• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Sajian Data

1. Pemahaman Guru Sejarah di SMA NU Al–Ma’ruf Kudus terhadap Menara Kudus Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di Indonesia.

Guru dituntut untuk memahami materi ajar seperti; mengkaji

kurikulum, menelaah buku, mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan

profesi guru. Bagaimanapun guru adalah sumber belajar yang paling baik jika

dibandingkan dengan sumber belajar yang lainnya karena guru mempunyai

ikatan emosional secara langsung dengan siswanya dalam kontak batiniah,

sedangkan sumber belajar lainnya sebagai motivasi lahiriah. Pengembangan

materi diperlukan oleh guru untuk menghindari kebosanan siswa, oleh karena

itulah pemahaman dan penguasaan materi harus dilakukan oleh guru untuk

keberhasilan proses belajar mengajar.

Sumber belajar merupakan salah satu komponen pembelajaran yang

penting di mana pemilihan sumber belajar akan mempengaruhi pemilihan

metode pembelajaran. Guru dituntut memilih metode yang sesuai dengan

sumber belajar yang dipih oleh guru.

Menurut informan LS (CLW. 05, tanggal 18 Oktober 2008) guru

sejarah SMA Al-Ma’ruf Kudus perlu memahami keberadaan Menara Kudus

sumber pembelajaran diawali dari memahami Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar yang akan diajarkan kepada siswa. Pemahaman ini penting

karena dalam penggunaan sumber sejarah harus sesuai dengan konteks materi

yang akan diajarkan. Sesuai konteks pembelajaran sejarah dengan Standar

Kompetensi “Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa

negara-negara tradisional.” Kompetensi Dasar menganalisis pengaruh perkembangan

agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di

Indonesia dan menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal,

Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia, dengan fokus materi proses Islamisasi di

Indonesia, maka Menara Kudus sangat tepat dijadikan sebagai sumber

pembelajaran sejarah.

Menara Kudus dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah

dikarenakan beberapa alasan yaitu :

a. Menara Kudus sebagai pusat peradaban Islam, penyebaran agama Islam,

syiar Islam, dan pusat pemerintahan kerajaan Demak di Kudus dan

sekitarnya.

b. Menara Kudus memiliki berbagai keunikan dilihat dari segi arsitektur

bangunannya yang mencerminkan proses akulturasi dari budaya Hindu dan

Islam. Arsitektur Menara Kudus mengandung makna paedagogis, filosofis

yang menggambarkan kehidupan religius Islam.

c. Menara Kudus merupakan cerminan dari manifestasi hasil budaya sejarah

d. Menara Kudus menyimpan berbagai informasi historis yang dapat dijadikan

sebagai pijakan kronologis waktu perkembangan proses Islamisasi di

Kudus.

e. Menara Kudus dapat memberikan informasi di berbagai aspek kehidupan

baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Selain alasan tersebut, pemilihan sumber pembelajaran sejarah harus

memenuhi kriteria persyaratan yang mengandung lima unsur pertanyaan yaitu 5

W 1 H. (What = apa, Who = siapa, When = kapan, Where = di mana , Why =

mengapa) dan How = bagaimana. Dari unsur 5 W 1 H tersebut dapat diuraikan

what = apa itu?, yang dimaksudkan di sini adalah bangunan Menara, Who = Siapa

yang membangun Menara? Tokoh yang membangun Menara Kudus adalah

Sunan Kudus. When = kapan Menara di bangun? Tahun 1478 M. Where = di

mana Menara dibangun?, tempatnya di Kudus, Why = mengapa dibangun?,

Menara dibangun sebagai simbol hegemony Islam di Kudus. How = bagaimana

menara dibangun? Menara dibangun menggunakan bahan bangunan batu bata

Merah dengan perpaduan arsitektur Hindu dan Islam karena bentuknya seperti

candi dan difungsikan untuk tempat bedug sebagai pertanda waktu sholat.

