BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
2. Partisipan II
2.1. Deskripsi Data Partisipan II
2.1.1. Sekilas Kehidupan Hadi
Hadi adalah anak bungsu dari 9 bersaudara. Secara umum keluarganya adalah keluarga yang cukup harmonis. Orang tuanya masih lengkap, yaitu masih ada ayah dan Ibu. Selain itu, orang tuanya termasuk taat beragama. Di masa kecil, Hadi lebih dekat dengan sang Ibu karena Ibunya sangat baik kepadanya dan suka memberikan apa yang diinginkan olehnya bahkan bisa dibilang termasuk memanjakan. Ia juga suka bercerita kepada Ibunya karena memang terasa lebih nyaman ketika bercerita dengan Ibu. Biasanya dalam hal pertemanan, sekolah, cita-cita, pengalaman lomba, perkuliahan dan kesulitan belajar. Khusus tentang masalah orientasinya sebagai gay, sampai saat ini Hadi tidak menceritakannya kepada sang Ibu.
Konflik merupakan hal yang biasa ia alami dengan sang ayah. Penyebabnya adalah ia sering tidak menuruti permintaan beliau dan karena beliau terlalu tegas sementara Hadi tidak suka dengan orang yang terlalu tegas. Jika sang ayah memintanya untuk melakukan suatu hal , maka ia akan melakukan hallain yang tidak sesuai. contohnya adalah ketika ia disuruh mandi, mencuci, dan ketika diminta membantu pekerjaan ayahnya. ketika disuruh tersebut biasanya ia akan berpura-pura sedang membantu ibunya. Alasan lain mengapa ia tidak dekat dengan ayahnya adalah karena sang ayah sering pilih kasih. Ayahnya sangat menyayangi abangnya (anak ke-8) seolah menganak emaskan anaknya tersebut.
Jika Hadi sedang bertengkar dengan abangnya itu, maka sang ayah akan selalu membela abangnya tersebut.
Hadi juga lebih memilih akrab dengan kakak-kakaknya dari pada abang-abangnya. Hal-hal yang biasa ia lakukan bersama sang kakak adalah berjalan-jalan, bercerita, dan curhat, bahkan ia juga suka tidur bersama sang kakak. Jika sedang curhat dengan sang kakak, ia boasanya bercerita tentang masalah pertemanan, sekolah, cita-cita, pengalaman lomba, perkuliahan dan kesulitan belajar, dan pacar perempuannya. Hadi memilih untuk tidak dekat dengan abangnya adalah karena adanya perbedaan minat. Abangnya tertarik dalam hal olahraga sehingga aktivitas hariannya juga berhubungan dengan hal tersebut, karena Hadi tidak menyukai olahraga maka ia tidak suka bergabung dengan abang-abangnya. Alasan lain ia kurang akrab dengan abangnya adalah karena abangnya galak dan sering mengganggunya.
Kebebasan bermain yang dirasakan oleh Hadi ketika kecil terkendala dengan adanya kekangan yang dilakukan oleh orang tuanya. Namun ha tersebut masih dianggap wajar karena terkait usia Hadi yang memang masih kecil, sehingga orang tuanya takut ia terkena efek pergaulan yang buruk. Seiring dengan pertambahan usia, ketika di usia SMA orang tuanya sudah tidak terlalu mengekangnya lagi.
Perilaku buruk yang dimiliki oleh Hadi adalah ia sering menunda pekerjaan. ia beranggapan jika pekerjaan itu masih bisa ditunda, kenapa harus dikerjakan segera. Hal ini pula yang sering menyebabkan ia dimarahi oleh sang
78
ayah dan abang. Dalam mencapai keinginan, Hadi tidak terlalu suka berpasrah. ia selalu berusaha optimis keinginan atahu targetnya bisa tercapai.
