• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Deskripsi Data

4.2.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam penelitian kali ini peneliti akan menguraikan pembahasan hasil penelitian dengan didasari data yang peneliti peroleh melalui hasil observasi, wawancara, dokumentasi, serta studi kepustakaan mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan (studi pada pengelolaan arsip dinamis di kantor Kecamatan Cipocok Jaya) yang meliputi beberapa variabel, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Suatu tolak ukur dari suksesnya sebuah kebijakan di impelentasikan adalah dari tujuan dan bagaimana kebijakan itu dilahirkan, dengan itu kinerja dari implementasi kebijakan dapat diukur melalui tujuan dari kebijakan yang telah ada,

No Kode Jabatan Nama Informan Jenis

Informan Informan Kelamin

1 I1

Sekretaris Camat

Yudi Wahyudi L

2

I2 Kasubag Umum dan Kepegawaian di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya

Laili Qodar Tinur P

3 I3

Staff di bagian

kepegawaian Lilis Kartika P

4

I4 Kasi Kearsipan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Serang

Samsudin L

sebuah kebijakan dapat dikatakan berjalan dengan baik ialah apabila antara tujuan dan implementasi kebijakan telah sesuai . Dari dimensi ukuran dan tujuan kebijakan ini, peneliti menilai beberapa aspek yang terkandung di dalamnya, yaitu: Apa tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan, dan apa standar dari keberhasilan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2012 kearsipan ini peneliti pertanyaan kepada I1 yang mengatakan bahwa tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan sebagaimana dalam wawancara yang dikatakan olehI1:

Tujuan dari PP nomor 28 tahun 2012 itu adalah untuk mengatur serta mengelola sistem kearsipan yang terdapat pada suatu instansi agar menjadi lebih efisien, serta PP tersebut dapat dijadikan patokan untuk pengelolaan arsip yg baik” (Senin, 28 mei 2018 pukul 09.30 di kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Senada dengan apa yang disampaikan oleh I1, I2 menjelaskan bahwa tujuan dari Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2012 Tentang kearsipan, yang nantinya akan berdampak terhadap kinerja yang dihasilkan dari displin tersebut, berikut pernyataan yang disampaikan olehI2:

Tujuan dari PP nomor 28 tahun 2012 itu untuk menjadikan pengelolaan arsip menjadi lebih dinamis, dalam artian, arsip lebih mudah ditemukan pada saat dibutuhkan” (senin, 28 mei 2018 pukul 10.20 di kantor Kecamatan Cipocok Jaya)

Kemudian I2 mengatakan bahwa standar keberhasilan dari implementasi Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan adalah sebagaimana yang dikatakan olehI2:

Standarisasi keberhasilan dari PP ini yaitu harus sesuai dengan isi PP tersebut dan di ikuti tahapan-tahapan yang terdapat didalam peraturan itu” (senin, 28 mei 2018 pukul 10.24 di kantor Kecamatan Cipocok

Jaya).

Sementara ituI4 menjelaskan bawa tujuan dari Peraturan Pemerintah No 28 tahun 2012 Tentang kearsipan ialah untuk sebagai pedoman dalam mengelola arsip, berikut pernyataan dariI4:

“Pegawai yang ada di instansi manapun harus menjadikan PP nomor 28 tahun 2012 ini sebagai acuan atau pedoman khususnya pegawai yang bersentuhan langsung dengan arsip” (Senin,4 Juni 2018 pukul 09.30 di kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Serang).

Kemudian I4 mengetakan bahwa standar keberhasilan dari implementasi Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan adalah sebagaimana yang dikatakan olehI4:

“Kalau standar keberhasilan dari PP nomor 28 tahun 2012 ini yaitu adanya kesadaran dari para pegawai untuk mematuhi dan mencontoh apapun yang terdapat pada peraturan tersebut” (senin, 4 Juni pukul 09.33 di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Serang).

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan hasil wawancara maka hasil peneliti atas dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan pada oleh narasumber sebagai berikut :

Pertama, tujuan dari peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2012 tentang kearsipan ini ialah untuk menjadikan arsip di suatu instansi sifatnya menjadi dinamis dan efisien serta menjadi pedoman untuk para pegawai di instansi khusunya pegawai yang berhubungan langsung dengan bidang arsip.

Kedua, standarisasi keberhasilan dari peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2012 tentang kearsipan ini yaitu seluruh pegawai khususnya yang bersentuhan langsung dengan arsip mulai menerapkan semua yang ada pada peraturan tersebut, mulai dari penempatan, jenis-jenis arsip, pengelolaan arsip,pemeliharaan arsip, sampai pemusnahan arsip harus sesuai dengan cara-cara yang terdapat di dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2012.

