• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan berupa True Experimental, merupakan jenis penelitian dengan menggunakan kelompok pembanding. Desain penelitian yang digunakan adalah random terhadap subjek.

Tabel 3.2 Desain penelitian.

Sampel Perlakuan Post-test

Kelas Putra (X1) Eksperimen dan Diskusi T2

Kelas Putri (X2) Eksperimen dan Diskusi T2 Kelas Campuran (X3) Eksperimen dan Diskusi T2

Penelitian ini memiliki alur yang bertujuan mempermudah pelaksanaan penelitian. Alur penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Skema alur penelitian

Ada perbedaan bidang kemampuan siswa putra dan siswa putri 

Ada perbedaan pola interaksi antara kelas sejenis dengan kelas campuran 

Kelas Putra  Kelas Putri  Kelas Campuran 

Eksperimen   dan Diskusi  Eksperimen   dan Diskusi  Eksperimen   dan Diskusi 

Tes  Tes  Tes 

Hasil (kognitif, 

psikomotorik, dan 

afektif) 

Hasil (kognitif, 

psikomotorik, dan afektif)

Hasil (kognitif, 

psikomotorik, dan 

afektif) 

Analisis dan Pembahasan 

3.4 Pelaksanaan

Penelitian ini berlangsung di area SMA N 1 Kradenan Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2012/2013.

3.5 Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diharapkan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160). Dalam penelitian ini instrumen yang dibuat adalah: a) Silabus, b) Rencana pelaksanaan pembelajaran, c) Soal tes, d) Lembar kerja siswa, e) Lembar diskusi siswa, f) Lembar observasi, dan g) Lembar angket.

Khusus untuk instrumen soal tes diujicobakan dan dipilih soal yang memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen yang baik. Instrumen ini berupa 34 soal tes objektif yang diujicobakan kepada siswa kelas XII IPA 6 SMA Negeri 1 Kradenan Kabupaten Grobogan yang berjumlah 32 siswa. Hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran.

3.5.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006:168). Untuk mengetahui

validitas butir soal maka dapat menggunakan rumus korelasi point biseral.

Keterangan:

pbis

r = Koefisien korelasi point biserial

p

M = Rerata skor siswa yang menjawab benar

t

M

= Rerata skor siswa total

p = Proporsi skor siswa yang menjawab benar

q = Proporsi skor siswa yang menjawab salah (1-p)

t

S = Standar deviasi total

Harga

pbis

r yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product moment.

Soal dikatakan valid jika harga rpbis > rtabel dengan taraf signifikan 5%.

Berdasarkan uji coba diperoleh hasil perhitungan validitas butir soal nomor 1 dengan rhitung = 0,251 dan rtabel = 0,349. Karena rhitung < rtabel maka butir soal nomor 1 tidak valid. Dengan melihat perhitungan validitas keseluruhan terdapat 23 butir soal valid dan 11 butir soal tidak valid yang dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Validitas Soal

Kriteria Nomor soal

Valid 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 13, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30, 32, 33, dan 34.

Tidak valid 1, 4, 7, 11, 12, 14, 17, 19, 25, 26, dan 31. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu cukup baik. (Arikunto, 2006:178). Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrument penelitian adalah rumus K-R. 21.

Keterangan :

r11 = Reliabilitas soal

M = Rata-rata skor awal

K = Jumlah butir soal

Vt = Variasi skor total = kuadrat simpangan baku skor total

Jika r11> rtabel maka instrument yang diuji bersifat reliable.

Hasil perhitungan reliabilitas instrument diperoleh r11 = 0,732 dengan rtabel = 0,349. Karena r11> rtabel maka instrumen reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

3.5.3 Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan indikator mudah sukarnya soal bagi siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan indeks kesukaran.

Keterangan :

IK = Indeks kesukaran

JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah JSA = banyak siswa pada kelompok atas

JSB = banyak siswa pada kelompok bawah

Pada Tabel 3.4 disajikan kriteria tingkat kesukaran soal. Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval IK Kriteria IK = 0,00 Terlalu sukar 0,01 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,31 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,71 < IK < 1,00 Mudah IK = 1,00 Terlalu mudah (Arikunto, 2006: 210)

Butir soal nomor 1 dikatakan mudah karena berdasarkan hasil perhitungan IK = 0,97. Diperoleh 1 butir soal terlalu sukar, 6 butir soal sukar, 22 butir soal sedang, dan 5 butir soal mudah yang dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Soal

Kriteria Nomor soal

Terlalu sukar 29 Sukar 4, 10, 13, 24, 28, dan 31 Sedang 3, 5, 7, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 32, 33, dan 34. Mudah 1, 2, 6, 8, dan 12. Terlalu mudah -

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

3.5.4 Daya Pembeda Soal

Daya beda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja. Makin tinggi daya beda soal maka makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

BA = Banyaknya peserta kelas atas yang menjawab soal benar BB = Banyaknya peserta kelas bawah yang menjawab soal benar JA = Banyaknya peserta kelas atas (kelompok upper)

JB = Banyaknya peserta kelas bawah (kelompok lower) PA = Proporsi peserta kelas atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelas bawah yang menjawab benar

Klasifikasi item instrumen berdasarkan daya bedanya disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pemeda Soal Inteval Kriteria DP0,00 0,00<DP0,20 0,20<DP0,40 0,40<DP0,70 0,70<DP1,00 sangat jelek jelek cukup baik sangat baik (Arikunto, 2006: 218)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh DP = 0,06 artinya butir soal nomor 1 mempunyai daya beda cukup. Terdapat 8 soal yang memiliki daya beda baik, 16 soal berdaya beda cukup, dan 10 soal berdaya beda jelek.

Tabel 3.7 Daya Pembeda Soal

Kriteria Nomor soal

Sangat jelek -

Jelek 1, 4, 7, 12, 14, 17, 19, 25, 29, dan 31

Cukup 2, 5, 6, 9, 10, 11, 13,18, 20, 21, 26, 27, 28, 30, 33, dan 34. Baik 3, 8, 15, 16, 22, 23, 24, dan 32.

Sangat baik -

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

Berdasarkan hasil analisis uji coba (validitas, reliabilitas, daya beda, dan indeks kesukaran) diperoleh 22 butir soal dari 34 butir soal uji coba yang memenuhi syarat sebagai instrumen penelitian. Butir-butir soal yang memenuhi syarat kemudian dipilih kembali menjadi 20 butir soal dan diubah nomor itemnya.

Tabel 3.8 Butir-Butir Soal Yang Memenuhi Syarat

Soal Nomor item Soal

Uji Coba 2 3 5 6 8 9 10 13 15 16 18 Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

20 21 22 23 24 27 28 30 32 33 34 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Perhitungan selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dokumen terkait