• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan siap menerjang bergelut dengan mating itu yang masih

sedang dalam keadaan telentang itu. Supraba berduel dengan durjana, tetapi Supraba asor dalam juritnya. Selalu terkena oleh pukulan-pukulan dari pihak musuh, untungnya mereka bergelut hanya dengan tangan kosong. Tetapi Supraba ingat bahwa dirinya membawa pistol, maka oleh karena itu lalu ia tem­ bakkan kepada durjana musuh berduelnya itu, mengenai dada­ nya, ambruk lalu tiada berkutik lagi.

Supraba awas bahwa Jagaprayitna masih seru berduel dengan musuhnya itu, maksudnya ia mau mengeroyok, tetapi karena masih dalam keadaan gelap khawatir keliru memqerikan pukul­ an, maka lalu berkata, "Pak Jaga, anda menang atau kalah." Jagaprayitna, "Ini pak, sudah kena saya sekap pinggangnya dan saya ringkus tangannya, persilakan segera bapak untu.k menang­

kapnya."

Supraba segera bertindak menjegal, Jagaprayitna segera mem­ bating musulmya komplotan maling lalu rubuh terus dilabrak oleh dua orang, tetapi dengan tangan kosong saja, lalu maling berkomplot itu tidak bisa berkutik lagi, malah minta hidup, ma­ ka lalu mereka berhenti memukul .

Di dalam perkelahian tadi lamanya lebih kurang satu jam, jadi mereka merasa sangat lelah sekali, makanya mereka menge­ lepai mengistirahatkan badannya. Selama mereka melepaskan lelah, bulan sabit muncul dari peraduannya pelahan menyina­ ri bumi, makin lama sinamya semakin terang, tempat sekitar bekas perkelahian tadi terlihat terang dengan jelas, Supraba menengok-nengok mencari durjana yang tertembak tadi, tcrli­ hat telah terkapar tanpa nyawa. Tetapi ia melih�t seorang lagi tergeletak, lalu ia mendekati dan jelaslah sudah kelihatan , ia adalah Jayapanuksama, sedang tertindih kepalanya oleh koper, pingsan. Supraba segera menolong Jayapanuksama, lama-kela­ maan lalu siuman . Di tengah-tengah bcrduel tadi Supraba mcngi­ ra dalam batinn ya bahwa Jayapanuksama bcrscmbunyi, scbab ketakutan mating, nyatanya tidak kelihatan turut mengeroyok , sekarang ia merasa salah terkaannya itu.

Supraba lalu mengarn bil kope r bawaannya para komplotan ma­ ling itu scbanyak dua buah . Lalu ia permlsi kcpada Jagaprayit-33

na, akan memberi tahukan kepada orang yang kemasukan pa­ ra durjana tadi.

Jagaprayitna mempersilakan, lalu menjaga dengan kewaspada­ an kepada durjana yang telah te!tangkap tadi, pistolnya selalu ia todongkan ke arahnya.

Tidak lama perjalanan Supraba telah sampai di desa me­ nuju rumah orang yang baru saja kemasukan mating tadi, di sana ia bertemu dengan asisten wadana yang membawahi desa itu sedang melakukan pemeriksaan. Supraba segera mengabar­ kan kepada asisten wadana tadi, bahwa dirinya telah menang­ kap dua orang yang sedang berjalan tergopoh-gopoh serta di atas kepalanya masing-masing membawa koper, sekarang masih dijaga oleh upasnya ada di tegalan. Asisten wadana seketika itu juga mengajak Supraba untuk melihatnya dan akan segera di bawa ke desa. Supraba lalu diikuti oleh orang-orang banyak, tidak lama sampailah di tempat yang bekas dipakai berdue� tadi. Asisten wadana terkejut melihat orang yang tertangkap telah mati seorang, lalu bertanya kepada Supraba, "Bagaimana dik Mantri, kok rupanya ada seorang yang telah meninggal?"

Supraba menjawab, "Saya berkelahi dengannya selalu kalah, akhimya terpaksa say a pistol."

