• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Keputusan Dan Model Pengambilan Keputusan

KAJIAN PUSTAKA A. Pengambilan Keputusan

C. Jenis-Jenis Keputusan Dan Model Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasil yang dicapai dalam proses pengambilan keputusan. Ada beberapa pandangan dalam melihat berbagai macam pandangan dalam pemilahan jenis-jenis keputusan, tetapi kebanyakan para ahli membagi keputusan menjadi dua macam berdasarkan masalah keputusan

yang dihadapi, yaitu keputusan terprogram ( programmed decision) dan keputusan tidak terprogram (non-programmed decision). Hal ini paling tidak dikemukakan oleh Dermawan (2004), Robbins (2002), Tjiptono (2003), dan Syafaruddin (2004).

Tjiptono (2003:184) menyebutkan, keputusan yang diprogram (programmed decision) merupakan keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan, dan prosedur. Keputusan ini cenderung berulang-ulang dan rutin. Sedangkan keputusan yang tidak terprogram (non-programmed decision) merupakan keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah baru, khas atau khusus, dan biasanya bersifat tidak terstruktur. Dalam menanggapi keputusan ini manajer cenderung menggunakan judgement, intuisi, dan kreativitas. Dewasa ini banyak pula perusahaan yang menggunakan simulasi komputer untuk menyelesaikan keputusan tidak terprogram.

Syafaruddin (2004) menjelaskan kedua macam keputusan tersebut di atas dalam bahasa yang sedikit berbeda. Disebutkan bahwa keputusan yang diprogram (programmed decision) dibuat berdasarkan pada problem yang diketahui secara baik (well-structured problem). Diasumsikan pula bahwa informasi tersedia secara mencukupi, dan dinilai relevan untuk menunjang proses pengambilan keputusan tersebut. Sedangkan keputusan tak diprogramkan (non-structured programmed) dibuat berdasarkan masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problems) atau data dan informasinya tidak tersedia sebagaimana mestinya.

Istilah lain dari dua macam keputusan seperti tersebut di atas adalah keputusan rutin dan keputusan inovatif (Depdiknas 2005). Istilah ini lebih ditujukan pada kondisi tertentu, yaitu pengambilan keputusan di sekolah. Keputusan rutin berkenaan dengan prosedur operasional dan diambil melalui pengetahuan menyeluruh tentang aturan, peraturan, dan kebijakan organisasi. Keputusan inovatif adalah keputusan yang berkenaan dengan hal-hal yang sifatnya inovatif dan unik. Keputusan ini biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan keputusan rutin.

Setiap manajer dapat memilih pendekatan yang dianggap paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Kreitner dan Kinicki mengemukakan model pengambilan keputusan rasional yang terdiri dari empat langkah, yaitu identifikasi masalah, pengembangan alternatif solusi, serta implementasi dan evaluasi solusi (Tjiptono 2003:184). Sementara Robbins (1991) mengemukakan tiga model pengambilan keputusan, yaitu (1) optimizing decision-making model; (2) satisficing model; dan (3) implicite favorite model.

Model pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa keputusan didasarkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil keputusan sebagai manusia rasional, di mana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan pemaksimuman nilai di dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan tertentu (Dermawan 2003). Model rasional memperlihatkan sejumlah langkah yang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam menentukan pilihan alternatif solusi. Sebagai contoh, ahli manajemen

E.F. Harison menunjukkan terdapatnya enam langkah dalam model rasional pengambilan keputusan, yaitu:

(1) define the problem;

(2) identify the decision criteria; (3) allocate weight to the criteria; (4) develop the alternatives; (5) evaluate the alternatives; (6) select the best alternative;

Sedangkan H.A. Simon memperlihatkan tiga langkah pengambilan keputusan, yaitu:

(1) identify and define the problem;

(2) generate the alternative solutions to the problem; (3) select solution and implement it.

Kedua pandangan tersebut sebetulnya tidak jauh berbeda, dan hampir semua pendapat yang berkaitan dengan langkah-langkah pemecahan masalah pasti dimulai dengan pengenalan dan identifikasi masalah, pencarian sejumlah alternatif solusi, dan pemilihan solusi terbaik.

Pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas didasarkan atas asumsi tertentu, dan masing-masing ahli memaparkan asumsi-asumsi tersebut sedikit berbeda satu dengan lainnya. Berikut ini adalah asumsi-asumsi yang mendasari pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Robbins (2002), yaitu:

1. Kejelasan masalah. Masalah jelas dan tidak samar-samar. Pengambil keputusan diasumsikan memiliki informasi lengkap berkenaan dengan situasi keputusan.

2. Pilihan diketahui. Diasumsikan bahwa pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dan dapat membuat daftar dari semua alternatif yang berlaku terus. Lebih lanjut, pengambil keputusan mengetahui semua kemungkinan konsekuensi dari masing masing alternatif.

3. Preferensi yang jelas. Rasionalitas mengasumsikan bahwa masing-masing kriteria dan alternatif dapat diranking dan ditimbang untuk menunjukkan tingkat pentingnya.

4. Preferensi yang konstan. Diasumsikan bahwa kriteria suatu keputusan tertentu adalah konstan dan bobot yang diberikan padanya adalah stabil sepanjang waktu.

5. Tidak ada kendala waktu dan biaya. Pengambil keputusan rasional dapat memperoleh informasi yang lengkap tentang kriteria dan alternatif karena diasumsikan bahwa tidak ada kendala waktu dan biaya.

6. Hasil maksimal. Pengambil keputusan rasional akan memilih alternatif yang menghasilkan nilai yang dipandang tertinggi.

Kondisi ideal yang dituntut dalam pengambilan keputusan rasional merupakan kondisi lingkungan yang tidak memiliki faktor ketidakpastian (zero uncertainly). Hal ini tentu tidak realistis, karena bila anggapan dasar yang melandasi keputusan rasional adalah benar, maka manajer akan selalu dapat mengambil keputusan dengan tepat dan benar. Model rasional dikatakan sebagai model bersifat normatif (normative model) yang dianggap sebagai model yang ideal, namun bukan model yang sebenarnya dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu dikembangkan suatu model yang realistis, yang disebut dengan bounded rationality atau rasional terbatas, dengan asumsi dasar bahwa manusia memiliki keterbatasan rasionalitasnya, serta keterbatasan-keterbatasan daya dukung untuk mengambil keputusan. Kapasitas pikiran manusia untuk menformulasikan dan memecahkan masalah yang kompleks jauh di bawah prasyarat model rasionalitas, mereka

membangun model yang disederhanakan dan mencari segi-segi penting dari masalah tanpa menangkap semua kompleksitasnya. Individu, kemudian dapat berperilaku secara rasional hanya dalam model yang sederhana (Robbins 2002). Sedangkan Dermawan (2003) mempersamakan istilah bounded rationality dengan irrationality.

Untuk menghindari informasi yang terlalu banyak, para pengambil keputusan menyandarkan pada heuristik atau jalan pintas penilaian, dalam pengambilan keputusan. Ada dua kategori umum heuristik, yaitu heuristik tersediaan dan heuristik keterwakilan (Robbins 2002). Keduanya menimbulkan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering dibuat oleh para pengambil keputusan adalah kecenderungan untuk meningkatkan komitmen kepada serangkaian tindakan yang gagal.

Heuristik ketersediaan (availability heuristic) adalah kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi yang sudah tersedia untuk mereka. Heuristik keterwakilan (representative heuristic) adalah kecenderungan orang yang menilai suatu kejadian dengan mencocokkannya pada kejadian yang sebelumnya ada. Orang sering keliru dalam menggunakan heuristik ini. Sebagai contoh para manajer seringkali memprediksikan kinerja suatu produk baru dengan menghubungkannya dengan kesuksesan produk sebelumnya.

Hal lain yang menarik dalam kajian pengambilan keputusan adalah intuisi. Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses bawah sadar yang tercipta dari pengalaman. Pengambilan keputusan intuitif tidak harus dengan

melakukan analisis rasional secara independen, namun lebih merupakan dua hal yang saling melengkapi. Pengalaman memungkinkan para manajer mengenali situasi dan menggunakan informasi yang terkait dengan situasi tersebut untuk sampai pada sebuah pilihan keputusan dengan cepat. Hasilnya adalah bahwa pengambil keputusan intuitif dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam informasi yang sangat terbatas. Penggunaan intuisi sebagai alat pengambilan keputusan kadang dikaitkan dengan bounded rationality, atau lebih tepanya irrationality, yaitu menggunakan perasaan atas dasar keterbatasan-keterbatasan rasionalitas dan keterbatasan-keterbatasan informasi.