Kehidupan sekolah Hadi berjalan selayaknya anak-anak lain. Ketika SD, ia memiliki banyak teman. SD dan SMP tempat Hadi bersekolah berupa sekolah agama yaitu Madrasah Tsanwiyah atahu biasa disingkat MTs. Ketika memasuki masa SMP tepatnya di awal SMP yaitu kelas 1, Hadi bergaul dengan teman-teman yang kurang baik. Teman-temannya adalah orang yang suka bolos dan mengelem. Oleh karena itu pada saat itu ia tidak memiliki banyak teman. Ketika memasuki kelas 3 SMP, ia mulai berubah menjadi lebih baik sehingga temannya menjadi bertambah banyak. Di SMA, prestasinya meningkat. Ia sering menjadi utusan sekolah dan kabupaten. contohnya adalah dalam hal lomba cerdas cermat, festival seni, peragaan busana daerah,pemilihan duta daerah, olimpiade sastra dan sejarah. ia juga sering ikut kepanitiaan lomba-lomba yang ada di sekolahnya.
Bully merupakan hal yang biasa dialami oleh Hadi di sekolah. Ia sering dibully oleh teman-temannya karena kedekatannya dengan berbagai pihak di sekolah mulai dari guru hingga petugas-petugas di sekolah. Contohnya adalah ia sering diajak oleh guru untuk merazia siswa yang rambutnya panjang, namun padahal pada saat itu rambutnya juga sedang panjang. Hal itulah yang sering membuat teman-temannya kesal. Bentuk bully yang dialami oleh Hadi memang hanya sebatas gertakan dan verbal.
2.1.2. Gambaran Kehidupan Hadi Sebagai Gay
Hadi memiliki pengalaman buruk berupa pelecehan seksual ketika ia masih SD, tepatnya kelas 4 SD. Hal tersebut dilakukan oleh saudaranya sendiri yang umurnya jauh lebih tua darinya. Ia bertemu dengan orang itu ketika sedang ada acara keluarga di rumah saudara. Ketika itu, pria itu membawanya pergi ke rumah saudaranya yang lain yang kebetulan sedang dalam keadaan kosong. Karena masih kecil dan belum paham, maka ia menuruti saja permintaan pria itu. Sesampainya di rumah yang sedang kosong itu. Si pria memeluk dan menciumi dirinya. respon Hadi ketika itu adalah hanya diam dan menikmati hal tersebut. Ia mengaku merasakan itu sebagai hal yang enak. Kejadian tersebut hany terjadi satu kali.
Hadi pernah berpacaran dengan perempuan ketika SD. Durasi pacarannya biasanya berlangsung selama kurang lebih satu sampai dua minggu. Dan pada saat itu, hal yang menyebabkan putus adalah karena Hadi tergoda dengan perempuan lainnya yang lebih cantik.
Hadi menyadari diri sebagai gay ketika ia berusia 13 tahun, yaitu ketika ia berada di kelas 1 SMP. Sebelumnya ia memang belum mengetahui tentang dunia gay. Ia hanya tahu kisah nabi Luth tentang kaum Sodom namun ia tidak terlalu memperhatikannya.
Perasaan Hadi ketika pertama kali menyadari sebagai gay adalah menikmati dan menjalaninya saja orientasinya itu. Ia tidak merasakan stres dan
80
kesedihan ketika menyadari itu. hal ini mungkin karena pada saat itu ia juga sedang aktif-aktifnya di masa pubertas.
Pertama kali menyadari sebagai gay, Hadi melampiaskan ketertarikannya dengan pria adalah dengan cara suka browsing ke situs-situs dewasa dan juga suka memuji ketampanan pria yang ada di sekitarnya.
Hadi tetap masih sempat berpacaran dengan perempuan di awal masa-masa awal ia menyadari sebagai gay.Ia belum mau pacaran dengan pria karena pada saat itu ia hanya masih ingin sekedar browsing saja. Pada saat itu, ia pacaran dengan perempuan kurang lebih sebanyak lima kali dan ia menganggapnya hanya main-main. Durasi pacarannya hanya berlangsung sebentar, yaitu sekitar 2 minggu.
