• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pasien intrapartum (dalam persalinan) dengan seksio sesarea emergensi, sebanyak 70 pasien terdiri dari kelompok kontrol 35 pasien dan kelompok perlakuan 35 pasien yang di rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: Ibu hamil 28 minggu atau lebih, Keadaan umum pasien kesadaran baik, Umur 17 – 35 tahun, Kehamilan pertama sampai ketiga, dan bersedia diikutkan dalam penelitian. Dan kriteria eklusi adalah pasien yang melakukan seksio sesarea dengan : Keadaan kesadaran rendah, Operasi dengan Anestesi Umum, Operasi dengan perdarahan ≥ 500 CC, Operasi atas permintaan pasien. Dan penyebab dilakukanya operasi seksio sesarea emergensi antara lain karena : perdarahan antepartum, pre-eklamsi berat, gawat janin, induksi gagal, disporposio kepala panggul dan kelainan letak, kala dua tak maju dan syarat vacum ektraksi tak terpenuhi.

Responden bertempat tinggal di wilayah RSU PKU Muhammadiyah Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, dari 70 responden terdiri dari 58 (82,86%) dari wilayah Kabupaten Klaten, sedangkan 11 pasien (15,71%) berasal dari Kabupaten Sukoharjo, dan 1 pasen (1.43%) dari Kabupaten Boyolali. Dan terdiri dari 13 wilayah tempat tinggal yaitu: Wilayah Delanggu, Polanharjo, Juwiring, Teras, Cepu, Wonosari, Tulung, Jatinom, Ceper, Karang anom,

Pedan, Sedangkan Kabupaten Sukoharjo berasan dari wilayah Gatak serta Kabupaten Boyolali berasal dari Sawit. Sebagaimana dalam tabel 4.1 dan tabel 4.2. distribusi responden menurut wilayah tempat tinggal.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal (Kabupaten)

Kontrol Perlakuan Total

Kabupaten ∑ % ∑ % ∑ % 1. Klaten 28 80 30 85,71 58 82,86 2. Sukoharjo 6 17,14 5 14,29 11 15,71 3. Boyolali 1 2,86 0 0 1 1,43 Jumlah: 35 100 35 100 70 100

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Wilayah Tempat Tinggal

Wilayah Kontrol Perlakuan Jml

1. Delanggu 5 7 12 2. Polanharjo 8 4 12 3. Juwiring 4 6 10 4. Teras 0 1 1 5. Cepu 1 0 1 6. Wonosari 3 5 8 7 .Tulung 1 2 3 8. Jatinom 1 0 1 9. Ceper 4 3 7 10. Kr.Anom 1 1 2 11. Pedan 0 1 1 12. Gatak Shj 6 5 11 13. Sawit Byl 1 0 1 Jumlah 35 35 70

Gambar 4.1. Grafik Distribusi Wilayah Tempat Tinggal Responden

Data responden diperoleh dari pasien rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten yang melakukan operasi sesarea mulai bulan September s/d Oktober 2008, data diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diberikan kepada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Hasil dilakukan analisis dengan menggunakan program SPSS.

2. Deskripsi Data Tingkat Pendidikan

Data tingkat pendidikan responden diklasifikasikan menjadi dua yaitu tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan tinggi yaitu responden yang memiliki pendidikan atau lulus dari perguruan tinggi, baik Diploma I, Diploma II, Diploma III, Sarjana Strata I, maupun sarjana strata 2. Sedangkan tingkat pendidikan rendah yaitu responden yang memiliki pendidikan SLTA. SLTP, SD. Data tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dan gambar grafik di bawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Data Tingkat Pendidikan Responden Tk. Pendidikan 49 70,0 70,0 70,0 21 30,0 30,0 100,0 70 100,0 100,0 Pend. Rendah Pend. Tinggi Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Distribusi data tingkat pendidikan secara grafis dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini:

1.5 1 0.5 0 -0.5 Tk. Pendidikan 70 60 50 40 30 20 10 0 F re q u e n c y Mean = 0.3 Std. Dev. = 0.462 N = 70 Tk. Pendidikan

Gambar 4.2. Grafik Tingkat Pendidikan

Grafik di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rendah lebih banyak daripada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini merupakan petunjuk bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan rendah, yang berarti pula bahwa kebanyakan pasien seksio sesaria berasal dari kalangan bawah.

