• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

3.3 Departemen Quality Assurance/Quality Control (QA/QC)

3.3.2 Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan terhadap bahan awal dan produk jadi antibiotik, sirup serta produk steril, yang meliputi pemeriksaan potensi antibiotik, angka kuman (Total Plate Count/TPC), sterilitas, bioburden, dan uji endotoksin. Selain itu, juga dilakukan pengawasan mikrobiologi di ruang produksi kelas A

hingga E, proses sanitasi ruang produksi, kualifikasi bangunan, kualifikasi oven dan autoklaf, air yang dimurnikan (purified water/PW), air untuk injeksi (water for injection/WFI), dan fasilitas Laminar Air Flow/LAF. Divisi ini juga terlibat dalam validasi media fill untuk produksi secara aseptis larutan injeksi maupun serbuk injeksi kering.

Ruang yang terdapat di bagian mikrobiologi terdiri dari enam ruangan yaitu: a. Ruang potensi; digunakan untuk pemeriksaan yang menggunakan kuman

(antara lain potensi antibiotik dan uji kelayakan media/growth promotion test). Aliran udara LAF pada ruang ini berupa laminar dan tidak diizinkan mengalir keluar. Hal ini ditujukan untuk menjaga keamanan personil dan mencegah udara dari ruangan ini keluar sehingga mengkontaminasi udara luar ruang.

b. Ruang TPC/Total Plate Count; digunakan untuk pemeriksaan yang tidak menggunakan kuman (antara lain TPC, uji sterilitas, dan uji bioburden). Aliran udara LAF pada ruang ini mengalir keluar untuk menjaga kebersihan ruang dan mencegah kontaminasi udara dari luar ruang.

c. Ruang steril; merupakan ruang yang dikondisikan sama seperti ruang produksi sediaan steril (white area) dan digunakan untuk uji sterilisasi. Sebelum memasuki ruangan ini, terdapat ruang antara, ruang gowning off, dan

air shower.

d. Ruang preparasi media; merupakan ruang pembuatan media pertumbuhan mikroba yang akan digunakan untuk menginkubasi mikroba pada uji potensi antibiotik.

e. Ruang inkubasi. f. Ruang pencucian.

Pemeriksaan mikrobiologi di ruang produksi kelas E dilakukan 1 bulan sekali sedangkan untuk ruang kelas A hingga C, seperti ruang filling, dilakukan setiap kali kegiatan produksi berlangsung dan pemeriksaan secara keseluruhan di area produksi steril dilakukan 1 minggu sekali. Uji potensi antibiotik dilakukan dengan 2 cara yakni silinder plate dan turbidimetri. Silinder plate dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat sedangkan metode turbidimetri dilakukan dengan mengamati tingkat kekeruhan media. Kedua metode tersebut

kemudian dibandingkan dengan standarnya dan setiap uji potensi harus terdapat uji kontrol baik kontrol positif maupun kontrol negatifnya. Kontrol positif dilakukan dengan cara menginokulasi mikroba pada media yang digunakan, jika tumbuh mikroba berarti media tersebut telah dapat digunakan dalam uji mikrobiologi. Sedangkan kontrol negatif dengan cara menginkubasi media saja. Jika tidak tumbuh mikroba di media tersebut, berarti media yang digunakan sudah dalam keadaan steril. Selain itu, setiap media dikontrol dengan uji kelayakan media dengan tujuan untuk memastikan bahwa media yang digunakan merupakan media pertumbuhan yang baik untuk mikroba.

Pemeriksaan kebersihan udara di ruang produksi menggunakan 2 metode yaitu: metode settling plate dan metode slit to agar. Pemeriksaan terhadap udara terbuka dilakukan dengan pemaparan media menggunakan cawan papar/settling plate di udara terbuka selama 4 jam sedangkan metode slit to agar dilakukan dengan menggunakan alat air sampler yang cara kerjanya adalah mengalirkan udara sebanyak 1000 Liter menuju cawan petri dispossible yang telah berisi media agar, kemudian cawan tersebut diinkubasi pada suhu 30-35°C selama 3 hari dan dilanjutkan pada suhu 20-25°C selama 3 hari. Setelah itu, baru dihitung jumlah mikroba yang tumbuh.

