• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai pada dasarnya adalah sebuah program yang dibuat dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat pesisir dan perbaikan wilayah pesisir dengan menekankan pada tiga aspek yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastruktur dasar, dan pemberdayan masyarakat. Dalam Program Gerbang Mapan, strategi, kebijakan maupun kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang. Untuk mengetahui bagaimana mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang dengan menggunakan model Teori Evaluasi Kebijakan CIPP menurut Daniel Stufflebeam (1966), model evaluasi kebijakan ini harus dilakukan secara linear dan berurutan meliputi 4 tahapan, yaitu:

4.3.1 Evaluasi Konteks

Evaluasi terhadap konteks adalah evaluasi tahap pertama yang dilakukan dalam evaluasi Program Gerbang Mapan, tahapan ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang dan tujuan program serta mengetahui strategi dan kebutuhan apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. Sebuah kebijakan lahir bukan tidak ada sebabnya, bukan merupakan pemikiran asal dan proses yang singkat. Pembuatan kebijakan adalah sebuah proses panjang yang melibatkan stakeholders terkait, demi membentuk kebijakan atau program yang dapat digunakan sebagai alat penyelesaian masalah publik yang sedang dan atau akan terjadi.

Latar belakang adanya Program Gerbang Mapan adalah berawal dari adanya program bantuan pusat yaitu PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia di beberapa wilayah pesisir Indonesia dan salah satu desa pesisir yang menerima Program PDPT adalah Desa Muara Kecamatan Teluknaga yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Tangerang. Program ini dimulai tahun 2011-2014, dalam program tersebut ada beberapa kegiatan yang

sangat membantu pembangunan wilayah dan masyarakat pesisir. Seperti yang dikatakan oleh I1-1:

Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program yang terinspirasi dari program pusat yang kita kenal dengan nama PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang didalamnya ada beberapa kegiatan-kegiatan yang menjadi andalan seperti bina sumberdaya manusia, bina lingkungan termasuk didalamnya adalah pembangunan infrastruktur desa, bina ekonomi dan yang lainnya. Karena pada tahun 2014 program tersebut akan berakhir dan Kabupaten Tangerang memiliki Bupati baru yang berjanji untuk memperbaiki wilayah pesisir (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas program yang berakhir pada tahun 2014 ini bersamaan dengan habisnya masa kepemimpinan Bupati dan akan digantikan Bupati yang baru. Melihat kegiatan yang bagus dan menjadi andalan Program PDPT, calon Bupati pada masa itu mencoba menyelaraskan kebijakan pusat dengan kebijakan daerah dengan membuat atau meneruskan program yang telah ada dan membentuknya pada skala kabupaten. Hal ini juga disampaikan oleh I1-2:

“Latar belakang dibentuknya Program Gerbang Mapan memang salah satunya adalah terinspirasi dari program pusat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang sebelumnya pernah sukses diterapkan disalah satu desa di Kabupaten Tangerang yaitu Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, karena banyak juga progam-program unggulan Kabupaten Tangerang yang meniru program pusat seperti Gebrak Pak Kumis, PNPM Kabupaten Tangerang dan juga Gerbang Mapan itu sendiri. Selain itu Program Gerbang Mapan dibuat karena kondisi wilayah dan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang yang masih memperihatinkan dan butuh pendampingan.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Berdasarkan wawancara tersebut, melihat kondisi pesisir Kabupaten Tangerang yang memprihatinkan dan butuh pendampingan

maka dalam kampanyenya calon Bupati mencoba menawarkan sebuah program dengan tujuan untuk menata kembali wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Kondisi pesisir Kabupaten Tangerang memiliki masalah utama yaitu permasalahan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kerusakan lingkungan yang semakin meluas. Dengan permasalahan yang terjadi, Bupati terpilih mencoba merealisasikan janji kampanyenya dalam sebuah program yang kemudian diberi nama Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai yang kemudian lebih sering disebut sebagai Program Gerbang Mapan. Program Gerbang Mapan ini berlandasakan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018. Dalam dokumen RPJMD Kabupaten Tangerang tahun 2013-2018 Program Gerbang Mapan dicantumkan sebagai salah satu dari 25 program unggulan yang memiliki tiga fokus utama yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan akan terciptanya percepatan perekonomian melalui masyarakat yang lebih berdaya dengan didukung oleh infrastruktur dasar pendukung ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.