3. Deskripsi Data Usia

Data usia responden diklasifikasikan menjadi empat yaitu usia 20 – 25 tahun, 26 – 30 tahun, 31– 35 tahun, 36– 40 tahun. Data usia responden dapat dilihat pada tabel distribusi di bawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Data Usia Responden

Tingkat Usia/Umur 22 31,4 31,4 31,4 26 37,1 37,1 68,6 20 28,6 28,6 97,1 2 2,9 2,9 100,0 70 100,0 100,0 Umur 20-25 Umur 26-30 Umur 31-35 Umur 36-40 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Distribusi data usia responden secara grafis dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini: 5 4 3 2 1 0 Tingkat Usia/Umur 40 30 20 10 0 F re q u e n c y Mean = 2.03 Std. Dev. = 0.851 N = 70 Tingkat Usia/Umur

Gambar 4.3. Grafik Distribusi Usia Responden

Grafik di atas terlihat usia responden sebagian besar menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rendah lebih banyak daripada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia

antara 26 tahun – 30 tahun, yang berarti pula bahwa kebanyakan pasien seksio sesaria berada pada usia kehamilan yang aman. Demikian pula untuk pasien seksio sesaria terbanyak kedua pada umur 20-25 tahun yang termasuk dalam masa kehamilan aman. Sedangkan pasien pada usia di atas 30 juga cukup banyak, yaitu 28,6% untuk usia 31-35 tahun dan 2,9% untuk usia 36-41 tahun, dan pada usia tersebut merupakan usia kehamila pada usia resiko kehamilan tinggi.

4. Deskripsi Data Jumlah Persalinan

Data kehamilan responden diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu kehamilan pertama (ke 1), kehamilan kedua (ke 2), dan kehamilan ketiga (ke 3). Data jumlah kehamilan pada responden yang dilakukan melalui pengisian kuesioner dapat dilihat pada tabel distribusi di bawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Data Kehamilan Responden

Kehamilan 43 61,4 61,4 61,4 20 28,6 28,6 90,0 7 10,0 10,0 100,0 70 100,0 100,0 Ke I Ke 2 Ke 3 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Distribusi data jumlah kehamilan pada responden secara grafis dapat dilihat pada gambar 4.4 grafik kehamilan responden di bawah ini, sebagai berikut:

3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 Kehamilan 50 40 30 20 10 0 F re q u e n c y Mean = 1.49 Std. Dev. = 0.676 N = 70 Histogram

Gambar 4.4. Grafik Kehamilan Responden

Grafik di atas menunjukkan bahwa kehamilan responden sebagian besar adalah kehamilan pertama. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden belum pernah melahirkan sebelumnya. Jadi kebanyakan responden belum mengetahui bagaimana melahirkan secara normal tanpa operasi. Demikian pula untuk pasien seksio sesaria terbanyak kedua adalah kehamilan yang kedua, yang kemungkinan pada kehamilan pertama telah mengalami hal yang sama. Sedangkan pasien yang merupakan kehamilan yang ketiga adalah pasien yang paling sedikit.

5. Deskripsi Data Faktor Penyulit

Faktor penyulit bagi pasien seksio sesaria terdiri dari 8 macam, yaitu Pendarahan antepartum, Preeklamsi berat (PEB), Gawat jalan, Induksi gagal, Disporposio kepala panggu (DKP), Kelainan letak, Kala dua tidak maju, Syarat vaccum ektraksi tidak terpenuhi. Data faktor penyulit pasien seksio sesaria dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6. Distribusi Data Faktor Penyulit Pasien Seksio Sesaria Faktor Penyulit 1 1,4 1,4 1,4 8 11,4 11,4 12,9 13 18,6 18,6 31,4 14 20,0 20,0 51,4 5 7,1 7,1 58,6 19 27,1 27,1 85,7 9 12,9 12,9 98,6 1 1,4 1,4 100,0 70 100,0 100,0 Perdarahan Antepartum PEB Gawat Jalan Induksi Gagal DKP Kel Letak Kala2 t' maju VE t'terpenuhi Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Di antara ke 8 faktor penyulit bagi pasien seksio sesaria sebagaimana terlihat pada tabel di atas paling tinggi frekuensinya yaitu factor kelainan letak, yaitu sebesar 27,1%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang termasuk dalam kategori seksio sesaria kebanyakan disebabkan oleh kelainan letak.