Hadi mengaku bahwa ketika SMA dulu, ia sering bermanja-manja dengan seniornya yang pria. Biasanya ia akan pura-pura lelah dan bersandar ke bahu seniornya itu. Ketika berusia 17 tahun, hadi mulai berani menjalin hubungan dengan pria. Pacar pertamanya adalah seorang mahasiswa pria berusia 20 tahun. Pacar pertamanya ini juga merupakan seorang Qori, yaitu orangnya ahli dalam hal membaca Al-Qur’an. Hubungan ini berjalan secara jarak jauh, karena mereka berada di pulau yang berbeda. Namun sang pacar rela berkorban dengan sering mengunjunginya. Ketika menjalani hubungan ini, pacarnya tersebut banyak mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia gay. sehingga bisa dikatakan bahwa pacar pertamanya inilah yang mengenalkan ia lebih jauh kepada dunia gay. Yang diajarkan oleh pacar pertamanya itu adalah tentang bagaimana menjalin
hubungan pacaran dengan sesama jenis dan juga tentang bagaimana cara melakukan hubungan seks. Hadi mengaku menurut saja jika pacarnya meminta untuk melakukan hubungan seks, ia menganggap itu sebagai kebutuhan dan sebagai wujud sayangnya kepada sang pacar. Dan hal itu biasanya terjadi di rumahnya, yaitu ketika sang pacar datang menginap ke rumahnya.
Hubungannya dengan pacar pertama ini hanya berlangsung selama enam bulan.Hubungan mereka berakhir karena sang pacar tergoda kembali dengan pacar lamanya dan mereka kembali berpacaran.
Hubungan percintaan Hadi dengan pria tidak berhenti disitu saja. setelah putus dengan pacar pertamanya, ia kembali berpacaran dengan pria. Kali ini ia berpacaran dengan yang berusia lebih muda darinya. Ia saat itu SMA sedangkan pacarnya masih kelas 3 SMP. Namun, hubungannya yang kedua ini tidak berlangsung lama, yaitu hanya bertahan selama satu bulan. Hubungan mereka berakhir karena merka ketahuan oleh pacarnya si pacar Hadi. Sebenarnya ketika ia menjalin hubungan dengan pacar keduanya itu, sang pacar masih punya hubungan juga dengan pria lain sebut saja si Tono. Meskipun tahu bahwa pacarnya masih memiliki pacar, ia tetap melanjutkan hubungan karena ia ingin menjauhkan sang pacar dari Tono. Alasannya karena Tono merupakan orang yang perilakunya kurang baik, sehingga ia ingin menjauhkan pacarnya dari Tono. Namun akhirnya mereka harus berpisah karena pada akhirnya sang pacar lebih memilih Tono.
Hubungan percintaannya kembali berlanjut, kali ini ia berpacaran dengan seorang pria berusia 25 tahun, dan ia berusia 19 pada saat itu. Pacarnya yang
82
ketiga ini adalah seorang pria yang sudah berpikiran jauh ke depan untuk masa depan. Pacarnya sudah memiliki keinginan untuk tinggal bersama dengan Hadi dan mau membiayai hidup Hadi. Namun hal ini terkadang membuatnya merasa risih, karena ia belum mau untuk terikat seperti itu. Hadi ketika itu ternyata memiliki keinginan untuk pamer bahwa ia memiliki pacar kepada teman-temannya yang perempuan. Teman-teman perempuannya memang sudah mengetahui bahwa ia seorang gay karena ia sering tidak sengaja memuji ketampanan pria dan akhirnya ia mengaku sendiri kepada teman-temannya. Ada sebuah kejadian yang membuat Hadi kesal dengan pacar pertamanya. Ketika itu pacarnya sudah berjanji akan menemuinya. Hadipun sengaja berkumpul bersama teman-temannya agar bisa memamerkan pacarnya kepada mereka. Namun ketika pacarnya datang, ia terkejut karena melihat sang pacar bukan menggunakan sepeda motor berukuran besar yang dimilikinya, melainkan menggunakan sepeda motor matic. Hal itu membuat Hadi kecewa dan kesal kepada sang pacar. Akhirnya hubungan mereka hanya berlangsung selama 1 bulan. Alasan putusnya adalah karena semakin lama Hadi merasa semakin risih dengan keinginan sang pacar untuk tinggal bersama. Alasan lain adalah karena sang pacar dianggapnya terlalu tua dan juga tidak tampan.
Total hubungan dengan pria yang dijalani oleh Hadi secara serius adalah sebanyak 3 kali. Dan, ketika ditanya yang mana yang paling berksan, ia menjawab bahwa yang paling berkesan adalah pacarnya yang pertama. Alasannya karena pacarnya yang pertama itulah yang mengajarkannya banyak hal dan yang paling banyak berkorban.
