• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses desain merupakan tahap akhir dari rangkaian proses penelitian ini dengan hasil output berupa rencana tapak (site plan) pada masing-masing sampel

pocket park. Desain yang diterapkan memadukan elemen hardscape dan softscape

dengan dominansi hardscape berupa plaza serta rekayasa ruang resapan air berupa landscape swale dan sumur resapan (retention well). Penambahan fasilitas

hardscape berupa bangku taman, amphitheatre, dan shelter, serta water features

bertujuan mendukung fungsi taman untuk berinteraksi sosial. Sedangkan pada elemen softscape meliputi penambahan beberapa jenis vegetasi baik semak hingga pohon yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas micro-climate dan mempercepat proses infiltrasi air pada tapak. Secara garis pengembangan desain sebagai model pada 331 titik pocket park adalah dengan penambahan fasilitas berupa shelter, fasilitas duduk, amphitheatre, landscape swales, saluran drainase, sumur resapan, dan water features. Adapun detil desain pada masing-masing tapak sampel dijabarkan sebagai berikut:

Desain Sampel A

Pada sampel A, desain taman mengaplikasikan pola asimetris geometris dengan garis-garis liniar memanjang. Desain ini meliputi area seluas 3 168 m2 dengan elevasi 0 m pada jalur pejalan kaki lintas bagian barat, menurun menjadi - 0.6 m pada jalur pejalan kaki lintas dan plaza bagian timur, dan -1 m pada area resapan air utama. Secara umum, pavement menggunakan kombinasi stone block,

grass block dan grate dengan dominansi oleh penggunaan stone block. Stone block yang digunakan terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan warna untuk membedakan fungsinya. Stone block berwarna kuning terang digunakan sebagai penanda area crossing, sedangkan warna coklat tua sebagai area taman. Selain itu, terdapat penggunaan stone tile (marmer) dan saluran drainase (grate) bertujuan sebagai pattern taman untuk memecah kemonotonan. Terdapat beberapa fasilitas pada taman sampel A, diantaranya adalah amphitheatre dan water feature dengan instalasi water jet sebagai akomodasi aktivitas interaksi sosial (Gambar 45).

Gambar 45 Amphitheatre dan water feature pada desain sampel A

Selain amphitheatre terdapat juga area duduk dengan peneduh tajuk pohon

Terminalia molineti yang juga berfungsi untuk mengakomodasi aktivitas interaksi sosial. Warna merah yang digunakan pada bangku taman merujuk pada kondisi

lingkungan taman yang berada pada area pecinaan yang identik dengan warna merah (Gambar 46). Pemasangan lampu dengan banner bertujuan sebagai media promosi mengingat lokasi taman berada pada kawasan komersial. Melalui penggunaan landscape swales, sumur resapan, dan saluran drainase, pada sampel A didapatkan kapasitas tampung air hujan dan limpasannya sebesar 572.84 m3. Perhitungan lebih detil tersaji pada Tabel 13.

Gambar 46 Area duduk pada desain sampel A Tabel 13 Perhitungan kapasitas tampung air sampel A

Fitur resapan Luas area (m2) Tinggi maksimal air

tampung (m) Volume (m 3 ) Landscape swales a 468.6 0.45 210.87 Landscape swales b 73.8 0.55 40.6 Sumur resapan 618.9 0.70 433.23 Saluran drainase 108.5 0.20 21.7 Total 706.4 Desain Sampel B

Sampel B mengaplikasikan desain dengan pola asimetris geometris grid yang meliputi luas 1 365 m2. Elevasi pada taman terbagi menjadi 0 m pada bagian utara taman, dan 0.6 m pada ruang resapan air utama. Penggunaan stone block

menjadi dominansi pavement pada taman. Hal ini bertujuan untuk menyediakan daya dukung penggunaan yang tinggi mengingat taman juga direncanakan menjadi akses terhadap kawasan industri. Pattern taman dibentuk oleh saluran drainase yang saling silang untuk memecah kemonotonan. Penggunaan warna pastel pada pavement dan bangku taman bertujuan untuk menciptakan kesan lembut dan tenang pada taman.

