• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilaksanakan di kelas VIII Mts Hidayatul Umam Cinere. Dengan kelas VIII-1 ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-3 sebagai kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 siswa, 37 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen belajar dengan menggunakan metode thinking aloud pair problem solving (TAPPS) sementara kelas kontrol belajar dengan pembelajaran secara konvensional. Kemampuan yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir analitis matematis dan materi yang dipelajari adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).

Dari 37 siswa kelas eksperimen dibentuk kembali 3 kelompok berdasarkan level kognitif siswa. Pembagian ini dilakukan dengan acuan tes kemampuan prasyarat yang diberikan sebelum penerapan metode pembelajaran di kedua kelas dilakukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tes kemampuan prasyarat diketahui 18 siswa kelas eksperimen masuk ke dalam kategori siswa level kognitif sedang, 19 siswa masuk kategori level kognitif rendah dan tidak ada siswa yang masuk kategori level kognitif tinggi. Dengan cara yang sama dilakukan pembagian kepada 30 siswa kelas kontrol berdasarkan level kognitifnya. Diperoleh hasil 9 siswa masuk kategori level kognitif sedang, 21 siswa masuk kategori level kognitif rendah dan tidak ada siswa yang masuk kategori level kognitif tinggi.

Untuk mengetahui kemampuan berpikir analitis matematis kedua kelompok berdasarkan level kognitif siswa, setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan diberikan tes materi prasyarat untuk mengelompokkan level kognitif tiap siswa, kemudian kedua kelompok yang dibagi berdasarkan level kognitif sedang dan rendah pada akhir pembelajaran diberikan posttes berupa tes uraian yang terdiri dari 7 butir soal. Tes kemampuan berpikir analitis matematis tersebut telah di uji cobakan di

kelas IX-1 Mts Hidayatul Umam Cinere, dan telah dianalisis karakteristiknya berupa uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda soal.

Setelah kedua kelompok sampel diberikan tes kemampuan berpikir analitis matematis, maka diperoleh hasil kemampuan berpikir analitis matematis siswa dari kedua kelompok tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan pengujian prasyarat analisis dan pengajuan hipotesis. Adapun hasil tes kemampuan berpikir analitis matematis berdasarkan level kognitif siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Tes Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Level Kognitif Metode Pembelajaran TAPPS Konvensional Sedang 57 76 47 ̅ = 70,33 SD = 10,04 62 76 48 67 76 62 67 76 67 67 76 67 67 76 67 71 81 71 71 86 71 71 90 86 ̅= 72,94 ̅= 65,11 SD = 8,07 SD = 11,97 Rendah 43 67 19 48 ̅= 53,57 SD = 16,47 47 67 19 52 57 67 19 52 57 67 19 57 62 71 19 57 62 71 43 57 62 76 43 57 62 80 43 62 67 43 62 67 43 67 67 43 ̅= 64,15 ̅= 44 SD = 8,83 SD = 16.01 ̅ 68,43 50,33 ̿= 60,32 SD 9,46 17,69 Sd = 16,39

42

Hasil pengujian uji normalitas dan homogenitas dari hasil posttest kemampuan berpikir analitis siswa, ternyata data berdistribusi normal tetapi tidak homogen. Untuk memenuhi asumsi uji anava dua jalur data berdistribusi normal dan homogen, dilakukan transformasi data agar data homogen dengan menggunakan LNGAMMA. Transformasi data menggunakan SPSS, adapun hasil transformasi data tes kemampuan berpikir analitis matematis berdasarkan level kognitif siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Transformasi Tes Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Level Kognitif Metode Pembelajaran

TAPPS Konvensional Sedang 251.89 230.44 213.53 ̅ = 228,32 SD = 42,27 313.65 230.44 132.95 295.77 230.44 136.8 273.67 213.53 192.74 251.89 213.53 213.53 251.89 213.53 213.53 251.89 213.53 230.44 251.89 192.74 230.44 251.89 172.35 295.77 ̅= 239,16 ̅= 206,63 SD = 34,63 SD = 49,64 Rendah 230.44 192.74 36.4 172.35 ̅= 161,54 SD = 62,17 269.29 192.74 117.77 117.77 251.89 192.74 172.35 172.35 230.44 192.74 172.35 36.4 213.53 172.35 36.4 152.41 213.53 132.95 117.77 117.77 213.53 117.77 213.53 36.4 213.53 172.35 136.8 192.74 213.53 36.4 152.41 213.53 117.77 192.74 213.53 117.77 ̅= 202,27 ̅= 124,69 SD = 36,15 SD = 57,95 ̅ 220,21 149,27 ̿=188,45 SD 39,61 66,74 Sd = 63,85

