• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar

Salah satu lembaga pendidikan yang ada di kota Kudus adalah

SMA NU Al Ma’ruf. Sekolah yang letaknya sangat strategis ini, berada di

pintu gerbang kota Kudus, jalur utama Semarang – Kudus. Sekolah ini

berdiri cukup megah dan elegan di jalan AKBP R. Agil Kusumadya No. 2

Kudus.

1. Sejarah berdirinya SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Untuk mendeskripsikan bagaimana proses berdirinya SMA NU

maka perlu diketahui hal – hal sebagi berikut :

a. Latar Belakang Berdirinya SMA NU

Untuk mengisi kemerdekaan RI yang berdasarkan Pancasila

dengan mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, maka

Pemerintah Daerah Tingkat II Kudus, pada tahun 1965 membuat

kebijaksanaan di bidang pendidikan antara lain : mewujudkan sedikitnya

satu SD dan MI, satu SMP dan satu MTs. Di setiap kecamatan serta

Perguruan Tinggi yang didukung oleh sejumlah SMA dan MA di Kabupaten

Kudus.

Pada waktu itu di Kabupaten Kudus baru berdiri beberapa SMA,

sedangkan siswa lulusan SMP masih banyak yang belum tertampung di

SMA yang sudah ada. Di antara mereka masih banyak yang melanjutkan

sekolah di luar daerah Kabupaten Kudus. Berdasarkan hal – hal di atas

itulah penambahan SMA di Kabupaten Kudus sangat diharapkan oleh

masyarakat.

b. Gagasan Berdirinya SMA NU

Untuk mewujudkan kebijaksanaan pemerintah Daerah Tingkat II

Kudus dengan meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, maka Bapak

Drs. Sunarto Noto Widagdo selaku Bupati KDH Tk. II Kabupaten Kudus

mencetuskan gagasan untuk mendirikan SMA NU di Kudus kepada Bapak

Masyhud selaku Ketua Yayasan Kesejahteraan Daerah (YKD) dan Ketua

DPRD Tk. II Kabupaten Kudus.

Gagasan tersebut di atas dimaksudkan agar ummat Islam

khususnya warga Nahdlatul Ulama’ Kudus berpartisipasi aktif dalam

pembangunan pendidikan. Sebab Nahdlatul Ulama’ merupakan salah satu

organisasi sosial yang dipandang mampu dan potensi untuk mendirikan

SMA yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kemudian gagasan itu

didukung oleh Bapak Masykur AW selaku BPH Kabupaten Kudus dan

Bapak A. Moehaimin Oestman selaku Ketua Fraksi NU DPRD Tk. II

Kabupaten Kudus.

Sebagai tindak lanjut untuk mewujudkan gagasan tersebut di atas

yang dipimpin oleh Bapak Drs. Sunarto Noto Widagdo selaku Bupati KDH

Tk. II Kabupaten Kudus dan Bapak Masyhud selaku Ketua YKD/DPRD Tk.

II Kabupaten Kudus dengan mengundang :

1) Bapak H. Zainuri Noor, pengusaha Percetakan Menara Kudus

2) Bapak H. Ambari Noor pengusaha rokok

3) Bapak Masykur AW, anggota BPH Kabupaten Kudus.

4) Bapak A. Moehaimin Oestman, Ketua Fraksi NU DPRD Tk. II

Kabupaten Kudus

Berdasarkan musyawarah tersebut dihasilkan kesepakatan antara lain :

5) Menugaskan Bapak Masyhud selaku Ketua YKD untuk menghadap

Bapak H. Ma’ruf, pengusaha rokok Jambu Bol Kudus guna

menyampaikan gagasan mendirikan SMA NU dan dimohon

bantuannya.

6) Menugaskan Bapak A. Moehaimin untuk mencari tanah yang startegis

untuk lokasi pembangunan gedung.

Akhirnya pada tanggal 12 Maret 1965, di hadapan Bapak R.

