• Tidak ada hasil yang ditemukan

xixt rit

HASIL PEN ELITIAN

B. Deskripsi dan Analisa Data

1. Deskripsi dan Analisa Data dengan Menggunakan Rumus Prosentase

Pada pengumpulan data pendidikan akhlak, penulis menggunakan angket.. Angket disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori yang terdapat pada bab II. Dan data dari hasil angket ini akan dijabarkan dengan menggunakan rumus prosentase. Berikut penjabara n data selengkapnya:

Tabel 6

Orangtua mengajari anaknya mengaji.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 9 22,5%

2 Sering 14 35%

3 Kadang-kadang 13 32,5%

4 Tidak Pernah 4 10%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu mengajari anaknya mengaji (22,25%) dan sebagian kecil dari orangtua sering mengajari anak-anaknya mengaji (35%) sedangkan sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja mengajari anaknya mengaji (32,5%) lalu sedikit sekali dari para orangtua yang tiidak pernah mengajari anaknya mengaji.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak orangtua yang meluangkan waktu untuk mengajarkan anaknya mengaji. Walaupun masih ada juga orangtua yang belum meluangkan waktunya untuk mengajarkan anak-anaknya mengaji. Mengajarkan anak mengaji adalah hal yang penting terlebih jika orangtua dapat menjelaskan isi kandungan dari ayat-ayat al-Qur‟an yang dibacanya. Dengan begitu diharapkan anak-anak dapat memahami ajaran-ajaran di dalamnya dengan baik dan dapat menjadikannya sebagai pegangan dalam menjalani hidup.

Tabel 7

Orangtua mengajari anaknya agar bersikap baik kepada teman-te mannya.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 21 52,5%

2 Sering 12 30%

3 Kadang-kadang 6 15%

4 Tidak Pernah 1 2,5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah para orangtua selalu mengajarkan anak-anaknya bersikap baik kepada teman-temannya (52%) sedangkan sebagian kecil dari para orangtua sering mengajarkan anak-anaknya agar bersikap baik kepada temannya (30%) dan sebagian kecilnya lagi yang kadang-kadang mengajari anaknya agar bersikap baik kepada temannya (15%) dan juga sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan kepada anaknya agar berbuat baik kepada temannya (2,5%).

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya agar bersikap baik terhadap temannya. Gambaran tersebut menjelaskan betapa besarnya perhatian orangtua terhadap cara bersosialisasi putra-putrinya. Kemampuan bersosialisasi sangatlah penting dalam pergaulan. Seseorang dapat diterima atau ditolak di masyarakat karena cara bersosialisasinya. Jika seseorang merasa tertolak atau terabaikan oleh kelompoknya maka emosi yang tidak menyenangkan dapat mendominasi dirinya. Untuk mencegah hal tersebut maka seyogyanya orangtua dapat lebih memperhatikan putra-putrinya dalam bersosialisasi.

Tabel 8

Orangtua mengingatkan anaknya apabila ia belum melaksanakan shalat.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 20 50%

2 Sering 15 37,5%

3 Kadang-kadang 4 10%

4 Tidak Pernah 1 2,5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setengah dari orangtua selalu mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat (50%), dan sebagian kecil dari orangtua lainnya sering mengingatkan anaknya apabila anaknya belum mengerjakan shalat (37,5%), sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat (10%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat (2,5%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari orangtua akan mengingatkan anaknya apabila anaknya belum melaksanakan shalat.

Data di atas menunjukkan bahwa perhatian orangtua terhadap rutinitas ibadah wajib yang dilakukan anaknya cukup besar. Perhatian orangtua terhadap rutinitas ibadah anaknya sangatlah penting, karena shalat dapat

mempengaruhi akhlak anak tersebut. Di dalam al-Qur‟an pun telah dijelaskan bahwa shalat itu dapat mencegah seseorang dari perbutan keji dan munkar. Maka dari itu sudah semestinya jika orangtua lebih memperhatikan shalat anak-anaknya. Karena shalat dapat mempengaruhi perkembangan pribadinya di masa mendatang.