Menurut informan ESN (CLW. 09, tanggal 25 Oktober 2008) guru sejarah

harus memahami landasan pembelajaran. Salah satu landasan pembelajaran yang

dipahami guru sejarah adalah pemanfaatan sumber pembelajaran. Penggunaan

sumber pembelajaran harus tepat sesuai dengan konteks materi ajar yang akan

Sesuai dengan Kompetensi Dasar menganalisis pengaruh perkembangan

agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di

Indonesia dan menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha,

dan Islam di Indonesia. Pembahasan materi yang berfokus pada proses Islamisasi

di Indonesia, guru sejarah dapat memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber

sejarah. Menara Kudus menyimpan berbagai bukti otentik dan fakta-fakta historis

yang mampu dijadikan sebagai sumber informasi faktual seperti candrasengkala

(angka tahun berdiri) dapat dijadikan sebagai titimangsa pembangunannya adalah

antara abad XV dan XVI M, bentuk Menara Kudus yang mencerminkan

akulturasi budaya Hindu-Budha dan Islam, merupakan salah satu situs yang dapat

dijadikan bukti sejarah masuknya agama Islam di Kudus, dari segi arsitektur

bentuk Menara Kudus yang menyerupai candi Jago, termasuk gaya Jawa Timur.

Hal ini didasarkan pada sejarah arsitektur di masa-masa permulaan periode

perkembangan agama Islam di Jawa Timur (periode Hindu yang diakhiri masa

pemerintahan Majapahit) berpengaruh baik untuk arsitektur maupun pola ragam

hiasannya. Dari sudut arkeologi, historis maupun filosofi, Menara Masjid

merupakan data yang cukup penting dalam mengenal sistem masyarakat

pendukungnya. Dari bentuk ragawi Menara tersirat berbagai makna baik makna

ekonomi, budaya maupun kesenian masyarakat Kudus.

Menurut FR (CLW,14,tanggal 25 Oktober 2008) Menara Kudus dapat

memberikan informasi tentang tokoh pendiri yaitu Dja’far Shadiq atau Sunan

Kudus yang merupakan salah satu tokoh Walisanga yang ahli dalam bidang ilmu

agama Islam, sehingga dikenal sebagai Waliyul’ilmi. Informasi yang terdapat di

berasal dari kata Arab Al-Quds. Istilah Arab ini satu-satunya di tanah Jawa, yang

membuktikan bahwa kebudayaan Islam telah dapat diterima masyarakat setempat.

Walaupun Islam mulai atau telah dipeluk oleh masyarakat Kudus, tradisi zaman

pra Islam dirasakan masih melekat kuat. Hal ini terbukti dengan adat masyarakat

Kudus yang sampai sekarang tidak menyembelih sapi. Susunan tata letak

pekarangan kompleks Menara Kudus mengingatkan kita kepada kompleks Pura di

Bali. Juga mirip bangunan candi dari zaman Hindu yang mempunyai halaman

lebih dari satu, disekat dengan dinding dan pintu-pintu gerbang berupa gapura

bentar dan kori agung. Sehingga gejala ini mungkin saja merupakan kelanjutan

dari kebiasaan membuat bangunan yang disucikan dari zaman pra Islam (di lihat

dari segi material dan bentuk pengaruh candi jawa Timur tampak dominan di

sini). Namun bukan berarti arsitektur Menara Kudus mengikuti tata aturan

arsitektur Hindu. Hal ini bisa dibuktikan dalam bidang prosesi. Islam tidak

mengatur umatnya untuk mencapai lokasi tempat ibadah dari tempat-tempat yang

khusus, umat Islam yang ingin beribadat bebas melewati pintu mana saja yang

tersedia. Sedangkan menurut tata acara Hindu, tiap-tiap tingkatan masyarakat

harus melalui pintu-pintu gerbang yang berbeda dengan tata aturan yang telah

diatur. Uraian ini menerangkan secara jelas bahwa menara Kudus dengan

kompleksnya merupakan peninggalan Islam.”

Menurut MC (CLW 01, tanggal 18 Oktober 2008) guru sejarah SMA NU

Al-Ma’ruf Kudus telah memahami Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran

sejarah di Indonesia. Menara Kudus sebagai sumber sejarah termasuk dalam

penggunaan tipe sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan

(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Hal ini telah dipahami oleh guru

sejarah SMA NU Al-Ma’ruf Kudus. Bentuk pemahaman guru sejarah

diimplementasikan melalui penyusunan silabus, SK, KD, RPP, indikator, evaluasi

dan AMP. Pemahaman guru ini telah sesuai dengan KTSP yang dikembangkan di

SMA NU Al-Ma’ruf Kudus.