Sumarno selaku Camat Jati terjadilah transaksi jual beli tanah antara bapak

Samsuri Kosim, Bapak Djamilun, Bapak Suwarno dan Bapak Tabri yang

kesemuanya selaku pihak penjual sebidang tanah di desa Ploso dengan

Bapak H. Ma’ruf, pengusaha rokok jambu bol selaku pembeli.

Untuk merealisasi terwujudnya SMA NU maka dibentuklah

lembaga berbadan hokum yatu Yayasan Perguruan Islam Nahdatul Ulama’

Pelindung/Penasehat : Drs. Soenarto Noto Widagdo, H.A. Ma’roef

Ketua : H. Masykur AW

Wakil Ketua : H. Ambari Noor

Sekretaris : Niam Zuhri, A. Moehaimin Oestman

Bendahara : H. Zaenuri Noor

Setelah terbentuk pengurus Yayasan dan tersedia tanah lokasi

sekolah, maka dimulailah pembangunan gedung SMA NU dengan peletakan

batu pertama oleh Bapak KH. Syaifuddin Zuhri selaku PB NU (pada waktu

itu menjabat sebagai Menteri Agama RI) pada tanggal 28 Agustus 1965.

Selesai persiapan fisik, pengurus Yayasan Perguruan Nahdlatul

Ulama’ membentuk tim yang bertugas mempersiapkan pembukaan SMA

NU, baik tenaga guru, tenaga administrasi maupun segala sesuatu yang

diperlukan. Akhirnya berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Perguruan

Islam Nahdlatul Ulama’ No. 10/YPI/69 tanggal 2 Januari 1970 dipimpin

oleh Bapak Muchtar Effendi, BA sebagai Kepala Sekolah.

2. Dinamika Perkembangan SMA NU Al Ma’ruf Kudus

Perkembangan yang dimaksudkan di sini adalah perkembangan

SMA NU Al Ma’ruf dari waktu ke waktu yang mengandung pengertian

perkembangan sejak lahir hingga sekarang.

a. Pembukaan Pertama SMA NU

Tim yang bertugas mempersiapkan pembukaan SMA NU telah

dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 1970 yang dipimpin oleh Bapak

Muchtar Effendi, BA sebagai Kepala Sekolah dan Bapak Farizi Tz, BA

sebagai Tata Usaha dan dibantu oleh guru – guru sebagai berikut : Muchtar

Effendi, BA, Abdullah Sonhaji, Daenuri, BA, Muslichan Hamid Noor, Drs.

Muh. Jamilun, Baidlowi, BA, Drs. Edi Sardjono, Drs. Ibnu Sudarto,

Soemiyarto, BA, Suwito, BA, Soebarno, BA, Suyoto, Moersodo.

Pada pembukaan pertama, SMA NU menampung 39 siswa. Putra

32 dan putri 7. Pada waktu itu tepatnya setelah Pemilu 1971 terjadi

perubahan dan perkembangan konstalasi yang mendasar. Keadaan ini pun

berpengaruh terhadap dunia pendidikan.

b. Perubahan Nama dari SMA NU menjadi SMA Islam Al Ma’ruf Konsekuensi logis akibat perubahan dan perkembangan politik

seperti disebutkan di atas sangat terasa pengaruhnya terhadap perkembangan

SMA NU. Di antaranya adalah berubahnya nama Yayasan, yang semula

bernama Yayasan Perguruan Islam Sunan Dja’far Shadiq mengambil nama

dari Sunan Kudus berdasarkan akta No. 07 tanggal 1 Maret 1972 dengan

susunan pengurus sebagai berikut :

Ketua I : H. Ambari Noor, II : H.Moehaimin Oestman, III :

H. Ali Ba’gil

Sekretaris : H. Farizi Tz, BA, H. Abdullah Sonhaji H

Bendahara : H. Bachro Ma’sum; H. Zaenuri Noor,

Adapun susunan pengurus Yayasan Perguruan Islam Sunan

Perubahan nama ternyata tidak hanya pada nama Yayasan, nama SMA pun

mengalami perubahan, semula bernama SMA NU berubah menjadi SMA

Islam Al Ma’ruf. Nama Al Ma’ruf di samping mengandung pengertian yang

baik, juga bermaksud mengabadikan nama salah seorang yang banyak

jasanya terhadap berdirinya sekolah ini, yaitu Bapak H. Ma’ruf pengusaha

rokok Jambu Bol Kudus.

