PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS
5.1. Inventarisasi dan Deskripsi Sebaran Aset Pusaka dan Penetapan Kawasan Prioritas Pusaka Kawasan Prioritas Pusaka
5.1.1 DESKRIPSI BENDA CAGAR BUDAYA DI SEKITAR KAWASAN KOTA BATUSANGKAR (BANGUNAN)
1. PRASASTI SARUASO II
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
No. Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Prasasti Saruaso II Alamat
Jalan Jalan Benteng
Jorong Kampung Baru
Nagari Baringin
Kecamatan Lima Kaum
Kabupaten/Kota Tanah Datar
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 0 Km
Ibukota Prov. ± 100 Km
Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 400 m dpl
Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs di perkotaan dan berada di dekat jalan raya, sehingga bias dilalui dengan kendaraan roda dua atau empat.
Letak Astronomis S 00˚27’16.9” E 100˚35’42.1”
Deskripsi Historis Prasasti ini dikeluarkan oleh Ananggawarman yang merupakan anak dari Adityawarman (1347-1375 M). Isi pokok prasasti berupa puji-pujian kepada Ananggawarman sebagai yuwaraja (rajamuda) yang gagah dan bersifat asih, berbakti kepada ayah dan ibu (matapita) serta guru.
Deskripsi Arkeologis Prasasti Sarusaso II semula berada di halaman gedung Indo Jolito (Rumah dinas Bupati Tanah Datar), tetapi kemudian dipindahkan ke halaman Balai Adat yang berada di depan Gedung Indo Jolito dan dikumpulkan bersama beberapa artefak lainnya dan telah diberi cungkup.Prasasti tersebut dipahatkan pada sebuah batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan pada kedua belah sisinya. Batu Prasasti ini berbentuk empat persegi berukuran tinggi 110 cm, lebar 75 cm, dan tebal 17 cm. prasasti ditulis di kedua sisi batu. Pada dasarnya sisi B isinya sama persis dengan yang termuat pada sisi A, hanya berbeda pada susunan kalimat dalam masing-masing baris. Tulisan pada sisi B sudah agak aus, tetapi berdasarkan pada bacaan prasasati sisi A, maka kata-kata yang tidak terbaca dapat diketahui. Prasasti ini ditulis dalam huruf Jawa Kuna dan Bahasa Sanskerta. Isi prasasti yang menyebutkan adanya yuwaraja Ananggawarman yang memerintah dalam suatu wilayah kecil di bawah kekuasaan seorang raja. Dengan kedudukannya sebagai yuwaraja, tentunya Ananggawaraman mempunyai wilayah kekuasaan tersendiri sekalipun masih berada di bawah pengendalian pemerintahan pusat kerajaan. Data-data tentang lokasi dan wilayah kekeusaan, bagaimana hubungan politis dengan
pemerintahan pusat, apakah ananggawarman menggantikan adityawarman setelah tutrun tahta. Sampai saat ini belum ada data-data yang dapat menjawab permasalahan tersebut. Kemungkinannya bahwa yuwaraja Ananggawarman tidak memiliki wilayah kekuasaan tersendiri, tetapi dia hanya berfungsi sebagai yuwaraja yang berkedudukan di pusat pemerintahan. Dalam hal ini jabatan yuwaraja hanya berfungsi sebagai gelar kebangsawanan Ananggawarman sebagai anak dari raja Adityawarman tanpa mempunyai otoritas wilayah daerah tertentu.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan Cungkup 3 x 4 Meter Lahan 1196 m²
Batas-Batas Situs Utara SDN 06 Batusangkar
Selatan Jl. MT. Haryono (Depan Gedung Indo Jolito)
Timur Jl. Depan eks. Kantor Kodim 0307 Tanah Datar
Barat Jl. Depan eks. Kantor Kodim 0307 Tanah Datar
Fungsi awal dan fungsi sekarang Monumen (Peringatan)
Pemilik Pemda Kab. Tanah Datar
Pengelola BPCB Sumatera Barat
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
2. KOMPLEKS PRASASTI KUBU RAJO
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