Alasan Hadi berkuliah jauh ke Medan salah satunya adalah krena agar ia merasa bebas berekspresi, karena temannya di tempat asalnya sudah banyak yang mengetahui orientasinya sebagai gay. Meskipun begitu, ternyata teman-teman kuliahnya saat inipun sudah ada yang mengetahui bahwa ia adalah seorang gay. Teman-temannya mengetahui karena jika sedang bersama Hadi sering memuji ketampanan pria yang kebetulan sedang melintas di dekat mereka. Selain itu juga karena temannya menemukan hal-hal berbau gay di dalam handphone dan laptopnya. Bahkan terkadang Hadi sengaja memberitahu teman yang ingin dekat dengannya, tujuannya karena agar ia mengetahui teman mana yang mau berteman secara tulus menerima dirinya apa adanya dan mana yang tidak tulus.
Teman-teman Hadi terkadang juga suka mengomentari dirinya. Ada yang menyuruhnya untuk tetap menjadi diri sendiri dan ada pula yang menyuruhnya untuk berubah. Namun meskipun begitu, komentar-komentar itu disampaikan dalam bentuk candaan.
Balasan yang biasa Hadi ucapkan ketika temannya menyuruhnya untuk berubah adalah ia mengatakan bahwa untuk apa ia menikah dengan jikalau akhirnya nanti ia berkhianat kepada istrinya.
Hadi memang merasa lebih nyaman jika berpacaran dengan pria. Ia merasa lebih nyaman menjalin hubungan dengan pria adalah karena pada dasarnya ia ingin dimanja dan dilindungi. Hal tersebut tidak bisa ia dapatkan jika berpacaran dengan perempuan, karena menurutnya justru perempuanlah yang harusnya dimanja dan dilindungi. Hal lain yang membuatnya nyaman dengan pria adalah
84
karena menurutnya ketika berpacaran dengan pria ia, mereka memiliki lebih banyak hal untuk diceritakan, berbeda dengan pacaran dengan perempuan yang sering dihiasi dengan pertengkaran. Ia mengaku perasaannya kepada perempuan hanya sebatas sayang dan rasa sayang itupun hanya timbul sesekalidan cepat menghilang. Hadi mengaku bahwa ia juga lebih sering memikirkan laki-laki dari pada perempuan. Ia juga mengatakan bahwa pacaran dengan pria merupakan hal yang menyenangkan.
Perasaan Hadi saat ini terkait dengan keadaannya sebagai gay adalah terkadang ia merasa sedih tentang mengapa hingga saat ini ia belum bisa meninggalkan dunia gay. Meskipun sebelumnya ia sempat menentang, namun sebenarnya ia yakin bahwa suatu saat nanti ia akan menemukan seorang wanita yang tepat. Hadi menganggap bahwa keadaannya sebagai gay ini merupakan cobaan dari Allah SWT dan hikmah dibalik cobaan ini yaitu agar ia semakin taat beribadah serta semakin kuat batinnya.
2.1.3. Religiusitas Hadi Sebelum Menyadari Sebagai Gay
2.1.3.1 Dimensi Keyakinan
Hadi sangat meyakini keberadaan dan kebenaran Allah SWT. Hal ini karena ia sudah mendapatkan pendidikan agama di sekolah, madrasah, dan di rumah. Orang tuanya juga termasuk orang yang taat beragama.
“Yakin seyakin yakinnya sih, karna keluarga kan juga dari awalnya udah muslim”
(W1S2/R.Seb/1(+)/b.316-319)
Kebenaran agama Islam juga merupakan hal yang diyakini oleh Hadi. Selain itu Hadi juga mengakui kebenaran AL-Qur’an, adanya malaikat, adanya Nabi dan rasul, datangnya hari kiamat, dan masalah takdir. Ia meyakini karena sama seperti sebelumnya, yaitu ia memang sudah mendapatkan pendidikan agama di sekolah, madrasah, dan di rumah. Orang tuanya juga termasuk orang yang taat beragama.
Namun meskipun begitu, ternyata keyakinannya pada saat itu lebih karena ia memang sudah muslim sejak lahir dan karena seperti mengikuti keyakinan orang tuanya.