Sebagai Badan yang bertugas menterjemahkan visi dan misi kepala daerah kedalam sebuah kebijakan maupun program, Bappeda kemudian membuat sebuah rapat koordinasi dengan menghadirkan SKPD terkait untuk membahas mengenai Program Gerbang Mapan yang merupakan program lintas sektor dan memilih Dinas Perikanan sebagai leading sector

dan akan dibantu oleh SKPD-SKPD terkait dalam pelaksanaannya seperti yang disampaikan oleh I1-1 :

kemudian kami dipanggil oleh Bappeda diberitahukan sebuah top down program, dimana program tersebut sudah memiliki nama yaitu Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan). Yang secara terminologi kurang sesuai karena tidak menggunakan istilah pesisir, namun diakhir kita malah bersyukur karena setelah ada UU No.23 Tahun 2014 tidak boleh lagi digunakan istilah pesisir. (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, Dinas Perikanan adalah SKPD yang kemudian dipercaya dalam memegang Program Gerbang Mapan, karena pada awalnya Dinas Perikanan masih mengurusi mengenai kela utan dimana identik dengan perikanan, nelayan dan kehidupan pesisir meskipun diawal tidak ada istilah pesisir yang digunakan dalam program tersebut. Namun setelah adanya UU No. 23 Tahun 2014, kewenangan laut tidak lagi berada pada tataran pemerintah kabupaten dan tidak lagi menggunakan istilah-istilah pesisir. Program Gerbang Mapan yang merupakan bentuk realisasi dari janjinya sebagai bupati terpilih, seperti yang disampaikan oleh I1-3 :

“Program Gerbang Mapan ini sebenarnya merupakan janji bupati atau top down program yang dipadukan dengan bottom up program, karena selain inisiasi dari bupati terpilih kita juga meminta setiap desa untuk melakukan musyawarah desa dengan melibatkan masyarakat untuk menarik isu-isu permasalahan yang ada di setiap desa di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor) Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas bahwa Program Gerbang Mapan dilakukan dengan menggabungkan bottom up program dengan top down program dimana kebijakan tersebut disesuaikan

kebutuhan masyarakat. Untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan masyarakat, terlepas dari janji Bupati kondisi wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang masih memprihatinkan juga mendorong latar belakang Program Gerbang Mapan ini adalah seperti yang disampaikan I2-2:

“Program ini dibentuk sebagai alat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pantai, untuk melestarikan lingkungan pesisir serta diharapkan dengan adanya Program Gerbang Mapan akan membantu masyarakat pesisir untuk meningkatkan pendapatan perkapita. (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Sama halnya dengan yang disampaikan oleh I2-1 :

“Sebenarnya saya juga kurang mengikuti Program Gerbang Mapan ini, tapi saya rasa program ini dibuat pasti beralasan, salah satunya ya mba yang mungkin mba tau juga kalau wilayah pesisir Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang memang masih rendah kesejahteraannya dan butuh pendampingan. Selain itu dari sisi lingkungan juga masih sering terjadi abrasi, pencemaran sungai, mangrove juga yang masih kurang dan juga ekonomi nelayan yang masih jauh dari garis kesejahteraan. Dari sisi kesehatan juga masih banyak masyarakat yang dolbon atau BAB di sawah, yang tentu masyarakat dan wilayah seperti ini butuh penataan ruang baik jalan, sanitasi dan infrastruktur lainnya. (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 08.24 di Kantor Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kab. Tangerang)

Berdasarkan wasil wawancara diatas, latar belakang yang melihat masih buruknya kondisi di wilayah pesisir maka tujuan dari Program Gerbang Mapan haruslah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pesisir. Melihat sudah dilakukan juga perpaduan antara kebijakan dari eksekutor dengan melibatkan masyarakat didalamnya, dimana dalam gaungnya tujuan Program Gerbang Mapan merupakan program yang dapat membantu percepatan perekonomian, peningkatan infrastruktur dan

meningkatkan masyarakat yang lebih berdaya. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh I1-1 :

“Dalam Program Gerbang Mapan itu ada tiga yang menjadi tujuan utama yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat. Setelah kita melakukan kajian dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di pesisir, saya rasa sangat relevan. Karena Roadmap Program yang sudah kami buat pun sejalan dengan rumusan Bappeda dimana merupakan janji-janji yang diutarakan Bupati terpilih.”(Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas bahwa untuk membuat tujuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat sudah dilakukan observasi langsung dan mengkaji kebutuhan masyarakat dan wilayah pesisir. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari I1-2 :

“Tentu tujuannya untuk menata wilayah pesisir, membangun masyarakatnya, lingkungannya dan saya rasa tujuan ini memang sudah relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Hal serupa juga disampaikan oleh I2-1 “Saya rasa sih relevan ya mba dengan kondisi pesisir yang sudah saya sebutkan tadi.” Begitupun dengan pernyataan dari I2-2 bahwa :

