Selama Supraba jadi asisten wadana namanya telah ter
kenal di seluruh wilayah Magetan, sebab dari berani/bersikap
tegas dan sangat pandainya mencari dan Jhelacak keterangan
barang-barang yang telah dicuri oleh penjahat.
Asisten Residen di kota itu juga mengetahui terhadap kepan
daian Supraba, bahkan mengharap-harapkan sewaktu-waktu
ada lowongan kursi wadana bermaksud akan mencalonkannya.
Tersebutlah, setelah anak Supraba sudah agak besar, is
trinya merasa kewalahan mengurus kesibukan di dalam rumah
tangganya, untuk mengat�r kebersihan di dalam rumah kurang
tertangani dengan sempurna, maka permintaan istrinya supaya
dicarikan seorang pengasuh Supraba lalu berusaha mencarikan
pengasuh, tetapi belum juga berhasil. Sudah beberapa hari Su
minteil. minta dicarikan pengasuh kepada Supraba, tetapi belum
dapat saja, lalu Suminten bertanya kepada Supraba, ujarnya,
"Mas, mas, selama anda mencarikan seorang pengasuh i tu apa
kah sudah berhasil?"
Supraba menjawab, "_Qh, belum dapat, bu."
Suminten: "Apakah tidak ada orang yang mau, kok susah amat
sih mencari seorang pengasuh saja?"
Supraba : "Bu, sesungguhnya yang mau jadi pengasuh itu banyak,
namun tidak ada yang pantas untuk menjadi pengasuh anak
mu itu . "
Suminten: "Apanya yang tidak pantas?"
Supraba : "Dahulu engkau punya cita-cita dan idaman agar su
paya anakmu yang pertama ini hams menjadi seorang yang uta
ma, olch sebab itu aku harus mencari seorang pengasuh yang
baik budi pekertinya. Apabila asal sembarang orang saja · tidak
lah kurang, tetapi nanti apakah yang akan bakal terjadi terha
dap anakmu itu, pasti tidak akan menjadi manusia utama, sebab
sejak kecil sudah . mendapat didikan dan ajaran yang tidak pan
tas. Sekarang tcrpaksa kita harus bersabar dahulu, sambil meli
hat-Iihat mencari orang yang baik bu di pekcrtinya."
mencrima, sebab dalam pemikirannya dari pada
. . • . · '. 'anaknya akan mendapat didikan .dan. ajaran kurang baik, lebih baik bekerja berat dan repot sedikit menjadi soal. asalkan anaknya akan mendapat didikan dan ajaran yang ia idam-idamkan . ,
Pada suatu hari Supraba duduk-duduk di kursi di ruang · pendopo sedang memikirkan orang yang kira-kiranya pantas jadi pengasuh anaknya, tiba-tiba datang tiga orang, seorang le
laki dan d ua perempuan. Orang yarig lelaki tadi sudah tua, uban di kepalanya telah merata, sedangkan perempuan yang tadi yang satu sudah ubanan, satunya lagi masih gadis, orang itu semua nya memasuki pin tu gerbang pekarangan rumahnya.
Supraba memperhatikan dengan memandangnya tiada hen ti hentinya, segera ia berdiri lalu berlari menjemput orang-orang itu dengan kegembiraan yang meluap-luap, Supraba lalu meme gangi tangan gadis itu dituntunnyJ masuk ke dalam pekarang an rumahnya .
. Tiga orang itu lalu masuk ke dalam rumah, tetapi' Jalu membu at kaget tetangga kanan kirinya, sebab mereka pada menangis.
Tatkala itu Suminten sedang memasak di dapur, mende ngar suara tangis di dalam rumahnya ia sangatlah terkejut, lalu segera masuk melihat suaminya pun turut menangis, ia jadi ke bingungan dan bergemetaran, mau mendekat hatinya tidak ya kin, mau menjauhi peristiwa itu tidak enak. Supraba m elihat tingkah-polah istrinya sedang dalam kebingungan itu ia berhenti menangis, tiga orang tadi pun lalu turut berhenti dari tangisnya. Supraba lalu memanggil Suminten, sambil berkata, "Bu, kema rilah ! Ini bapak dan ibu serta ini adikku, ayo mari kita pada menyampaikan salam bakti kepada bapak dan ibu ! "
Suminten setelah diberi penjelasan bahwa mereka itu bapak dan ibu s�rta adik, lalu segera mendekat beserta berkata demi kian, " Bapak, ibu dan adik, saya ini istri M as Asisten Wadana, saya mau menyampaikan salam bakti kepada bapak dan ibu." Suraancala beserta istrinya berkenaan hatinya, Supraba lalu menyembah sumungkem ke haribaan bapaknya tiga kali, kemu dian menyungkemi kaki ayahnya dengan berkata, "Sembah sumungkem saya ini kusampaikan untuk bapak, sesudahnya 61
bapak semoga memberikan pengampunan kepada segala kesa lahan dan kealpaan saya."
Suraancala: "Ya anakku, kuampuni segala kealpaanmu kepadaku." · - Supraba telah. selesai berbakti kepada bapaknya dan selanjut .nya Suminten menyembah keharibaan bapak mertuanya tiga kali lalu sumungkem mencium kakinya sam bil berkat�, "Sem bah bakti saya ini saya sampai�an kepada bapak, sesudahnya bapak semoga memberikan pengampunan kepada seluruh ke salahan dan kealpaan saya." Suraancala menjawab, "Genduk anakku, engkau belum punya kesalahan kepadaku, bahkan keda tanganku ke sini . mem buat engkau bingung. Maka oleh karena itu pintaku kepadamu agar banyak pemaklumanmu."
Suminten: "Perkataan bapak saya junjung tinggi, saya sangat maklum, tetapi atas perhatian bapak terhadap saya perihal mem buat kaget atau bingung itu tidaklah menjadikan persoalan apa apa, bukankah hanya terhadap anaknya sendiri. Sesungguh nya saya memohon ampun itu, barangkali adanya kekeliruan sa ya di dalam tingkah laku saya atau ada kata seucap yang tiada berkenan di hati bapak dan sopan santun saya tiada setata, se bab saya ini sesungguhnya as� orang masyarakat dari golongan rendah dan dari kampung."
Suraancala: "Genduk anakku, satupun tak ada kekeliruan di dalam tatakrama bahasa, tingkah-laku atau sopan-san tunmu terhadapku."
Suminten lalu sembah sumungkem kepada ibu mertuanya, ta ta cara dan kata ucapannya kurang lebih sama dengan ketika ia sembah baktinya kepada bapak mertuanya, bapak Suraancala. Setelah selesai semua menyampaikan sembah bakti mereka, Suraancala bertanya kepada Supraba, ingin mengetahui bagai mana asal mula anaknya sekarang telah menjadi seorang asis ten wadana. Bapaknya menyuruh menceriterakan dari mula per tamanya, Supraba pun lalu menceriterakan segala hal-_ihwal di rinya dihadapan bapaknya. Setelah selesai berceritera, embok Suraancala · menanyakan cucunya, lalu ditunjukkan Suminten ke dalam kamar, sebab Sridadi cucunya itu sedang tidur. Gandini juga mengikuti ke kamar.