• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan Bank Pemerintah yang berdiri pada tanggal 16 Desember 1895. Pada awalnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk didirikan di Purwokerto, Jawa

Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank

der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja. Pada periode setelah kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1946, Pasal 1 disebutkan bahwa, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali

setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi

Bank Rakyat Indonesia Serikat.

Pada waktu itu, melalui Peraturan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1960 dibentuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan peleburan dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM), kemudian berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 9 Tahun 1965, Bank Rakyat Indonesia diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penetapan Presiden Nomor 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Bank Tunggal dengan Nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank

commit to user

Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks-BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan Nederlandsche Maatschappij (NHM) menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Undang-Undang Pokok Perbankan dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Undang-Undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Bank Ekspor Impor Indonesia, selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai Bank Umum.

Sejak tanggal 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1992 status Bank Rakyat Indonesia berubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor Keputusan : S.67-dir/12/1982, tanggal 2 Desember 1982 ditentukan bahwa hari jadi Bank Rakyat Indonesia jatuh pada tanggal 16 Desember 1895. Hal tersebut untuk mengenang sejarah Bank Rakyat Indonesia.

Lokasi yang digunakan untuk penelitian hukum (skripsi) oleh penulis, yaitu di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar, yang beralamat di Jalan Lawu Barat Nomor 391 Karanganyar.

commit to user

b. Visi dan Misi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

1) Visi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

2) Misi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

a) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan

mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat.

b) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan

kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia

yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate

governance.

c) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

c. Struktur Organisasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar memiliki struktur organisasi yang menggambarkan basis pengelompokan yang didasarkan pada organisasi garis dan staff. Secara umum dapat diuraikan dengan ringkas struktur organisasi tersebut sebagai berikut : Pimpinan Cabang membawahi :

1) Manajer Pemasaran (MP), membawahi :

a) Account Officer (AO), terdiri dari :

(1)Account Officer (AO) Komersial

commit to user

(3)Account Officer (AO) Program

b) Funding Officer (FO)

2) Manajer Operasional (MO), membawahi :

a) Asisten Manajer Operasional (AMO), membawahi :

(1) Supervisor Pelayanan, membawahi :

(a) Fungsi Teller (b) Fungsi UPN

(c) Fungsi Administrasi Jasa

(d) Fungsi Devisa

(e) Fungsi Kliring

(f) Fungsi TKK

(g) Fungsi PP

b) Asisten Manajer Penunjang Bisnis, membawahi : (1) Supervisor Administrasi Kredit, membawahi :

(a) Fungsi Administrasi Kredit Komersial

(b) Fungsi Administrasi Kredit Konsumer

(c) Fungsi Administrasi Kredit Program

(2) Supervisor Pelayanan Intern, membawahi :

(a) Fungsi Sekretaris atau Sumbar Daya Manusia (b) Fungsi Logistik

commit to user

c) Manajer Bisnis Mikro, membawahi :

(1) Asisten Manajer Bisnis Mikro, membawahi :

(a) Supervisor Administrasi Unit, membawahi :

(i) Fungsi Petugas Administrasi Unit (PAU)

(ii) Fungsi Petugas Rekonsiliasi Unit (PRU)

(iii) Pegawai Cadangan

(b) Penilik

(c) Bank Rakyat Indonesia Unit

Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada lampiran halaman belakang.

d. Tugas Pokok dan Fungsi

1) Tugas Pokok dan Fungsi Manajer Pemasaran (MP) adalah :

a) Melakukan pembinaan, pengawasan dan monitoring kredit yang

menjadi tanggung jawabnya mulai dari kredit direalisasi sampai dengan kredit dilunasi.

b) Berperan sebagai anggota tim penyelamatan dan penyelesaian

kredit bermasalah di kantor cabang untuk mengurangi kerugian bank.

c) Membantu dan mendukung pimpinan cabang dalam membina dan

mengkoordinasi unit-unit kerja dibawahnya, melakukan kegiatan pemasaran kredit dalam rangka mencapai target bisnis yang telah ditetapkan.

commit to user

d) Melakukan pembinaan, pengawasan dan monitoring kredit yang

menjadi tanggung jawabnya mulai dari kredit direalisasi sampai dengan kredit dilunasi.