Pemeriksaan sanitasi ruang produksi dilakukan dengan metode apus/swab, caranya adalah menggunakan suatu batang kecil seperti cotton bud yang telah dinetralisir dengan lesitin dan tween untuk menetralkan desinfektan yang mungkin masih menempel pada dinding sel mikroba, kemudian diapuskan seluas 5 x 5 cm pada permukaan dinding ruangan secara horizontal dan vertikal. Setelah itu, hasil apusan diinokulasi ke dalam media pertumbuhan mikroba lalu diinkubasi seperti pada pemeriksaan kebersihan udara.

Selain pemeriksaan kimia, PW dan WFI juga diperiksa secara mikrobiologi. Untuk PW dilakukan pemeriksaan TPC yakni ada tidaknya mikroba E.coli dan Pseudomonas. Untuk WFI, selain pemeriksaan TPC, juga dilakukan uji endotoksin. Uji endotoksin yang serupa juga dilakukan terhadap sediaan injeksi dengan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate/LAL seperti yang dicantumkan dalam lampiran <85> USP (United States Pharmacopeia).

3.3.3 QA Inspector

Divisi ini bertanggung jawab melakukan inspeksi in process control/IPC produksi dan obat jadi serta mengambil sampel bahan awal (baku baku dan bahan pengemas) guna pemeriksaan di laboratorium kimia. IPC bertujuan untuk memastikan bahwa tiap tahap proses produksi memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pemeriksaan IPC dilakukan dengan cara sampling pada waktu proses produksi di ruang produksi kemudian dilakukan pengujian di ruang IPC produksi. IPC yang dilakukan oleh operator produksi merupakan cara untuk menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi menghasilkan produk sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan IPC yang dilakukan oleh QA inspector adalah usaha untuk memastikan bahwa produk tersebut telah memenuhi spesifikasi sekaligus sebagai

double check terhadap IPC yang dilakukan oleh pihak produksi.

Pemeriksaan IPC produksi meliputi pemeriksaan kesiapan jalur produksi/line clearance dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua peralatan, jenis dan jumlah bahan baku obat telah siap dan kondisi ruang produksi telah sesuai dengan yang seharusnya, lalu juga pemeriksaan keseragaman bobot, ketebalan, diameter sediaan solid, waktu hancur, kekerasan, kerapuhan (friabilitas), dan uji kebocoran. Untuk sediaan cair dilakukan pemeriksaan keseragaman volume, kebocoran, viskositas, dan lainnya. IPC juga melakukan pemeriksaan obat jadi yang meliputi coding, jumlah isi, keadaan kemasan, warna kemasan, ukuran kemasan, dan lainnya. Seluruh hasil pemeriksaan tersebut lalu didokumentasikan.

Pemeriksaan terhadap bahan kemas juga menjadi tanggung jawab dari divisi inspeksi. Metode sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dari bahan pengemas seperti vial dan ampul adalah metode sampling millitary standard,

tetapi untuk aluminium foil digunakan metode sampling √N + 1. Jika ada masalah seperti salah cetak, perbedaan warna, perbedaan nomor bets pada kemasan serta perbedaan lainnya, maka divisi inspeksi bertanggung jawab penuh dan mempunyai hak untuk menolak seluruh bahan pengemas dari pemasok yang bermasalah.

QA supervisor memiliki kewenangan menyatakan status release pada produk jadi. Obat jadi akan diberi status QA released apabila dokumen produksi,

pengemasan dan QC telah terkumpul tiap betsnya. Dokumen tersebut meliputi MO, MRD, MI, label penimbangan bahan baku, label penerimaan bahan kemas, label penyiapan jalur/line clearance, BPR/PDR, data IPC, dan hasil pengujian QC. Setelah semua dokumen tersebut terkumpul, dievaluasi, dan memenuhi syarat, obat jadi yang ada di gudang obat jadi dapat secara resmi diedarkan. Dokumen tersebut disimpan hingga tanggal kadaluarsa obat jadi ditambah 1 tahun. Hal ini ditujukan untuk kebutuhan investigasi bilamana muncul keluhan terhadap obat jadi tersebut dengan nomor bets tertentu.

Dokumen terkait