Tabel 9

Orangtua menyuruh anaknya mengambil kembali sampah dan me mbuangnya ketempat sampah apabila melihat anaknya me mbuang

sampah sembarangan.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 19 47,5%

2 Sering 9 22,5%

3 Kadang-kadang 6 15%

4 Tidak Pernah 6 15%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan (47,5%) sedangkan sebagian kecilnya sering menyuruh anaknya mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan (22,5%) dan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang saja menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sa mpah yang ia buang sembarangan (15%) lalu sebagian kecil dari orangtua juga ada yang tidak pernah menyuruh anaknya mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan (15%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cukup banyak orangtua yang akan menyuruh anaknya untuk mengambil kembali sampah yang ia buang sembarangan apabila melihatnya.

Data di atas menunjukkan cukup banyak orangtua yang mengajarkan anak-anaknya agar menjaga kebersihan lingkungan disekitarnya. Ajaran untuk menjaga kebersihan lingkungan sangatlah penting guna menanamkan sikap kepedulian terhadap keadaan sekitar. Seseorang yang peduli terhadap keadaan sekitar cenderung lebih memperhatikan

orang-orang disekitarnya sehingga orang-orang tersebut biasanaya akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan bersikap agar tidak menyinggung atau menyakiti orang lain. Sikap seperti ini sangatlah penting untuk dilestarikan untuk tetap menjaga keutuhan hubungan yang telah terjalin.

Tabel 10

Orangtua mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila ia berbuat salah.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 22 55%

2 Sering 9 22,5%

3 Kadang-kadang 7 17,5%

4 Tidak Pernah 2 5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah dari orangtua selalu mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila berbuat salah (55%) dan sebagian kecilnya sering mengajarkan kepada anaknya agar meminta maaf apabila berbuat salah (22,5 %) sedangkan sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja mengajarkan anak-anaknya untuk meminta maaf apabila berbuat salah (17,5%) dan sedikit sekali dari para orangtua yang tidak pernah mengajari anaknya untuk meminta maaf apabila berbuat salah (5%).

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orang tua telah mengajarkan kepada anak-anaknya untuk segera meminta maaf jika ia berbuat salah. Penanaman sikap tersebut akan berdampak positif bagi pribadi anak. Karena dengan begitu anak akan memahami bagaimana ia harus bersikap jika seandainya ia berbuat salah terhadap orang lain. Selain itu hal tersebut juga dapat membantu anak tetap menjaga hubungan baiknya dengan teman-teman disekitarnya.

Tabel 11

Orangtua mengajarkan pada anaknya agar mengambil sampah yang berserakan dan me mbuangnya ke tempat sampah jika melihatnya.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 9 22,5%

2 Sering 14 35%

3 Kadang-kadang 11 27,5%

4 Tidak Pernah 6 15%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua mengajarkan kepada anaknya agar mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (22,5%) dan sebagian kecil lainnya sering mengajari anaknya agar mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (35%) lalu sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang saja mengajarkan anaknya untuk mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (27,5%) dan ada sebagian kecil dari orangtua juga yang tidak pernah mengajarkan anaknya untuk mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah apabila melihatnya (15%).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa banyak dari orangtua yang berusaha mengajarkan anaknya untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Penanaman sikap tersebut sangatlah penting. Karena pada dasarnya selain dengan sesamanya, manusia juga harus harmonis dengan lingkungannya. Kebersihan lingkungan akan sangat mempengaruhi kenyamanan tempat tinggal. Seandainya saja seseorang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya maka hal tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan emosinya. Karena seseorang yang berada dalam kondisi tidak nyaman cenderung lebih mudah terpancing emosinya.

Tabel 12

Orangtua mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 17 42,5%

2 Sering 17 42,5%

3 Kadang-kadang 5 12,5%

4 Tidak Pernah 1 2,5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara (42,5%) dan hampir setengahnya juga dari orangtua sering mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara (42,5%) sedangkan sebagian kecilnya terkadang mengajak anaknya bersilaturrahmi kerumah saudara (12,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah mengajak anaknya untuk bersilaturrahmi kerumah saudara (2,5%).

