• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Deskripsi Teoritik

2) Kelebihan Model Pembelajaran Do Talk Record (DTR)

Diskusi tentang kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya dapat membantu siswa dalam tahap record atau membuat catatan.

Karena melalui diskusi setiap siswa dapat mengutarakan ide/gagasan/pengalamannya yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah sehingga seluruh siswa dapat menentukan strategi pemecahan masalah yang tepat.

Kegiatan recording atau mencatat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan hasil ide/gagasan mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Saat mencatat siswa akan mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.

Selain menggunakan catatan, siswa juga dapat menggunakan gambar atau simbol untuk membantu menyampaikan ide-idenya.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam setiap langkah dalam model pembelajaran Do Talk Record dapat mendukung langkah selanjutnya. Melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan benda nyata pada tahap doing dapat membantu siswa dalam mengungkapkan ide/gagasannya sehingga dapat membuat kegiatan diskusi (talking) menjadi lebih efektif, dan dari ide/gagasan yang diungkapkan tersebut dapat membantu siswa dalam membuat catatan penting (recording) dalam menyelesaikan suatu masalah.

3. Deskripsi Teori Kemampuan Pemecahan Masalah a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Masalah adalah ketidaksesuaian antara tujuan atau harapan dengan kenyataan. Mengidentifikasi tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa sangat penting. Hal ini karena kemampuan pemecahan masalah berhubungan dengan bagaimana siswa menghadapi masalah yang terjadi.

Menurut Hardin, As learning theories evolve, the understanding of the problem-solving processes also evolves. The prominent learning theories are conceptualized as behaviorism, cognitive psychology, and information-processing domains. Specifically, from behaviorists’ point of view, problem solving is a process which develops through positive and negative reinforcement mechanisms. On the other hand, cognitive psychologists view it as a process which includes introspection, observation, and the development of heuristics. Finally, the information-processing consideration of problem solving is based on general problem solving skills and artificial intelligence.22

Maksud dari pendapat Hardin adalah Ketika teori belajar berkembang, pemahaman tentang proses pemecahan masalah juga

22 Asiye Bahtiyar and Bilge Can, An Investigation of Problem-Solving Skills of Pre-service Science Teachers, Journal Edacational Research and Reviews, 11, 2016, pp. 2109.

berkembang. Teori-teori pembelajaran yang menonjol dikonseptualisasikan sebagai behaviorisme, psikologi kognitif, dan domain pemrosesan informasi. Secara khusus, dari sudut pandang behavioris, penyelesaian masalah adalah proses yang berkembang melalui mekanisme penguatan positif dan negatif. Di sisi lain, psikolog kognitif melihatnya sebagai proses yang meliputi introspeksi, pengamatan, dan pengembangan heuristik. Akhirnya, pertimbangan pemrosesan informasi penyelesaian masalah didasarkan pada keterampilan pemecahan masalah umum dan kecerdasan buatan

Selain pendapat tersebut, Ausubel mengatakan bahwa: ―That problem solving is a special case of meaningful learning involving a higher order thinking skill‖. 23Maksud dari pendapat Ausubel adalah bahwa penyelesaian masalah adalah kasus khusus pembelajaran yang bermakna yang melibatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi.

Sedangkan menurut Polya pemecahan masalah merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai tujuan yang tidak segera dapat tercapai.24

Pemecahan masalah bukan merupakan topik tersendiri melainkan menyatu dalam proses pembelajaran. Terdapat beragam definisi pemecahan masalah. Menurut Nakin pemecahan masalah adalah proses yang melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu (heuristik) yang sering disebut sebagai model atau langkah-langkah pemecahan masalah, untuk menemukan solusi suatu masalah.

Heuristik merupakan pedoman atau langkah-langkah umum yang

23 Eyisi Daniel, The Usefulness of Qualitative and Quantitative Approaches and Methods in Researching Problem-Solving Ability in Science Education Curriculum, Journal of Education and Practice, 7, 2016,pp. 95.

24 Mohammad Faizal Amir, ―Peningkatan Kualitas Peserta Didik Melalui Implementasi Pembelajaran Abad 21,‖ Makalah disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sidoarjo, 24 Oktober 2015.

belum tentu menjamin kesuksesan individu dalam memecahkan masalah.25

Kemampuan pemecahan masalah memerlukan suatu ketrampilan dan kemampuan khusus yang dimiliki masing-masing siswa, yang mungkin akan berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam suatu keadaan tertentu sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan mengacu pada upaya yang diperlukan siswa dalam menentukan solusi atau penyelesaian atas masalah yang dihadapi.