2. Sumber Daya

Keberhasilan proses Implementassi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan dan kapabilitas dari sumber daya–sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk dijalankan.

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah: sumberdaya financial dan sumber daya waktu. Karena mau tidak mau ketika sumberdaya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumberdaya waktu. Saat sumberdaya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat

menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan.Karena itu sumberdaya yang diminta dan dimaksudkan oleh Van meter Van Horn adalah ketiga bentuk sumberdaya tersebut.

Pertama, Sumber daya Manusia, dalam hal ini menjadi pelaksana dari Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan adalah Pegawai di kantor Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang. Namun di dalam pelaksanan Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan Mengenai sumber daya dalam Implementasi Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan di kantor Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang, berikut wawancara padaI1:

“Kalau berbicara tentang sumber daya, sebenarnya di kantor kecamatan Cipocok Jaya ini sumber daya yang khusus mengurusi arsip masih kurang bahkan tidak ada. Selama ini yang mengurusi arsip hanyalah staf biasa dari masing-masing bagian” (Senin,28 Mei 2018 pukul 09.38 di kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Dari hasil wawancara diatas, dapat dilihat bahwa sumber daya yang ada di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang yang khusus untuk menangani arsip masih kurang karena keterbatasan pegawai serta jumlah arsip di kantor kecamatan Cipocok Jaya juga tidak terlalu banyak.

Selanjutnya I1 juga menjelaskan tentang kesiapan para pegawai kecamatan untuk mengimplementasikan kebijakan dari PP nomor 28 tahun 2012 tentang kearsipan, berikut pernyataannya:

“Kalau di Tanya siap atau tidaknya, kami dari kecamatan siap-siap saja, asalkan ada penyuluhan ataupun materi tentang bagaimana caranya mengelola arsip dengan baik dan sesuai dengan isi dari PP tersebut” (Senin,28 Mei 2018 pukul 09.40 di Kantor Kecamatan Kota Serang).

Hal yang serupa juga disampaikan oleh I2 tentang sumber daya khususnya sumber daya manusia yag terdapat di kantor Kecamatan Cipocok Jaya, berikut pernyataannya:

“Untuk sumber daya di kantor Kecamatan Cipocok Jaya ini memang kurang, tetapi hal itu tidak terlalu berdampak buruk karena arsip-arsip yang terdapat dikantor kecamatan juga jumlahnya tidak terlalu banyak

“(Senin,28 Mei 2018 pukul 13.37 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya). Dari penyataan di atas, jumlah sumber daya serta kesiapan para pegawai untuk melakukan implementasi peraturan pemerintah tentang kearsipan ini, tidak terlalu menjadi masalah di karenakan jumlah arsip yang terdapat di kecamatan tersebut jumlahnya relative sedikit apabila dibandingkan dengan dinas-dinas lain.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan juga sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya manusia yang tersedia, karena jumlah tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kecakapan, kompetensi maupun kapabilitas yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah tersebut. Apabila ketiga hal tersebut tidak dimiliki implementor kebijakan, maka kinerja kebijakan publik yang baik sangat sulit untuk diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, I2 menyampaikan pendapatnya perihal kompetensi pegawai kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang pada wawancara berikut:

“Kalau berbicara tentang kompetensi yang dimiliki oleh pegawai kecamatan mengenai bidang kearsipan, mungkin semua pegawai memiliki pengetahuan yang minim mengenai kearsipan ini, karena pada dasarnya, tidak ada pegawai yang khusus menekuni bidang kearsipan” (Senin,28 Mei 2018 pukul 13.40 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Hal ini juga senada dengan I3 selaku staff yang bertugas di bagian umum dan kepegawaian, berikut pernyataannya :

“Saya kurang paham tentang bagaimana cara pengelolaan yang baik menurut PP no 28 tahun 2012 tentang kearsipan, dan tidak ada pelatihan untuk mengetahui cara-cara mengelola arsip dengan baik, hanya sebatas pengenalan aplikasi bagaimana mengatur surat masuk dan surat keluar” (Selasa, 29 Mei 2018 pukul 10.00 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Dari pernyataan kedua narasumber mengenai kompetensi sumber daya, bisa di bilang bahwa kompetensi mengenai pengelolaan arsip yang sesuai dengan PP nomor 28 tahun 2012 di kantor Kecamatan Cipocok Jaya kota Serang masih sangat kurang, hal itu dikarenakan tidak adanya pelatihan khusus untuk mempelajari bagaimana cara-cara dalam pengelolaan arsip yang benar dan sesuai dengan kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan sementara mengenai sumber daya, yakni :

