• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Lokasi

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman merupakan landasan kerangka hukum Indonesia. Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 menentukan bahwa Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan :

a. Peradilan Umum b. Peradilan Agama c. Peradilan Militer

d. Peradilan Tata Usaha Negara

Masing-masing memiliki lingkungan wewenang mengadili tertentu dan meliputi badan-badan peradilan tingkat pertama dan tingkat banding.

Berdasarkan Pasal 15 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 , dapat diketahui bahwa, Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. Melihat ketentuan perundang-undangan tersebut, maka jelaslah tidak ada tempat bagi sebuah Pengadilan Anak yang berdiri sendiri namun secara intern berada dalam lingkungan Peradilan Umum. Dalam masing-masing lingkungan peradilan dimungkinkan adanya pengkhususan. Misalnya dalam Peradilan Umum diadakan pengkhususan berupa Pengadilan Lalu Lintas, Pengadilan Anak, Pengadilan Niaga, dan sebagainya. Dengan demikian Peradilan Anak merupakan Peradilan Khusus, merupakan spesialisasi dan kewenangannya di bawah Peradilan Umum. Peradilan Anak diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyatakan, Pengadilan Anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan Peradilan Umum. Hal ini pula yang menjadi landasan hukum Pengadilan

42

commit to user

Negeri Kabupaten Madiun dalam menyelenggarakan Peradilan Khusus yaitu Pengadilan Anak.

Di Kota Madiun sendiri memiliki 2 (dua) Pengadilan Negeri. Terdapat Pengadilan Negeri Kota Madiun dan Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun. Pengadilan Negeri Kota Madiun sendiri terletak di Jalan Kartini Nomor 7 Madiun, sedangkan Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun berlokasi di Jalan Sukarno Hatta Nomor 15 Madiun. Wilayah hukum yang masuk Pengadilan Negeri Kota Madiun terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu antara lain:

a. Kecamatan Taman; b. Kecamatan Kartoharjo; c. Kecamatan Mangunarjo.

Sedangkan wilayah hukum Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun terdiri dari 15 (lima belas) Kecamatan, antara lain:

a. Kecamatan Dolopo; b. Kecamatan Geger; c. Kecamatan Wungu; d. Kecamatan Jiwan; e. Kecamatan Kare; f. Kecamatan Balerejo; g. Kecamatan Wonosari; h. Kecamatan Saradan; i. Kecamatan Kebon Sari; j. Kecamatan Nglames; k. Kecamatan Gemarang; l. Kecamatan Pilang Kenceng; m. Kecamatn Dagangan; n. Kecamatan Sawahan; o. Kecamatan Mejayan.

Secara intern di lingkungan Peradilan Umum Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun telah ditunjuk Hakim yang khusus mengadili perkara- perkara anak berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang

penetapan sebagai Hakim Anak, karena yang berhak memutus perkara ABH adalah Hakim Anak. Pengadilan Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun memeriksa perkara pidana ABH pada wilayah hukum di 15 (lima belas) Kecamatan Madiun. Perkara pidana melibatkan ABH dalam proses hukum sebagai subyek tindak pidana, atau perbuatan yang menurut peraturan perundang-undangan dinyatakan terlarang bagi anak, hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang menganggapnya sebagai pelanggaran maupun kenakalan. Kesemuanya tersebut merupakan wewenang dari Hakim Anak Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang berhak mengadili perkara ABH.

Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun memiliki 7 (tujuh) Hakim Anak, antara lain:

a. Bambang Hermanto, S.H., M.H. b. Bambang Myanto, S.H., M.H. c. Lucy Ermawati, S.H.

d. Dedy Muchti Nugroho, S.H., M.Hum. e. Nuny Defi Ari, S.H.

f. Lusi Emmi K., S.H. g. Dyah Nursanti, S.H.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Hakim Anak harus memiliki Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang penetapan sebagai Hakim Anak. Jumlah Hakim Anak kebanyakan adalah wanita. Hal ini dikarenakan wanita memiliki jiwa keibuan, sehingga lebih mengerti jiwa, karakter, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Terbukti dengan keberadaan Hakim Anak wanita di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang lebih banyak, menurut narasumber yang peneliti wawancara. Perlu diketahui bahwa hakim wanita tidak kalah tegas dan bijaksana dari hakim pria.

