• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pokok-Pokok Temuan

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Pemahaman guru sejarah di SMA NU Al – Ma’ruf Kudus terhadap Menara

Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah Islamisasi di Kudus.

Guru sejarah SMA NU Al–Ma’ruf Kudus telah memahami pemilihan

sumber belajar yang tepat. Hal ini didasari kemampuannya dalam

memberikan alasan pemanfaatan Menara Kudus dijadikan sebagai sumber

sejarah pada kompetensi dasar menganalisis pengaruh perkembangan agama

dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia

dan menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan

Islam di Indonesia. Dengan fokus materi pembelajaran proses Islamisasi di

Kudus. Menara Kudus dianggap sebagai representasi dari keterwakilan situs

purbakala pada masa Sejarah Indonesia Madya. Karena perkembangan agama

Islam sejak awal proses Islamisasi di Kudus berada di sekitar Menara Kudus

Guru sejarah telah memahami kriteria tentang sumber pembelajaran.

Dalam pemakaian sumber pembelajaran terdapat dua sumber belajar yakni

sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber

belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sedangkan

sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning

resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus

dirancang untuk keperluan pembelajaran, seperti Menara Kudus tinggal

dimanfaatkan untuk sumber belajar. Hal ini sesuai dengan metode yang

dikembangkan saat ini yaitu CTL dan PAKEM. Dengan memanfaatkan alam

sekitar untuk sumber belajar.

Pemanfaatan Menara Kudus sebagai Sumber Belajar dalam

pembelajaran sejarah Islamisasi di Kudus tepat karena telah memenuhi

persyaratan 5 W. 1 H. Di samping itu, Menara Kudus memiliki keunikan

tersendiri dibandingkan dengan situs purbakala lainnya karena merupakan

manifestasi dari buah akulturasi budaya pra Islam (Hindu dan Budha) dengan

Islam. Arsitekturnya cukup unik menyerupai sebuah candi. Ini membuktikan

bahwa Menara Kudus layak dijadikan sebagai sumber sejarah untuk materi

ajar proses Islamisasi di Kudus Guru sangat menguasai materi pembelajaran,

baik dari sejarah arsitektur bangunan Menara Kudus, tradisi dan kondisi

sosial masyarkat sampai akulturasi budaya yang terjadi.

2. Implementasi metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan

Implementasi metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi

dengan objek Menara Kudus dilaksanakan secara bertahap mulai dari

persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Tujuan dilaksanakan secara

bertahap agar metode resitasi yang diberikan kepada siswa benar-benar

memberikan manfaat untuk meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran

siswa.

Dalam implementasi metode resitasi dilaksanakan mulai tahap

persiapan yaitu mulai penyusunan silabus, membuat RPP, membuat Indikator,

menyusun instrumen, menyiapkan bahan ajar/ materi pembelajaran, membuat

petunjuk dan pelaksanaan metode resitasi, menentukan batas waktu dalam

metode observasi.

Dalam tahap pelaksanaan langkah-langkah kegiatannya meliputi

pemberian tugas sesuai dengan kompetensi dasar menganalisis pengaruh

perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai

daerah di Indonesia dan menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal,

Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia. Dengan fokus materi pembelajaran

proses Islamisasi di Kudus. Kegiatan yang dilakukan siswa mengerjakan/

melaksanakan tugas, dengan mengidentifikasi, mencatat, mengobservasi,

berbagai bukti-bukti, fakta historis tentang proses Islamisasi dengan

memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah, menyusun laporan hasil

survey / pengamatan di Menara Kudus baik secara individu maupun kelompok.

Pada tahap pelaksanaan ini mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari guru

Tahap pertanggungjawaban siswa dipersilahkan untuk

mempresentasikan hasil laporannya melalui diskusi kelas untuk mendapatkan

tanggapan dari hasil temuannya. Tahapan ini penting untuk menguji kebenaran

dan keabsahan data melalui presentasi dan diskusi kelompok. Pada tahap ini

siswa memperoleh pengalaman yang berharga karena akan mendapatkan

sanggahan, mendapatkan tanggapan, pertanyaan, dan berbagai saran-saran baik

dari teman kelompoknya maupun dari guru sejarah agar laporannya dapat

sempurna.

Tahap selanjutnya adalah tindak lanjut dengan mengadakan evaluasi

dan penilaian baik secara individu maupun kelompok. Tahap tindak lanjut ini

sangat penting karena dari hasil penugasan akan dievaluasi yang hasilnya

berupa nilai ataupun dalam bentuk reinforcement, penghargaan dari guru atas

hasil kerjanya.