No. Inventaris Cagar Budaya 19/BCB-TB/A/12/2007 Nama Cagar Budaya Kompleks Prasasti Kubu Rajo
Alamat
Jalan Jl. Sudirman
Jorong Kubu Rajo
Nagari Lima Kaum
Kecamatan Lima Kaum
Kabupaten/Kota Tanah Datar
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 4 Km
Ibukota Prov. ± 96 Km
Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 300 m dpl
Aksesibilitas Situs Mudah, karena terletak di pinggir Jalan Raya Lima Kaum. Bisa menggunakan roda dua, roda empat. Letak Astronomis S 00˚ 27’ 39.9” E 100˚ 34’ 15.9”
Deskripsi Historis Isi yang termuat dalam Prasasti Kuburajo I berupa suatu genealogis atau garis keturunan Raja Adittyawarman. Prasasti Kuburajo II disebut juga dengan Prasasti Surya, karena dalam prasasti tersebut terdapat gambar/pahatan matahari (surya), yang diletakkan di bagian tengah batu. Hiasan matahari ini dilengkapi dengan sebuah bangunan empat persegi di dalam lingkaran, dan empat buah bajra (lambang kilat) di luar gambar lingkaran. Prasasti ini tampaknya tidak berangka tahun, tetapi berdasarkan perbandingan paleografis dengan prasasti lain yang berangka tahun, dapat diperkirakan prasasti ini berasal dari masa Adityawarman. Hal ini didukung pula dengan dua buah batu di kanan kiri prasasti yang merupakan batu berunsur candra sengkala
Deskripsi Arkeologis Kompleks Prasasti Kuburajo terdiri dari 2 buah prasasti, yang selanjutnya disebut Prasasti Kuburajo I dan II. Prasasti Kuburajo I dipahatkan pada sebuah batu artificial dengan jenis batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan. Batu tersebut berbentuk persegi empat pipih dengan ukuran tinggi 108 cm, lebar 30 cm, dan tebal 10 cm dalam posisi berdiri disangga penopang besi. Pada tahun 1987 Prasasti Kuburajo I pernah hilang, tetapi setahun kemudian ditemukan kembali. Prasasti tersebut dipahat dalam huruf jawa Kuna dengan bahasa sanskerta terdiri dari 16 baris tulisan. Isi yang termuat dalam Prasasti Kuburajo I berupa suatu genealogis atau garis keturunan Raja Adittyawarman. Pada baris kedua disebutkan seorang tokoh bernama Adwayawarman yang berputra raja Kanaka Medinindra. Penyebutan kanaka medini dapat disamakan dengan penyebutan suwarnna bhumi dalam Prasasti Pagarruyung I, yang keduanya berarti bumi/tanah emas. Hal ini menunjukkan bahwa Sumatera, khususnya
Sumatera Barat pada masa itu (abad XIV M) kaya akan kandungan emas, sehingga Adityawarman perlu menyebut daerah tersebut dengan kerajaan Suwarnna Bhumi atau Kanaka Medini (suwarnna = kanaka = emas, bhumi = medini = bumi atau tanah). Tokoh Adwayawarman atau ayah Adityawarman disebutkan pula dalam Prasasti Pagarruyung I, dan dapat dikatakan sebagai founding father yang tercatat dalam sejarah Sumatera Barat. Kalimat-kalimat prasasti berikutnya merupakan puji-pujian terhadap Raja Adityawarman, yang dianggap pula sebagai keturunan dari wangsa Kulisadhara. Kulisadhara merupakan nama lain dari Dewa Indra atau Dewa Matahari, seorang Dewa yang sangat dipuja oleh Adityawarman. Pemujaan terhadap Dewa Indra terlihat pula dalam tiga buah batu yang terdapat di sebelah timur prasasti ini, berupa gambar matahari dengan berbagai variasinya pada masing-masing batu. Ketiga batu berhias tersebut melambangkan angka tahun, yang ternyata juga mengacu pada masa pemerintahan Adityawarman (keterangan selanjutnya, lihat dalam pembahasan Prasasti Surya atau Kuburajo II). Adityawarman dianggap pula sebagai perwujudan dari Sri Lokeswara (Awalokiteswara, salah satu dari Dhyani Buddha) yang tercermin dalam segala sifat yang dimiliki oleh Adityawarman (seperti diuraikan dalam prasasti).