10 8 6 4 2 0 Faktor Penyulit 20 15 10 5 0 F re q u e n c y Mean = 4.6 Std. Dev. = 1.731 N = 70 Faktor Penyulit

6. Deskripsi Data Kecemasan Pre Operasi

Data kecemasan pre operasio diperoleh dengan kuesioner sebanyak 50 item. Hasil jawaban responden kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada lampiran. Berdasarkan tabulasi data, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh data tentang kecemasan sebelum operasi. Hasil analisis deskripsi data kecemasan sebelum operasi diperoleh nilai tertinggi = 39, nilai terendah = 9, rata-rata = 22,99, standar deviasi = 7,621, dan jumlah = 1609.

Distribusi data kecemasan sebelum operasi secara grafis dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini:

40 30

20 10

0

Kecemasan Pre Operasi

12 10 8 6 4 2 0 F re q u e n c y Mean = 22.99 Std. Dev. = 7.621 N = 70

Kecemasan Pre Operasi

Gambar 4.6. Grafik Distribusi Kecemasan Pre Operasi

Grafik di atas terlihat memiliki distribusi yang cukup normal sebagaimana kurve normal yang terlihat, karena batang-batang frekuensi dapat mengikuti alur garis kurve normal. Selain itu terlihat bahwa frekuensi pada skor rendah sedikit, demikian pula frekuensi pada skor yang tinggi.

Sedangkan skor-skor yang mendekati nilai rata-rata cukup banyak. Karena itulah secara sekilas tampak bahwa distribusi data tersebut cukup normal.

7. Deskripsi Data Kecemasan Post Operasi

Data kecemasan post operasi diperoleh dengan kuesioner sebanyak 50 item. Hasil jawaban responden kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada lampiran. Berdasarkan tabulasi data, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh data tentang kecemasan sebelum operasi. Hasil analisis deskripsi data kecemasan sebelum operasi diperoleh nilai tertinggi = 38, nilai terendah = 8, rata-rata = 20,47, standar deviasi = 7,644, dan jumlah = 1433. Distribusi data kecemasan pasca operasi secara grafis dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini: 40 30 20 10 0

Kecemasan Post Operasi

12 10 8 6 4 2 0 F re q u e n c y Mean = 20.47 Std. Dev. = 7.644 N = 70

Kecemasan Post Operasi

Gambar 4.7. Grafik Distribusi Kecemasan Post Operasi

Grafik di atas terlihat memiliki distribusi yang cukup normal sebagaimana kurve normal yang terlihat, karena batang-batang frekuensi dapat mengikuti alur garis kurve normal. Selain itu terlihat bahwa frekuensi

pada skor rendah sedikit, demikian pula frekuensi pada skor yang tinggi. Sedangkan skor-skor yang mendekati nilai rata-rata cukup banyak. Karena itulah secara sekilas tampak bahwa distribusi data tersebut cukup normal

8. Deskripsi Tingkat Kecemasan Pasien Seksio Sesarea

Persalinan merupakan peristiwa alamiah terutama kaum wanita dan merupakan suatu proses yang menakutkan, tidak nyaman dan sangat menyakitkan sehingga ibu-ibu merasa cemas, gelisah, takut menghadapi proses persalinan (Bobak Jensen, 1993), dan setiap saat dapat terjadi penyulit yang membahayakan ibu dan janin, sehingga menjadi beban emosional mulai terjadinya gangguan perasaan ringan sampai depresi postpartum atau psikosis (Sarwono P., 2002).

Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap yang dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, tehnik bimbingan dan pengetahuan klinik, yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluarnya (Saifuddin, 2001).

Berdasarkan kriteria tingkat kecemasan menurut Taylor Manifestasi Scale (T-MAS) adalah apabila setelah menjawab 50 pertanyaan jawaban ya lebih dari atau sama dengan 23 dinyatakan cemas dan apabila lebih kecil atau sama dari 22 dinyatakan tidak cemas.