Dalam penataan sekolah lebih lanjut, pada tahun pelajaran

1980/1981 Yayasan memandang perlunya penyegaran personalia sekolah

yang ada. Dengan Surat Kepurusan Yayasan Perguruan Islam Sunan

Dja’far Shodiq No. 040/I-b/VII/1980 tertanggal 1 Juli 1980, pimpinan

sekolah yang lama yaitu Bapak Muchtar Effendi, BA dialih tugaskan kepada

Bapak Drs. H.M Munawar Cholil dan beliaulah yang memimpin sekolah

hingga sekarang ini.

Masih berkaitan dengan nama sekolah, pada tahun pelajaran

1994/1995 kembali mengalami perubahan nama dari SMA berubah menjadi

SMU dan berdasarkan SK PBNU No. 277/a.1.03/7/2002 tentang

Kebijaksanaan umum Penentuan Status Hukum dan Penataan Yayasan, Aset

dan Kekayaan di lingkungan Nahdlatul Ulama’ yang ditindaklanjuti dengan

SK bersama PCNU dan Badan Pelaksana Pendidikan Ma’arif NU tanggal

22 Juni 2003 maka nama Islam diganti dengan NU sehingga menjadi SMU

NU Al Ma’ruf Kudus. Pada bulan Februari 2004, kembali nama SMU

berubah menjadi SMA hingga menjadi SMA NU Al Ma’ruf.

Untuk mendirikan dorongan agar mutu pendidikan sesuai dengan

yang diharapkan dan untuk memberikan informasi kepada masyarakat

tentang status pendidikan suatu sekolah, maka Depdikbud

menyelenggarakan akreditasi terhadap sekolah – sekolah swasta.

Akreditasi untuk SMA di Kabupaten Kudus dilaksanakan pada

akhir bulan Oktober 1984. Sedangkan untuk SMA NU Al Ma’ruf

dinyatakan sebagai sekolah yang berstatus jenjang diakui. Hal ini sesuai

dengan Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdikbud tertanggal 17 Januari 1985 No. 007/C/Kep/I/85.

Pada bulan Oktober 1989 dilaksanakan kembali akreditasi terhadap

sekolah – sekolah swasta, di dalamnya juga adalah SMA NU Al Ma’ruf

yang mampu mempertahankan status Diakui sesuai dengan Surat Keputusan

Dirjen Dikdasmen Depdikbud No. 009/C/Kep/I/90 tanggal 20 Januari 1990.

Akhirnya pada bulan Oktober 19992, Depdikbud

menyelenggarakan akreditasi terhadap SMA NU Al Ma’ruf. Pada tahun ini

pulalah yang merupakan momentum tersendiri bagi SMA NU Al Ma’ruf,

karena dalam akreditasi tahun ini status jenjang SMA NU Al Ma’ruf

mengalami perubahan yaitu dari status Diakui menjadi Disamakan dengan

Surat Keputusan No. 488/C/Kep/I/92 tertanggal 31 Desember 1992, sebuah

status jenjang pendidikan yang sangat didambakan oleh sekolah – sekolah

swasta pada umumnya, status jenjang tertinggi dan bergengsi, sebab status

Pada tanggal 22-23 Desember 2003, Badan Akreditasi Sekolah

(BAS) melaksanakan akreditasi sekolah di jenjang SMA. Ada enam sekolah

yang diakreditasi, tiga SMA negeri,dan tiga SMA swasta, SMA NU Al

Ma’ruf Kudus ada di antaranya dan memperoleh hasil akreditasi A (nilai 93)

di bawah SMA Negeri 1 Kudus (nilai 94).

