic resident as well as tourist from all over the world. However, the condition of Maimoon Palace right now is not well maintained, then the planner propose a revitalization project for Maimoon Palace block. The design proposed in form of an apartment design as a new place for the sultanate's family that resided in the backyard of Maimoon Palace and a boutique hotel to accommodate the visitors of Maimoon Palace. The backyard of Maimoon Palace also will be designed as a park that will function as green open space and a jogging track that can be enjoyed by the apartment resident, hotel guests and the visitors of Maimoon Palace. River walk on the riverside designed as public area for the visitors of the Maimoon Palace. The bridge that connecting Maimoon Palace complex and Multatuli Residence can be accessed from the river walk, wherein Multatuli Residence has a lot of culinary place that can be enjoyed by the hotel guests and the apartment residents.
To design the two buildings, architectural approach is minimalist architecture. Minimalist architecture as the theme with hope the new buildings that will be built can give a humble impression to the Maimoon Palace and context resides on the site. Accordance to the minimalist architecture principles, the building design won't have ornaments and will be having a big opening as the natural light sources, also the balcony design that inspired from the Maimoon Palace building as the context for the new building.
In the project design, the planner has done several design revisions. The final result of this design process been done by presenting the result in front of the lecturers.