“Sangat relevan tujuan dari program dengan kebutuhan masyarakat pesisir seperti yang bidang saya lakukan yaitu penanaman atau konservasi mangrove dengan memberdayakan masyarkat serta bermanfaat untuk mengurangi abrasi yang terjadi di wilayah pesisir.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-3, namun ada yang berbeda dengan pernyataannya yaitu:

“Menurut saya sudah relevan, program ini juga melibatkan masyarakat untuk menentukan isu permasalahan yang ada di desa

masing-masing sehingga bisa sejalan antara kebutuhan dengan program yang ada. Namun Program Gerbang Mapan ini merupakan program pembangunan yang menyasar hampir semua aspek atau pembangunan secara menyeluruh namun fokus pada wilayah pesisir. Dengan wilayah pesisir Tangerang yang sangat luas dan kondisi SDM yang kurang maka program ini tentu tidak berjalan dengan mudah.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Berdasarkan hasil kutipan-kutipan wawancara di atas bahwa tujuan dari Program Gerbang Mapan sudah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan masyarakat di wilayah pesisisr, namun tujuan yang telah relevan sedikit tidak realistis bila melihat sasaran Program Gerbang Mapan karena luasnya cakupan wilayah yang menjadi sasaran program, yaitu terdiri dari 8 kecamatan atau 25 desa pesisir yang tersebar di Pantai Utara Kabupaten Tangerang.

Dinas Perikanan sebagai leading sector Program Gerbang Mapan kemudian meminta untuk menghadirkan pihak ketiga untuk membantu merencanakan perjalanan program, mulai dari menggali isu-isu dan permasalahan strategi yang perlu diselesaikan melalui Program Gerbang Mapan. Hal ini merupakan hal yang dibutuhkan dalam perencanaan program dan strategi untuk memaksimalkan Program. Strategi sangat dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah kebijakan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Dalam Program Gerbang Mapan sebagi strategi awal yang dilakukan Dinas Perikanan adalah dengan

memilih calon pihak ketiga diantaranya UGM, UNBRAW, UNDIP dan IPB.. Seperti yang disampaikan oleh I1-1 :

“Pertama pemilihan pihak akademisi yang kita ambil dari universitas negeri dan tidak mengambil dari universitas swasta karena hasilnya yang kurang memuaskan. Dengan menggandeng IPB ini memberikan kualitas-kualitas dan masukan masukan baru untuk Kabupaten Tangerang.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan kutipan diatas bahwa Dinas Perikanan memilih PKSPL IPB dengan menilai efektifitas dan efisiensi menimbang IPB merupakan Universitas negeri terdekat dengan Kabupaten Tangerang dan PKSPL IPB merupakan organisasi yang sudah berpengalaman dalam membantu pembangunan pesisir dibeberapa wilayah di Indonesia. Sehingga tentu akan lebih mudah untuk mempelajari keadaan Kabupaten Tangerang.

Strategi lain yang perlu dilakukan adalah mengenalkan Program Gerbang Mapan kepada pihak-pihak yang terlibat. Sosialisasi merupakan hal yang penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan. Sosialisasi merupakan sebuah pemberian pelajaran maupun pemahaman kepada agen-agen pelaksana yang terlibat dalam Program Gerbang Mapan baik dengan SKPD di Kabupaten Tangerang maupun masyarakat sebagai penerima kebijakan. Dengan dilakukan sosialisasi yang baik akan dihasilkan kesamaan pikiran dan pandangan mengenai Program Gerbang Mapan sehingga pelaksanaan program akan semakin mudah dan efektif.

Sosialisasi yang dilakukan dalam Program Gerbang Mapan dilakukan secara bertahap. Seperti yang dikatakan oleh I1-1 :