Suatu masalah belum dikatakan telah diselesaikan hanya karena telah diperolehnya solusi dari masalah itu. Suatu masalah baru benar-benar dikatakan telah diselesaikan jika individu telah memahami apa yang ia kerjakan dan mengetahui mengapa solusi yang telah diperoleh tersebut sesuai. Ketika solusi masalah telah diperoleh, proses pemecahan masalah dapat dilanjutkan dengan meminta siswa untuk membuat soal atau mengkrontuksi masalah baru berdasarkan soal yang telah diselesaikan. Selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan masalah baru yang telah mereka buat.26

Senada dengan pendapat tersebut, Deti Rostika dan Herni Junita juga mengatakan bahwa kriteria siswa dapat dikatakan mampu menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah, apabila ia dapat memahami masalah yang terjadi, mampu memilih cara atau strategi

25 Ali Mahmudi, ―Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kebiasaan Berpikir Matematika Melalui Pembelajaran Dengan Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM)‖, Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia:

2009. Tidak dipublikasikan.

26Ibid., hal. 14.

yang tepat dalam menyelesaikannya, serta dapat menerapkannya dalam penyelesaian masalah tersebut.27

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam berbagai bidang kehidupan menuntut berbagai pihak termasuk institusi pendidikan untuk mengembangkannya.28 Terkait pentingnya kemampuan pemecahan masalah, seharusnya dalam dunia pendidikan, kemampuan tersebut harus menyatu dengan proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih terbiasa memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat pemecahan masalah menurut Dewey adalah sebagai berikut:29

1) Menghadapi masalah (confront problem), yaitu merasakan suatu kesulitan. Proses ini bisa meliputi menyadari hal yang belum diketahui pada ketidakjelasan suatu situasi,

2) Pendefinisian masalah (define problem), yaitu mengklarifikasi karakteristik-karakteristik situasi. Tahap ini meliputi kegiatan mengkhususkan apa yang diketahui dan yang tidak diketahui, menemukan tujuan-tujuan, dan mengidentifikasi kondisi-kondisi standar dan ekstrim,

3) Penemuan solusi (inventory several solution), yaitu mencari solusi.

Tahap ini bisa meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola, mengidentifikasikan langkah-langkah dalam perencanaan, dan memilih atau menemukan algoritma,

4) Konsekuensi dugaan solusi. Seperti menggunakan algoritma yang ada, mengumpulkan data tambahan, melakukan analisis kebutuhan,

27 Deti Rostika dan Herni Junita, ―Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SD Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Model Diskursus Multy Representation (DMR),‖ Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 9, 2017, h. 36.

28 Irma Lismayani, Parno dan Susriyati Mahanal, ―Efektivitas Problem Based Learning (PBL) Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMPN 17 Kendari‖, Makalah disampaikan dalam Prosiding TEP&PDs, Transformasi Pendidikan Abad 21, No.23, 2017, h. 738.

29 Misbah, ―Identifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Pada Materi Dinamika Partikel‖, Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 2016, h. 2.

merumuskan kembali masalah, mencoba untuk situasi-situasi yang serupa, dan mendapatkan hasil (jawaban),

5) Menguji konsekuensi, yaitu menguji apakah definisi masalah cocok dengan situasinya. Tahap ini bisa meliputi kegiatan mengevaluasi apakah hipotesisnya sesuai, apakah data yang digunakan tepat, apakah analisis yang digunakan tepat, apakah analisis sesuai dengan tipe yang ada, apakah hasilnya masuk akal, dan apakah rencana yang digunakan dapat diaplikasikan di soal yang lain.

Sedangkan menurut Wimbey dan Lochhead menjelaskan mengenai karakteristik Problem solver (Pemecahan Masalah) yang baik yakni:30 1) Pemecah masalah yang baik memiliki kepercayaan yang kuat

bahwa permasalahan dapat diselesaikan melalui kehati-hatian dan analisis secara mendalam.

2) Pemecah masalah yang baik sangat peduli terhadap fakta-fakta secara menyeluruh dalam masalah.

3) Pemecah masalah yang baik mempelajari bahwa analisis masalah-masalah kompleks dan gagasan-gagasannya dilakukan dengan memecah ide-ide tersebut menjadi langkah-langkah kecil.

4) Pemecah masalah yang baik cenderung untuk mengerjakan masalah dari awal hingga akhir dengan langkah-langkah yang teliti 5) Pemecah masalah yang baik cenderung untuk lebih aktif saat

menghadapi masalah.

Dari beberapa uraian pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu ketrampilan yang memiliki tingkatan dan langkah-langkah harus dimiliki oleh setiap siswa sebagai upaya dalam menentukan solusi atau penyelesaian atas masalah yang dihadapi.