Pertama, terdapat kekurangan pegawai di kecamatan yang benar-benar khusus untuk menangani serta mengurus arsip di kantor kecamatan Cipocok Jaya, selama ini arsip hanya diurus oleh staff biasa yang kurang paham dengan tata cara pengelolaan arsip. Kedua, kompetensi yang dimiliki oleh pegawai yang terdapat di kantor Kecamatan Cipocok Jaya mengenai pengelolaan arsip masih kurang baik, mereka hanya pernah mendengar dan hanya mengetahui tentang PP nomor 28 tahun 2012 tanpa mengetahui isi dari PP tersebut, sehingga harus diberikan pelatihan khusus bagi pegawai dikecamatan untuk mempelajari bagaimana seharusnya arsip di perlakukan.

3. Hubungan Antar Organisasi

Implementasi atau pelaksanaan sebuah program kebijakan perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan komunikasi dan koordinasi yang baik antar instansi guna menunjang keberhasilan suatu program kebijakan tersebut. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat, maka asumsinya akan semakin sedikit kesalahan-kesalahan yang terjadi.

Berkaitan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2012 tentang kearsipan, ada beberapa instansi lain yang terlibat, diantaranya adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Serang dan kantor Kecamatan Cipocok Jaya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan olehI1berikut:

“Terkait siapa saja stakeholder yang terlibat, hanya ada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya itu sendiri” (Senin,28 Mei 2018 Pukul 10.30 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Dari wawancara diatas, dapat di ketahui bahwa stakeholder yang terlibat hanyalah dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Serang serta Kantor Kecamatan Cipocok Jaya itu sendiri yang merupakan fokus dari penelitian ini.

Hal ini juga di sampaikan olehI4, yang berpendapat sebagai berikut :

“Sebenarnya seluruh dinas merupakan implementator utama dari PP tersebut, karena semua dinas yang memiliki arsip berpedoman pada PP no 28 tahun 2012 ini dalam mengelola arsipnya. Berhubungan penelitian hanya di kantor Kecamatan Cipocok Jaya saja, maka stakeholder yang terkait hanya dinas Perpustakaan dan Kearsipan serta Kantor Kecamatan Cipocok Jaya itu sendiri” (senin, 4 Juni 2018 Pukul 09.55 di Kantor Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Kota Serang).

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa implementator atau pelaksana dari kebijakan PP nomor 28 tahun 2012 ini adalah semua dinas yang mempunyai arsip, berhubung penelitian hanya di lingkungan Kecamatan Cipocok Jaya saja, maka stakeholder yang terkait hanya dinas Perpustakaan dan Kearsipan serta Kantor Kecamatan Cipocok Jaya.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana yang ketat dan disiplin pada aturan dan sanksi hukum, seperti halnya kebijakan publik yang bertujuan untuk merubah perilaku dasar manusia. Namun pada konteks lain, diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan. Berikut komentar dari I1:

“Kalau menurut saya, kami belum melakukan aturan yang terdapat di Peraturan Pemerintah tersebut karena arsip disini jumlahnya sedikit. Jadi tidak terlalu berpengaruh terhadap pengelolaan arsip” (Senin,28 Mei 2018 pukul 13.45 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Senada dengan yang diutarakan oleh I1, berikut pernyataan dari I2

menjelaskan bahwa apakah pegawai di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya sudah sesuai untuk melakukan dan melaksanakan Peraturan Pemerintah No.28 tahun

2012 tentang kearsipan, berikut penyataan yang disampaikan olehI2:

“Sejauh ini pegawai di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya masih belum melaksanakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut dengan baik”(Senin, 28 Mei 2018 pukul 14.00 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Selain dari pegawai yang terdapat di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya, peneliti juga mengambil beberapa informan yang bersumber dari masyarakat yang kebetulan pada hari tersebut sedang berada di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya untuk suatu urusan. Dan berikut pendapat dari I5 :

“Waktu saya masuk kedalam sih, keadaan arsip atau dokumen-dokumen sangat acak-acakan. File-file itu ada yang di simpan di lemari, di atas lemari, bahkan sampai ada yang di simpan di lantai gitu aja”(senin, 28 Mei 2018 Pukul 13.30 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Berdasaran hasil wawancara dengan narasumber mengenai Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2012 Tentang kearsipan ini pegawai di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya masih belum melaksanakan kebijakan dan aturan-aturan yang terdapat di PP No.28 Tahun 2012 namun sedikit-sedikit mulai mencoba untuk mengikuti apa saja isi yang terdapat di peraturan tersebut.

