• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan baik itu fisik ataupun psikologis. Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia ini di pengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari diri manusia (internal) atau yang berasal dari luar (eksternal). Faktor- faktor itulah yang menentukan kemana arah proses perubahan manusia. Apak ah kearah positif atau kearah yang negatif.

Untuk menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sangat populer:

a. Aliran Nativisme

Tokoh aliran nativisme adalah Arthur Schopenhauer (seorang filosof Jerman).22 Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan

22

lain- lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik 23

b. Aliran Empirisme

Kata empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh dari aliran ini adalah John Locke (seorang filosof Inggris).24Menurut aliran tersebut faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya.25

c. Aliran Konvergensi

Tokoh aliran konvergensi adalah William Stern (seorang filosof dan psikolog Jerman).26 Menurut aliran ini akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar (eksternal) yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dengan lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. 27

Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana bisa dipahami dari ayat dibawah ini:

































23

Abudin Nata, Ak hlak ..., h. 167 24

Tri Prasetya, Filsafat Pendidik an, (Bandung: CV. Pustaka Set ia, 1997), h. 188 25

Abudin Nata, Ak hlak ..., h. 167 26

Muhibbin Syah, Psik ologi Pendidikan..., h.46 27

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu

bersyukur.”(QS. An-Nahl: 78)28

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik. Potensi itu harus disyukuri dengan cara mengembangkannya melalui pendidikan.

Kesesuaian teori konvergensi tersebut diatas, juga sejalan dengan hadits Nabi yang berbunyi:

ّارّ يْ ا ّا ي ا باف رْط لْا ع لْ ي ْ لْ ّك

ّاسّ يْ ا

)

را لا ا ر

(

“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa)

fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhari).29

Dalam buku “Etika Islam” disebutkan, aspek-aspek yang dapat mempengaruhi akhlak seseorang adalah sebagai berikut:

a. Insting (Naluri)

Naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu kearah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan itu.30

Insting merupakan kemanpuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh naluriahnya. Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat menerima naluri tertentu, sehingga terbentuk kemauan yang melahirkan tindakan. Akal dapat mengendalikan naluri sehingga terwujud perbuatan yang diputuskan oleh akal. Hubungan naluri dan akal membentuk kemauan. Kemauan melahirkan tingkah

28

Departe men Agama RI, Al-qur’an dan..., h. 275. 29

Bu khori, Shahih Buk hori, juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), h. 127

30 Hamzah Ya‟qub, Etik a Islam Pembinaan Ak hlaqul Karimah (Suatu Pengantar),

laku perbuatan. Karena itu naluri pada manusia harus dididik dan dilatih sebab naluri merupakan sifat pertama yang membentuk akhlak.31

b. Kebiasaan

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia adalah kebiasaan atau adat kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan ialah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.32

Sejalan dengan pendapat di atas Yatimin Abdullah dalam bukunya

Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an” menyatakan kebiasaan ialah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipearuhi oleh kerja pikiran, didahului oleh pertimbangan akal dan perencanaan yang matang. Kebiasaan ialah tingkah laku yang sudah distabilkan. Lancarnya perbuatan dikarenakan perbuatan itu seringkali diulang-ulang.33

c. Keturunan

Salah satu faktor ysang diselidiki dalam etika adalah masalah keturunan. Keturunan ini menjadi salah satu faktor yang dapat membentuk akhlak. Adapun yang diturunkan itu bukanlah sifat yang dimiliki yang telah tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat atau pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan sejak lahir.

Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam:

1. Sifat-sifat jasmaniah: yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya.

31

Yat imin Abdullah, Studi Ak hlak dalam Perspek tif Al-Qur’an, (Jakarta : Amzah, 2007), Cet I, h. 76-82

32Hamzah Ya‟qub, Etik a Islam..., h. 61 33

Begitupun orang tua yang kekar ototnya, kemungkinan mewariskan kekekaran itu kepada anak cucunya.

2. Sifat-sifat ruhanaih: yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa setiap manusia mempunyai naluri (insting), tetapi kekuatannya berbeda-beda.34

d. Lingkungan

Faktor lain yang mempengaruhi akhlak seeorang adalah lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup. Lingkungan ada dua macam yaitu:

1. Lingkungan alam. Alam ialah seluru ciptaan Tuhan baik di langit dan di bumi. Alam dapat menjadi aspek yan memengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia.

2. Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan meliputi pergaulan manusia di rumah, sekolah, di tempat kerja, dan lain- lain.35

e. „Azam

Salah satu kekuatan yang berada di balik tingkah laku manusia adalah kemauan keras („azam). Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh. Demikianlah seseorang dapat mengerjakan sesuatu yang berat dan hebat menurut pandangan orang lain karena digerakkan oleh kemauan yang keras.36

f. Suara Batin (dhamir)

Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah suara batin atau suara hati. Fungsi dari suara batin ialah memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak

34Hamzah Ya‟qub, Etik a Islam..., h. 68-69. 35

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam..., h. 89-90 36Hamzah Ya‟qub, Etik a Islam..., h. 73

senang (menyesal). Selain memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan dan sebaliknya juga merupakan kekuatan yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang baik.37

g. Pendidikan

Yang dimaksud dengan pendidikan di sini ialah segala tuntunan dan pengajaran yang diterima seseorang dalam membina kepribadian. Pendidikan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam akhlak, sehingga ahli-ahli etika memandang bahwa pendidikan adalah faktor yang turut menentukan dalam etika disamping faktor- faktor lainnya sebagaimana telah diutarakan.38

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi akhlak terdiri dari faktor interinsik dan eksterinsik. Faktor interinsiknya berupa naluri (insting), keturunan, „azam (kehendak yang keras) dan suara batin (dhamir) . Sedangkan faktor- faktor eksterinsiknya adalah lingkungan dan pendidika n.

B. Emosi

a. Pengertian Emosi

Kemampuan seseorang untuk berhubungan baik dengan orang-orang yang ada disekitarnya dipengaruhi oleh kematangannya dalam mengelola emosi yang ada di dalam dirinya. Akan tetapi untuk berhubungan baik dengan sesama selain membutuhkan kemampuan mengatur emosi, kita juga harus berusaha memahami kondisi emosional orang lain.

Emosi merupakan bagian dari perasaan dalam arti luas. Emosi tampak karena rasa yang bergejolak sehingga yang bersangkutan mengalami perubahan dalam situasi tertentu mengenai perasaan, tetapi seluruh pribadi menanggapi situasi tersebut.

Kata emosi secara sederhana bisa didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan

37Hamzah Ya‟qub, Etik a Islam..., h. 78 38Hamzah Ya‟qub, Etik a Islam..., h. 82

perasaan. Emosi sejak lama dianggap memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi dijelaskan sebagai motus anima yang arti harfiahnya “Jiwa yang menggerakkan kita”. 39

Para ahli psikologi mendefinisikan emosi sebagai berikut:

Beck mengungkapkan pendapat James & Lange yang menjelaskan bahwa “Emosi adalah persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi tanggapan (respons) terhadap suatu peristiwa.40

Dan Crow & Crow mengartikan bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.41

Emosi dapat didefinisikan sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap penting olehnya.42

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan emosi adalah perasaan yang meliputi reaksi fisiologis, pengalaman sadar, dan perilaku yang mana bercampur menjadi satu dan mempengaruhi seseorang dalam memberi respons terhadap suatu keadaan atau peristiwa.

b. Perkembangan Emosi

Tidak dapat disangkal lagi jika emosi memang memainkan peran yang sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan emosi itu. Karena pada dasarnya tidak hanya emosi yang positif saja yang mempengaruhi perkembangan anak tetapi juga harus diingat bahwa masih ada juga emosi negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Maka dari itu para orangtua khususnya harus benar-benar memahami perkembangan emosi anaknya dalam rangka

39

Ha mzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psik ologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bu mi Aksara, 2006), h. 62

40

Ha mzah B. Uno, Orientasi baru..., h. 62 41

Nety Ha rtati, d kk., Islam dan Psik ologi, (Ciputat: UIN Jaka rta Press), h. 94 42

John W. Santrock, Perk embangan Anak , jilid II,, Terj. dari Child Development, eleventh edition oleh Mila Rach mawat i dan Anna Kuswanti, (Ja karta : Erlangga,2007) ,h. 6

mengembangkan kemampuan si anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.

Emosi berkembang sejak anak lahir. Emosi ditimbulkan oleh adanya rangsangan. Pengalaman-pengalaman dapat mempengaruhi efektifnya rangsangan di dalam menimbulkan emosi maupun menghambat timbulnya emosi itu.43

Perkembangan emosi, seperti juga pada pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar, seorang bayi yang baru lahir dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu untuk dapat tertawa. Setelah anak itu lebih besar , maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu atau untuk situasi-situasi tertentu.