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua biasa mengajak anaknya bersilaturrahmi ke rumah saudara. Hal tersebut sangat baik sekali bagi perkembangan sosialisasi anak. Dengan mengajak anak pergi bersilaturrahmi ke rumah saudara secara tidak langsung orangtua telah mengajarkan kepada anak nya bagaimana ia harus bersosialisasi untuk tetap menjaga hubungan baik dengan orang lain ataupun saudaranya. Dan dengan begitu diharapkan anak dapat mengerti bagaimana etika-etika dalam bersosialisasi.

Tabel 13

Orangtua bersikap masa bodoh (acuh tak acuh) saat melihat anaknya me rusak tanaman.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu - -

2 Sering 1 2,5%

3 Kadang-kadang 6 15%

4 Tidak Pernah 33 82,5%

Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa tidak ada sama sekali dari orangtua yang selalu bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (0%) dan sedikit sekali dari orang tua yang sering bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya mer usak tanaman (2,5%) lalu sebagian kecil dari orangtua yang kadang-kadang bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (15%) sedangkan lebih dari setengah orangtua tidak pernah bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman (82,5%).

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua tidak akan bersikap acuh tak acuh saat melihat anaknya merusak tanaman. Hal ini megajarkan bagaimana anak harus bersikap terhadap alam disekitarnya. Manusia tidak hanya harus hidup harmonis dengan sesamanya akan tetapi ia juga harus dapat hidup harmonis dengan alam. Jika manusia melakukan perusakan terhadap alam maka yang akan terkena dampaknya adalah manusia itu sendiri. Belajar mencintai alam berarti belajar untuk peduli terhadap keadaan sekitar. Dengan demikian anak-anak diharapkan akan lebih meperhatikan dirinya dan juga orang-orang disekitarnya.

Tabel 14

Orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 16 40%

2 Sering 10 25%

3 Kadang-kadang 13 32,5%

4 Tidak Pernah 1 2,5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya (40%) dan sebagian kecil dari orangtua memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya (25%) sedangkan sebagian kecilnya lagi hanya kadang-kadang saja memelihara tanaman yang ada di sekitar rumah (32,5%) dan sedikit

sekali dari orangtua yang tidak pernah memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya (2,5%).

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa banyak dari para orangtua yang memelihara tanaman yang ada di sekitar rumahnya. Hal tersebut menunjukkan bagaimana usaha orangtua dalam mendidik anaknya agar mencintai alam disekitarnya. Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dengan memberikan nasehat saja tetapi juga dengan memberikan teladan yang baik. Mengajarkan mencintai alam kepada anak sangatlah penting. Karena dengan belajar mencintai alam anak juga akan belajar untuk lebih mencintai dirinya sendiri dan orang lain. Ketia ia mulai belajar mencintai orang lain maka ia akan belajar bagaimana caranya agar ia dapat menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kepekaan sosial yang ada di dalam dirinya.

Tabel 15

Orangtua membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan s halat.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 17 42,5%

2 Sering 7 17,5%

3 Kadang-kadang 16 40%

4 Tidak Pernah - -

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat (42,5%) sedangkan sebagian kecilnya sering membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat (17,5%) dan hampir setengah dari orangtua akan membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat (40%) dan tidak ada sama sekali dari orangtua yang tidak pernah membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila belum mengerjakan shalat (0%). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa kebanyakan dari orangtua akan membangunkan anaknya yang sedang tidur apabila anaknya belum mengerjakan shalat.

Dari data di atas dapat diketahui bahwa orangtua memiliki perhatian yang besar terhadap rutinitas ibadah yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua secara tidak langsung telah menyadari pentingnya shalat bagi anak-anak mereka. Shalat adalah sebuah kewajiban bagi setiap umat muslim. Dan dengan melaksanakan shalatlah seseorang dapat mencegah dirinya untuk melakukan perbuatan keji dan munkar.