“Sosialisasi yang kita lakukan bertahap, yang pertama dilakukan saat penyusunan roadmap, yang diberikan saat pelatihan-pelatihan dilakukan dan ketiga saat pelaksanaan masing-masing kegiatan.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas sosialisasi yang dilakukan tidak secara khusus diberikan pengenalan kepada masyarakat tapi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan program. Namun dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan sosialisasi pada tahap pertama dirasa tidak terlaksana dengan baik, sosialisasi yang dilakukan adalah melalui forum yang berisi SKPD-SKPD terkait beserta aparatur desa dan masyarakat. Namun berdasarkan data yang didapatkan dari dokumen evaluasi Program Gerbang Mapan, kegiatan itu diikuti hanya oleh beberapa SKPD dan 15 desa dari 25 desa pesisir yang ada. selanjutnya hanya 3 kepala daerah yang berhasil merampungkan RPDP (Rencana Pengembangan Desa Pesisir). Dengan buruknya sosialisasi yang ada maka, akan terputusnya informasi mengenai Program Gerbang Mapan kepada desa dan masyarakat. Hal ini kemudian menyebabkan masyarakat banyak yang tidak mengetahui terkait dengan Program Gerbang Mapan. Hal ini terjadi di Desa Ketapang, Desa Tanjung Anom, Desa Kronjo, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Kosambi, Desa Surya Bahasri, Desa Karang Serang dan lainnya. Baik aparatur desa maupun masyarakat cenderung tidak mengetahui dengan baik dan bersifat cuek terhadap adanya Program

Gerbang Mapan meskipun diantaranya telah menerima bantuan dari Program Gerbang Mapan. Seperti yang disampaikan oleh (I2-12) “Kalau programnya saya sebenarnya kurang tau sih” begitu juga dengan I2-13 “Programnya kurang tau mba tapi pernah sih dapat bantuan dari perikanan.” Hal serupa juga disampaikan oleh I2-9 :

“Kalau Program Gerbang Mapan sendiri awalnya saya memang tidak tahu, awalnya itu saya tiba-tiba dipanggil oleh kades, ada ibu-ibu PKK dan ibu Hj Tamimah selaku sekretaris Dinas Perikanan dan bicara mengenai olahan bandeng presto dan saya ini dianggap bisa untuk hal tersebut. Nah dari kegiatan itu baru lah dibuat kelompok pengolahan ini. Saya ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok, dan dikelompok memang dibagi-bagi tugasnya ada yang produksi, ada yang pemasaran tapi selanjutnya warga sini atau ibu-ibu PKK yang sebelumnya ikut kegiatan tersebut malah tidak mau meneruskan. Jadinya sekarang saya dan keluarga menjalankan usaha olahan ikan ini, sampai Alhamdulillah saya sudah bisa buka cabang rumah makan.” (Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 10.11, di Rumah Makan Barokah Desa Muara)

Hal serupa disampaikan oleh I2-7 :

“kalau tau atau paham Program Gerbang Mapannya sendiri sih ibu sebenernya kurang tau ya, paling sering ikutnya itu pelatihan-pelatian pengolahannya aja. Dan bantuan kayak gini ya dari Dinas Perikanan.”

Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas menunjukkan pengetahuan masyarakat mengenai Program Gerbang Mapan sangat minim, bahkan setelah mendapat bantuan mereka masih belum mengetahui asal bantuan tersebut. Padahal selain melalui FGD, sosialisasi juga telah menggunakan beberapa pihak untuk dapat menyampaikan baik dari kecamatan, desa dan tokoh masyarakat serta spanduk saat kegiatan berlangsung.

1.3.2 Evaluasi Input

Evaluasi terhadap masukan dilakukan untuk menilai masukan yang ada dalam Program Gerbang Mapan diantaranya sumberdaya manusia sebagi agen pelaksana Program dan Sumberdaya finansial yang digunakan dalam Program Gerbang Mapan selain itu sebenarnya masukan dalam suatu program juga termasuk didalamnya sarana dan prasarana pendukung. Dalam Program Gerbang Mapan sarana dan prasarana pendukung tersebut tidak menjadi fokus khusus dalam pelaksanaan program. Berbicara sebuah keberhasilan kebijakan atau program akan ditentukan maksimal atau tidaknya dari bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Sumberdaya manusia dengan sumberdaya finansial adalah masukan yang saling terkait, sumberdaya manusia yang cukup dan berkompeten tapi tidak diimbangi dengan sumberdaya finansial yang memadai tentu program akan sulit dilaksanakan karena untuk menjalankan suatu program memerlukan biaya, begitu sebaliknya anggaran yang cukup tapi tidak ada sumberdaya manusia yang menjalankan maka program juga tidak akan berjalan dengan optimal.

Proses pelaksanaan kebijakan menuntut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaannya yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Tetapi saat kompetensi dan kapabilitas dari sumber daya itu nihil maka kinerja kebijakan publik sangat sulit diharapkan. Dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan sebagai program lintas sektor, sumberdaya manusia yang terlibat hampir

dari semua sektor, diantaranya pemerintah daerah, pemerintahan desa, organisasi masyarakat, akademisi dan lembaga lain yang relevan dengan Progam Gerbang Mapan. Lembaga pemerintah yang dimaksud adalah dinas-dinas teknis yang relevan terhadap Program Gerbang Mapan diantaranya Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Dinas UMKM dan Koperasi, Dinas Bina Marga, Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian dan Ketahaan Pangan dan lainnya.