Tingkat kecemasan pada 70 responden sebagaimana dalam tabel 4.7. Distribusi kecemasan responden sebelum dan sesudah operasi dan gambar

4.8. Grafik kecemasan responden pre dan post operasi pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Tabel 4.7. Distribusi Kecemasan Responden Sebelum dan Sesudah Operasi

Responden Sampel Pre-Op Post-Op

Kontrol 35 25 18

Perlakuan 35 13 9

Gambar 4.8. Grafik kecemasan responden pre dan post operasi Dari 35 responden yang diperlakuan sebagai kontrol terjadi kecemasan sebelum operasi sebanyak 25 (71,43%) sesudah operasi menjadi 18 (51,43%). Dan untuk kelompok responden yang diberikan perlakuan atau dilakukan konseling dari 35 responden terdapat 13 pasien (37,14) sebelum operasi, dan sesudah operasi menjadi 9 pasien (25,71%). Atau terjadi perubahan responden yang diberikan konseling terdapat penurunan kecemasan sebelum operasi sebesar 12 (34,29%) dan sesudah operasi sebesar 9 (25,71%), sebagaimana terlihat dalam tabel 4.8. Distribusi perubahan kecemasan.

Responden Sampel Pre-Op Post-Op Cemas

Kontrol 35 25 18 7

Perlakuan 35 13 9 4

Selisih - 12 9 3

Gambar 4.9. Grafik Perubahan Kecemasan Responden

Dilihat dari tabel 4.8 dan gambar grafik menunjukan bahwa kecemasan dikarenakan operasi sesarea sebanyak 7 (20.00%) pada kelompok kontrol, sedangkan pasien yang diberikan konseling sebanyak 4 (11.43%). Hal ini menunjukkan bahwa operasi sesarea mengakibatkan kecemasan dan kecemasan akan menurun apabila diberikan konseling.

9. Deskripsi Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien Seksio Sesarea:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan bagi seorang individu merupakan pengaruh dinamis dalam perkembangan jasmani, jiwa, perasaan dan susila. Sehingga tingkat pendidikan yang berbeda akan memberikan jenis pengalaman serta nilai-nilai hidup yang berbeda pula. Masalah ini dianggap sebagai tekanan

yang dapat menyebabkan krisis dan akan mengalami kecemasan (Damaraji 2001).

Ketentuan wajib belajar di Indonesia minimal 9 tahun atau sampai tingkat Sekolah Menengah Umum, maka responden secara deskripsi tingkat kecemasan menurut pendidikan dapat dilihat dalam tabel.

Tabel 4.9. Distribusi kecemasan menurut tingkat pendidikan

Pre-Op Post-Op

Responden

<9Th >9Th <9Th >9Th

Kontrol 18 7 15 3

Perlakuan 13 0 9 0

Gambar 4.10. Grafik kecemasan menurut tingkat pendidikan

Pada grafik menunjukkan bahwa tingkat kecemasan menurut pendidikan responden pada kelompok kontrol sebelum operasi yang mempunyai pendidikan kurang sembilan tahun mencapai 51,43% dan sesudah operasi menjadi 42,86%, sedang pendidikan lebih 9 tahun tingkat kecemasan mencapai 20,00% dan sesudah operasi menjadi 8,57% Sedangkan pada kelompok perlakuan sebelum operasi dengan pendidikan kurang 9 tahun sebanyak 37,14% dan sesudah operasi menjadi 25,71%,

sedangkan kelompok perlakuan dengan pendidikan lebih 9 tahun baik sebelum maupun sesudah operasi 0,00%.

b. Faktor Usia

Syaifudin (1998), menspesifikasikan umur dalam tiga kategori, yaitu kurang 20 tahun (tergolong muda), umur 20-30 tahun (tergolong menengah) dan lebih 30 tahun (tergolong tua). Dalam kurun reproduksi sehat bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun. Dan faktor umur yang lebih muda akan lebih mudah menderita stres dari pada usia tua (Soewandi, 1987).

Responden yang dilakukan penelitian sebanyak 70 pasien dengan rincian kelompok umur sebagai berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Kecemasan menurut kelompok usia dan Objek

Responden <20 Th 20-30 >30 ∑

Kontrol 1 25 9 35

Perlakuan 3 19 13 35

Dalam penelitian ini, secara deskripsi kecemasan responden menurut faktor kelompok usia, dapat dilihat pada tabel 4.11. Distribusi kecemasan menurut kelompok usia, Pre-Post Operasi

Kontrol Perlakuan Responde n <20 20-30 >30 <20 20-30 >30 Pre-Op 1 18 6 1 4 8 PostOp 0 13 5 1 3 5

Gambar 4.11. Grafik Distribusi Cemas Kelompok Umur c. Jumlah Persalinan

Peristiwa persalinan adalah suatu fenomena fisiologis yang normal dan menakutkan, pengalaman dalam proses persalinan sebelumnya merupakan pertimbangan dalam menyikapi persalinan yang akan datang, sebagaimana dalam penelitian ini bahwa responden mengalami kecemasan terlihat pada ibu yang baru pertama atau kedua kali melakukan persalinan dibandingkan ibu yang melahirkan lebih tiga kali. Tampak dalam tabel 4.12. Distribusi kecemasan Responden menurut jumlah dalam persalinan.

Tabel 4.12. Distribusi kecemasan menurut jumlah persalinan.

Pre-Op Post-Op

Koresponden

1X 2X 3X 1X 2X 3X

Kontrol 14 9 2 10 7 1

Perlakuan 8 3 2 6 2 1

Terlihat dalam tabel 4.12. bahwa pada kelompok kontrol maupun perlakuan bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan cenderung mengalami kecemasan.

Gambar 4.12. Grafik Kecemasan Menurut Jumlah Persalinan

d. Faktor Penyebab dilakukan Operasi Seksio Sesarea.

Faktor penyebab dilakukannya operasi seksio sesarea adalah (1) Perdarahan antepertum, (2). Pre eklamsi berat, (3). Gawat janin, (4). Induksi gagal, (5). Disporposio kepala panggul, (6). Kelainan letak, (7). Kala dua tak maju, (8). Syarat vaccum ektraksi tak terpenuhi, sebagaimana tercantum dalam tabel 4.13 dan tabel 4.14 dibawah ini. Tabel 4.13. Distribusi kecemasan menurut faktor penyebab operasi kelompok kontrol. Responden / Indikasi Operasi 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelompok Kontrol 1 0 9 7 2 9 7 0 Pre-Op 0 0 6 6 1 7 5 0 Post-Op 0 0 5 5 0 5 3 0

Tabel 4.14. Distribusi kecemasan responden menurut faktor penyebab operasi kelompok perlakuan.

Responden/Indika

si Operasi 1 2 3 4 5 6 7 8

Perlakuan 0 8 4 7 3 10 2 1

Pre-Op 0 5 2 2 0 4 0 0

Post-Op 0 4 2 1 0 2 0 0

Kecemasan responden pada kelompok kontrol sebagaian besar disebebkan oleh faktor terjadinya : kondisi gawat janin, induksi gagal, disporposio kepala panggul dan kelainan letak, sebagaimana terlihat dalam grafik batang pada gambar 4.13. dibawah ini.

Grafik 4.13. Distribusi kecemasan menurut penyebab operasi pada kelompok kontrol.

Kecemasan responden pada kelompok perlakuan sebagaian besar disebebkan oleh faktor terjadinya : pre-eklamsi berat, kondisi gawat janin, induksi gagal, disporposio kepala panggul dan kelainan letak, sebagaimana terlihat dalam grafik batang gambar 4.14. dibawah ini.

Grafik 4.14. Grafik kecemasan menurut penyebab operasi kelompok perlakuan.

Kecemasan yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab operasi seksio sesarea, ternyata tidak mempunyai dampak yang berbeda artinya kecemasan terjadi pada setiap penyebab dilakukannya operasi dan faktor penyebab satu dengan lainnya tidak ada hubungannya. sebagaimana terlihat pada grafik batang pada gambar 4.15 dibawah ini.

Sedangkan faktor penyebab yang menjadikan kecemasan, dari faktor satu dengan lainnya tidak menunjukkan perbedaan artinya pasien dengan penyebab apa saja untuk melakukan operasi sesarea pasien akan tetap mengalami kecemasan dan kecemasan akan berkurang setelah operasi telah dilaksanakan, hal ini terjadi pada kelompok kontrol maupun perlakuan.

Dokumen terkait