• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan

Pelaksanaan pratindakan dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2013. Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas III yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan kegiatan survei awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kelas III yang difokuskan pada aspek berbicara. Setelah peneliti melakukan observasi pada siswa kelas III, peneliti mengetahui bahwa pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi berbicara dirasa sulit bagi siswa. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara masih belum mencapai KKM, sehingga kemampuan siswa dalam kompetensi berbicara khususnya pada materi dongeng masih rendah. Berikut adalah hasil pengamatan pada tahap pratindakan.

dapat dilihat pada tabel berikut, yaitu:

Tabel 4.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pratindakan

Skala penilaian tiap aspek: Skala penilaian total skor: 1 = kurang baik 1 – 10 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 11 – 20 = berprestasi sedang 3 = baik 21 – 30 = berprestasi tinggi Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.5 bahwa keaktifan siswa hanya mencapai skor 11 (berprestasi sedang). Terlihat dari beberapa aspek yang masih kurang, maka diperlukan peningkatan terhadap kegiatan pembelajaran agar suasana pembelajaran berjalan dengan kondusif dan siswa menjadi aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Aktivitas guru selama pembelajaran pun tidak luput dari pengamatan peneliti. Terlihat guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Siswa hanya diperintahkan untuk membaca bersama-sama, lalu kemudian dilakukan tanya jawab terkait dengan cerita yang dibaca bersama-sama tadi. Setelah itu siswa diminta untuk menceritakan kembali isi dongeng yang dibacanya di depan

No Aspek Yang Dinilai Skor

1 Kedisiplinan siswa 1

2 Kesiapan perlengkapan belajar 1

3 Siswa mengerjakan tugas dengan baik 2

4 Keseriusan dalam belajar 1

5 Sikap tanggap terhadap pertanyaan guru 1

6 Kerjasama sesama siswa 1

7 Kerjasama dengan guru 1

8 Ulah siswa dalam kelas 1

9 Keaktifan dalam belajar 1

10 Minat dalam belajar 1

lainnya tidak mau maju ke depan kelas karena malu. Siswa yang maju ke depan kelas, ketika bercerita pun masih dibimbing oleh guru. Siswa terlihat terbata-bata dan kurang baik penggunaan kalimatnya ketika bercerita di depan kelas. Berikut adalah hasil observasi terhadap aktivitas guru selama pembelajaran.

Tabel 4.6 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pratindakan

Skala penilaian tiap aspek: Skala penilaian total skor: 1 = kurang baik 1 – 14 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 15 – 28 = berprestasi sedang 3 = baik 29 – 42 = berprestasi tinggi Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa keaktifan guru dalam melaksanakan pembelajaran masih jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari jumlah

No Aspek Yang Dinilai Skor

1 Kejelasan dalam suara 2

2 Penggunaan metode/teknik mengajar 1

3 Memberikan dorongan agar siswa aktif 1 4 Pembelajaran berorientasi kepada sasaran 1

5 Pengelolaan kelas 1

6 Penggunaan waktu 1

7 Baik dalam mengatur suasana pembelajaran 1 8 Menanggapi pertanyaan/pernyataan siswa 1 9 Adil dalam mendistribusikan pertanyaan 1 10 Menarik dalam menyajikan bahan pembelajaran 1

11 Penguasaan materi 1

12 Bervariasi dalam memberikan pertanyaan dan teknik bertanya

1

13 Dapat mengecek pemahaman siswa 1

14 Tepat saat mengakhiri pembelajaran 1

aspek yang belum terpenuhi, seperti penyampaian materi yang kurang menarik, siswa belum terlihat aktif dalam pembelajaran, dan seterusnya. Dengan kondisi seperti ini, maka diperlukan adanya perbaikan dalam proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya sangat berpengaruh pada hasil akhirnya yaitu hasil belajar siswa. Proses yang baik akan memperoleh hasil yang baik pula.

Hasil tes terhadap kemampuan berbicara siswa yang dilakukan pada tahap pratindakan ini dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini, yaitu:

Tabel 4.7 Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa Pratindakan

No Tingkat Kefasihan Total Skor Nilai Ketepatan Pemahaman Cerita Kelancaran 1 3 3 3 9 60 2 3 3 3 9 60 3 3 3 3 9 60 4 2 2 2 6 40 5 3 3 3 9 60 6 3 4 3 10 66 7 3 3 3 10 60 8 2 3 2 7 47 9 2 3 3 8 53 10 3 3 3 9 60 11 3 3 3 9 60 12 3 3 3 9 60 13 3 4 4 11 73 14 3 4 4 11 73 15 2 3 3 8 53 16 3 4 3 10 66 17 3 4 3 10 66 Total Nilai 1017 Rata-Rata 59,8

1. Kurang sekali, tidak ada unsur yang benar. 2. Kurang, ada sedikit unsur yang benar.

3. Sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang. 4. Baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan.

5. Baik sekali, tepat sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan.

Penghitungan : (total skor : skor maksimal) x 100 Skor maksimal : 3x5 = 15

Berdasarkan hasil perolehan nilai pratindakan diketahui nilai tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata dalam pratindakan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Tingkat Penguasaan Pratindakan

Tingkat Penguasaan Pratindakan Nilai

Nilai tertinggi siswa 73

Nilai terendah siswa 40

Nilai rata-rata siswa 59,8

Nilai KKM 65

Dari tabel 4.8 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 73, sedangkan nilai terendah siswa adalah 40. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 59,8. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pratindakan ini nilai rata-rata siswa belum mencapai nilai KKM (65).

Dari seluruh siswa kelas III yang berjumlah 17 siswa, hanya 5 siswa atau sebanyak 29,41% siswa yang nilainya mencapai KKM (65). Rendahnya kemampuan berbicara siswa khususnya pada materi dongeng menunjukkan adanya kelemahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara dengan menceritakan kembali isi dongeng yang hanya dibaca oleh siswa. Berikut adalah hasil tes awal kemampuan menceritakan kembali (berbicara) siswa kelas III yang ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini:

No Interval Frekuensi (fi) Nilai Tengah (Xi) fi.Xi Prosentase (%) Keterangan 1 40 - 45 1 42,5 42,5 5,88 di bawah KKM 2 46 - 51 1 48,5 48,5 5,88 di bawah KKM 3 52 - 57 2 54,5 109 11,76 di bawah KKM 4 58 - 63 8 60,5 484 47,05 di bawah KKM 5 64 - 69 3 66,5 199,5 17,64 di atas KKM 6 70 - 75 2 72,5 145 11,76 di atas KKM Jumlah 17 1028,5 100 Nilai Rata-rata = 1028,5 : 17 = 60,5 Ketuntasan Klasikal = (5 : 17)x 100% = 29,41 %

Dari tabel distribusi frekuensi penilaian hasil kemampuan berbicara siswa kelas III MI Ziyadatul Huda pada kondisi awal terlihat hanya 5 siswa yang sudah tuntas dan 12 siswa yang belum tuntas, dengan persentase ketuntasan klasikal 29,41%. Berikut penyajian dalam bentuk grafik, yaitu:

Grafik 4.1. Kemampuan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal

Pada grafik 4.1 terlihat siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 1 siswa dengan rentang nilai antara 40 – 63, dan yang sesudah mencapai KKM sebanyak 5 siswa dengan rentang nilai 64 – 75. Nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75 FR E KUE N SI INTERVAL

PRATINDAKAN

meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan mengadakan penelitian di kelas III MI Ziyadatul Huda dengan menggunakan metode bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia pokok materi menceritakan kembali isi dongeng. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang masih memiliki kemampuan berbicara yang rendah, selain itu agar lebih meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil belajarnya lebih menyenangkan dan memuaskan.

Berdasarkan pengamatan di kelas III, peneliti menyimpulkan situasi kelas sudah cukup kondusif, tetapi guru harus lebih memperkaya pengetahuannya tentang metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, dan memberikan bimbingan kepada siswa yang belum lancar dalam berbicara. Berikut kendala-kendala yang terjadi pada tahap pratindakan,yaitu:

1) Pada saat pembelajaran berlangsung suasana sudah cukup kondusif, meski terkadang ada siswa yang tidak bisa untuk duduk tenang di tempat duduknya dan ada siswa yang memainkan alat tulis mereka. Secara keseluruhan mereka mengikuti pembelajaran dengan baik dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru.

2) Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyajikan pembelajaran pada aspek berbicara masih menggunakan metode konvensional yaitu siswa diminta untuk membuka buku teks, lalu membaca secara lisan bersama-sama. 3) Pada saat tes akhir, yakni menceritakan kembali isi dongeng yang dibaca, beberapa siswa terlihat malu dan tidak lancar dalam bercerita, serta penggunaan kata-kata yang belum tepat.

4) Guru tidak melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan kelas, karena siswa hanya diminta untuk bercerita dari tempat duduknya saja.

Berdasarkan pengamatan di kelas III MI Ziyadatul Huda, peneliti menyimpulkan situasi kelas sudah cukup kondusif, tetapi guru harus lebih memperkaya pengetahuannya tentang metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, dan melatih keberanian siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasannya

untuk perbaikan.

2. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan 1 kali petemuan (2x35 menit) pada tanggal 2 November 2013. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan pada siklus I adalah sebagai berikut :

a) Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di kelas III untuk mengetahui model pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilaksanakan. Di samping itu mencatat hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok kemampuan berbicara. Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar di MI Ziyadatul Huda pada pratindakan diperoleh informasi sebagai data awal bahwa sebanyak 12 siswa (70,59%) yang belum mencapai KKM (65) dan yang mencapai nilai KKM sebanyak 5 siswa (29,41%). Setelah dilakukan pengamatan, ternyata sebagian besar siswa belum mampu mengungkapkan pikiran dan gagasannya secara lebih leluasa serta belum dapat mengungkapkan atau berbicara dengan aturan berbicara yang benar. Siswa belum terampil dalam menyusun kalimat-kalimat dan belum memperhatikan tanda baca dalam teks dongeng yang dibuat guru, sehingga berbicaranya tidak berirama sesuai dengan isi cerita tersebut. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai alternatif peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode bermain peran dalam proses pembelajaran.

Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menentukan pokok bahasan atau memilih kompetensi dasar atau indikator yang sesuai dengan keterampilan berbicara di kelas III. Alasan memilih kompetensi dasar atau indikator tersebut adalah:

sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada indikator tersebut.

b) Kompetensi dasar atau indikator keterampilan berbicara tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara lebih lanjut.

c) Pemilihan kompetensi dasar atau indikator keterampilan berbicara didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 1 x petemuan. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pertemuan adalah 2 jam pelajaran atau sekitar 70 menit. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 November 2013. Perencanaan RPP mencakup penentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, langkah-langkah/skenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir.

3) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:

a) Ruang belajar

Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan.

b) Buku pelajaran

Buku pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu SASEBI terbitan Erlangga.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun pada tahap perencanaan. Siklus I dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 2 November 2013

adalah dongeng yang berjudul Kelinci yang Sombong dan Kura-Kura yang baik Hati. Indikator Pembelajarannya adalah siswa dapat menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasanya sendiri. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode bermain peran. Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan media sederhana yang disesuaikan dengan tokoh drama yang diperankan.

Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam, lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran dengan tepuk tenang. Guru memberikan apersepsi dengan menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman mereka dalam bercerita.

Kegiatan inti pada tahap eksplorasi, guru menjelaskan tentang dongeng, kemudian menceritakan isi dongeng kepada siswa secara singkat. Lalu melakukan tanya jawab terkait dengan isi dongeng, contoh: berapa tokoh yang ada dalam dongeng yang ibu ceritakan tadi?, siapa nama tokoh-tokoh tersebut? Selanjutnya menyampaikan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Pada tahap elaborasi, guru memberikan teks cerita kepada siswa. Kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca teks cerita tersebut. Guru meminta 2 orang siswa untuk menceritakan kembali teks cerita yang dibacanya. Setelah siswa membaca teks cerita yang diberikan guru, guru membagi dialog kepada siswa (setiap siswa mendapat dialog). Agar berjalan lancar, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami terkait dengan teks cerita dan peran yang akan dimainkan. Guru menjelaskan kepada siswa yang mendapatkan peran dan dialog, sehingga mereka tahu tugasnya, menguasai masalahnya, dan pandai bermimik serta berdialog. Setelah siswa memahami tugas yang diberikan guru, kemudian guru mempersilahkan kepada siswa untuk mulai bermain peran. Guru mengatur jalannya bermain peran untuk meminimalisasi terjadinya kekeliruan, sehingga cerita yang diperankan dapat dipahami siswa. Setelah drama mencapai klimaks, guru menghentikan permainan drama agar

kemungkinan-pendapatnya dan memberikan penilaian terhadap penampilan temannya. Membuka tanya jawab diskusi dan meminta siswa untuk memberikan penilaian terhadap siswa lainnya yang sudah maju ke depan kelas. Pada tahap konfirmasi, Guru menanyakan kepada siswa tokoh apa yang paling sulit diperankan. Guru memberikan penekanan pada tokoh yang paling sulit diperankan. Kemudian guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup diisi dengan mengecek apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan memberikan tes kinerja secara individu yaitu menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasanya sendiri di depan kelas. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap hamdalah bersama-sama siswa.

c. Observasi

Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, artinya observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat selaku observer. Hasil pengamatan lembar observasi guru dan siswa pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek Yang Dinilai Skor

1 Kedisiplinan siswa 2

2 Kesiapan perlengkapan belajar 2

3 Siswa mengerjakan tugas dengan baik 2

4 Keseriusan dalam belajar 2

5 Sikap tanggap terhadap pertanyaan guru 2

6 Kerjasama sesama siswa 2

7 Kerjasama dengan guru 2

8 Ulah siswa dalam kelas 2

9 Keaktifan dalam belajar 2

10 Minat dalam belajar 2

1 = kurang baik 1—10 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 11—20 = berprestasi sedang

3 = baik 21—30 = berprestasi tinggi

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.10 bahwa keaktifan siswa terlihat ada peningkatan yaitu mencapai skor 20 (berprestasi sedang). Terlihat dari beberapa aspek yang sudah ada peningkatan, suasana pembelajaran berjalan dengan kondusif dan siswa terlihat cukup aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi dongeng sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan pula karena pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode yang membuat siswa aktif, dimana siswa diikutsertakan dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya menjadi obyek pembelajaran, tetapi juga menjadi subyek pembelajaran.

Keaktifan atau kegiatan guru mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini yang menjelaskan tentang hasil observasi terhadap kegiatan guru.

Tabel 4.11 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Siklus I

No Aspek Yang Dinilai Skor

1 Kejelasan dalam suara 2

2 Penggunaan metode/teknik mengajar 2

3 Memberikan dorongan agar siswa aktif 2 4 Pembelajaran berorientasi kepada sasaran 2

5 Pengelolaan kelas 3

6 Penggunaan waktu 3

7 Baik dalam mengatur suasana pembelajaran 2 8 Menanggapi pertanyaan/pernyataan siswa 2 9 Adil dalam mendistribusikan pertanyaan 2 10 Menarik dalam menyajikan bahan pembelajaran 2

Skala penilaian tiap aspek : Skala penilaian total skor : 1 = kurang baik 1—10 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 11—20 = berprestasi sedang

3 = baik 21—30 = berprestasi tinggi

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Skor yang diperoleh mencapai 32 (berprestasi tinggi). Pada siklus I ini, guru terlihat sudah dapat membuat siswa cukup aktif dalam pembelajaran. Ada beberapa aspek yang harus lebih ditingkatkan lagi, di antaranya kejelasan suara, kelihaian dalam mengaplikasikan metode yang dipilih, mengkondisikan kelas, menanggapi pertanyaan atau pernyataan siswa, daya tarik dalam penyajian materi, dan teknik bertanya,dll.

Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan dongeng yang dilaksanakan dengan menggunakan metode bermain peran pada siklus I dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dan guru sudah ada peningkatan, namun belum maksimal, meskipun sudah ada perubahan. Tetapi hasil yang diharapkan belum dapat dicapai dengan baik.

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa, pastinya mempengaruhi hasil. Hasil belajar siswa pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini.

12 Bervariasi dalam memberikan pertanyaan dan teknik bertanya

2

13 Dapat mengecek pemahaman siswa 2

14 Tepat saat mengakhiri pembelajaran 3

No Tingkat Kefasihan Total Skor Nilai Ketepatan Pemahaman Cerita Kelancaran 1 3 4 3 10 66 2 3 4 3 10 66 3 4 4 3 11 73 4 2 3 3 8 53 5 3 4 3 10 66 6 4 4 3 11 73 7 3 4 3 10 66 8 3 4 3 10 66 9 3 4 3 10 66 10 4 4 3 11 73 11 4 4 3 11 73 12 3 4 3 10 66 13 4 4 4 12 80 14 3 4 4 11 73 15 3 3 3 9 60 16 3 4 4 11 73 17 4 4 3 11 73 Total Nilai 1166 Rata-Rata 68,5 Kriteria penilaian:

1. Kurang sekali, tidak ada unsur yang benar. 2. Kurang, ada sedikit unsur yang benar.

3. Sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang. 4. Baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan.

5. Baik sekali, tepat sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan.

Penghitungan : (total skor : skor maksimal) x 100 Skor maksimal : 3x5 = 15

dan nilai rata-rata dalam siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13 Tingkat Penguasaan Siklus I

Tingkat Penguasaan Siklus I Nilai

Nilai tertinggi siswa 80

Nilai terendah siswa 53

Nilai rata-rata siswa 68,5

Nilai KKM 65

Dari tabel 4.13 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 80, sedangkan nilai terendah siswa adalah 53. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 68,5. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I ini nilai rata-rata siswa lebih tinggi dari nilai KKM (65).

Di bawah ini merupakan interval nilai dan frekuensi kemampuan membaca siswa pada siklus I, yaitu :

Tabel 4.14 Frekuensi Nilai Membaca Permulaan Siswa Pada Siklus I

No Interval Frekuensi (fi) Nilai Tengah (Xi) fi.Xi Prosentase (%) Keterangan 1 53 - 57 1 55 55 5,8 di bawah KKM 2 58 - 62 1 60 60 11,7 di bawah KKM

3 63 - 67 7 65 455 23,5 tepat dan di atas KKM

4 68 - 72 0 70 0 52,9 di atas KKM 5 73 - 77 7 75 525 0 di atas KKM 6 78 - 82 1 80 80 5,8 di atas KKM Jumlah 17 1175 100 Nilai Rata-rata = 1175 : 17 = 69,11 Ketuntasan Klasikal = (15 : 17)x 100 = 88,23 %

Pada tabel 4.14 terlihat nilai siswa yang sudah tuntas dan yang belum tuntas. Siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 88,23%, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dengan

keterampilan berbicara siswa pada siklus I.

Grafik 4.2. Grafik Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus I

Pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai antara 53 – 57 sebanyak 1 orang (5,8%), yang mendapat nilai antara 58 – 62 sebanyak 1 orang (5,8%), yang mendapat nilai antara 63 – 67 sebanyak 7 orang (41,17%), yang mendapat nilai antara 68 – 72 tidak ada, yang mendapat nilai antara 73 – 77 sebanyak 7 orang (41,17%), dan yang mendapat nilai antara 78 – 82 sebanyak 1 orang (5,8%). Berarti siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 15 orang (88,23%). Kondisi seperti ini dapat penulis jelaskan, bahwa suasana pembelajaran sudah cukup membuat siswa senang dan aktif, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Hanya sedikit siswa yang masih agak lambat, karena keterbatasan yang ada pada diri siswa tersebut. Tetapi hal ini tidak menjadikan peneliti tinggal diam, justru menjadi pemacu untuk meningkatkan kemampuan siswa yang agak lambat dalam belajar. Berdasarkan nilai yang ada pada siklus I ini, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus I dinilai cukup berhasil.

d. Refleksi

Setelah melihat data yang sudah didapat pada siklus I, meliputi lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan nilai tes kemampuan berbicara,

0 1 2 3 4 5 6 7 8 53 - 57 58 - 62 63 - 67 68 - 72 73 - 77 78 - 82 FRE K UE N S I INTERVAL

SIKLUS I

berhasil membuat siswa bersemangat dalam belajar bahasa Indonesia pada aspek berbicara. Namun, penulis belum merasa puas. Hal ini didasarkan pada hasil nilai tes kemampuan berbicara siswa. Masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai nilai KKM. Penulis berharap semua siswa dapat lancar berbicara sehingga tidak ada lagi yang belum mampu berbicara. Berikut catatan lapangan penulis dan teman sejawat selaku observer:

Tabel 4.15 Catatan Lapangan Siklus I

No Kendala/Kesulitan Solusi/Saran Perbaikan 1 Masih terdapat siswa yang kurang

disiplin selama pembelajaran berlangsung.

Guru bersikap lebih tegas lagi agar siswa disiplin.

2 Masih terdapat beberapa siswa yang kemampuan berbicaranya rendah dan belum mencapai nilai KKM.

Diperlukan bimbingan khusus bagi siswa yang lambat setelah jam pelajaran usai.

3 Guru masih terlihat melirik-lirik ke RPP, sehingga terlihat kurang luwes.

Sebaiknya tidak usah terlalu kaku, yang terpenting secara garis besar isi dari RPP terlaksana dengan baik dan sistematis.

4 Bermain perannya kurang maksimal, karena siswa masih malu-malu.

Perlu sedikit modifikasi dalam bermain peran. Sebaiknya pembagian dialog disesuaikan dengan kemampuan setiap siswa. 5 Ketika dilakukan tes berbicara, siswa

yang belum mendapat giliran sedikit gaduh karena tidak diberikan kesibukan.

Guru memberikan tugas bagi siswa yang belum mendapat giliran untuk meminimalisir kegaduhan dalam kelas

a. Perencanaan Tindakan

Tindakan siklus II dilaksanakan 1kali pertemuan, yaitu tanggal 9 Nopember 2013 . Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 35 menit. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan kemampuan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, tetapi belum berhasil dengan maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada 8 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran berbicara. Dari hasil tindakan siklus I, diadakan diskusi sekaligus konsultasi dengan guru kelas III untuk mencari alternatif pemecahan agar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada pokok materi dongeng pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda. Dari diskusi tersebut diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam 1 pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Sabtu tanggal 9 Nopember 2013. Hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran berbicara, dengan metode bermain peran sebagai upaya untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasannya.

Selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran

Dokumen terkait