• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

3.6 Departemen Personnel and General Affairs (PGA)

Departemen PGA dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi tiga divisi yaitu personnel affairs, general affairs, dan HSE (Health and Safety Environment). PGA manager bertugas untuk memimpin, mengarahkan, mengevaluasi, dan mengembangkan suatu tim yang terdiri dari staf-staf untuk memastikan bahwa manajemen dokumentasi ketenagakerjaan, proses, dan kegiatan administrasi lainnya berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan. Struktur Organisasi departemen Personnel and General Affairs

dapat dilihat pada Lampiran 19.

Tugas divisi personnel affairs adalah menangani segala hal yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada di PT. PRAFA antara lain:

a. Menyusun daftar gaji dan tunjangan jabatan serta menghitung pembayarannya setiap akhir bulan.

c. Melakukan perekrutan karyawan atas permintaan departemen lain yang membutuhkan.

d. Membuat dan memeriksa absensi/kehadiran karyawan serta memasukkan data absensi karyawan.

Sedangkan divisi general affairs bertugas menangani seluruh hal yang berkaitan dengan kesejahteraan dan fasilitas umum karyawan meliputi:

a. Menangani masalah kebersihan dan keamanan. b. Membuat laporan Jamsostek.

c. Makan siang karyawan (katering), supir/driver, laundry.

General affairs juga menangani hubungan antara pabrik dengan pihak luar yaitu masyarakat, instansi pemerintah ataupun instansi-instansi non pemerintah lain serta menagani keluhan-keluhan dari masyarakat sehubungan gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh pabrik ataupun limbahnya. Administrasi kesekretariatan dan keuangan pabrik juga ditangani oleh departemen PGA yang meliputi surat masuk dan surat keluar, membuat laporan-laporan, dan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran pabrik. Selain itu, general affairs juga menangani pemeliharaan gedung (maintenance), komunikasi dengan serikat pekerja serta kegiatan-kegiatan sosial.

Terakhir, divisi Health and Safety Environment bertanggung jawab dalam hal:

a. Memberikan perlindungan dan menciptakan suasana kerja yang layak bagi setiap personalia di lingkungan pabrik.

b. Memberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan bagi setiap karyawan c. Menangani dampak buruk pabrik terhadap lingkungan.

Tanggung jawab HSE dalam hal menangani dampak buruk pabrik terhadap lingkungan adalah dengan melakukan pengolahan limbah pabrik. Limbah yang berasal dari pabrik PRAFA dapat berupa limbah padat maupun limbah cair dan tiap jenis limbah ini dikelola secara berbeda tergantung dari jenis dan sifat bahannya.

Limbah padat dapat berasal dari debu hasil proses produksi, sampah sisa proses pengemasan, sampah dari lingkungan pabrik, produk rejected, dan obat yang telah kadaluarsa. Limbah padat yang masih dapat dimanfaatkan serta

memiliki nilai jual seperti sisa kemasan (kaleng, drum, alumunium foil, plastik, botol, kardus) dikumpulkan di gudang khusus kemudian dijual kembali untuk didaur ulang. Limbah padat berupa debu hasil proses produksi akan disedot oleh alat dust collector yang kemudian dikumpulkan oleh petugas technical service

sebulan sekali dan dimusnahkan dalam insinerator. Untuk bahan baku dan obat jadi yang telah kadaluarsa serta produk rejected juga dimusnahkan dalam insinerator. Sedangkan khusus untuk limbah padat yang berasal dari proses produksi betalaktam dan sefalosporin terlebih dahulu dimasukkan dalam kantung plastik transparan yang dibasahi bagian luar dan dalamnya dengan larutan NaOH pH 12 kemudian baru dimusnahkan bersama limbah lainnya dalam insinerator. Pemusnahan limbah padat dalam insinerator dilakukan pada suhu 550-1200°C selama 45-60 menit.