Hal ini dilandasi oleh latar historis SMA Al-Ma’ruf Kudus yang dahulunya

bernaung di Yayasan Perguruan Islam Sunan Dja’far Shodiq. Landasan inilah

yang harus dipahami oleh guru sejarah SMA NU Al-Ma’ruf Kudus yang

memiliki ciri khusus bernafaskan keIslaman. Pemanfaatan Menara Kudus sebagai

sumber pembelajaran sejarah di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus sudah tepat karena

sesuai dengan visi dan misi dari SMA NU Al-Ma’ruf Kudus. Visi yang diemban

adalah maju dalam Prestasi, Santun dalam Pekerti. Sekolah ini berkomitmen

untuk selalu meningkatkan dan memajukan pretasi baik akademik maupun non

akademik yang selalu dibarengi akhlak mulia dan kesantunan dalam bertindak di

mana pun dan kapan pun. Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang

berkualitas. Misi yang hendak diwujudkan adalah (1) Mewujudkan generasi

beriman dan bertaqwa yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah serta warga

negara yang bertanggungjawab. (2) Mewujudkan pribadi berkarakter dan

berakhlakul karimah. (3) Mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan

memperoleh nilai lebih di bidang akademik. (4) Menggiatkan pembelajaran

ekstrakurikuler dan meningkatkan prestasi non akademik. (5) Mampu bersaing

melanjutkan studi di perguruan tinggi. (6) Mampu berkiprah dalam kegiatan

keagamaan dan kemasyarakatan. (7) Memiliki bekal kemampuan untuk terjun di

Guru sejarah SMA NU Al-Ma’ruf Kudus memahami bahwa pembahasan

materi proses Islamisasi di Kudus tidak terlepas dari Menara Kudus, karena salah

satu dari peninggalan sejarah yang mampu memberikan berbagai informasi

tentang perkembangan Islam di Kudus. Informasi yang didapatkan dari Menara

Kudus adalah tahun pembuatan menara yang berupa candrasengkala sebagai

sentral/ pusat penyebaran dan pengembangan ajaran Islam di Kudus. Pusat

peradaban Islam dan kebudayaan Islam di Kudus. Pusat pemerintahan di Kudus

pada jaman kerajaan Demak Bintoro karena Sunan Kudus sebagai Panglima

Perang dan Kodi di Kudus yang kedudukannya adalah di lingkungan Menara

Kudus. Menara Kudus adalah pusat perdagangan di Kudus karena di sekitar

Menara Kudus terdapat Pasar dan Terminal yang dulunya dijadikan sebagai pusat

kegiatan perekonomian awal masyarakat Kudus. Menara Kudus merupakan

manifestasi/ perwujudan dari hegemoni kebudayaan Islam yang memiliki

pengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan baik idiologi, politik, ekonomi,

sosial dan budaya mulai dari abad 15 sampai sekarang tetap memiliki daya tarik

tersendiri baik bagi kalangan masyarakat umum maupun kalangan akademik.

Sehubungan dengan visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai SMA NU

Al-Ma’ruf Kudus dalam rangka mengimplementasikan KTSP yang memberikan

kebebasan kepada sekolah dan guru untuk mengembangkan muatan lokal serta

menerapkan berbagai model pembelajaran. Dalam hal ini Menara Kudus dapat

dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah baik sejarah nasional maupun

Alasan yang mendasari Menara Kudus dijadikan sebagai sumber

pembelajaran sejarah di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus karena ada keterkaitan

historis dengan Menara Kudus, lokasinya berada tidak jauh dari Menara Kudus.