Singkatnya, komplotan penjahat itu lalu diborgol, yang telah mati digotong, Jayanapuksama digendong, mereka diba­ wa ke Kemantren. Di situ asisten wadana lalu ingin mendengar penjelasan dari kawanan penjahat yang masih hidup itu, sangat banyak ia memperoleh penjelasan dari padanya. Semua penje­ lasan tadi agar supaya memudahkan untuk mengadakan penye­ lidikan bagi kawanan penjahat lainnya yang Mlum tertangkap. Setelah selesai meng�dakan pemeriksaan, durjc;tna dibawa ke ko­ ta, dimasukkan ke dalam penj_ara, yang mati setelah mendapat pemeriksaan dokter lalu dikubur di kota. Jayapanuksama di­ bawa ke rumah saki.t untuk mendapatkan perawatan.

Terseb.utlah, pada hari itu juga para pulisi pada sibuk meng­ adakan pelacakan kawanan penjahat lain:nya yang telah dijelas­ kan oleh penjahat yang tertangkap itu, tetapi semuanya mere­ ka belum pada pulang. Para pulisi pada mengadakari

pengintai-an secara _diam-diam , maksudnya mengawasi kepulangannya para kawanan penjahat ke rumahnya. Ketika itu pulisi melakukan pengi.ntaian sampai selama seminggu, namun sampai demikian mereka belum juga pulang ke tempat tinggalnya.

Perintah lalu diturunkan ke desa yang menguasai daerah itu supaya menyelidiki dengan cermat, barangkali para kawanan penjahat itu menyamar dan meningkatkan penyelidikan guna mencari keterangan. Para pe tugas ada yang menyelidiki ke dae­ rah selatan , ada yang ke timur, ke utara dan ke barat.

Tersebutlah, Supraba semenjak berangkat melakukan tu­ gas ronda sainpai pada saat para kawanan penjahat pulang ke tempat tinggalnya itu tidak diketahui ·akan berapa hari lama­ nya, maka itu ia memerlukan pulang ke rumah untuk mengam­ bil bekal serta memberi tahukan kepada istrinya. Begitu pula upas J agaprayi tna.

Pada jam sembilan pagi Supraba datang ke rumah mengetahui Suminten sedang duduk di kursi sambil bertopang dagu, terke­ jutlah hatinya, lalu ia bertanya kepada istrinya itu, ujarnya,

"Mengapa, sayang?"

Suminten mendengar suara suaminya itu terkesiap, sebab tidak mengetahui kedatangannya, yang terang ia kaget, Suminten lalu mengejarnya menubruk tangan Supraba sambil berkata, "Oh, Kangmas,. suamiku. Apa sebab pergi ronda lama sekali ba­ rn pulang? Sungguh-sungguh membuat khawatir hatiku, sebab Kangmas tidak memberi kabar. " Supraba menjawab pelahan, 'Eh, jadi engkau tadi sedang memikirkan aku? Nanti dulu, ah, aku istirahat dulu, nanti barulah aku menj elaskan kepadam u. Sekarang aku minta dulu sarapan, sebab perutku terasa sangat lapar sekali. Dan buatkan aku air teh manis dalam botol, nan­ ti air teh itu akan kubawa sebagai bekal."

Tidak lama sarapan serta air disediakan. Supraba makan sarapan tidak habis, lalu dibenahi oleh Surninten. Ketika sete­ lah bubar sarapan Supraba menceriterakan segala hal-ihwalnya kepada istrinya, ujamya, "Genduk, istriku, benar juga bahwa kepergi.anku itu menjadikan pikiranmu, sebab yang sudah-sudah saya tentu memberi tahu, sekarang aku tidak be�buat demikian. 35

Mengapa aku tidak memberi khabar, itu sesungguhnya hanya

karena hatiku risau, jadi ,menimbulkan kelupaan. Adapun yang

menjadikan hatiku risau sebab kawanan penjahat yang memasu­

ki

rumah orang kaya di desa Karangbenda. Penjahat tadi kena

kutangkap dua orang, tetapi yang satunya mati kutembak, se­

babnya aku tidak kuat menandinginya dalam pergulatanku de­

ngan dirinya."

Suminten bertanya, "Apakah muka anda memar membiru itu

karena terkena pukulan kawanan penjahat, mas?"

Supraba: "Ya, untungnya kawanan penjahat itu tidak menggu­

nakan pisau, bisa-bisa aku pulang tinggal namanya belaka."

Suminten ketakutan sekali mendengar kata-kata Supraba, sam­