2) Tugas Pokok dan Fungsi Account Officer (AO) Komersial adalah :

a) Membuat Rencana Pemasaran Tahunan (RPT) perkreditan atas

sektor yang dikelolanya, guna mencapai sasaran yang ditetapkan.

b) Melakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan dokumen kredit

sebelum permohonan kredit diproses dalam rangka mengamankan kepentingan Bank.

c) Melakukan pembinaan, penagihan dan pengawasan kredit yang

menjadi tanggung jawabnya.

3) Tugas Pokok dan Fungsi Account Officer (AO) Konsumer adalah :

a) Meneliti kebenaran dan kelengkapan dokumen yang

dipersyaratkan, seperti keaslian surat keputusan, daftar gaji, untuk mengurangi risiko kredit.

b) Menyerahkan daftar tagihan angsuran debitur kepada instansi yang

bersangkutan untuk memastikan pembayaran angsuran pinjaman.

4) Tugas Pokok dan Fungsi Account Officer (AO) Program adalah :

a) Melakukan penagihan angsuran kepada debitur dan menjaga

hubungan baik.

b) Melaporkan situasi dan kondisi debitur, baik yang masih lancer

maupun memburuk serta memberikan usul, saran, pemecahan dan penanggulangannya untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul.

commit to user

5) Tugas Pokok dan Fungsi Funding Officer (FO) adalah :

a) Mengidentifikasi sumber dana potensial baik perorangan maupun

perusahaan/ instansi.

b) Melaksanakan aktifitas penjualan, dengan menghubungi, menemui

commit to user

B. PEMBAHASAN

1. Langkah-Langkah yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk Cabang Karanganyar dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar di dalam memberikan kredit kepada nasabah diawali dengan menerapkan prinsip kehati-hatian guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan kokoh. Bank Indonesia sendiri menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian, mewajibkan setiap bank untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian, yang merupakan solusi terbaik untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan itu sendiri.

Prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit perbankan diatur dalam Pasal 8 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 8 Ayat (1) menyatakan bahwa, dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan, serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Pasal 8 Ayat (2) menyatakan bahwa, Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Penjelasan Pasal 8 Ayat (1) menyatakan bahwa, kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat, untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan atas

commit to user

kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank, dan untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dana prospek usaha dari nasabah debitur.

Agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit yang sangat penting, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan nasabah (debitur) mengembalikan utangnya, agunan hanya dapat berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan. Bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus pula memperhatikan hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan yang berskala besar dan atau risiko tinggi agar proyek yang dibiayai tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Penjelasan Pasal 8 Ayat (2) menyatakan bahwa, pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain :

a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat

dalam bentuk perjanjian tertulis;

b. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan

nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur;

c. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian

commit to user

d. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai

prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah;

e. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi; dan

f. Penyelesaian sengketa (Iswi Hariyani, 2010: 33-34)

Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan asas perkreditan yang sehat, maka setiap bank diwajibkan membuat suatu kebijakan perkreditan secara tertulis yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pemberian kredit sehari-hari. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, ditetapkan bahwa dalam pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok yaitu prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organisasi dan manajemen perkreditan, kebijaksanaan persetujuan pemberian kredit, dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan kredit, dan penyelesaian kredit bermasalah.