1. Siswa Level Kognitif Rendah di Kelas Eksperimen

Kemampuan berpikir analitis matematis siswa diukur menggunakan instrumen tes kemampuan komunikasi matematis yang sebelumnya telah lolos uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Pada tabel 4.2 terlihat siswa level kognitif rendah di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis sebesar 202,27 dengan simpangan baku sebesar 36,16. Dapat kita lihat pula sebanyak 11 siswa atau sekitar 57% dari siswa level kognitif rendah kelas eksperimen memiliki nilai lebih baik dari nilai rata-rata kelompoknya.

2. Siswa Level Kognitif Sedang di Kelas Eksperimen

Pada tabel 4.2 terlihat siswa level kognitif sedang di kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis sebesar 239,16 dengan simpangan baku sebesar 34,63. Dapat kita lihat pula sebanyak 9 siswa atau sekitar 50% dari siswa level kognitif sedang kelas eksperimen memiliki nilai lebih baik dari nilai rata-rata kelompoknya.

Jika kita bandingkan kedua kelompok ini terlihat perbedaan nilai rata-rata sebesar 36,89 dengan keunggulan nilai dimiliki siswa kelompok sedang. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh yang diberikan level kognitif terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa kelas eksperimen, dengan hasil menunjukan bahwa siswa dengan level kognitif yang lebih baik akan memiliki kemampuan berpikir analitis matematis yang lebih baik pula. Jika ditinjau dari nilai simpangan baku dapat diketahui bahwa siswa kelompok rendah dari kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih bervariasi dari siswa kelompok sedang. Sehingga dapat dijelaskan kemampuan berpikir analitis matematis level kognitif rendah lebih heterogen dibandingkan dengan kemampuan berpikir analitis matematis level kognitif sedang yang lebih homogen.

Hasil perbandingan dua kelompok pada kelas eksperimen ini mengindikasikan adanya pengaruh level kognitif terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari selisih nilai yang diperoleh siswa level kognitif rendah dan siswa level kognitif sedang pada kelas

44

eksperimen. Namun untuk dapat menyimpulkan adanya pengaruh signifikan masih harus memperhatikan hasil dari kedua kelompok di kelas kontrol dan juga analisis dari uji empiris menggunakan ANAVA dua jalur.

3. Siswa Level Kognitif Rendah di Kelas Kontrol

Pada tabel 4.2 dapat kita lihat nilai rata-rata siswa level kognitif rendah di kelas kontrol sebesar 124,69 dengan nilai simpangan baku sebesar 57,95. Jika dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa level kognitif rendah dari kelas eksperimen, nilai siswa kelas kontrol ini lebih rendah dengan selisih nilai sebesar 77,58. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh yang diberikan metode pembelajaran terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa level kognitif rendah. Namun untuk dapat menyatakan adanya pengaruh signifikan harus mempertimbangkan hasil yang diperoleh siswa level kognitif sedang dari kelas kontrol.

Nilai simpangan baku siswa level kognitif rendah di kelas kontrol mengindikasikan bahwa variasi nilai pada kelompok ini merupakan yang terbanyak dibandingkan tiga kelompok lainnya. Dari tabel 4.2 juga dapat kita lihat sebanyak 9 siswa atau 42% dari total siswa level kognitif rendah di kelas kontrol memiliki nilai lebih besar dari rata-rata kelompoknya.

4. Siswa Level Kognitif Sedang di Kelas Kontrol

Pada tabel 4.2 terlihat siswa level kognitif sedang di kelas kontrol memiliki nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis sebesar 206,63 dengan simpangan baku sebesar 49,64. Jika kita bandingkan dengan level kognitif rendah di kelas yang sama terlihat perbedaan nilai rata-rata sebesar 81,94 dengan keunggulan nilai dimiliki siswa level kognitif sedang. Hal ini sejalan dengan apa yang diperoleh ketika membandingkan nilai siswa level kognitif rendah dengan level kognitif sedang di kelas eksperimen. Berdasarkan hasil tersebut terdapat indikasi adanya pengaruh yang diberikan level kognitif terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa, dengan hasil menunjukan bahwa siswa dengan level kognitif yang lebih baik akan memiliki kemampuan berpikir analitis

matematis yang lebih baik pula. Hal ini terjadi di kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Jika ditinjau dari nilai simpangan baku dapat diketahui bahwa siswa level kognitif rendah dari kelas kontrol memiliki nilai yang lebih bervariasi dari siswa level kognitif sedang. Dapat kita lihat pula sebanyak 6 siswa atau sekitar 66% dari siswa level kognitis sedang di kelas kontrol memiliki nilai lebih baik dari nilai rata-rata kelompoknya.