Di samping itu tenaga edukatif yang mengelola SMA NU Al-Ma’ruf Kudus punya

hubungan baik dengan YM3SK. di samping itu banyak siswa yang belum

memahami Menara Kudus sebagai sumber sejarah. upaya untuk menggunakan

Menara Kudus sebagai sumber sejarah yang perlu didukung, karena memiliki

apresiasi positif untuk membekali siswa agar mampu memahami ilmu agama,

memiliki keterampilan sebagai bekal hidup dan mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan harapan dari SMA NU Al-Ma’ruf Kudus bahwa

lulusannya kelak diharap sukses dengan profesinya dan punya komitmen untuk

mengabdi dalam kegiatan keagamaan. Melalui pemberian materi sejarah nasional

dan sejarah lokal dengan memanfaatkan situs Menara Kudus dapat dijadikan

sebagai bekal bagi para alumni dalam pengabdiannya pada agama. Perlu diketahui

bahwa siswi-siswi yang belajar di SMA NU Al-Ma’ruf Kudus, bukan hanya dari

lokal Kudus tetapi juga berasal dari berasal dari luar Kudus.

Pemanfaatan Menara Kudus sebagai sumber sejarah merupakan salah satu

inovasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sejarah dapat mendukung

peningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran sejarah baik dilihat dari

pengembangan maupun pengayaan. Melalui pemanfaatan Menara Kudus sebagai

sumber sejarah dalam konteks menganalisis pengaruh perkembangan agama dan

menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di

Indonesia, dengan fokus materi proses Islamisasi di Kudus, siswa dapat

mengamati dari dekat, melihat konkrit bentuk aslinya, sehingga siswa tertarik

untuk menggali dan menganalisis bangunan Menara Kudus baik dari segi

fisiknya maupun makna filosofis dan paedagogis yang terkandung dalam

bangunan menara tersebut.

Menurut pengakuan informan ESN (CLW. 10, 1 Nopember 2008) guru

sejarah SMA NU Al-Ma’ruf telah memahami Menara Kudus sebagai sumber

pembelajaran sejarah di Kudus. Hal ini dibuktikan pada saat mengawali

pemberian materi pembelajaran menyampaikan silabus, SK/ KD yang akan

dikuasai, tujuan pembelajaran, indikator pembelajaran yang harus dikuasai siswa

dan menentukan strategi, metode dan skenario pembelajaran yang akan diajarkan

kepada siswa.

Setelah menyampaikan beberapa informasi tersebut, guru menyampaikan

materi ajar sesuai dengan KD nya yaitu menganalisis pengaruh perkembangan

agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di

Indonesia dan menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha,

dan Islam di Indonesia, dengan fokus materi proses Islamisasi di Indonesia

dengan menggunakan metode ceramah bervariasi dan diselingi dengan tanya

jawab.

Sesuai skenario pembelajaran yang hendak dibangun guru untuk

mengarahkan siswa menggunakan metode resitasi dengan memanfaatkan Menara

siswa untuk berkunjung ke Menara Kudus dengan studi wisata. Siswa

menanggapi dengan senang hati, hanya sebagian siswa yang pasif.

Situasi ini dimanfaatkan oleh guru untuk menerapkan rencana / skenario

pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi. Guru menawarkan kepada

siswa tentang tugas yang akan diberikan individu atau kelompok. Siswa disuruh

memilih ternyata kebanyakan memilih tugas kelompok. Berdasarkan kesepakatan

siswa dan guru inilah, maka guru memantapkan jenis tugas dan petunjuk

pelaksanaannya mulai dari persiapan, pelaksanaan, pertanggung jawaban, sistem

penilaian dan tindak lanjutnya. Setelah siswa memahami tugas yang diberikan,

maka guru membentuk kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara

dan anggota serta job deskriptionnya/ pekerjaannya masing-masing.

Setelah guru membentuk kelompok kemudian mengundi tema yang ada

kaitannya dengan pembelajaran sejarah Islamisasi dengan memanfaatkan Menara

Kudus sebagai sumber sejarah, antara lain : arsitektur Menara Kudus, sejarah

Menara Kudus, peranan Menara Kudus dalam perkembangan Islam, Menara

Kudus sebagai Wisata Budaya dan Religi dan sebagainya. Ketua kelompok

mengambil undian dan selanjutnya menyapaikan kepada anggota kelompoknya.