5.Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi

Hal yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Kondisi sosial, politik dan ekonomi yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula

memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal tersebut.

Untuk mengetahui bagaimana lingkungan eksternal mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan, peneliti melakukan wawancara dengan I1

sebagai berikut:

”Pengaruh sosial mempengaruhi, karena itu dukungan social sangat penting. Tanpa adanya dukungan social implementasi tidak akan berjalan. Dukungan social yang dimaksud berupa tertibnya pegawai di Kecamatan karena ruang lingkupnya hanya di kantor Kecamatan ini saja ( Senin,28 Mei 2018 Pukul 11.00 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Selain itu, I2 memberikan penjelasan yag hampir serupa, berikut pernyataannya:

“Untuk pengaruh sosial masyarakat sifatnya sangat penting, dukungan social misalnya sikap masyarakat yang mendukung dengan mencoba tertib menggunakan surat dalam kepengurusan. Kemudian kalau untuk kondisi ekonomi, itu kembali lagi ke pribadi masing-masing apakah sudah terpenuhi atau belum”(senin, 28 Mei 2018 pukul 13.50 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya)

Dari penjelasan di atas, untuk menjalankan kebijakan dengan baik, maka kondisi pegawai pun harus dengan kondisi baik pula, khusunya kondisi ekomomi dan social pegawai.

6.Disposisi / Sikap Implementor

Disposisi atau sikap pelaksana merupakan hal terakhir yang diidentifikasi oleh Van Meter dan Van Horn dapat memengaruhi implementasi kebijakan publik. Variabel disposisi atau sikap pelaksana diartikan sebagai keinginan atau kesepakatan dikalangan pelaksana untuk menerapkan kebijakan. Jika penerapan kebijakan dilaksanakan secara efektif, pelaksana bukan hanya

harus mengetahui apa yang harus mereka kerjakan, tetapi mereka juga harus memiliki kemampuan untuk menerapkannya serta mereka juga mempunyai keinginan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

Dalam dimensi penilaian mengenai disposisi para pelaksana, peneliti memusatkan perhatian pada 3 (tiga) unsur tanggapan pelaksana yang mungkin memengaruhi kemampuan dan keinginan mereka untuk melaksanakan kebijakan, yakni: kognisi atau pemahaman tentang kebijakan, macam tanggapan terhadapnya (penerimaan, netralitas, penolakan) dan intensitas tanggapan tersebut.

Dalam pelaksanaan Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2012 tentang kearsipan, berikut adalah responI1terhadap kebijakan tersebut:

“Secara normatif dapat dikatakan bahwa implementor dalam hal ini kantor Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang ya belum siap, dari sisi tenaga juga belum, tapi kan kalau kita tidak siap terus, atau siapnya kapan, selamanya tidak akan siap. Jadi kita optimis aja karena ini kan kerja kolektif. Adapun nanti jika dalam implementasinya harus memakan waktu yang lebih lama ya kita ikuti prosesnya sambil terus melakukan perbaikan-perbaikan”.(Senin,28 Mei 2018 pukul 10.00 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Kemudian pendapat dariI2sebagai berikut:

“Kalau saya pribadi sih berfikirnya harus siap, karena kalu tidak siap kita bingung bagaimana cara pelaksanaannya. Paling tidak walaupun sumber daya disini belum faham betul tentang peraturan ini, paling tidak kita sudah mencoba membuat bagian untuk mengurus surat di bagian yang ada”(senin, 28 mei 2018 pukul 13.55 di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya).

Berdasarkan pernyataan I1 dan I2 yang disampaikan dalam wawancara tersebut, diketahui bahwa secara normatif bila dilihat dari sisi tenaga (sumber daya manusia yang ada) kantor Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang dianggap

belum siap untuk melaksanakan PP tersebut. Namun dalam hal ini, kantor Kecamatan Cipocok Jaya tetap optimis untuk melaksanakan PP tersebut dengan terus melakukan perbaikan-perbaikan kinerjanya.

Dari hasil wawancara dengan informan, dapat dipahami bahwa implementor kebijakan dalam hal ini kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang bersikap menerima untuk melaksanakan kebijakan tersebut meskipun dari sisi sumber daya dikatakan belum siap.

Dokumen terkait