• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

H. Pengecekan Keabsahan Data

1. Derajad Kepercayaan

Penerapan kriteria derajad kepercayaan atau kredibilitas (credibility) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dan eksternal dari nonkualitatif. Penerapan kriteria ini disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, sehingga sangat dimungkinkan dalam pelaksanaan di lapangan terjadi kecondongan purbasangka (bias). Untuk menghindari hal tersebut, data yang diperoleh perlu diuji kredibilitasnya (derajat kepercayaannya).

Pengecekan kredibilitas atau derajat kepercayaan data perlu dilakukan untuk membuktikan apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar telah sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Derajat kepercayaan data (kesahihan data) dalam penelitian kualitatif digunakan untuk memenuhi kriteria (nilai) kebenaran yang bersifat emic, baik bagi pembaca maupun bagi subjek yang diteliti.

Untuk memperoleh data yang valid dapat ditempuh teknik pengecekan data melalui : (1) observasi yang dilakukan secara terus menerus (persistent observation); (2) triangulasi (triangulation) sumber data, metode dan penelitian lain; (3) pengecekan anggota (member check), diskusi teman sejawat (peer reviewing); dan (4) pengecekan mengenai kecukupan referensi (referential adequacy checks). Sementara itu dalam

bentuk yang sedikit berbeda, Ridjal (2003) menawarkan cara mempertahankan keauntentikan data yaitu dengan cara (1) triangulasi; (2) member check; (3) peer examination; (4) prolinged engagement.

Pengujian terhadap kredibilitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber data dan pemanfaatan berbagai metode yang berbeda, serta member check. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan informan yang lainnya. Misalnya dari apa yang dikemukakan oleh Direktur PIKA ditanyakan lagi ke informan lain, misalnya ke Kepala Divisi Diklat, atau bahkan sampai ke instruktur.

Metode triangulasi yang kedua ialah dengan cara menggunakan beberapa metode yang berbeda untuk mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh. Misalnya hasil observasi dibandingkan atau dicek dengan interviu, kemudian dicek lagi melalui dokumen yang relevan.

Pengecekan data dengan member check dilakukan pada subyek wawancara melalui dua cara. Cara pertama dilakukan langsung pada saat wawancara dalam bentuk penyampaian ide yang tertangkap peneliti saat wawancara. Yang kedua dilakukan secara tidak langsung yaitu dalam bentuk penyampaian rangkuman hasil wawancara yang sudah dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini tidak setiap fokus penelitian mendapat member check, namun pengakuan kebenaran data oleh pihak-pihak tertentu yang

representatif yang dianggap sumber informasi dari yang sudah diwawancarai dapat dianggap memadai untuk mewakili sumber informasi saat dilakukannya wawancara.

2. Keteralihan

Keteralihan atau transferabilitas (transferability) adalah berkaitan dengan seberapa jauh hasil peneltian (kualitatif) ini dapat digunakan dan diaplikasikan dalam situasi-situasi lain. Istilah ini dipakai karena di dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya generalisasi. Keteralihan atau transferabilitas dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan cara “uraian rinci”. Untuk kepentingan ini peneliti berusaha melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian laporan diusahakan dapat mengungkap secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca, agar para pembaca dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya yang diuraikan secara rinci dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

3. Kebergantungan

Kebergantungan atau dependabilitas dilakukan untuk menanggulangi kesalahan-kesalahan dalam konseptualisasi rencana penelitian, pengumpulan data, interpretasi temuan dan pelaporan hasil penelitian. Hal itu dilakukan dengan suatu cara yang disebut audit trail, untuk itu diperlukan dependent auditor dan sebagai dependent auditor dalam penelitian ini adalah para pembimbing (Nasution 1996:119-120).

4. Kepastian

Kepastian atau konfirmabilitas (confirmabilty) diperlukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh objektif atau tidak. Kriterium ini berasal dari konsep objektivitas dalam penelitian nonkualitatif (Moleong 2002:174) Di dalam penelitian kualitatif, objektif atau tidaknya data bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan temuan seseorang. Jika telah disepakati oleh beberapa atau banyak orang dapat dikatakan objektif, namun penekanannya tetap pada datanya. Untuk menentukan kepastian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan data dengan para informan atau para ahli. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan pengauditan ketergantungan atau dependabilitas (Moleong 2002:174; Nasution 1996:119-120). Perbedaannya jika pengauditan dependabilitas ditujukan pada penilaian proses yang dilalui selama penelitian, maka pengauditan konfirmabilitas ditujukan untuk menjamin keterkaitan antara data, informasi dan interpretasi yang dituangkan dalam laporan serta didukung oleh bahan-bahan yang tersedia.

Salah satu cara yang peneliti lakukan untuk mengetahui derajad kepastian dari data adalah dengan memberikan transkrip hasil wawancara kepada informan untuk dimintakan konfirmasi, apakah pernyataan-pernyataan yang ada di dalam transkrip tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki, dipikirkan, dan diucapkan oleh informan saat melakukan wawancara. Namun langkah ini harus dilakukan secara hati- hati, sebab

sangat mungkin informan akan mengoreksi redaksi yang ada di dalam transkrip karena sebab-sebab tertentu, padahal sebenarnya redaksi tersebut sudah sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh sebab itu menurut hemat peneliti metode ini tidak boleh lepas dari metode lainnya khususnya metode triangulasi sumber data.

75 BAB IV PAPARAN DATA

Paparan data yang disajikan dalam bab ini adalah uraian data yang diperoleh melalui pengamatan, hasil wawancara, dan deskripsi informasi lainnya yang berasal dari dokumen, foto, dan rekaman audio. Uraian data ini menggambarkan keadaan alamiah penelitian di PIKA Semarang.

Seperti dirumuskan pada Bab I, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model pengambilan keputusan dan mendeskripsikan teknik pengambilan keputusan dalam pengelolaan pendidikan dan pelatihan di PIKA Semarang. Dalam temuan di lapangan, peneliti mendapatkan gambaran yang lebih luas dalam aspek-aspek pengambilan keputusan kaitannya dengan penyelenggaraan kegiatan organisasi, dan hal ini sesuai dengan karakteristik dari penelitian kualitatif yang memungkinkan untuk menemukan hal-hal lain di luar tujuan semula, meskipun fokus penggalian atau eksplorasi tetap diarahkan sesuai dengan tujuan penelitian semula.

Untuk menggambarkan hasil penelitian, data disajikan atau dipaparkan menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) level dalam struktur organisasi PIKA; (2) jenis-jenis rapat di PIKA; (3) model pengambilan keputusan; (4) teknik pengambilan keputusan; (5) komunikasi dalam pengambilan keputusan; dan (6) pengaruh penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 terhadap pengambilan keputusan.