Sesuai dengan tema yang diberikan,guru memerintahkan segera

mengerjakan tugas dengan melaksanakan studi wisata bersama guru dan siswa di

Menara Kudus untuk mengadakan identifikasi, observasi, survey lapangan dan

mengumpulkan data untuk dijadikan sebagai bahan laporan yang akan

dipresentasikan dan didiskusikan secara kelompok di depan kelas.

Setelah laporan jadi, sesuai kesepakatan siswa dengan guru, laporan hasil

diskusi yang bertugas mengarahkan, mengawasi, dan memberikan penilaian

proses keaktifan siswa dalam mengikuti diskusi. Setelah diskusi selesai hasil

laporan dinilai guru dan diberikan tindak lanjut dengan mengadakan ulangan

harian untuk kompetensi dasar menganalisis pengaruh perkembangan agama dan

kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia dan

menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu – Buddha, dan Islam di

Indonesia. Dengan fokus materi pembelajaran proses Islamisasi di Kudus.

Berdasarkan pendapat dari para informan di atas, dapat disimpulkan bahwa

guru sejarah SMA NU Al-Ma’ruf Kudus telah memahami Menara Kudus sebagai

sumber pembelajaran sejarah di Kudus dengan mengemukakan alasan

pemanfaatan, kriteria dan persyaratan, prosedur dan langkah-langkah pelaksanaan

serta administrasi pembelajaran yang disiapkan yang meliputi : silabus, SK, KD,

RPP, indikator, instrumen penugasan, evaluasi dan Analisis Mata Pelajaran

(AMP) serta memahami visi dan misi sekolah.

2. Implementasi Metode Resitasi dalam Pembelajaran Sejarah Islamisasi dengan Objek Menara Kudus.

Menurut informan ESN (CLW.10, tanggal 1 Nopember 2008)

implementasi metode resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan

objek Menara Kudus dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut:

a. Guru menyusun silabus, membuat perencanaan pembelajaran, indikator, dan

dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah

ditentukan dalam struktur program pengajaran.

b. Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai dalam pemberian tugas

kepada siswa tentang proses Islamisasi di Kudus dengan memanfaatkan

Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah.

c. Guru sejarah mempersiapkan berbagai instrumen yang berupa tugas

individu maupun kelompok yang berkaitan dengan proses Islamisasi dengan

memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber pembelajaran sejarah.

d. Guru memberikan tugas kepada siswa tentang proses Islamisasi di Kudus

dan hasil kebudayaannya dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai

sumber pembelajaran sejarah.

e. Guru memberikan petunjuk atau tata cara penugasan dan skenario

pembelajaran kepada siswa sesuai metode resitasi dengan pendekatan

pembelajaran inkuiri dan studi wisata.

f. Guru memberikan tugas untuk mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan

sejarah di lingkungan Menara Kudus yang ada kaitannya dengan proses

Islamisasi di Kudus baik secara individu maupun kelompok.

g. Guru memberikan tugas secara individu dan kelompok untuk

mengidentifikasi bukti-bukti dan fakta-fakta sejarah tentang proses

Islamisasi di Kudus dan perkembangan agama serta kebudayaan Islam

dengan memanfaatkan Menara Kudus sebagai sumber sejarah.

h. Guru bersama siswa bersepakat tentang batasan waktu penugasan agar

i. Guru memberikan bimbingan dan pengawasan kepada siswa agar

mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk dan pelaksanaannya.

j. Guru memberikan dorongan dan membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam mengerjakan tugas agar dapat terselesaikan.

k. Menganjurkan kepada siswa agar tugas yang diberikan baik secara

individu maupun kelompok dikerjakan sendiri tidak dikerjakan oleh orang

lain atau kelompok lainnya.

l. Guru menganjurkan siswa pada saat mengadakan identifikasi atau

pengumpulan data membuat catatan kecil/ field note dengan baik dan

sistematik.

m. Apabila siswa telah melakukan identifikasi, observasi dan survey di

Menara Kudus langkah selanjutnya menyusun laporan.

n. Pelaporan disusun secara individu maupun kelompok. Untuk penugasan

materi proses Islamisasi pelaporan dilaksanakan secara kelompok sehingga

penyusunan laporan dilakukan secara berkelompok.