Dengan status terakreditasi A ini SMA NU Al Ma’ruf diharapkan

semakin dapat menunjukkan eksistensinya sebagai sekolah yang bermisi di

tengah – tengah kehidupan masyarakat. Status jenjang terakreditasi A yang

diraih ini pun merupakan hasil kerja keras berbagai pihak.

Dengan prestasi tersebut, maka tidaklah berlebihan jika sekolah ini

semakin menunjukkan eksistensinya di tengah – tengah masyarakat. Karena

itu pula, SMA NU Al Ma’ruf memiliki visi Maju dalam Prestasi, Santun

dalam Pekerti. Sekolah ini berkomitmen untuk selalu meningkatkan dan

memajukan pretasi baik akademik maupun non akademik yang selalu

dibarengi akhlak mulia dan kesantunan dalam bertindak di mana pun dan

kapan pun. Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang berkualitas.

Ada pun misi yang akan diwujudkan oleh SMA NU Al Ma’ruf

Kudus adalah : (1) Mewujudkan generasi beriman dan bertaqwa yang

berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah serta warga negara yang

bertanggungjawab. (2) Mewujudkan pribadi berkarakter dan berakhlakul

karimah. (3) Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memperoleh

nilai lebih di bidang akademik. (4) Menggiatkan pembelajaran

bersaing melanjutkan studi di perguruan tinggi. (6) Mampu berkiprah dalam

kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. (7) Memiliki bekal kemampuan

untuk terjun di dunia kerja.

Mulai tahun pelajaran 2006/ 2007, SMA NU Al Ma’ruf

menggunakan kurikulum tingkat pendidikan (KTSP) dengan

mengedepankan kualitas SDM yang berkompetensi tinggi. Untuk

merealisasikannya, maka di sekolah ini dibuka tiga jurusan atau program

studi.

Pertama, program Bahasa, siswa yang ada di program ini

difokuskan dan digembleng dalam penguasaan bahasa – bahasa asing secara

aktif. Bahkan program ini memiliki spesifikasi kegiatan yaitu guiding

programme, siswa diajak berkomuinikasi langsung dengan native speaker.

Kedua, program IPA, siswa lebih sering berkutat di laboratorium

sebagai aplikasi teori yang diperolehnya. Ketiga, program IPS, siswa

menekankan pembelajarannya di bidang ekonomi teori dan terapan,

sosiologi dan lain – lain.

Untuk membimbing dan mengarahkan para siswa tentang

belajarnya serta kelanjutan studinya, sekolah ini membuka layanan

bimbingan dalam bentuk guidance programme yang langsung ditangani

oleh guru bimbingan konseling.

Pada awal tahun pelajaran 1985/1986 SMA NU Al Ma’ruf Kudus

mulai merintis kelas pagi sesuai dengan program Yayasan dan desakan

terdiri dari 11 kelas siang dan 3 kelas pagi. Untuk mengetahui lebih lanjut

tentang perkembangan jumlah siswa dari awal pembukaan sekolah sampai

sekarang,tercatat secara rapi dalam arsip di bagian tatausaha sekolah,mulai

dari administrasi yang tertulis secara manual maupun dalam

komputer.dengan penataan yang sangat baik dan tertib.

4. Sarana Pendidikan

Dalam upaya memperlancar proses pendidikan, sekolah

menyediakan sarana pendidikan. Hingga saat ini SMA NU Al Ma’ruf

mempunyai 30 ruang kelas, laboratorium IPA (fisika, kimia, biologi),

Bahasa, Agama, Komputer, Multimedia, IPS (koperasi), Perpustakaan,

sebuah ruang/kantor Kepala Sekolah, kantor Wakil Kepala Sekolah, Kantor

Guru, Kantor TU, Musholla dan sarana pendidikan lainnya.