5. Perbandingan Siswa Kelas Eksperimen dengan Siswa Kelas Kontrol Dari hasil pemaparan dapat kita lihat adanya indikasi pengaruh metode pembelajaran dan level kognitif terhadap kemampuan berpikir analitis matematis siswa. Hal ini terlihat dari perbedaan hasil uji kemampuan berpikir analitis matematis siswa baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan melihat pada level kognitif siswa.

Selanjutnya hasil penelitian akan ditinjau secara khusus dengan melihat dua kelas yang dijadikan sampel yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada tabel 4.2 dapat dilihat siswa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis sebesar 220,21dengan simpangan baku 39,61. Siswa kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis sebesar 149,27 dengan simpangan baku 66,74. Hal ini menunjukan bahwa nilai siswa pada kelas kontrol lebih bervariasi dari nilai siswa kelas eksperimen. Namun apabila kita meninjau dari segi nilai yang diperoleh siswa kelas eksperimen memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol dengan selisih nilai rata-rata keseluruhan sebesar 70,94. Temuan ini sejalan dengan hasil paparan sebelumnya yang menunjukan bahwa siswa yang belajar dengan metode TAPPS pada kelas eksperimen cenderung memiliki nilai kemampuan berpikir analitis matematis yang lebih baik dibandingkan siswa dengan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol. Secara keseluruhan perbandingan perolehan nilai siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3 :

46

Tabel 4.3

Perbandingan Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Level Kognitif Eksperimen Kontrol

Rendah 202,27 124,69

Sedang 239,16 206,63

Keseluruhan 220,21 149,27

Secara visual perbandingan sebaran data antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1 :

Gambar 4.1

Grafik Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Analitis Matematis

Pada gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa secara keseluruhan siswa kelas eksperimen memperoleh hasil tes yang lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Secara visual terlihat kurva yang mewakili nilai perolehan kelas eksperimen selalu berada di atas kurva yang mewakili perolehan kelas kontrol.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 30 38 46 54 62 70 78 86 94 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Fr ek u ensi

Langkah selanjutnya adalah melihat perbandingan hasil perolehan siswa jika ditinjau dari level kognitif masing-masing kelompoknya dan mengabaikan kelas, yakni siswa level kognitif rendah dan siswa level kognitif sedang.

6. Perbandingan Siswa Kemampuan Kognitif Rendah dengan Siswa Kemampuan Kognitif Sedang

Jika ditinjau dari level kognitifnya dengan mengabaikan kelas asal siswa maka kita akan memperoleh dua kelompok berbeda, yakni kelompok siswa level kognitif rendah dengan kelompok siswa level kognitif sedang. Dari tabel 4.1 dapat kita lihat nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis siswa level kognitif rendah sebesar 161,54 dengan simpangan baku 62,17 dan nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis siswa level kognitif sedang sebesar 228,32 dengan simpangan baku 42,27.

Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa nilai yang diperoleh siswa level kognitif rendah lebih variatif dibandingkan nilai yang diperoleh siswa level kognitif sedang. Sedangkan jika ditinjau dari nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis dapat dikatakan bahwa siswa level kognitif sedang memiliki kemampuan berpikir analitis matematis yang lebih baik dibandingkan siswa level kognitif rendah dengan selisih nilai rata-rata sebesar 66,78. Hal ini sejalan dengan hasil temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa siswa dengan level kognitif lebih tinggi akan memiliki kemampuan berpikir analitis matematis yang lebih baik.

7. Nilai Rata-rata Keseluruhan

Pada tabel 4.1 dapat kita lihat nilai rata-rata kemampuan berpikir analitis matematis siswa dari penelitian ini adalah sebesar 188,45. Jika kita tinjau berdasarkan kelas maka diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata keseluruhan, sedangkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol lebih rendah dari nilai rata-rata keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa siswa yang belajar dengan metode thinking aloud pair problem solving (TAPPS) memiliki skor kemampuan berpikir analitis matematis

48

lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar dengan metode konvensional. Dengan pembanding yang sama kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa siswa yang memiliki level kognitif yang lebih tinggi akan memiliki kemampuan berpikir analitis matematis yang lebih baik pula. Hal ini berdasar pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa level kognitif rendah dan siswa level kognitif sedang.

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis

Dokumen terkait