Terdapat fasilitas shelter pada bagian utara taman yang terdekat dengan jalan raya utama untuk mengakomodasi pejalan kaki menunggu angkutan umum (Gambar 47). Penempatan fasilitas shelter yang tepat berada pada area masuk taman juga bertujuan menjadi gate atau gerbang taman. Sedangkan untuk aktivitas berinteraksi sosial diakomodasi melalui area duduk berfasilitas bangku dan water feature dengan instalasi water cascade sebagai focal point (Gambar 48). Pada desain sampel B, didapatkan kemampuan tampung air hujan dan limpasan sebesar 342.2 m3. Penambahan sumur resapan menjadi 1 m bertujuan untuk meningkatkan

kapasitas tampung air pada taman, mengingat ukuran taman yang terbatas dan berada di kawasan industri. Informasi mengenai kapasitas tampung air hujan dan limpasan dapat dilihat pada Tabel 14.

Gambar 47 Shelter pada desain sampel B

Gambar 48 Area duduk dengan water cascade pada desain sampel B

Tabel 14 Perhitungan kapasitas tampung air sampel B

Fitur resapan Luas area (m2) Tinggi maksimal air

tampung (m) Volume (m 3 ) Landscape swale a 191.5 0.45 86.2 Landscape swale b 36.6 0.55 20.1 Sumur resapan 224.1 1.00 224.1 Saluran drainase 59.2 0.20 11.84 Total 342.2 Desain Sampel C

Pada sampel C, pola desain yang diaplikasikan adalah radial dengan luas taman sebesar 1 453.6 m2 dengan elevasi -1 m pada area playground dan sumur resapan dan 0 m pada area sisanya. Pola radial diaplikasikan dalam layout pavement dengan kombinasi stone block, landscape swale b, saluran drainase, dan

kesan tenang dan relaks pada taman. Sedangkan stone tile berupa keramik marmer yang diaplikasikan pada amphitheatre pada area playground bertujuan selain untuk akomodasi area duduk, juga untuk menciptakan kesan ruang yang cerah melalui warnanya yang terang. Selain itu, terdapat penggunaan grass block

dengan pola flower petals berwarna ungu pada area playground untuk lebih menciptakan suasana yang ceria.

Elevasi menurun pada area playground bertujuan untuk memberikan ruang semi-isolasi bagi anak-anak bermain tanpa terganggu aktivitas keseharian kawasan komersial disekitarnya. Fasilitas playground itu sendiri merupakan bentuk adaptasi terhadap fungsi kawasan permukiman di sekitar lokasi taman dan bertujuan untuk mengakomodasi aktivitas bermain anak-anak. Fasilitas tersebut berdampingan dengan fasilitas amphitheatre dan water feature sebagai focal point

(Gambar 49). Fasilitas shelter juga terdapat pada area taman yang menghadap jalan raya utama untuk megakomodasi aktivitas menunggu angkutan umum oleh pejalan kaki dengan bentuk setengah lingkaran menyelaraskan dengan pola

pattern taman (Gambar 50). Besarnya kapasitas tampung air hujan dan limpasan pada sampel C adalah 284.28 m3. Lebih detil perhitungan kapasitas tampung air tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Gambar 49 Playground pada desain sampel C

Tabel 15 Perhitungan kapasitas tampung air sampel C

Fitur resapan Luas area (m2) Tinggi maksimal

air tampung (m) Volume (m 3 ) Landscape swales a1 436.6 0.45 196.47 Landscape swales a2 85 0.65 55.25 Landscape swales b 192.8 0.55 106 Sumur resapan 35.2 0.70 24.64 Saluran drainase 192.8 0.20 6.76 Total 389.1 Desain Sampel D

Sampel D memiliki luas 2 623 m2 dengan elevasi -0.6 m pada area resapan air utama bagian barat dan 0 m pada area sisanya. Luas yang didesain ini mengalami pengurangan sebesar 97.45 m2 dari luas tapak saat inventarisasi sebesar 2 720 m2. Pengurangan luas ini terjadi pada area sudut simpangan taman karena sudut ruang yang terbentuk sebelumnya tidak sesuai dan berpotensi membahayakan sirkulasi kendaraan, sehingga upaya pembongkaran harus dilakukan untuk menciptakan sudut siku simpangan taman yang aman baik bagi sirkulasi kendaraan maupun pejalan kaki.