Perubahan penting pada masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya kemampuan untuk membicarakan emosi diri dan orang lain dan peningkatan pemahaman tentang emosi. Pada rentang 2-4 tahun, terjadi penambahan yang pesat mengenai jumlah istila h yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan –perasaan yang dialami. Ketika menginjak usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksikan emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu, mereka juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial.44

Pada masa kanak-kanak madya dan akhir terdapat perubahan penting dalam perkembangan emosinya, diantaranya adalah: meningkatnya kemampuan untuk memahami emosi kompleks, meningkatnya pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu, meningkatnya kecenderungan untuk lebih

43

Dra. Sit i Sundari HS. M. Pd, Kesehatan Mental dalam Kehidupan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005), h. 33.

44

mempertimbangkan kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu , meningkatnya kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi emosional yang negatif dan penggunaan strategi personal untuk mengalihkan perasaan tertentu.45

Makin besar anak itu, makin besar pula kemampuannya untuk belajar sehingga perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan oleh proses belajar. Pengalaman sangat mempengaruhi perkembangan dan kematangan emosi. Pengalaman yang didapat dari keluarga, sekolah, pergaulan, akan mempengaruhi perkembangan emosi. Dan adanya barang-barang disekitar kita seperti radio, televisi, majalah, gambar dll, sedikit banyak akan memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Emosi berkembang sejak anak dilahirkan.

2. Pada usia 2-4 tahun terjadi penambahan yang pesat mengenai jumlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami.

3. Pada usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksikan emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu, mereka juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial.

4. Dimasa kanak-kanak madya dan akhir, perkembangan emosi anak ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan untuk memahami emosi kompleks, meningkatnya pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu, meningkatnya kecenderungan untuk lebih mempertimbangkan

45

kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu, meningkatnya kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi emosional yang negatif dan penggunaan strategi personal untuk mengalihkan perasaan tertentu.

c. Macam-Macam Emosi

Di dalam diri manusia terdapat berbagai macam emosi yang dapat mempengaruhi kepribadiannya. Emosi-emosi itu pun muncul sebagai respon dari suatu kejadian atau peristiwa yang dihadapinya. Tetapi sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwasanya satu peristiwa bisa saja menimbulkan lebih dari satu respon dari emosi itu.

Sejumlah ahli psikologi menggunakan diagram roda untuk mengklasifikasikan emosi yang dialami manusia. Salah satunya adalah Robert Plutchik. Ia percaya emosi mempunyai empat dimensi:

1. Emosi adalah sesuatu yang bersifat positif atau negatif. 2. Emosi adalah sesuatu yang bersifat primer atau campuran. 3. Banyak diantaranya yang bersifat saling berlawanan. 4. Emosi saling bertukar sesuai dengan intensitasnya.46

Emosi positif yang berupa perasaan bahagia dan juga antusias dapat meningkatkan rasa kagum kita terhadap diri sendiri sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri selain itu emosi positif juga dapat membuat hubungan kita dengan orang-orang disekitar menjadi baik, lain halnya dengan emosi negatif seperti perasaan duka cita ataupun marah, yang dapat membuat rasa kekaguman terhadap diri kita sendiri menurun selain itu emosi negatif juga dapat menekan mutu hubungan seseorang dengan orang-orang disekitarnya.

Plutchik percaya bawha emosi itu seperti warna yang dapat dibuat dengan mencampurkan warna-warna primer. Seperti itu juga emosi dapat dibentuk dengan mencampurkan emosi-emosi primer. Contoh: perasaan cemburu yang lahir dari perpaduan rasa cinta dan marah

46

Jane S. Ha lonen & John W. Santrock, Psychology: Contexts & Aplications, (New Yo rk: Mc Gra w-Hill Co mpanies.Inc, 1999), h. 353.

Akan tetapi ada beberapa emosi yang sifatnya saling berlawan seperti halnya perasaan optimis dan kecewa, cinta dan penyesalan. Plutchik berpendapat bahwasanya manusia tidak mungkin dapat merasakan emosi yang berlawanan secara serempak. Misalnya: kamu tidak akan dapat merasakan perasaan sedih disaat yang sama saat kamu merasa gembira.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa emosi yang dialami oleh manusia terdiri dari empat dimensi, yaitu:

1. Emosi adalah sesuatu yang bersifat positif atau negatif. Emosi yang bersifat positif contohnya adalah perasaan bahagia. Sedangkan perasaan yang bersifat negatif contohnya adalah rasa marah.

2. Emosi adalah sesuatu yang bersifat primer atau campuran. Seperti halnya warna yang dapat dibuat dengan mencampurkan warna-warna primer. Seperti itu juga emosi dapat dibentuk dengan mencampurkan emosi-emosi primer. Contoh: perasaan cemburu yang lahir dari perpaduan rasa cinta dan marah.

