• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Deskripsi Teoritik

1. Deskripsi Pembelajaran IPA di MI/SD

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar.

Istilah pembelajaran mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan dengan kata mengajar.1

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada

1Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), cet. 1, h. 19.

di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.2

Berdasarkan dari beberapa definisi tersebut dapat dipaparkan bahwa pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan dimana tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan berupa proses interaksi peserta didik dengan pendidik dalam memanfaatkan segala potensi dari dalam diri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Berbagai pendapat muncul berkenaan dengan pengertian IPA yang dilandasi oleh pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam.

Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.3

Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences. Yang termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika;

sedangkan life sciences meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi dan seterusnya). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.4

IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan

2 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), Cet. 6, h. 26.

3 Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2011), cet. 2, h. 3.

4Ibid.

didapat dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.5

Dari beberapa pendapat ahli mengenai pengertian IPA tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa IPA secara bahasa berarti ilmu pengetahuan alam atau natural science. Sedangkan menurut istilah IPA diartikan sebagai ilmu yang membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Dengan demikian, pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang meliputi proses interaksi peserta didik dengan pendidik dalam memanfaatkan segala potensi dari dalam diri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki maupun potensi yang ada di luar diri siswa dengan melibatkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan.

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Dalam pembelajaran IPA, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu di modifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

Tahap-tahapan perkembangan kognitif manusia menurut Piaget adalah sebagai berikut:

1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)

Pada tahap ini, anak mengkontruksikan pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik atau motorik. Pemahaman anak mengenai dunia sangat tergantung pada ruang dan kesempatannya bereksplorasi memperkaya pengalaman sensorisnya. Dengan demikian, pengalaman sensoris masing-masing anak cenderung berbeda tergantung pada kesempatannya mengeksplorasi pengalaman sensorisnya itu.6

5 Nur Rohmah, ―Pengembangan Bahan Ajar Materi Pesawat Sederhana Berbasis Multimedia Interaktif Untuk Siswa Kelas V SDN Kencong 04 Jember‖, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: 2014. Tidak dipublikasikan.

6 Sudarwan Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan (Dalam Perspektif Baru), (Bandung:

ALFABETA, 2010), h. 78.

2) Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada fase ini anak-anak mulai mempresentasikan dunia di sekitarnya melalui kata-kata, citra, dan gambar-gambar. Pada fase ini, gambar-gambar atau tokoh idola mereka merupakan stimulus yang sangat berarti dalam perkembangan kognitifnya.7

Periode ini sering disebut juga periode pemberian simbol yakni suatu benda diberi nama (simbol) karena anak masih tergantung pada kontak langsung dengan lingkungannya.

3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda.8 Anak masih terbatas pada benda-benda konkrit yang dapat dilihat dan diraba oleh anak. Sedangkan benda-benda yang tidak tampak dalam kenyataan, sulit dipikirkan oleh anak.

4) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)

Periode ini merpakan operasi mental tingkat tinggi. Pada tahap ini, anak-anak sudah mampu berpikir lebih abstrak dan logis serta mampu memecahkan masalah melalui hipotesis dan alternatif yang ada.

Dengan mengacu pada teori tahapan perkembangan kognitif Piaget tersebut, maka dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkret (usia 7-11 tahun). Di mana pada rentang usia dini anak mulai menunjukkan perilaku belajar yang berkembang, yang ditandai dengan ciri-ciri; anak-anak mulai memandang dunia secara objektif, anak mulai berpikir secara operasional yaitu anak mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi seperti volume, jumlah, berat, dll., anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah, dan menggunakan hubungan sebab akibat, anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang pendek, lebar, dll.

7 Ibid.

8 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. 7, h. 47.

Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berikut: a) memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan ketentraman alam ciptaan Nya, b) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari, c) mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dsn kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, d) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, e) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan dan f) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTS.9 Salah satu materi pembelajaran IPA yang diajarkan di sekolah dasar yaitu materi tentang bunyi.

Materi ini diajarkan di kelas IV (empat) semester 1.

2. Deskripsi Model Pembelajaran Do Talk Record (DTR) a. Pengertian Model Pembelajaran

Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.10

Strategi menurut Kemp adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a way in achieving something.11

9 Nur Rohmah, ―Pengembangan Bahan Ajar Materi Pesawat Sederhana Berbasis Multimedia Interaktif Untuk Siswa Kelas V SDN Kencong 04 Jember‖, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: 2014. Tidak dipublikasikan.

10 Lefudin, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), Cet. 2, h. 172.

11 Rusman, Mode-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), h. 132.

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, atau prosedur. Menurut Depdiknas istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu, yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai.12

Model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Joy dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.13

Dalam dunia pendidikan, menurut Smith Ragan model diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.14

Dari beberapa uraian pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang memiliki teori yang rasional, tujuan pembelajaran, tingkah laku mengajar serta lingkungan belajar yang digunakan untuk menyusun kurikulum agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

12 Lefudin, op. cit., h. 173.

13 Rusman, op. cit., h. 133.

14 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran; Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 40.

b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:1) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, 2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, 3) Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa, dan 4) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.15

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:16

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir indukif.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), b) adanya prinsip-prinsip reaksi, c) sistem sosial, dan d) sistem pendukung.

Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

Dampak tersebut meliputi: a) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, b) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

15 Rusman, op. cit., h. 133.

16Ibid., hal. 136.

d. Model Pembelajaran Do Talk Record (DTR) dalam Pembelajaran IPA

Model pembelajaran Do Talk Record dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme.17 Konstruktivis atau kontruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah sebuah konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dan menurut Piaget pembentukan atau konstruksi ini tak setiap kali diadakannya reorganisasi karena adanya suatu pemahaman baru18. Ciri-ciri dari konstruktivisme adalah: 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar, 3) Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah, 4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan dengan lancar, 5) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan, selain itu yang yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa.19

Dengan demikian dalam pembelajaran Do Talk Record guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada siswa tetapi mengajak siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang dapat membantunya dalam mengkronstruksi pemahamannya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk turut aktif dalam melakukan diskusi memecahkan suatu masalah yang disepakati oleh peserta didik dan guru serta melakukan berbagai kegiatan hingga memahami konsep atau ide sebelum mencatat ide-ide tersebut.

17 I Made Mariawan, ―Karakteristik Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Do Talk Record Dalam Sains‖, Makalah disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FMIPA UNDIKSHA III, Bali, 2013.

18 Moh Suardi, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), Cet. 1, h. 166.

19Ibid., hal. 169.

Mason dan Johnston-Wilder mengungkapkan bahwa “The Do Talk Record framework was proposed as useful for remembering to get learners talking about their ideas before rushing into symbols and written record”. Artinya kerangka Do Talk Record dimaksudkan sebagai cara yang berguna sekali untuk mengingat ide-ide yang siswa bicarakan sebelum diterjemahkan ke dalam simbol-simbol maupun bahasa tertulis.20

Dokumen terkait