“Commercial banking plays an important role in sustaining financial markets and has a significant impact on the success of the economy. It is within this context that the following analysis of the operations of commercial banks headquartered in Utah was conducted for the period from 2000 to 2004. During this period, commercial banking has undergone a significant structural shift as industry operational processes have changed and banks have sought mergers and other adjustments that create implications for bank depositors and bank customers seeking loans and related services” (Abdus samad, Lowell M. Glenn, dkk. 2006: 137).

commit to user

Pemberian kredit dan pengelolaan perkreditan dalam pelaksanaannya bank wajib mematuhi kebijaksanaan perkreditan yang telah dibuat tersebut secara konsekuen dan konsisten, apabila dalam pelaksanaannya ternyata bank memberikan kredit tidak sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, maka Bank Indonesia akan memberikan sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pedoman tersebut wajib dibuat mengingat bahwa sesuai dengan pengertian kredit, maka lingkup pemberian kredit mencakup banyak aspek dan mengandung risiko yang bervariasi, baik

langsung maupun tidak langsung

(http://blog.beswandjarum.com/abdbasidl/manajemen-kredit-macet-pada-perbankan-di-indonesia.html, diakses pada tanggal 27 September 2010 pukul 11.00 WIB).

Prinsip-prinsip analisis pemberian kredit yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar berdasarkan prinsip 5-C, yaitu :

a. Character, yaitu sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial, dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah untuk membayar.

b. Capacity, yaitu analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Penilaian ini dapat terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang

commit to user

c. Capital,yaitu untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis kapital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, beberapa modal sendiri dan beberapa modal pinjaman. d. Condition, yaitu dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi

ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

e. Colleteral, yaitu merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah naik

yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendakya melebihi jumlah

kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Prinsip-prinsip analisis pemberian kredit sebagaimana tersebut, memang harus selalu dilakukan oleh setiap pejabat kredit bank sebagai wujud pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit bank kepada semua nasabah debitur agar kelak bank dapat terhindar dari persoalan kredit bermasalah dan kredit macet. Pemberian kredit yang diberikan oleh bank meskipun selalu menerapkan prinsip-prinsip analisis pemberian kredit sebagaimana tersebut, namun kredit bermasalah pasti akan ada dan dialami oleh setiap bank, tak terkecuali di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar itu sendiri.

Kredit bermasalah adalah kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Istilah kredit bermasalah telah digunakan

commit to user

istilah yang sudah lazim digunakan di dunia internasional. Istilah lain dalam

bahasa Inggris yang biasa dipakai bagi istilah kredit bermasalah adalah

non-performing loans, dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah. Tingkat kesehatan bank salah satunya diukur dari tingkat

rasio kredit bermasalah (non-performing loans) atau biasa dikenal sebagai

“Rasio NPL”.

“The committee is currently examining the causes of the turmoil in the financial system and based on its finding, will make/ has made, recommendations for improving the financial system” (Frank graaf and Rezah Stegeman, 2011: 1).

Penggolongan kualitas kredit, menurut Pasal 4 Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998, sebagai berikut :

a. Kredit lancar (pass), yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat; dan

2) Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

b. Kredit dalam perhatian khusus (special mention), yaitu apabila memenuhi

kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 (sembilan puluh) hari; atau

2) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

3) Mutasi rekening relatif rendah; atau

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

commit to user

c. Kredit kurang lancar (substandard), yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 90 (sembilan puluh) hari; atau

2) Sering terjadi cerukan; atau

3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

(sembilan puluh) hari; atau

5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.

d. Kredit diragukan (doubtful), yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang melampaui

180 (seratus delapan puluh) hari;

2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari; atau

4) Terjadi kapitalisasi bunga; atau

5) Dokumen hukum lemah, baik untuk perjanjian kredit/ pengikatan

jaminan.

e. Kredit macet (bad-debt), yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari; atau

2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

3) Dari segi hukum/ kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai wajar.

Kredit bermasalah yang terjadi di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar selama 3 (tiga) periode, yaitu antara tahun 2007-2010 prosentase kredit bermasalah yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009, namun pada tahun 2010 pihak bank sendiri juga menyelesaikan kasus terkait dengan kredit bermasalah. Kredit di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

commit to user

Cabang Karanganyar, pada umumnya diberikan kepada nasabah untuk digunakan sebagai modal usaha. Pemberian kredit yang diberikan oleh bank, tidak semunya lancar di dalam pengembalian pinjamannya oleh nasabah, pasti adanya suatu kredit yang bermasalah.