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan penetapan sebagai Hakim Anak, antara lain:

a. Hakim Anak ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi. Hakim Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten

Madiun sendiri telah ditetapkan sebagai Hakim Anak sebelum bertugas di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.

b. Syarat-syarat agar ditetapkan sebagai Hakim Anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun adalah:

1) telah berpengalaman sebagai Hakim Anak di Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum

2) memiliki minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak. Adapun acara pengadilan anak di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tata ruang sidang pengadilan anak. Terdapat ruang sidang tersendiri untuk ABH d i Pengadilan Negari Kabupaten Madiun. Jadi ruang sidang untuk ABH berbeda dengan ruang sidang untuk pemeriksaan perkara orang dewasa. Ketentuan mengenai tata ruang sidang pengadilan anak telah diatur pada Pasal 230 ayat (3) KUHAP. Berdasarkan Pasal 16 Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.02.PW.07.10 Tahun 1997 tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Tertib Ruang Sidang, bahwa ruang sidang pengadilan anak dibagi atas tiga bagian, yaitu:

1) Ruangan untuk tempat hakim, panitera, dan rohaniawan;

2) Ruangan untuk tempat penuntut umum, penasihat hukum, pembimbing kemasyarakatan, terdakwa, saksi dan orang tua, wali atau orang tua asuhnya;

3) Ruangan untuk umum.

b. Dalam proses pemeriksaan sidang ABH, para pejabat pemerintah yaitu Hakim, Penuntut Umum, beserta Panitera yang bertugas membantu Hakim tidak memakai toga.

c. Disidangkan dengan Hakim tunggal, hal ini berdasarkan pada Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak dengan sidang tertutup. Namun tidak menutup kemungkinan diperiksa dengan Hakim Majelis apabila tindak pidana yang diancam dengan hukuman penjara di atas lima tahun dan pembuktiannya sulit (Pasal 11 ayat (2) Undang-undang Pengadilan Anak).

d. Laporan Pembimbing Kemasyarakatan, Hakim dapat memerintahkan Pembimbing Kemasyarakatan untuk membuat Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) terhadap ABH untuk dijadikan pertimbangan wajib Hakim dalam menjatuhkan Putusan kepada ABH yang bersangkutan.

e. Terdakwa didampingi orang tua, Penasihat Hukum, dan Pembimbing Kemasyarakatan. Mereka memiliki peran masing-masing dalam proses persidangan berlangsung.

f. Saksi dapat didengar tanpa dihadir Terdakwa, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 58 ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak. Hakim dapat memerintahkan agar Terdakwa dibawa keluar sidang, karena untuk menghindari adanya hal yang mempengaruhi jiwa anak. Sebetulnya Pasal ini tidak bersifat wajib. Artinya ada ABH yang memiliki mental kuat sehingga dia tidak perlu dibawa keluar sidang. Namun demikian, Hakim di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun yang memeriksa perkara pidana ABH selalu memerintahkan agar Terdakwa dibawa keluar sidang, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena sangat berpengaruh pada perkembangan ABH yang bersangkutan.

g. Putusan Hakim. Sebelum mengucapkan putusannya, Hakim memberikan kesempatan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh untuk mengemukakan segala hal ikhwal yang bermanfaat bagi anak (Pasal 59 ayat (1) Undang-undang Pengadilan Anak). Kemudian dalam putusannya, Hakim wajib mempertimbangkan Litmas dari Pembimbing Kemasyarkatan (Pasal 59 ayat (2) Undang-undang Pengadilan Anak), dan harus putusan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum (Pasal 59 ayat (3) Undang-undang Pengadilan Anak). (Nashriana, 2011: 139)

2. Alasan Aturan Pemidanaan Dalam KUHP Tidak Diterapkan Pada ABH d i

Dokumen terkait