Pelaksanaan pembangunan sarana tersebur dilakukan secara

bertahap. Tahap demi tahap pembangunan sarana pendidikan terus

dilakukan. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya animo masyarakat

untuk menyekolahkan putra – putrinya ke sekolah ini. Maka sejak tahun

1980/1981 diprogramkan untuk menambah dua lokasi ruang belajar setiap

tahunnya.

Pada tahun pelajaran 1981/1982 dibangun sebuah gedung

laboratorium IPA. Kemudian pada tahun 1983/1984 dirintis pembangunan

gedung bertingkat yang dilaksanakan secara bertahap. Pada tahun pelajaran

1984/1985 SMA NU Al Ma’ruf mendapat bantuan dari Depdikbud berupa

mebel. Gedung bantuan tersebut diresmikan penggunaannya oleh Bapak

Drs. Soejana Kepala Kanwil Depdikbud Jawa Tengah pada kesempatan ke

daerah tanggal 8 Oktober 1984.

Mulai tahun pelajaran 1983/1984 sampai tahun 1991/1992

pembangunan gedung bertingkat (lantai 2) yang terletak di bagian selatan

menghadap ke utara (seperti yang telah direncanakan) dapat terselesaikan.

Pada tahun pelajaran 1993/1994 membangun gedung bertingkat (lantai 2)

menghadap ke timur, terdiri dari dua ruang kelas. Sedangkan lantai bawah

(lantai 1) merupakan bantuan dari Depdikbud pada tahun 1984/1985.

Untuk meningkatkan fasilitas pendidikan seiring dengan

perkembangan jumlah siswa yang semakin meningkat serta mengejar mutu

sekolah maka dibangunlah beberapa fasilitas belajar mengajar yang meliputi

penambahan ruang kelas, pengadaan laboratorium bahasa dan perehaban

laboratorium IPA. Penambahan tiga ruang kelas lantai 2 gedung sekolah

utara yang dilaksanakan pada tahun pelajaran 1995/1996, dilanjutkan dua

ruang kelas lantai 2 dan perehaban teras gedung sebelah utara pada tahun

1996/1997 serta penambahan dua ruang kelas lantai 2 pada tahun 1997/1998

mengakhiri pembangunan ruang kelas lantai 2 gedung sebelah utara.

Masih pada tahun 1997/1998 dilaksanakan pavingisasi halaman

sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kondisi halaman tetap bisa dipakai

sebagai sarana kegiatan belajar mengajar baik kegiatan intrakurikuler,

misalnya pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan maupun kegiatan

agar halaman tidak becek jika musim hujan tiba dan meminimalisasi debu

pada waktu musim kemarau. Dan yang terpenting adalah penataan eksterior

sekolah terlihat rapi.

Mengingat jumlah siswa yang cukup besar dan fasilitas yang

dibutuhkan pun semakin besar, maka pada tahun 1998/1999 ditambahlah

dua ruang kelas lantai 3 gedung sebelah utara. Dilanjutkan pembangunannya

pada tahun 1999/2000 yaitu penambahan tiga ruang kelas lantai 3 gedung

sebelah utara. Pada tahun 2000/2001 pengadaan dan pemasangan fasilitas

lab bahasa, serta pembangunan dua ruang kelas lantai 3 menghadap selatan.

Sejak tahun pelajaran 1998/1999 SMA NU Al Ma’ruf membuka

program bahasa. Sejalan dengan komitmen program bahasa yaitu agar siswa

memiliki kompetensi dalam bidang bahasa khususnya bahasa – bahasa asing

maka pada tahun 2000/2001 diadakan sebuah fasilitas yang mungkin masih

jarang dimiliki oleh sekolah – sekolah di kabupaten Kudus, yaitu sebuah

laboratorium bahasa yang cukup lengkap dan representatif. Dilanjutkan

pada tahun 2002/2003 dengan penambahan fasilitas laboratorium bahasa.