Pelatihan kemampuan analisis siswa dapat dicapai dengan menerapkan langkah-langkah pemecahan masalah yang dapat

30Ibid.

digunakan untuk mencari jalan keluar suatu permasalahan. Siswa dilibatkan dengan masalah penelitian yang nyata dengan menghadapkan siswa pada tahapan penelitian, membimbing siswa mengenali masalah konseptual atau metodologis dalam ranah penelitian, dan membimbing mereka dalam merencanakan cara menyelesaikan masalah. Sehingga siswa diharapkan dapat memahami kaitan antara fakta dan konsep dalam pembelajaran IPA serta mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui langkah-langkah penyelesaian masalah. Pengembangan pemahaman dan kemampuan memanfaatkan fakta menjadi sangat penting pada pembelajaran IPA, karena berguna dalam menghadapi masalah sehari-hari.

b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah merupakan aspek berpikir tingkat tinggi yang memerlukan indikator untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah.

Menurut Polya dalam Amir ada empat langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah, yaitu:31

1) Memahami masalah

Meminta siswa untuk mengulangi pertanyaan dan siswa sebaiknya mampu menyatakan pertanyaan dengan fasih, menjelaskan bagian terpenting dari pertanyaan yang meliputi: apa yang ditanyakan?, apa sajakah data yang diketahui?, dan bagaimana syaratnya?

2) Merencanakan penyelesaian

Untuk menjawab masalah yang ditanyakan, siswa harus membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, mengumpulkan informasi-informasi atau data-data yang ada dan menghubungkan

31 Mohammad Faizal Amir, ―Peningkatan Kualitas Peserta Didik Melalui Implementasi Pembelajaran Abad 21,‖ Makalah disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sidoarjo, 24 Oktober 2015.

dengan beberapa fakta yang berhubungan dan sudah pernah dipelajari sebelumnya

3) Melaksanakan rencana penyelesaian

Siswa menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana penyelesaian, siswa harus yakin bahwa setiap langkah sudah benar.

4) Memeriksa kembali penyelesaian

Dengan memeriksa kembali hasil yang diperoleh dapat menguatkan pengetahuan mereka dan mengembangkan kemampuan mereka menyelesaikan masalah, siswa harus mempunyai alasan yang tepat dan yakin bahwa jawabannya benar, dan kesalahan akan sangat mungkin terjadi sehingga pemeriksaan kembali perlu dilakukan.

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004, indikator kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut:

1) Kemampuan menunjukkan pemahaman masalah

2) Kemampuan mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah

3) Kemampuan menyajikan masalah secara matematis dalam berbagai bentuk

4) Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat

5) Kemampuan mengembangkan strategi pemecahan masalah 6) Kemampuan membuat dan menafsirkan model matematis

dalam suatu masalah

7) Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Berdasarkan uraian tersebut, indikator kemampuan pemecahan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah : memahami masalah, merancang atau merencanakan model penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, serta memeriksa kembali penyelesaian.

4. Materi Bunyi a. Definisi Bunyi

Bunyi merupakan getaran dari suatu benda yang merambat dalam bentuk gelombang. Oleh karena itu, bunyi sering disebut sebagai gelombang bunyi. Bunyi dihasilkan oleh benda-benda yang bergetar.

Sementara itu Frank McCauley dan Roy White mengatakan bahwa,

―Sound waves produced when an objecs vibrates. The range of human hearing is around 20-20000 Hz, but this upper limit decreases with age. it is not unusual for midle-aged people to have an upper limit of around 15000 Hz. Sound at frequencies above 20 kHz cannot be heard by humans and is called ultrasound‖.32

Gelombang bunyi adalah gelombang tekanan dalam medium seperti udara, air atau baja. Apabila mampatan dan renggangan gelombang mengenai selaput pendengaran, kita mendengar bunyi itu dengan catatan bahwa frekuensi gelombang harus diantara 20 Hz dan 20.000 Hz. Gelombang yang frekuensinya di atas 20 kHz dikenal sebagai gelombang ultrasonik. Yang mempunyai frekuensi di bawah 20 Hz disebut gelombang infrasonik.33

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena perapatan dan peregangan dalam medium gas, cair, atau padat.

Gelombang itu dihasilkan ketika sebuah benda, seperti garpu tala atau senar biola, yang digetarkan dan menyebabkan gangguan kerapatan medium. Gangguan dijalarkan di dalam medium melalui interaksi molekul-molekulnya. Getaran molekul tersebut berlangsung sepanjang arah penjalaran gelombang. Seperti dalam kasus gelombang pada tali, hanya gangguan yang dijalarkan; sementara molekul-molekul itu

32 Frank McCauley and Roy White, , GCSE, Physics for CCEA, (London: An Hachette UK Company., 2011), p. 80.

33 Frederick J Bueche, , Teori dan Soal-Soal FISIKA, (Jakarta: Erlangga, 1989), Edisi. 8, h.

183.

sendiri hanya bergetar ke belakang dan ke depan di sekitar posisi kesetimbangan.34

Dokumen terkait