Penyebab kredit bermasalah yang terjadi di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar, pada umumnya sering disebabkan oleh

nasabah itu sendiri yang ingkar janji atau wanprestasi, selain itu disebabkan

karena nasabah kurang menguasai manajemen kredit, tidak memiliki perencanaan yang baik, dan kalah bersaing terhadap usahanya, serta administrasi yang kacau yang dikelola oleh nasabah itu sendiri. Adanya unsur ketidaksengajaan adanya kredit bermasalah, yaitu si debitur memang tidak mampu membayar, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar dalam menyelesaikan kredit bermasalah terlebih dahulu melakukan upaya penyelamatan yang merupakan suatu langkah awal penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit, sehingga dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit tersebut, diharapkan debitur memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit itu, jadi tahap penyelamatan kredit ini belum memanfaatkan lembaga hukum karena debitur

masih kooperatif dan dari prospek usaha masih feasible.

Penyelamatan kredit oleh bank dapat dilakukan dengan cara-cara, yaitu

tahap pertama dengan penjadwalan kembali (rescheduling), yang merupakan

perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan/atau jangka waktunya. Perpanjangan jangka waktu kredit bertujuan untuk memperingan debitur untuk mengembalikan utangnya, dengan memperpanjang jangka waktu kredit, maka kualitas kredit debitur

digolongkan menjadi performing loans dan dengan perpanjangan jangka

waktu memberikan kesempatan kepada debitur untuk menjalankan usahanya. Akta yang perlu dibuat berkenaan dengan perpanjangan jangka waktu kredit

commit to user

adalah amandemen atau addendum perjanjian kredit. Pasal atau ketentuan yang mengatur jangka waktu kredit dirubah dan ditetapkan kembali dengan memperpanjang jangka waktu pelunasan. Bentuk akta amandemen bisa berbentuk akta di bawah tangan, yaitu akta yang dibuat dan dipersiapkan sendiri oleh bank atau akta otentik yang dibuat oleh dan dihadapan notaris.

Bentuk amandemen atau addendum yang merubah jangka waktu perjanjian kredit sebenarnya bisa berbentuk surat yang dibuat bank dan dikirimkan kepada debitur isinya merubah jangka waktu kredit, sebagai tanda persetujuan debitur dapat menandatangani surat itu. Surat yang telah disetujui debitur dapat dianggap sebagai amandemen atau addendum. Tahap kedua

kemudian dengan persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan

sebagian atau seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan maksimum saldo kredit. Persyaratan kembali ini dilakukan, apabila penyelamatan kredit yang dilakukan oleh pihak bank menggunakan cara penjadwalan kembali tidak berhasil, maka cara inilah yang kemudian digunakan oleh pihak bank. Tahap yang terakhir yaitu penataan kembali (restructuring). Penyelesaian kredit melalui tahap penyelamatan kredit ini melalui restrukturisasi kredit.

Langkah penyelesaian melalui restrukturisasi kredit ini diperlukan syarat paling utama, yaitu adanya kemauan, etikad baik, dan kooperatif dari debitur serta bersedia mengikuti syarat-syarat yang ditentukan bank, karena dalam penyelesaian kredit melalui restrukturisasi lebih banyak negosiasi dan solusi yang ditawarkan bank untuk menentukan syarat dan ketentuan restrukturisasi. Macam-macam bentuk penyelamatan kredit bermasalah melalui restrukturisasi di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karanganyar, yaitu dengan penurunan suku bunga kredit, pengurangan

tunggakan bunga kredit, pengambilalihan agunan/asset debitur, jaminan kredit

commit to user

Penurunan suku bunga kredit merupakan salah satu bentuk restrukturisasi yang bertujuan memberikan keringan kepada debitur, sehingga dengan penurunan bunga kredit besarnya bunga yang harus dibayar debitur setiap tanggal pembayaran menjadi lebih kecil dibanding suku bunga yang

Dokumen terkait