2.1.3.2Dimensi Peribadatan
Ibadah-ibadah yang dilakukan oleh Hadi di masa-masa sebelum ia menyadari sebagai gay adalah dalam hal shalat, pada saat itu shalat 5 waktunya masih belum penuh. Dalam satu hari rata-rata ia hanya menjalankan shalat sebanyak dua kali yaitu Magrib dan Isya. Hal ini karena ia malas melakukannya dan juga karena sedang asik bermain. Kedua shalat tadipun dilakukannya di rumah dan di awal waktu yaitu ketika azan. Alasan Hadi tidak shalat di mesjid adalah karena ia memang belum berniat untuk shalat ke mesjid. Ibadah shalat sunah belum ada yang dijalankan oleh Hadi karena ia memang hanya mau menjalankan ibadah-ibadah yang wajib saja, dan mungkin berkaitan juga dengan usianya yang masih kecil.
“Karna masih SD, sebelum-sebelum SMP itu, shalatnya ngikut-ngikut sih , jadi kalo lagi disuruh orang tua itu ya shalat, kadang lagi males, lagi
main, ya main”
86
Ibadah puasa juga belum dijalankan Hadi dengan baik. Puasa wajib seperti puasa Ramadhan belum dijalankannya secara satu bulan penuh. Biasanya ia hanya berpuasa sekitar dua puluh hari karena pada saat itu ia masih dalam proses belajar. Dalam hal puasa sunah, Hadi juga belum menjalankannya karena ia memang masih kecil sehingga masih fokus ke ibadah wajib saja.
“Hmm waktu SD, puasa.. belajar puasa, walaupun enggak full, setidaknya
20 .. udah bisalah 20-an itu”
(W1S2/R.Seb/2(-)/b.471-475) Ibadah dalam bentuk membaca Al-Qur’an biasanya dilakukan oleh Hadi ketika selesai shalat Magrib. Dalam satu minggu rata-rata ia mengaji sebanyak empat kali, dan setiap kali membaca biasanya sebanyak setangah sampai satu halaman.
Hadi juga melakukan ibadah lainnya seperti berdoa, bersedekah, dan ikut serta dalam kegiatan keagamaan. Dalam hal berdoa, ia biasanya berdoa setiap selesai shalat. Doa yang biasa ia panjatkan adalah mengenai orang tua dan kemudahan urusan dunia. Hadi juga selalu yakin bahwa doanya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Dalam hal bersedekah, ia juga melakukannya meskipun tidak sering, biasanya ia memberikan uang kepada temannya yang memang sedang membutuhkan. Dalam hal keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan, Hadi pernah mengikuti lomba-lomba keagamaan seperti lomba shalat dan azan meskipun tidak menang.
Pengajian dan berzikir merupakan ibadah yang paling jarang dilakukan oleh Hadi. Ia jarang megikuti pengajian karena pengajian itu sendiri memang
jarang diadakan di sekitarnya. Ia jarang berzikir karena pada saat itu a masih kecil, sehingga belum terlalu paham tentang zikir.
2.1.3.3 Dimensi Pengamalan
Pengamalan ajaran-ajaran agama yang dilakukan oleh Hadi adalah dalam hal menolong orang lain, kejujuran, maaf dan memaafkan, serta menjaga amanah. Hadi suka menolong orang lain, biasanya dalam hal menghibur temannya jika terlihat sedang sedih dan dalam hal membantu pelajaran. Motivasinya dalam berbuat baik adalah agar mendapatkan pahala. Kemudian, dalam hal kejujuran ia bisa dikatakan sebagai anak yang jujur meskipun terkadang ia juga tidak jujur. Contohnya adalah misalnya ia disuruh belanja oleh orang tuanya, ia akan mengembalikan uang sisanya secara utuh kepada orang tuanya, namun terkadang ia juga mengambil uang sisa tersebut. Selain itu, ia juga tidak mau mencontek ketika ujian. Dalam hal memberi maaf dan meminta maaf, Hadi melakukannya dengan mudah. Ia tidak gengsi untuk meminta maaf , biasanya sehabis bertengkar. Ia juga mudah untuk memberikan maaf kepada temannya. Sama halnya dengan kejujuran tadi, terkadang Hadi memegang amanah yang diberikan kepadanya, dan kadang ia juga melanggar amanah tersebut.