3. Kendala yang muncul dalam Penggunaan Metode Resitasi dan upaya

pemecahannya.

Kendala yang muncul dalam penggunaan metode resitasi meliputi

kendala teknis maupun nonteknis, kendala intern maupun kendala ekstern.

Kendala teknis berkaitan dengan teknis pelaksanaan dari metode resitasi yang

disesuaikan dengan prosedur/ aturan-aturan yang telah disepakati antara guru

dan siswa.

Dalam temuan di lapangan penelitian kendala teknis meliputi:

kesulitan mengidentifikasi SK/ KD-nya, penyusunan petunjuk dan

pendidikan akomodasi, transportasi, alokasi waktu, keaktifan siswa, kesulitan

pengawasan dan bimbingan kepada siswa, keterbatasan guru dalam

membimbing siswa dalam membuat laporan dan evaluasi. Kendala ini tidak

hanya dialami oleh siswa tetapi guru ketika merumuskan, mempersiapkan, dan

melaksanakan, serta mempertanggungjawabkan dan tindak lanjutnya.

Di samping kendala teknis temuan di lapangan penelitian menunjukkan

adanya kendala non teknis, arti kendala yang timbul di luar prosedur yang

sifatnya insidentil. Adapun kendala nonteknis yang ditemukan dalam

penelitian ini meliputi : kesulitan dalam mengkoordinasikan dan

mengendalikan siswa ketika di objek Menara Kudus, banyaknya pengunjung

di Menara Kudus menyebabkan siswa kurang konsentrasi dan percaya diri.

Kendala nonteknis ini sifatnya hanya sementara dan tidak menentu sehingga

penanganannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan objek agar

pelaksanaan metode resitasi dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

Selain kendala teknis dan nonteknis kendala yang dapat ditemukan

dalam penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi

yaitu kendala intern dan ekstern. Kendala intern berasal dari dalam diri baik

pihak sekolah, guru, siswa, orang tua/ wali murid, dan komite sekolah.

Sedangkan kendala ekstern berasal dari luar yaitu situasi lingkungan objek

Menara Kudus, sedikit banyaknya pengunjung dan sebagainya.

Kendala yang sangat dirasakan oleh seorang guru sejarah dalam

pelajaran yang terbatas. Seringkali siswa melakukan penipuan di mana siswa

hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah

mengerjakan sendiri, guru sering menemukan hasil pekerjaan dengan jawaban

yang baik dan benar, tetapi ketika ia diberi pertanyaan tentang tugasnya ia

tidak tahu, banyak siswa yang belum memahami tugas yang ia kerjakan

meskipun ia punya hasil pengerjaannya, terkadang tugas itu dikerjakan orang

lain tanpa pengawasan. Selain itu guru juga menemui kendala lain yakni, sukar

memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

Kendala-kendala tersebut biasa terjadi dalam penerapan suatu metode

pembelajaran bukan hanya pada resitasi tetapi pada metode pembelajaran

lainnya. Namun kendala-kendala tersebut dapat teratasi dan tidak membawa

akibat fatal.

Dalam suatu kegiatan apa pun, pasti terdapat kendala. Kendala-kendala

tersebut harus dapat dijadikan sebagai salah satu pengalaman yang berharga.

Karena pengalaman adalah guru yang sangat berharga dalam belajar. Oleh

karena itu, komponen pendidikan di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus harus

mampu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan

metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi di Kudus dengan

memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber belajar.

Ada pun upaya pemecahan dari berbagai kendala yang dihadapi dalam

penggunaan metode resitasi baik teknis maupun nonteknis, intern maupun

ekstern dapat dilakukan dengan jalan membina kerjasama dengan

murid, komite sekolah, dan YM3SK untuk mencarikan solusi pemecahan /

follow up berbagai permasalahan yang muncul dalam penggunaan metode

resitasi pada pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara

Kudus sebagai sumber sejarah dapat terwujud sehingga tujuan untuk

meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran sejarah dapat tercapai sesuai

yang diharapkan. Dengan demikian permasalahan yang muncul dalam

penggunaan metode resistasi di SMA Al-Ma’ruf Kudus diatasi dan

diselesaikan secara bersama-sama oleh seluruh komponen pendidikan yang

ada di SMA tanpa efek yang berarti.

Dokumen terkait