Kehadiran laboratorium bahasa juga dimaksudkan agar semua

siswa SMA NU Al Ma’ruf memiliki keterampilan berbahasa asing dengan

baik sehingga dapat mengantisipasi era reformasi sekarang ini. Masih

berkaitan dengan peningkatan fasilitas pendidikan khususnya mata pelajaran

IPA (fisika, biologi, kimia) maka pada tahun 2001/2002 laboratorium

Karena dirasa perlu ruang kelas lagi demi kelancaran proses belajar

mengajar, maka pada tahun 2001/2002 dibangun dua ruang kelas lantai 3

sebelah utara. Pada tahun 2002/2003 dilakukan rehab kamar kecil putra,

pembuatan garasi mobil dan dibangun kembali dua ruang lantai 3 paling

timur sendiri. Kemudan tahun 2003/2004 dilanjutkan dengan pembangunan

dua ruang lantai 3.

Pada tahun pelajaran 2004/2005, dibangun laboratorium IPA

(fisika, kimia, biologi) dan laboratorium computer dengan jumlah 35 unit

untuk praktik TIK kelas X serta awal tahun pelajaran 2005/2006 diadakan

penambahan 40 unit Pentium IV untuk kelas XI. Kemudian tahun pelajaran

2005/2006 melanjutkan pembangunan ruang kelas lantai 3 dan pemasangan

keramik teras serta penambahan 22 unit komputer untuk praktik TIK kelas

XII.

Dilanjutkan tahun pelajaran 2006/2007 dibangun laboratorium

multimedia yang terletak di lantai 2 sebelah barat yang dilengkapi sound

system, LCD proyektor, computer, laptop. Juga dilakukan perluasan dan

rehab musholla serta penambahan tempat wudlu putrid, kamar mandi putrid

di lantai 1. Penambahan alat kesenian yang menunjang pelaksanaan belajar

mengajar dan ekstrakurikuler.

5. Pendidikan Sejarah di SMA Nu Al Ma’ruf

Pelajaran sejarah, khusunya untuk tingkat SMA merupakan satu

Hal ini disebabkan, pelajaran sejarah adalah pelajaran yang dianggap

membosankan yang syarat dengan teori atau cerita yang mana siswa sendiri

tidak melihat secara langsung atau bukti nyata dari cerita itu kurang bisa

diyakini siswa.

Bahkan pelajaran sejarah dianggap pelajaran yang identik dengan

hafalan, yang merupakan beban bagi siswa. Inilah salah satu faktor

penyebab pelajaran sejarah kurang menarik bagi siswa. Dilihat dari hasil

evaluasi pembelajaran siswa, terdapat hubungan yang signifikan antara

motivasi belajar siswa terhadap pelajaran sejarah dan nilai ujian.

Untuk mensiasati agar siswa punya apresiasi terhadap pelajaran

sejarah, maka dalam proses kegiatan belajar mengajar, khususnya di SMA

NU Al-Ma’ruf selain metode ceramah dan diskusi kelas, ditempuh strategi

yang lain seperti pemberian tugas, baik yang sifatnya individu, kelompok

atau klasikal. Tugas individu yang bisa dikerjakan bersama adalah mencari

data atau informasi di internet. Untuk tugas kelompok misalnya membuat

miniatur rumah adat, atau salah satu peninggalan bersejarah, sedangkan

tugas klasikal contohnya adalah kunjungan langsung ke situs bukti

peninggalan bersejarah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Contohnya

untuk materi Islamisasi di Indonesia khususnya di Kudus, siswa diminta

untuk berkunjung ke Menara Kudus. Dengan cara ini diharapkan siswa lebih

mamahami materi dan tidak terlalu tergantung pada penjelasan dari guru.

Selain itu, siswa akan lebih memahami bahwa pelajaran sejarah

yaitu proses terjadinya sejarah itu sendiri mengandung nilai yang tinggi

yakni hikmah apa yang diambil dari peristiwa itu.

Dokumen terkait