o. Hasil pelaporan dipertanggungjawabkan secara kelompok kemudian

dipresentasikan dan didiskusikan di kelas untuk mendapatkan tanggapan

dari kelompok lain.

p. Guru memberikan evaluasi berupa penilaian secara kelompok maupun

individual dari hasil keaktifan diskusi.

q. Melaksanakan penilaian hasil penugasan proses Islamisasi dengan

melakukan tes kompetensi berupa ulangan harian untuk Kompetensi Dasar

terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia dan menganalisis

proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia.

r. Hasil penilaian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

melaksanakan metode resitasi berikutnya dengan memperbaiki berbagai

kelemahan dan mempertahankan berbagai keberhasilan yang telah dicapai

siswa.

Menurut LS (CLW. 06, tanggal 25 Oktober 2008) implementasi metode

resitasi dalam pembelajaran sejarah Islamisasi dengan objek Menara Kudus, dapat

dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

Langkah-langkah Pembelajaran I

§ Pendekatan : Ketrampilan Proses

§ Metode : Diskusi, ceramah, pemberian tugas

Kegiatan Awal : - Apersepsi, siswa diminta kembali untuk

membaca materi pelajaran tentang proses

masuknya agama Islam di tanah Jawa.

- Motivasi, guru menjelaskan arti penting sejarah

bangsa terhadap perkembangan suatu negara.

- Pre Test, siswa diminta menyebutkan tempat dan

bukti bersejarah perkembangan agama Islam di

Jawa.

Kegiatan Inti :-Menyampaikan informasi tentang pengaruh

perkembangan agama dan kebudayaan Islam

-Menyampaikan informasi tentang akulturasi

budaya tentang tentang proses awal penyebaran

Islam di kota Kudus.

-Mendiskusikan hipotesis para ahli tentang proses

awal penyebaran Islam di kota Kudus.

Kegiatan Akhir : -Membuat hasil simpulan mengenai diskusi

-Memberi tugas kepada siswa untuk membuat

kliping proses awal penyebaran Islam ke kota

Kudus.

-Evaluasi

Langkah-langkah Pembelajaran II

§ Pendekatan : Ketrampilan Proses

§ Metode : Karya wisata, diskusi, ceramah, pemberian tugas Kegiatan Awal : - Apersepsi, guru menjelaskan indikator yang

harus

dikuasai siswa, guru memberi tugas secara

individu mengidentifikasi Menara Kudus.

- Motivasi, guru mendeskripsikan rencana

kegiatan studi wisata ke Menara Kudus sebagai

bentuk kepedulian terhadap kemunduran

Kegiatan Inti :-Menyampaikan informasi tentang Menara Kudus

sebagai tempat dan bukti penyebaran Islam di kota

Kudus.

-Mengidentifikasi seni arsitektur serta interaksi

masyarakat dengan tradisi Islam, Hindu dan

Budha.

Kegiatan Akhir :-Memberi tugas kepada siswa untuk membuat

makalah Menara Kudus sebagai tempat dan bukti

penyebaran Islam di kota Kudus.

-Evaluasi

Langkah-langkah Pembelajaran III

§ Pendekatan : Keterampilan Proses

§ Metode : Diskusi, ceramah, pemberian tugas

Kegiatan Awal : - Apersepsi, siswa diminta mendeskripsikan

perilaku masyarakat yang tinggal di sekitar

Menara Kudus.

Kegiatan Inti :-Menyampaikan informasi tentang pengaruh

perkembangan agama dan kebudayaan Islam

terhadap masyarakat di berbagai daerah

-Mendiskusikan hipotesis para ahli tentang proses

awal penyebaran Islam di kota Kudus.

-Memberi tugas kepada siswa untuk membuat

makalah proses awal penyebaran Islam ke kota

Kudus dengan Menara Kudus sebagai sumber

-Evaluasi

a. Persiapan Guru dalam Implementasi Metode Resitasi pada

Pembelajaran Sejarah Islamisasi dengan Objek Menara Kudus.

Seorang guru dalam menghadapi siswa seyogyanya

mempersiapkan persiapan perencanaan yang matang. Perencanaan

tersebut dimulai dari membuat satuan pelajaran atau rencana

Dokumen terkait