Limbah cair berasal dari proses produksi, pencucian peralatan produksi, limbah laboratorium, dan buangan lainnya. Semua limbah cair ini kemudian akan diolah di Instalasi Pengelolaan Air Limbah/IPAL secara sentralisasi pada lokasi belakang pabrik PRAFA. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari proses produksi betalaktam dan sefalosporin, terlebih dahulu dilakukan pretreatment

sebelum dialirkan ke IPAL. Alur proses pretreatment limbah cair betalaktam dan sefalosporin dapat dilihat pada Lampiran 20 sedangkan alur proses pengolahan limbah cair non betalaktam dapat dilihat pada Lampiran 21.

Dalam proses pengolahan limbah cair, IPAL di PRAFA terdiri dari sembilan buah bak yang masing-masing kegunaannya dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

a. Bak ekualisasi. Bak ini merupakan bak penampungan limbah cair utama yang dapat berasal dari berbagai sumber. Di dalam bak ini terdapat aerator yang berfungsi menghisap udara untuk mengurangi bau limbah.

b. Bak pereaksi. Di dalam bak ini berlangsung proses netralisasi limbah cair sehingga diperoleh limbah dengan pH ± 7 yakni dengan penambahan NaOH 40% atau HCl 32%. Hal ini dikarenakan bakteri aerobik yang akan digunakan dalam tahap pengolahan limbah selanjutnya, tumbuh dan bekerja pada pH netral.

c. Bak separasi. Kerikil yang terdapat di dalam bak ini, akan memisahkan padatan dari air limbah yang berasal dari bak pereaksi. Air limbah ini kemudian akan dialirkan melintasi kanal berkisi (fish bone weir) untuk mengurangi gas yang terkandung di dalam air limbah.

d. Bak aerasi I. Air limbah dalam bak aerasi I akan ditambahkan polialuminium klorida/PAC sebagai koagulan. Setelah itu, limbah diaduk dengan diffuser

selama 45-60 menit lalu didiamkan selama 1 jam untuk mengendapkan partikel koagulat yang terbentuk.

e. Bak filtrasi I. Di dalam bak ini, terjadi proses penyaringan pertama untuk memisahkan air dari endapan. Bak ini tersusun atas karbon aktif dan ijuk. f. Bak aerasi II. Di dalam bak, ditambahkan bakteri SGB 104, yang berfungsi

sebagai pengurai zat organik, mereduksi senyawa-senyawa fenol, dan beberapa senyawa klorohidrokarbon. Proses pengadukan juga dilakukan dalam bak ini dengan bantuan 10 buah diffuser.

g. Bak filtrasi II. Di dalam bak ini, terjadi penyaringan yang kedua kalinya dengan menggunakan karbon aktif dan ijuk guna mendapatkan air dengan tingkat kejernihan tertentu.

h. Bak settle. Partikel-partikel dari air limbah yang masih lolos dari proses aerasi dan filtrasi akan diendapkan di dalam bak ini dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi.

i. Kolam pembuangan (effluent). Kolam ini merupakan bak penampungan hasil pengolahan limbah cair yang sudah tidak berbahaya bagi lingkungan.

Terkait proses pengolahan limbah, departemen QA/QC juga turut ditugaskan untuk merancang metode pengelolaan limbah serta metode analisisnya. Sedangkan departemen Technical Service bertugas merawat peralatan yang digunakan dalam pengolahaan limbah.

Hasil pengolahan limbah cair juga tetap diperiksa untuk memastikan bahwa air yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan antara lain meliputi pemeriksaan parameter:

• Fisika seperti suhu, warna, bau, dan kekeruhan.

• Kimia seperti pH, kandungan fenol, Chemical Oxygen Demand/COD,

COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat-zat organik dalam satu liter air dan BOD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik. Sedangkan TSS adalah jumlah zat padat total baik organik maupun anorganik yang tersuspensi di dalam air. Pemeriksaan parameter kimia ini dilakukan pada saluran inlet dan outlet. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang telah ditentukan untuk mengetahui apakah proses pengolahan limbah cair berjalan dengan baik.

Sementara itu, bahan atau reagensia kimia tidak dialirkan ke dalam IPAL seperti limbah cair lainnya tetapi akan dikumpulkan dan dikirim ke Perusahaan Pengolahan Limbah Industri/ PPLI sebagai B3 (Bahan Beracun Berbahaya) untuk kemudian dimusnahkan.

BAB IV

Dokumen terkait