Dengan melihat SKPD yang terlibat, menurut peneliti secara kuantitas sumberdaya manusia yang ada sudah mencukupi, Seperti yang disampaikan oleh I2-2:

“Dilihat dari tim koordinasi yang dibentuk, saya rasa sudah cukup karena didalamnya sudah ada Dinas Perikanan, Bappeda, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Cipta Karya dan lainnya. Apabila bicara sikap mereka terkait Gerbang Mapan saya juga kurang tahu pasti, tapi satu dua kali bertemu cukup baik semisal ada rapat atau kunjungan lapangan mereka turut serta.”(Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)

Dan secara kualitas melihat sumberdaya manusia ini berasal dari hasil seleksi yang cukup ketat maka profesionalitasnya sudah tidak diragukan lagi. Hal serupa juga disampaikan oleh I1-2:

“Sumber Daya Manusia yang ada sih cukup karena dinas-dinas teknis juga sudah professional, hanya saja kendalanya masih lemahnya koordinasi antara SKPD terkait dan Bappeda hanya diawal selanjutnya dinas perikanan yang mengadakan koordinasi hanya saja memang apabila yang melakukan koordinasi adalah perikanan sebagai dinas teknis akan sulit beda dengan Bappeda yang menjangkau semua SKPD.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas kecukupan sumberdaya dengan adanya tim yang ada bisa dikatakan cukup namun kecukupan tanpa

didorong dengan sikap mau ikut andil dan berkontribusi belum dapat dipastikan. Hal berbeda disampaikan oleh I1-1:

“Sebenernya sumberdaya manusia yang ada untuk melaksanakan program cukup, namun karena di Kabupaten ini terlalu banyak program unggulan sehingga SDM tersebut pun sibuk untuk melaksanakan program unggulan lain. Untuk rapat-rapat koordinasi yang diadakan juga sulit sekali mengumpulkan. Jadi yang seharusnya dapat dikerjakan bersama malah tidak dikerjakan, dan harapan saya kedepan hal tersebut dapat terlaksana.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)

Berdasarkan wawancara diatas bahwa rasa ingin terlibat dan kemauan dalam program menjadi salah satu pemicu dari keberhasilan Program Gerbang Mapan. Karena yang sangat diperlukan dalam Program lintas SKPD/dinas adalah koordinasi yang terus terjaga dengan baik. Dengan koordinasi yang terbangun maka akan mudah untuk melaksanakan tugas dan fungsi tanpa adanya tekanan maupun perintah dari pimpinan. Hal ini diperkuat dengan penyataan I1-3 :

“Dengan sistem ICM, dimana pembangunan pesisir itu adalah pembangunan yang terintegrasi dan terpadu dengan melibatkan berbagai SKPD terkait rasanya untuk kecukupan SDM sangat cukup namun kedala yang ditemukan adalah kurangnya koordinasi yang dibangun dalam tim Gerbang Mapan sehingga kerjasama yang diharapkan kemudian tidak tercapai.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)

Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sumberdaya manusia yang cukup secara kuantitas dan baik secara kualitas adalah sumberdaya yang mampu melaksanakan sebuah program atau kebijakan dengan baik, namun yang tidak kalah menjadi sorotan adalah koordinasi dan komunikasi yang dibangun dengan sesama agen pelaksana.

Karena yang kemudian menjadi permasalahan dalam Program Gerbang Mapan adalah koordinasi dan komunikasi yang terjalin antar sumberdaya manusia tidak berjalan dengan baik, meskipun sudah dibentuk tim koordinasi untuk memudahkan pola koordinasi dan komunikasi yang dibangun dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan.

Berdasarkan data yang ditemukan peneliti dilapangan koordinasi yang tidak baik ini didasarkan karena kurangnya rasa memiliki dan kesadaran dari SKPD yang terlibat dalam Program Gerbang Mapan. Hal ini disebabkan karena terlalu banyaknya program unggulan yang dimiliki daerah, dan dibebankan kepada SKPD yang ada. Sehingga SKPD yang ada disibukkan dengan program masing-masing, karena program tersebu juga harus dijalankan dan dipertanggung jawabkan. Menurut peneliti, selain itu koordinasi yang kurang baik juga terjadi karena adanya tumpang tindih dan kerja ganda, karena perencanaan Program Gerbang Mapan yang tidak

Dokumen terkait