Tabel 16

Orangtua mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 3 7,5%

2 Sering 13 32,5%

3 Kadang-kadang 22 55%

4 Tidak Pernah 2 5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sedikit sekali dari orangtua yang selalu mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (7,5%) sedangkan sebagian kecilnya lagi sering mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (32,5%) dan lebih dari setengah orangtua yang kadang-kadang mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (55%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak perah mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim (5%).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa cukup banyak dari orangtua yang mengajak anaknya pergi menyantuni anak yatim. Mengajak anak untuk menyantuni anak yatim secara tidak langsung mengajarkan kepada anak untuk selalu bersyukur dan lebih memperhatikan serta menyayangi orang-orang disekitarnya. Hal ini sangatlah penting karena pengajaran tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi perkembangan pribadinya.

Tabel 17

Orangtua berbicara sopan terhadap orang lain.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 28 70%

2 Sering 12 30%

3 Kadang-kadang - -

4 Tidak Pernah - -

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah orangtua selalu berbicara sopan terhadap orang lain (70%)sedangkan sebagian kecilnya lagi sering berbicara sopan terhadap orang lain (30%) dan tidak ada sama sekali dari orangtua yang te rkadang berbicara sopan kepada orang lain (0%) dan tidak ada sama sekali juga orangtua yang tidak pernah berbicara sopan terhadap orang lain (0%).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari para orangtua akan berbicara sopan terhadap orang lain. Dengan orangtua berbicara sopan terhadap orang lain hal tersebut secara tidak langsung mengajarkan kepada anaknya bagaimana ia harus berbicara kepada orang lain. Pemberian teladan dalam pendidikan akhlak bagi anak-anak tergolong cukup efektif. Hal tersebut dikarenakan anak-anak-anak-anak cenderung meniru apa yang dilihatnya. Karena biasanya orangtua adalah idola bagi anak-anaknya Maka para orangtua harus memberikan contoh yang baik bagi anaknya. Agar anak dapat mengikuti jejak kebaikan dari orangtuanya.

Tabel 18

Orangtua mengajarkan pada anaknya untuk me mbuang sampah pada tempatnya.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 18 45%

2 Sering 15 37,5%

3 Kadang-kadang 3 7,5%

4 Tidak Pernah 4 10%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (45%) sedangkan sebagian kecil lainnya sering mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (37,5%) dan sedikit sekali dari orangtua yang kadang-kadang mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (7,5%) dan sebagian kecil dari orangtua tidak pernah mengajarkan anaknya agar membuang sampah pada tempatnya (10%).

Dari data di atas dapat diketahui bahwa banyak dari orangtua yang mengajarkan kepada anaknya agar membuang sampah pada tempatnya. Hal tersebut secara tidak langsung mengajarkan anak-anak untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Penanaman sikap tersebut sangatlah penting. Karena pada dasarnya selain dengan sesamanya manusia juga harus harmonis dengan lingkungannya. Kebersihan lingkungan akan sangat mempengaruhi kenyamanan tempat tinggal. Seandainya saja seseorang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya maka hal tersebut dapat berdampak buruk pada perkembangan emosinya. Karena seseorang cenderung meluapkan emosinya jika ia merasa tidak nyaman.

Tabel 19

Orangtua mengajarkan pada anaknya agar selalu bersyukur.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 20 50%

2 Sering 16 40%

3 Kadang-kadang 3 7,5%

4 Tidak Pernah 1 2,5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan bahwa setengah dari orangtua selalu mengajarkan anaknya agar selalu bersyukur (50%) dan hampir setengah dari orangtua sering mengajarkan anaknya agar selalu bersyukur (40%) sedangkan sedikit sekali dari orangtua yang terkadang mengajarkan anak-anaknya agar selalu bersyukur (7,5%) dan sedikit sekali

juga dari orangtua yang tidak pernah mengajarkan anaknya agar bersyukur (2,5%).

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua mengajarkan anaknya agar selalu bersyukur. Dengan mengajarkan kepada anaknya untuk selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya, dapat membantunya menimbulkan rasa Qanaah di dalam dirinya. Orang yang selalu Qanaah terhadap segala pemberian Allah akan cenderung lebih dapat mengendalikan emosinya dibandingkan orang-orang yang suka mengeluh atas apa yang diterimanya.