3. Banyak diantara yang bersifat saling berlawanan. Contohnya: perasaan optimis dan kecewa

4. Emosi saling bertukar sesuai dengan intensitasnya. Misalnya: seseorang tidak akan dapat merasakan perasaan sedih disaat yang sama saat kamu merasa gembira.

d. Pengendalian Emosi

Dasar bagi berbagai pola emosi terletak pada masa awal-awal pertumbuhan (anak-anak), maka awal-awal pertumbuhan adalah periode yang penting dalam dalam menentukan perkembangan pribadinya. Untuk itu orang tua selaku pendidik pertama bagi anak-anaknya diharapkan dapat benar-benar membimbing anaknya sehingga si anak dapat mengatur atau mengontrol emosinya.

Secara bahasa kata control berarti “pengaturan, pengawasan atau pembatasan”.47 Di dalam buku “Perkembangan Anak” karya Elizabeth B

47

John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gra media Pustaka utama, t. t ), h. 145

hurlock, kata control didefinisikan dengan ”berusaha sekuat-kuatnya mengendalikan atau mengarahkan pengaruh terhadap sesuatu”. Maka yang dimaksud dengan pengendalian emosi itu adalah mengarahkan energi ekspresi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.48

Konsep pengendalian emosi lebih menitik beratkan pada bagaimana cara seseorang mengarahkan energi emosi seseorang ke arah ekspresi yang dapat diterima, hal itu tidak sama artinya dengan menekan. Apabila seseorang mengendalikan emosinya yang tampak, mereka juga berusaha mengalihkan energi yang ditimbulkan oleh tubuh mereka menjadi persiapan untuk bertindak ke arah pola perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Hal ini sangat berbeda dengan konsep populer yang mengharuskan penekanan emosional di dalam diri.

Dalam buku Psychological Science, James Gross mengemukakan pendapatnya tentang lima strategi untuk mengatur emosi, yaitu:

1. Memilih situasi, yaitu meliputi mengetahui tipe-tipe orang, tempat-tempat, objek-objek yang dapat memancing emosimu dan mencari cara untuk menghindarinya. Misalnya: Anda ingin mengadakan makan malam yang romantis dengan kekasih anda. Untuk mewujudkannya maka anda memilih sebuah restoran dimana anda sebelumnya pernah mengalami makan malam yang menyenangkan di tempat itu.

2. Memodifikasi situasi, yaitu usaha-usaha aktif untuk mengubah suatu situasi dalam suatu peristiwa untuk mengubah pengaruhnya secara emosional. Misalnya: Anda mengharapkan dapat makan dengan tenang tapi orang disebelah anda terus saja berisik dengan rekannya sedangkan anda tidak enak untuk menegurnya, maka anda bisa pindah ke meja yang lain.

3. Mengalihkan perhatian, hal ini dapat membantu mengisolasikan aspek-aspek tertentu dari suatu situasi sehingga dapat membantu orang tersebut mengatur emosionalnya. Contoh: Seorang yang takut terbang

48

dapat mengalihkan diri dari kehawatirannya dengan cara menonton film- film yang berhubungan dengan penerbangan

4. Mengubah pola pikir, yaitu sebuah metode untuk mengatur mood, hal ini bermanfaat ketika tidak satupun dari cara-cara di atas dapat diterapkan, yautu dengan merekonstruksi suatu situasi dengan jalan-jalan alternatif. Contoh: Dengan menganggap masalah- masalah yang terjadi sebagai sesuatu yang lucu.

5. Memodulasi respon, yaitu mengontrol respon emosional secara langsung ketika ia mula merasakan perasaan emosional. Contoh: Seseorang bisa mencoba untuk meningkatkan perasaan bahagianya dan melemahkan perasaan kecewanya jika sesuatu yang ia rencanakan tidak berjalan dengan semestinya.49

Akan tetapi riset Gross ini menunjukkan bahwa efektivitas dari setiap metode ini bergantung pada situasi yang terjadi dan kepribadian setiap orangnya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengendalian emosi adalah adalah mengarahkan energi ekspresi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Adapun cara-cara yang digunakan untuk mengatur emosi, diantaranya adalah: memilihan situasi, memodifikasi situasi, mengalihkan perhatian, mengubah pola pikir, memodulasi respon. Akan tetapi efektivitas dari setiap metode ini bergantung pada situasi yang terjadi dan kepribadian setiap orangnya.

Dokumen terkait