Sama halnya dengan 3 desain sampel lainnya, terdapat fasilitas landscape swales, sumur resapan dan saluran drainase yang bertujuan sebagai fasilitas resapan air hujan dan limpasan dari badan jalan (Gambar 51). Terdapat 2 fasilitas

shelter pada desain sampel ini yang dilokasikan pada area berbatasan jalan raya utama dan amphitheatre di bagian barat taman. Shelter pada batas jalan raya bertujuan untuk akomodasi akses angkutan umum (Gambar 52). Sedangkan, penambahan fasilitas shelter pada taman bagian barat dimaksudkan sebagai peneduh dari matahari sore, mengingat bagian barat taman merupakan area terbuka halaman gedung BKPPW I yang didominansi penanaman rumput dan semak. Selain itu, terdapat juga area duduk dengan peneduh canopy Lagerstroemia indica dan Terminalia molineti (Gambar 53). Kapasitas tampung air hujan dan limpasan pada sampel D adalah 397.32 m3 (Tabel 16).

Gambar 52 Shelter pada desain sampel D

Gambar 53 Shelter dan amphitheatre pada desain sampel D

Tabel 16 Perhitungan kapasitas tampung air sampel D

Fitur resapan Luas area (m2) Tinggi maksimal air

tampung (m) Volume (m 3 ) Landscape swales a 323.8 0.45 145.7 Landscape swales b 72 0.55 39.6 Sumur resapan 315 0.7 220.5 Saluran drainase 218.4 0.2 43.68 Total 449.5

Ga mbar 54 R en ca na t apa k sampe l A

Ga mbar 55 P otongan ta mpak sa mpel A

Ga mbar 56 R en ca na t apa k sampe l B

Ga mbar 57 P otongan ta mpak sa mpel B

Ga mbar 58 R en ca na t apa k sampe l C

Ga mbar 59 P otongan ta mpak sa mpel C

Ga mb ar 60 R en ca na t apa k sampe l D

Ga mbar 61 P otongan ta mpak sa mpel D

Proyeksi Nilai Ruang Resapan Pada Jejaring

Aplikasi prinsip rain garden yang dipadukan dengan prinsip pocket park

mampu memberikan kontribusi nyata terhadap penyediaan ruang resapan air hujan dalam wujud landscape swales dan sumur resapan. Adanya taman dengan kemampuan menampung air hujan dan limpasan tersebut sangat berperan dalam mereduksi jumlah aliran permukaan yang terbuang ke sungai. Hal tersebut akan memperkecil debit aliran sungai ciliwung dan cisadane dan meminimalisasi terjadinya banjir dibagian hilirnya. Selain itu, keberadaan taman tersebut juga memberikan peningkatan kualitas lingkungan khususnya dalam hal menjaga ketersediaan air tanah untuk meminimalisasi bencana kekeringan.

Berdasarkan hasil desain pada keempat tapak sampel didapakan bahwa secara garis besar kemampuan tampung air hujan dan limpasan pocket park yang menerapkan konsep dasar oasis dengan konsep desain pola grate adalah sebesar 342.2 – 706.4 m³. Nilai tersebut bila diaplikasikan pada 331 titik pocket park yang tersebar sesuai peta rencana jejaring pocket park mampu memberikan ruang tampungan air hujan dan limpasan sebesar 113 268.2 – 233 818.4 m³. Besarnya nilai tersebut bukanlah nilai ruang tampungan air hujan dan limpasan yang dibutuhkan di Kota Bogor. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini tidak mengkaji besar limpasan yang terjadi di Kota Bogor pada periode waktu tertentu. Sehingga untuk aplikasinya secara nyata dapat lebih besar maupun lebih kecil dari yang diperlukan oleh Kota Bogor.

Upaya penambahan nilai ruang tampungan air hujan dan limpasan dapat dilakukan dengan mengaplikasikan kedalaman maksimum sumur resapan sesuai SNI sebesar 1 m. Penerapan serupa juga dapat dilakukan pada fitur landscape swales dan saluran drainase untuk meningkatkan kapasitas air yang dapat ditampungnya. Selain itu, penambahan juga dapat dilakukan dengan menerapkan komposisi pembagian ruang resapan yang lebih besar dari ruang aktivitas sosial.

Dokumen terkait