Tabel 20

Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 5 12,5%

2 Sering 11 27,5%

3 Kadang-kadang 20 50%

4 Tidak Pernah 4 10%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (12,5%) dan sebagian kecilnya lagi sering menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (27,5%) sedangkan setengah dari orangtua hanya kadang-kadang saja menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (50%) dan sebagian kecil lainnya tidak pernah menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana sikap Nabi terhadap orang-orang di sekitarnya (10%).

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa cukup banyak dari orang tua yang memberikan pendidikan akhlak (akhlak terhadap sesama manusia) dengan menceritakan kisah-kisah Nabi. Dengan mengetahui bagaimana sikap Nabi terhadap sesamanya diharapkan anak-anak dapat mengikuti jejak dari pada sikap Nabi tersebut. Metode cerita

sebagaimana yang digunakan orangtua diatas akan sangat membantu anak-anak untuk memahami bagaimana cara bersikap terhadap sesamanya. Dengan menggunakan metode cerita orangtua dapat memotivasi anaknya untuk bersikap sebagaimana tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Selain itu hal tersebut dapat menambah kedekatan emosional antara anak dan orang tuanya.

Tabel 21

Orangtua menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 7 17,5%

2 Sering 14 35%

3 Kadang-kadang 14 35%

4 Tidak Pernah 5 12,5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian kecil dari orangtua selalu menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (17,5%) dan sebagian kecil lainnya sering menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (35%) sedangkan sebagian kecilnya lagi terkadang mengajarkan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (35%) dan sebagian kecilnya lagi tidak pernah menceritakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah (12,5%).

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa banyak dari orangtua yang menceitakan kepada anaknya tentang bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah. Dengan mengetahui bagaimana ketekunan Nabi dalam beribadah diharapkan anak-anak dapat mengikuti jejak dari pada ketekunan Nabi tersebut. Metode cerita sebagaimana yang digunakan orangtua di atas akan sangat membantu anak-anak untuk lebih menyadari makna sesungguhnya dari ibadah tersebut. Dengan menggunakan metode

cerita orangtua dapat memotivasi anaknya untuk bersikap sebagaimana tokoh yang ada dalam cerita tersebut.

Tabel 22

Orangtua memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 18 45%

2 Sering 15 37,5%

3 Kadang-kadang 6 15%

4 Tidak Pernah 1 2,5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir setengah dari orangtua selalu memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (45%) sedangkan sebagian kecilnya sering memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (37,5%) dan sebagian kecil lainnya hanya kadang-kadang saja memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (15%) dan sedikit sekali dari orangtua yang tidak pernah memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan (2,5%).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua akan memarahi anaknya jika anaknya bersikap tidak sopan. Gambaran data di atas menunjukkan bahwa orangtua sangat memperhatikan sikap anak-anaknya dalam bersosialisasi, terutama dalam bertutur kata. Tutur kata seseorang mencerminkan pribadi dari orang tersebut. Kebanyakan orang akan beranggapan jika seseorang memiliki tutur kata yang baik maka orang tersebut pasti memiliki kepribadian yang baik pula. Karena biar bagaimana p un saat pertama kali berkenalan seseorang akan menilai orang yang baru dikenalnya berdasarkan cara nya bertutur kata dan berpenampilan.

Tabel 23

Orangtua memarahi anak nya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat.

No Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Selalu 21 52,5%

2 Sering 16 40%

3 Kadang-kadang 1 2,5%

4 Tidak Pernah 2 5%

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah orangtua selalu memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (52,5%) dan hampir setengah dari orangtua sering memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (40%) sedangkan sedikit sekali dari orangtua yang terkadang memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (2,5%) dan sedikit sekali pula orangtua yang tidak pernah memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat (5%).

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kebanyakan dari orangtua akan memarahi anaknya jika tahu anaknya tidak mengerjakan shalat. Kemarahan orangtua terhadap anaknya sebagaimana di atas merupakan bentuk dari sebuah perhatian orangtua terhadap anaknya. Setiap orangtua pasti ingin anak-anaknya menjadi anak yang cerdas

Dokumen terkait