Prasasti Kuburajo II dipahatkan pada pada sebuah batu andesit warna hitam keabu-abuan dengan ukuran tginggi 145 cm, lebar 63 cm, dan tebal 84 cm, berbentuk persegi dengan bagian atas setengah lingkaran. Tulisan yang terdapat di sekeliling lingkaran ini relative cukup aus, khususnya di ketiga sisi kanan, kiri, dan bawah lingkaran. Prasasti ini menggunakan huruf Jawa Kuna dan bahasanya campuran Sanskerta dan Jawa Kuna, terdiri dari delpan baris tulisan. Tulisan pada bagian atas masih cukup baik, tetapi pembacaan yang dilakukan tidak menemukan arti secara keseluruhan
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 8 x 4 m (32 m²) Lahan 2400 m² Batas-Batas Situs Utara Tebing/lembah
Selatan Jl. Sudirman
Timur Pekarangan rumah penduduk Barat Rumah penduduk
Fungsi awal dan fungsi sekarang Prasasti
Pemilik Nagari
Pengelola BPCB Sumatera Barat
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
3. MEDAN BAPANEH DUSUN TUO (BATU BATIKAM)
KOMPONEN DATA DATA TEKNIS
No. Inventaris Cagar Budaya 20/BCB-TB/A/12/2007
Nama Cagar Budaya Medan Bapaneh Dusun Tuo (Batu Batikam) Alamat
Jalan Jl. Sudirman
Jorong Dusun Tuo
Nagari Lima Kaum
Kecamatan Lima Kaum
Kabupaten/Kota Tanah Datar
Provinsi Sumatera Barat
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 5 Km
Ibukota Prov. ± 96 Km
Keletakan Geografis Dataran Tinggi ± 500 m dpl
Aksesibilitas Situs Mudah, karena lokasi situs berada dekat dengan jalan raya. Bisa dengan kendaraan roda dua atau roda empat.
Letak Astronomis S 00˚ 27’ 39.9” E 100˚ 34’ 15.9”
Deskripsi Historis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh yang ditengahnya terdapat Batu Batikam (batu
berlubang). Situs ini merupakan bukti mengenai kehadiran tokoh Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketumanggungan dalam sejarah Minangkabau sebagai pendiri dari dua keselarasan yaitu Bodi Caniago dan Koto Piliang.
Deskripsi Arkeologis Situs ini merupakan Medan Nan Bapaneh yang ditengahnya terdapat Batu Batikam (batu berlubang). Medan nan bapaneh berupa susunan batu sandar yang terdiri dari batu sandar dan landasan untuk duduk. Susunan batu sandar tersebut diletakkan di tanah sehingga membentuk denah persegi. batu sandar ini terbuat dari batu andesit. Batu tersebut telah mengalami sedikit pengerjaan. Batu batikam berupa batuan andesit bentuknya segi tiga dan berlubang di bagian tengah. Lubang tersebut menembus di kedua sisi batu. Batu ini berukuran tinggi 55 cm, tebal 20 cm, dan lebar 45 cm. Batu ini ditempat dalam susunan batu yang telah disemen (dibuatkan kemudian), dengan posisi yang bagian runcingnya berada di bawah.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan -
Lahan 1800 m²
Batas-Batas Situs Utara Tebing/ Lembah Selatan Jl. Jenderal Sudirman Timur Tanah Dt. Puti
Barat Jl.Nagari Fungsi awal dan fungsi sekarang Batu Sandar
Pemilik Nagari
Pengelola BPCB Sumatera Barat
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan