BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Partisipan I
1.1. Deskripsi Data Partisipan I
1.1.1. Sekilas Kehidupan Rudi
Rudi adalah sulung dari tiga bersaudara. Ia berasal dari keluarga yang lumayan mapan dalam hal keuangan. Ayah dan ibunya berprofesi sebagai dokter gigi. Di masa kecil, Rudi dan orangtuanya tinggal di salah satu kota di Propinsi Kepualauan Riau.
Rudi kecil merupakan anak yang sangat tertutup kepada orang lain yang belum ia kenal. Ia hanya mau berbicara kepada orang tuanya, adiknya, dan teman-teman dekatnya, bahkan kepada saudaranya yang lain saja ia cuek. Jadi bagi orang asing atau yang belum ia kenal, jangan berharap mendapatkan keramahan dari dirinya.
Orang tua Rudi ketika ia masih di usia TK dan SD bisa dikatakan termasuk orang tua yang mengekang. Rudi tidak diperbolehkan bermain ke rumah
teman-temannya. Sepulang sekolah ia langsung dijemput untuk pulang ke rumah. Jika tetap ingin bermain, sebagai gantinya, teman-temannyalah yang disuruh datang ke rumahnya.
Keadaan tersebut dianggap sebagai keadaan yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Dan selayaknya anak kecil lainnya dalam keadaan itu, Rudi pernah sesekali mencoba keluar rumah secara diam-diam agar dapat bermain bersama teman-temannya. Namun keberaniannya tersebut sering berujung pada terjadinya pelampiasan amarah dari sang ayah. Dalam melampiaskan amarah, ayah Rudi sering memukul. Hal inilah yang membuat Rudi semakin kurang nyaman dengan ayahnya. Ayah Rudi memang sangat mengekang padahal Ibunya sebenarnya masih mau memberikan kelonggaran. Alasan orang tua Rudi mengekang adalah agar Rudi tidak ikut-ikutan menjadi anak yang nakal.
Hubungan Rudi memang lebih dekat ke sang Ibu, ia lebih suka mencurahkan isi hatinya kepada sang Ibu. Ia suka mencurahkan isi hati, bercerita banyak hal, dna bertukar pikiran kepada Ibunya. Sebaliknya, Ia tidak suka melakukan hal-hal tersebut dengan sang ayah. Alasannya karena sang ayah nantinya bukan menenangkan namun justru marah-marah.
Kehidupan sekolah Rudi terasa diwarnai oleh dua hal yang sangat kontras, yaitu kebahagiaan dan kegembiraan. Rudi merupakan murid yang tidak pernah melawan guru, dan sering diuji-puji oleh guru. Hal ini tentunya merupakan hal yang menyenangkan. Namun di sisi lain, kebahagiaan yang ia alami itu justru mengundang rasa iri pada teman-temannya di sekolah, terutama teman
laki-38
lakinya. Akhirnya Rudi menjadi sering dibully oleh teman laki-lakinya di sekolah. Bentuk bully yang ia alami beragam, mulai dari sebatas ejekan, hingga kontak fisik berupa semacam senggolan.
Respon Rudi tiap kali mendapatkan perlakuan tidak menyenagkan itu adalah hanya diam, namun lama-kelamaan jika sudah tak tahan, barulah Rudi berkelahi dengan temannya tersebut. Bahkan ia tidak segan berkelahi hingga berdarah.
Seiring berjalannya waktu, orang tua Rudi mulai memberikan kelonggaran kepada Rudi. Rudi sudah mulai boleh bermain keluar rumah pada saat SMP. Alasannya karena ternyata ketakutan-ketakutan orang tuanya selama ini tidak terbukti, dan juga karena semakin banyaknya aktivitas ekstrakurikuler yang diikuti Rudi yang mengharuskan Rudi untuk keluar rumah.
1.1.2. Gambaran Kehidupan Rudi Sebagai Gay
Sekolah Menengah Atas merupakan masa awal mula perasaan suka pada sesama jenis muncul dalam diri Rudi. Pada saat itu mulai terjadi gejolak pada diri Rudi. Yang menjadi pemicu munculnya perasaan suka dan cinta kepada sesama jenis itu adalah ketika tinggal di asrama ia bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat perhatian kepadanya yaitu Feri (nama samaran).
Feri yang mengajarkan Rudi untuk bisa terbuka dengan orang lain. Feri telah berhasil mengubah pola pikir Rudi dalam waktu 6 bulan. Feri sering memaksa Rudi untuk pergi ke keramaian, contohnya mengajaknya makan
bersama dengan teman asrama yang lain, ke mesjid dan menyuruhnya menjadi imam. Hal-hal seperti itulah yang mengikis kesukaan Rudi pada kesendirian. Dan menurut Rudi , saat ini ia justru sangat tidak nyaman jika sendirian dan memilih untuk pergi ke rumah temannya. Intnya berkat Feri, kini Rudi mulai bisa terbuka pada orang lain.
Feri memang telah membawa perubahan pada diri Rudi, namun meskipun begitu ternyata dalam kehidupan sehari-hari di masa SMA itu, Rudi sering cuek, dingin, dan menjaga image kepada Feri. Namun semua itu hanya pura-pura ia lakukan karena terkadang ia sendiri merasa risih dengan perilaku Feri yang terlalu bergembira jika sedang bersamanya. Feri sering terlalu berlebihan kepada Rudi. Ia tidak segan-segan menunjukkan antusiasme dirinya pada Rudi dihadapan banyak orang, misalnya selalu mengikutnya ke kantin, meminta dibelikan ini dan itu, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat Rudi merasa risih dan tidak nyaman sehingga ia berusaha untuk bersikap cuek agar perlakuan Feri berkurang.
Rudi, meskipun ia dingin kepada Feri, namun di saat sedang tidak bersama dengan Feri, Rudi justru merasakan suatu perasaan yang aneh, yaitu perasaan kehilangan. Ia merasa kangen dan merindukan hal-hal aneh yang dilakukan oleh Feri. Perasaan ini muncul misalnya jika ketika pulang sekolah ia tidak melihat Feri, dan ketika Feri sedang mudik ke rumah keluarganya.
Rudi akhirnya menyadari bahwa ia telah jatuh hati kepada Feri. Namun, ia hanya memendam perasaannya. Di saat itulah ia mulai menyadari bahwa dirinya seorang gay. Perasaan Rudi ketika itu sangat tidak menentu. Di satu sisi ia
40
menyadari bahwa ia sudah jatuh cinta kepada Feri, namun di sisi lain ia berpikir bahwa hal itu sangat kacau. Dan akhirnya perasaan denial lah yang muncul. Ia berusaha mengingkari identitasnya tersebut. Jadi, intinya, Rudi saat itu masih berada di fase denial karena ia masih menyangkal orientasinya. Oleh karena itu, maka ia memutuskan untuk pindah sekolah. Alasannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu ia takut perasaannya kepada Feri semakin besar dan mempengaruhi aktivitas sekolahnya.
Rudi akhirnya pindah sekolah ketika akan memasuki semester 2 untuk menghindari Feri sebagai wujud perasaan denialnya. Namun meskipun berusaha untuk mengelak, ternyata ia tetap tidak bisa membohongi orientasinya. Di kelas 1 SMA, Rudi pun akhirnya berpacaran dengan seorang anak SMP yang usianya terpaut 2 tahun lebih muda dari dirinya. Anak itulah yang menembak terlebih dulu. Hubungan long distance ini hanya berjalan selama 1 bulan setelah sebelumnya melalui proses putus nyambung. Alasan hubungan itu berakhir adalah karena diantara keduanya masih ada perasaan denial.
Hubungan percintaan Rudi memulai kisah yang baru lagi ketika Rudi kelas 3 SMA, kali ini ia berpacaran dengan adik kelasnya yang kelas 1. Namun hubungan inipun kembali berakhir setelah berjalan selama 3 bulan, alasannya karena pacarnya yang kedua ini sering bertengkar dengan Feri. Ya, Rudi dan Feri akhirnya memang bertemu kembali.
Takdir ternyata mempertemukan mereka kembali. Memasuki kelas 2 SMA, Rudi dipaksa pindah sekolah oleh orang tuanya ke sekolah yang sama
dengan adiknya karena pada saat itu sang adik juga ikut bersekolah ke kota dimana Rudi berada. Rudi mendaftar di sekolah adiknya itu, dan ketika sedang mendaftar, ia bertemu lagi dengan Feri yang ternyata juga sedang mendaftar di sekolah itu. Dan akhirnya merekapun kembali bersekolah di sekolah yang sama. Dan kedekatan mereka akhirnya berlanjut.
Perasaan Rudi ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, karena ternyata Feri juga menyimpan perasaan yang sama dengannya, dan mungkin itulah alasan mengapa Feri sangat perhatian kepada Rudi. Dan, sama dengan Rudi, Feri pun hanya memendam perasaannya. Rasa itu ia pendam sampai akhirnya tibalah momen kelulusan SMA. Pada saat itu, Feri memutuskan untuk mengutarakan perasaan yang selama ini ia pendam kepada Rudi. Dan kemudian, Rudi juga ikut menyatakan perasaannya.
Respon Rudi adalah menolak cinta Feri. Alasannya karena ia sudah menganggap temannya itu sebagai sahabat dan takut akan merusak pertemanan dan karena masih sering denial. Pada saat itu Rudi merasa takut Feri marah, namun respon Feri adalah tetap ceria dan seolah tidak terjadi apa-apa.
Rudi dan Feri sejak moment pengakuan itu tidak pernah bertemu lagi , bahkan untuk menghindari Feri , Rudi sengaja tidak menghadiri acara perayaan kelulusan. Banyak hal yang telah diajarkan oleh Feri,dan karena pengaruh dari Ferilah akhirnya kini Rudi mulai bisa terbuka kepada orang lain.
Adik dan orang tua Rudi memergoki orientasi Rudi lewat handphone dan laptop ketika kelas 3 SMA. Namun, Rudi berhasil berbohong dan akhirnya
42
percaya bahwa Rudi bukanlah seorang gay. Di kelas 3 SMA pula, Rudi berpacaran untuk yang ketiga kalinya. Kali ini ia kembali menjalin hubungan jarak jauh. Awalnya pacar ketiganya ini adalah tempat Rudi sering mencurahkan isi hatinya tentang seseorang, yang tidak lain adalah Feri. Awalnya Rudi tidak tahu kalau pacar ketiganya ini juga seorang gay. Pada suatau saat , Rudi memberanikan diri untuk mengaku bahwa ia adalah seorang gay. Pacar ketiganya inipun awalnya merespon dengan cara menghilang tanpa kabar. Ternyata alasannya adalah ia sedang mempersiapkan mentalnya untuk juga mengaku bahwa ia adalah juga seorang gay.
Mengetahui bahwa ternyata teman curhatnya itu juga gay, dan karena merasa sudah nyaman, akhirnya Rudi memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada temannya itu, kita sebut saja ia Rangga. Rudi sangat suka kepada Rangga karena ia merasa bahwa Rangga sangat berbeda dengan gay-gay lain yang sering haus akan seks. Meskipun gay dan berpacaran, Rudi sangat menghindari terjadinya hubungan seksual. Oleh karena itulah Rudi merasa bahwa Rangga adalah orang yang tepat. Dan Rangga pun menerima cinta Rudi. Pacaran yang ketiga kali ini awalnya berjalan secara jarak jauh. Rangga di Medan, sementara Rudi ada di kota lain. Akhirnya demi untuk bisa dekat dengan pujaan hatinya, Rudi memutuskan untuk berkuliah di kota Medan. hal itupun jadi kenyataan. Hingga akhirnya hubungan itu saat ini sudah berjalan selama lima tahun. Dan menurut Rudi, hubungan ini adalah yang paling menyenangkan.
sudah berencana untuk mengubah status mereka kelak, yaitu bukan lagi berpacaran, melainkan hanya sebagai dua orang sama-sama tahu bahwa mereka saling menyukai, dan tidak ingin mencari yang lain. Rangga menerima keputusan ini dan menganggap hal itu adalah yang terbaik. Dan sembari menunggu waktu itu tiba, mereka akan tetap bersama dan menjalani hubungan dengan baik.
1.1.3. Religiusitas Rudi Sebelum Menyadari Sebagai Gay
1.1.3.1Dimensi Keyakinan
Fase sebelum menyadari sabagai gay pada diri Rudi dimulai dari ia masih anak-anak sampai sebelum semester 2 pada kelas 1 SMA. Rudi memiliki keyakinan yang sangat tinggi akan keberadaan Allah SWT. Ia mengatakan bahwa ia sangat yakin bahwa Allah SWT itu ada. Ia tidak meragukan, oleh karena itu ia mau menjalankan perintah Allah SWT.
“Yakin.. 100 % yakinlah .. 100.000 % yakin.. yakin ada”
(W1S1/R.Seb/1(+)/b.227-229) Selain itu, Rudi juga meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang paling benar. Ia mengatakan bahwa aturan-aturan yang ada di dalam agama Islam adalah yang paling benar. Sebelumnya, Rudi memang telah sering membaca artikel-artikel yang ada di internet berkaitan dengan pengetahuan – pengetahuan tentang agama lain. Salah satu hal yang ia cari tahu penjelasannya di berbagai agama adalah mengenai hal homoseksual ini. Setelah membaca berbagai referensi yang ada di internet, ia mengambil kesimpulan bahwa agama Islam adalah agama yang memberikan pandangan paling logis di antara yang lainnya.
44
“Benar, gak , gak ada masalah ke.. ke agama Islamnya sih, kayaknya aturan-aturan yang udah ada dari situ ya udah... dibandingin sama agama lain juga.. aku temuin yang paling bener ya itu .. karna aku juga sering baca sih .. beberapa artikel – artikel di internet, tentang agama- agama lain kan .. ya terutama kan tentang kasus ini.. kan aku juga pengen tau juga kadang-kadang di agama lain itu kayak gimana pandangannya, ya .... Islam is .. is still the best sih .. masih, masih , masih Islam yang ngasih pandangan yang logis juga, dan yang paling benar aku rasa sih”
(W1S1/R.Seb/1(+)/b.238-259)
Rudi tidak mengalami sebuah pertentangan dengan agama Islam itu sendiri maupun kepada Allah SWT di masa sebelum ia menyadari bahwa ia gay.
1.1.3.2 Dimensi Peribadatan
Rudi di masa kecil termasuk seorang anak yang rajin menjalankan ibadah. Dalam hal shalat wajib, di waktu dulu Rudi sudah menjalankannya secera penuh , yaitu 5 waktu. Bahkan ia melakukannya di mesjid. Jika sedang tidak sekolah, ia akan ke mesjid di dekat rumahnya, dan jika sedang di sekolah ia shalat di mesjid yang ada di sekolahnya.
“Tapi kalo shalat wajib emang gak pernah tinggal, kalo dulu”
(W1S1/R.Seb/2(+)/b.347-349) Rudi hanya melaksanakan shalat-shalat yang wajib saja, ia jarang melaksanakan shalat sunah seperti Dhuha karena jarang diniatkan. Ia jarang meniatkannya karena ketika dulu, ia memang hanya menjalankan perintah-perintah wajib saja, hal ini terkait karena usianya yang masih kecil.
Puasa Ramadhan juga merupakan bentuk ibadah yang rutin dilakukan Rudi, hampir setiap Ramadhan, ia puasa penuh selama satu bulan. Beberapa kali Ramadhan ia tidak berpuasa secara penuh satu bulan karena ada satu atau dua hari
puasanya batal. Puasanya batal karena beberapa halangan seperti sakit demam dan kadang memang sengaja tidak membatalkan puasa karena malas. Sama seperti shalat sunah , puasa sunah juga jarang dilakukan oleh Rudi. Alasannya sama dengan yang sebelumnya, yaitu jarang diniatkan karena memang hanya menjalankan perintah-perintah yang wajib saja terkait usianya yang masih kecil.
“Eee, sering full, Cuma ada beberapa tahunlah, beberapa kali puasa
Ramadhan yang ee tinggal-tinggal paling ya gak banyak, paling sehari dua hari itu, itupun kena marah orang tua sih , biasanya karna sakit kan , demam atau apa gitu, emang dasar memang dasar males puasanya
kadang dibatalin juga gitu “
(W3S1/R.Seb/2(-)/b.2967-2979)
Rudi juga mengaji madrasah setiap hari , ia mengaji setiap hari sepulang dari sekolah, mulai dari 1 jam setelah pulang sekolah sampai pukul 15.00 WIB. Pengajian juga sering diikuti oleh Rudi setiap akhir minggu. Ia mengikuti pengajian itu bersama dengan ayahnya. Ibadah berupa zikir merupakan hal yang jarang dilakukan oleh Rudi di waktu dahulu karena belum terpikir untuk itu terkait usianya yang masih kecil. Sedekah juga jarang dilakukan olehnya , ia hanya melakukannya pada hari Jum’at yaitu ketika shalat Jum’at. Alasannya karena memang dahulu ia belum menghasilkan uang sendiri dan masih meminta dari orang tua.
1.1.3.3Dimensi Pengamalan
Bentuk pengamalan ajaran-ajaran agama yang dilakukan oleh Rudi di masa-masa sebelum ia menyadari bahwa dirinya seorang gay adalah ia sering
46
membantu seorang teman yang sedang membutuhkan bantuan. Contohnya adalah ketika ada seorang teman yang tidak bisa ikut bermain karena sedang membantu orang tuanya, maka ia dan teman-temannya akan ikut membantu temannya tersebut agar mereka kemudian bisa bermain bersama kembali.
Ajaran agama yang terkadang dilanggar Rudi adalah ajaran untuk mematuhi perintah orang tua. Dahulu, tepatnya ketika masih di masa-masa TK dan SD, Rudi sering diam-diam pergi keluar rumah untuk pergi bermain bersama temannya karena orang tuanya terlalu mengekang dan tidak memperbolehkan ia keluar rumah. Orang tuanya melakukan hal tersebut untuk melindungi Rudi dari pergaulan yang tidak baik.
Rudi juga pernah bertengkar dengan temannya di sekolah, biasanya hal tersebut terjadi karena ia sudah tidak tahan dibully oleh temannya di sekolah. Ia
dibully karena sering dipuji oleh guru berkaitan dengan kecerdasannya. Hal tersebut membuat beberapa temannya iri sehingga membullynya. Rudi juga merasa bahwa dahulu ia termasuk orang yang sulit untuk memaafkan. Salah satunya adalah dalam hal memaafkan temannya yang sering membullynya karena masih merasa dendam.
1.1.3.4Dimensi Pengalaman
Pengalaman-pengalaman yang di alami oleh Rudi di masa kecil salah satunya adalah ia pernah selamat dan sembuh dari kecelakaan yang ia alami di saat sedang bermain bersama dengan teman-temannya. Saat itu ia sedang bermain-main di sebuah poligigi , tiba-tiba ia tertimpa besi yang mengakibatkan
kepalanya bocor. Rudi bahkan sempat melihat sosok kakeknya yang sudah meninggal. Awalnya ia mengira bahwa ia akan meinggal, namun kenyataannya ia masih hidup, ia pun menganggap bahwa Tuhan masih menginginkannya hidup.
“Ohh, pernah.. pernah.. pernah .. pernah , engga, engga sakit parah.
Waktu itu hmm lagi main , masih di umur berapa ya .. TK, TK sih kalo gak salah , masih inget jelas tapi . waktu itu lagi main, hmm trus ketimpa ini, ketimpa besi gitu, besi-besi gitu. Yaudah ampe kepala itu bocor banget, berdarah-darah sampe, ya.. pokoknya udah mau.. udah kayak mau mati aja disitu .. malah aku disitu sih , masih inget banget sempet ngeliat kayak bayangan kakek aku yang udah gak ada itu di tepi tempat tidur waktu mau dijahit , tapi masih idup, alhamdulillah .. padahal disitu
udah .. “ ah mati deh ini “ .. ternyata masih hidup “
(W1S1/R.Seb/4(+)/b.415-436)
Dahulu, dalam hal perasaan tergetar, Rudi dapat merasakannya ketika ia mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dilantunkan dengan indah. Perasaan ketenangan ataupun perasaan spesial setiap selesai melakukan ibadah seperti shalat, puasa, mengaji, sedekah, dan zikir, belum dirasakan oleh Rudi ketika kecil. Hal tersebut mungkin disebabkan karena dalam menjalankan ibadah, Rudi hanya sekedar melaksanakan kewajiban tanpa menjiwainya karena terkait usianya yang masih kecil.
“Yaudah ding, gua udah shalat gini.. kayak yang hanya sekedar memenuhi kewajiban aja sih dulu, kalo masih usia-usia kemaren itu, yang
penting kan dulu, perintahnya diperintahin orang tua “shalat ya, jangan
gini-gini..” iya .. tapi abis shalat gak pernah ada spesial feeling apa-apa
..”
(W1S1/R.Seb/4(-)/b.381-392)
Dahulu, jika doanya terkabul, Rudi tidak pernah berpikir bahwa itu adalah pertolongan dari Allah SWT, ia menganggap hal itu adalah usaha yang telah ia
48
lakukan. Ia hanya mengucap syukur apabila diingatkan oleh orang tuanya. Rudi juga tidak pernah melakukan kepasrahan, ia selalu berusaha optimis harus mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia merupakan orang yang meledak-ledak jika sedang menginginkan sesuatu, ia akan berusaha terus dan optimis hal tersebut bisa ia raih. Contohnya adalah dalam mendapatkan juara kelas. Dalam hal beribadah , seperti shalat , Rudi juga merasa tidak terlalu merasakan kekhusyukan. Dalam hal memahami peringatan dari Tuhan, Rudipun belum terlalu memahaminya. Jika ada hal buruk terjadi, ia selalu berpikir bahwa selalu ada alasan logis untuk hal itu.
“Hmm .. enggak.. enggak pernah ampe kepikiran kayak gitu.. paling ya
ujung-ujungnya, “ yee akhirnya jadi juga .. misalnya lagi pengen sesuatu,
semoga dapat deh ntar, tapi enggak selalu ditujukan “ Ya Allah , semoga jadi ntar “ paling Cuma ngomong “ Iya deh, semoga jadi deh ntar “. Pas udah jadi ya misalnya ya .. gak sampe “ akhirnya doaku dikabulkan Tuhan” .Gak sampe kayak gitu sih . palingan Cuma “ yes akhirnya jadi “”
(W3S1/R.Seb/4(-)/b.3134-3150)
“Kalo misalnya dulu enggak , dulu selalu liat dari sis logicnya aja, ini
bisa terjadi karena ini, ada penjelasannya., gak sampe ke agama ke
agama”
(W3S1/R.Seb/4(-)/b.3679-3685)
1.1.3.5 Dimensi Pengetahuan
Pengetahuan-pengetahuan berkaitan dengan agama , yang sudah diketahui oleh Rudi sejak dulu adalah tentang hal-hal dasar yang memang harus diketahui. Contoh hal yang ia ketahui adalah tentang mana hal yang baik dan buruk. Tentang asal mula perintah shalat yaitu dari peristiwa Isra’ Mi’raj dan bahwa itu adalah perintah wajib. Macam-macam puasa wajib dan sunah, yang wajib adalah puasa
Ramadhan dan yang sunah adalah Senin Kamis. Tentang zakat, yaitu harus menyisihkan uang jika mendapatkan rezeki. Tentang berbagai rukun-rukun dalam Islam. Tentang ilmu tajwid, ia juga mengetahui banyak hukum-hukumnya seperti Iklab, Idgham, dan lain-lain. Tentang kurban, dan hafalan-hafalan surat Al-Qur’an, yaitu beberapa surat pendek di juzz 30. dan ia merasa hafalannya paling baik itu adalah ketika di kelas 3 SMP sampai kelas 2 SMA.
“Yaaa.. ya itu, harus shalat wajib 5 kali , puasa wajib ya ini, Shalat Jum’at itu wajib, ya gitu-gitu aja sih .. kalo dikasih uang ini ini dizakatin ..
paling gitu doang”
(W3S1/R.Seb/5(+)/b.3306-3312)
“Mungkin puncaknya..puncaknya yang bagus-bagus itu emang ..eee.. SMP kelas 3 sampe SMA kelas 2 paling ya .. kelas 3 ama sekarang udah agak
kurang”
(W3S1/R.Seb/5(+)/b.4112-4118)
Pengetahuan Rudi hanya sebatas hal-hal dasar saja. Ia tidak mengetahui