Pengamalan yang belum dilakukan oleh Hadi pada saat itu adalah tentang menjaga lingkungan hidup. Saat itu ia masih sering membuang sampah sembarangan. Kemudian, ketika ditanya tentang peraturan apa yang paling sulit untuk dijalankan, Hadi menjawab peraturan untuk melaksanakan shalat 5 waktu.
88
2.1.3.4Dimensi Pengalaman
Pengalaman-pengalaman religius yang dialami oleh Hadi adalah seputar kekagumannya terhadap bukti kekuasaan Allah SWT, terkabulnya doa-doa, rasa bersyukurnya, dan kenyamanannya dalam menuhankan Allah SWT.
Hadi merasa takjub terhadap bukti kekuasaan Allah SWT contohnya adalah ketika terjadi bencana gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 silam. Bukti kekuasaan Allah SWT yang ia alami sendiri adalah ketika ia mengalami kecelakaan kecil ketika ia melawan orang tuanya. Pada saat itu ia sedang bertengkar dengan sang Ibu, lalu ia pergi meninggalkan rumah, dan Ibunya melarang ia untuk pergi namun ia tetap saja pergi. Akhirnya yang terjadi adalah ia terjatuh dari sepeda yang ia kendarai, dan tidak hanya itu, ia terjatuh ke area yang dipenuhi duri-duri sawit. Sejak saat itu ia menyadari bahwa jika melawan orang tua maka kita akan mendapatkan hal yang buruk.
“Mengalami sendiri .. ngerasa aja sih kekuasaan Allah itu, misalnya
contohnya pernah sekali, aku masih inget kali sampe sekarang aku ngelawan , pernah sekali aku ngelawan mamaku kan, ngelawan gitu, jadi aku pergi, Cuma ntah dia gak ngasih pergi gitu kan, trus aku pergi .. terjatoh aku haha naek sepeda jatoh, kena duri , nangis aku, haha iya duri
sawit jadi sakit”
(W1S2/R.Seb/4(+)/b.872-887) Doa-doa yang diucapkan Hadi, beberapa diantaranya dikabulkan oleh Allah SWT, yaitu doa ketika ia meminta agar diperbolehkan belajar membawa sepeda motor dan agar cepat mahir. Jika doanya terkabul, Hadi akan bersyukur sambil mengucapkan bacaan hamdallah. Sedangkan doa yang tidak terkabul adalah doanya yang meminta agar ia bisa menjadi juara 1 di kelas. Jika doanya tidak terkabul, Hadi tetap bersabar dan tidak memberontak.Hadi selalu bersyukur
atas rejeki dan berbagai kemudahan yang ia dapatkan. Hadi tidak hanya merasakan pengalaman yang positif, ia juga merasakan pengalaman-pengalaman yang negatif. Yang pertama adalah ia tidak merasakan adanya kedekatan yang spesial dengan Allah SWT, ia merasa tidak terikat dengan Allah SWT. Jika ditelaah, hal ini mungkin disebabkan karena usianya yang memang masih kecil sehingga belum terlalu berpikir dalam tentang kedekatan dengan Tuhan. Yang kedua, ia juga belum merasakan perasaan yang spesial setelah melakukan ibadah, hal ini terkait karena usianya yang masih kecil sehingga belum terllau menghayati hal tersebut.
“Biasa aja , gak terlalu terikat , pokoknya itu , karna ibadah ya ibadah, shalat ya shalat gitu , gak terlalu ngerasa spesial lah untuk deket”
(W1S2/R.Seb/4(-)/b.908-913)
2.1.3.5Dimensi Pengetahuan
Pengetahuan-pengetahuan agama yang dimiliki oleh Hadi adalah ketika itu ia sudah mengetahui tentang macam-macam puasa sunah, yaitu puasa Syawal dan Senin Kamis. Pahala dan dosa, rukun iman, rukun Islam, nama dan tugas malaikat, kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT, rukun shalat, rukun wudhu, perintah kurban, perintah haji , dan asal mula perintah shalat. Ia juga