• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Strategi Pengembangan Sentra Industri Kecil Carica di Kabupaten Wonosobo

Strategi Pengembangan Sentra industri Carica di Kabupaten Wonosobo menganalisa faktor-faktor yang perlu ditingkatkan oleh sentra industri Carica antara lain modal, teknologi, manajemen, pasar, kewirausahaan, kelembagaan dan kemitraan usaha.

a. Modal

Dalam suatu usaha modal memegang peranan penting, dengan kelancaran modal usaha maka proses produksi bisa berjalan dengan benar, sebaliknya apabila faktor modal mengalami kendala maka kegiatan produksipun akan mengalami kendala. Para pengrajin sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo sebagian besar memulai usahanya dengan menggunakan modal sendiri (informan 1,2,4,7) adapula yang menggunakan modal sendiri di tambah modal pinjaman (informan 3,5,8) selain itu adapula informan yang modalnya berasal dari modal pinjaman (informan 6).

Modal awal pengrajin Carica berkisar dari Rp 500.000,00 – Rp 50.000.000,00. Dalam perjalanan usaha selalu terjadi pasang surut permodalan dan sebagian besar pengrajin Carica menyatakan bahwa modal menjadi kendala utama dalam produksi (Informan 1,2,3,4,5,6.7.8), namun usaha mereka masih tetap bisa bertahan. Beberapa cara dilakukan pengrajin untuk tetap bisa berproduksi meskipun dengan keadaan modal yang pasang surut antara lain dengan cara berusaha mencari pinjaman baik dari lembaga

commit to user

keuangan maupun nonkeuangan (informan 1,3,6), adapula yang menggunakan cara berproduksi semampunya saja, yaitu berproduksi sebesar modal yang ada (Informan 2,4,5,7,8). Peminjaman uang pada lembaga keuangan menurut pengrajin yang melakukan peminjaman sejauh ini tidak begitu sulit permasalahannya hanya pada agunan saja (informan 1,3,6). Bisa disimpulkan bahwa permasalahan modal bukan dikarenakan kesulitan dalam peminjaman di lembaga keuangan maupun bukan lembaga keuangan namun kesulitan ada pada agunan bank yang terlalu berat untuk para pengrajin, sehingga sebagian besar pengrajin tidak mau meminjam uang mereka lebih memilih untuk mensiasati modal yang ada agar dapat terus berputar.

b. Teknologi

Teknologi diciptakan bertujuan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan faktor-faktor produksi. Sejauh ini proses pengolahan Carica sebagian besar pengrajin masih menggunakan cara sederhana atau manual ( informan 2,3,4,6,7,8) dan hanya beberapa saja yang menggunakan cara semi mekanik ( informan 1 dan 5). Selain dikarenakan harga mesin yang mahal para pengrajin masih menganggap proses produksi dengan cara manual jauh lebih bagus daripada penggunaan mesin teknologi canggih. Pengolahan Carica sebagian besar masih menggunakan cara lama dari pendahulunya, dan bisa dikatakan bahwa proses pengolahan Carica sederhana mulai dari pengupasan buah, pemisahan biji dengan daging buah, pemotongan buah, pemasakan dan pengemasan saja, tidak ada proses yang begitu rumit (informan 1,2,3,4,5,6,7,8). Namun apabila dikaitkan dengan kuantitas, dengan penggunaan teknologi dapat meningkatkan jumlah produksi Carica yang jauh lebih banyak. Menurut pengrajin yang menggunakan cara semi mekanik hal itu dikarenakan prosesnya yang belum bisa sepenuhnya dilakukan oleh mesin sebagai contoh untuk pemilihan dan pengupasan Carica harus dilakukan satu-persatu dan juga proses pemisahan daging buah dan biji juga menggunakan tangan, baru proses selanjutnya sampai pada pengemasan bisa dilakukan dengan mesin. Dengan proses produksi menggunakan mesin produk Carica dapat bertahan selama 2 tahun jauh lebih lama dibandingkan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menggunakan cara sederhana yang dapat bertahan selama 1 tahun. c. Manajemen

Dengan penerapan manajemen yang baik maka keputusan-keputusan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya dalam proses produksi dapat tercapai. Kegiatan produksipun akan berjalan secara efektif dan efisien, sehingga apabila terjadi resiko usaha maka dapat seminimal mungkin. Hampir semua pengrajin sudah menerapkan manajemen dalam usaha mereka (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) meskipun penerapan itu belum dilakukan secara maksimal.

Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan banyaknya bahan baku produksi hal itu dilakukan untuk mengefisienkan pengeluaran gaji pegawai dan mengefektifkan tenaga kerja. Jumlah tenaga sentra usaha Carica Kabupaten Wonosobo berkisar antara 4-25 orang, di mana tiap orang memiliki tugasnya masing-masing, antara lain mengupas dan memisahan buah dan biji, pemotongan, pemasakan, pengemasan dan pengepakan/packing. Pembagian kerja pada sentra industri kecil Carica yang jumlah tenaga kerjanya kurang dari 10 untuk mempercepat proses produksi maka pertama-pertama semua tenaga kerja melakukan proses pengupasan dan pemisahan biji dan buah serta pemotongan baru nanti mulai dari proses pemasakan dan pengemasan hanya beberapa tenaga kerja saja (Informan 2, 3,6,7).

Dalam berproduksi pemilihan bahan baku selalu dilakukan oleh pengrajin Carica hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil produk yang memuaskan (Informan 1,2,3,4,5,6,7,8) mulai dari aroma buah yang harum, warna buah yang kuning serta daging buah yang tebal. Pemilihan buah juga harus benar-benar tepat karena tidak boleh mentah dan tidak boleh terlalu matang. Buah yang terlalu matang akan sulit di proses karena daging buahnya yang sudah empuk dan buah yang terlalu muda rasa buahnya masih pahit.

d. Pasar

Suyadi Prawirosentono (2002: 21) menyatakan bahwa “secara umum pasar merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dalam rangka pemindahan hak atas barang atau jasa yang dijadikan

commit to user

objek jual beli, pasar demikian disebut pasar dalam arti sempit. Pasar dalam arti yang luas, yakni merupakan tempat konsumen potensial berada”. Segmentasi produk Carica tidak terfokus pada segmen tertentu saja namun semua segmen (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) kecuali orang dengan penyakit gula (berdasarkan informan 1) karena kandungan gula produk Carica yang diolah menjadi manisan tinggi.

Lokasi pemasaran sentra industri Carica mengincar tempat wisata dan toko oleh-oleh (informan 2,3,6,7,8) selain mengincar tempat-tempat tersebut adapula yang melakukan tes market dulu sebelum menentukan lokasi pemasaran produknya (informan 1,5) namun adapula yang sama sekali tidak menentukan lokasi pemasarannya karena produknya sudah habis terjual sebelum keluar dari pabrik (informan 4). Sejauh ini penerimaan pasar terhadap produk Carica bisa dikatakan positif, permintaan konsumen dari tahun ke tahun mengalami kenaikan bahkan pada saat-saat tertentu banyak sentra industri yang tidak mampu memenuhi permintaan konsumen (informan1,2,3,4,5,6,7,8).

Agar produksinya dapat dikenal oleh masyarakat maka para pengrajin melakukan beberapa upaya atau strategi untuk memperkenalkan produknya antara lain dengan jalan promosi baik melalui lisan maupun media ( informan 1,2,3,4,5,6,7,8) selain dengan promosi beberapa sentra melakukan cara lain antara lain dengan menyesuaikan kemasan Carica dengan tingkat daya beli masyarakat (informan 1, 5) adapula yang berani memberikan harga yang miring dibandingkan dengan pengrajin lainnya (informan 4 dan 7).

Pemasaran produk Carica oleh pengrajin sebagian besar masih berkisar di lokal daerah Kabupaten Wonosobo saja (informan 2,3,4,6,7) dan adapula yang sudah keluar daerah antara lain Jawa, Bali ( informan 1,5,8) sedangkan untuk pasar luar negeri hal itu masih menjadi peluang namun belum adanya pasokan produk yang cukup untuk dikirim ke luar negeri.

Pesaing dalam usaha sentra industri kecil Carica ini masih merupakan kompetitor daerah, secara tidak langsung antara sentra satu dengan yang lain adalah pesaing namun tiap pengrajin memiliki mitra usahanya sendiri-sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(informan 1,2,3,4,5,6,7,8). Tingkat permintaan dan penawaran terjadi ketidakseimbangan, permintaan lebih banyak daripada penawaran produk yang ada apalagi pada waktu-waktu tertentu produk sama sekali tidak ada (informan 1,2,3,4,5,6,7,8). Hal ini dikarenakan stok produk yang kurang serta buah Carica yang sulit di dapat pada musim kemarau. Kendala-kendala pengrajin ketika memasuki pasar sangatlah beragam persaingan harga antara pengrajin yang satu dengan yang lain menjadi salah satu kendala (informan 1,2,7,8) selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa kendala ada pada sistem pembayaran mitra usaha dengan cara pembayaran di belakang atau konsinyasi (informan 3,5,6) kurangnya stok produk Carica pun menjadi kendala tersendiri (informan 4).

e. Kewirausahaan

Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18). Para pengrajin Carica adalah para wirausahawan yang tangguh mereka terbukti sampai sekarang masih tetap bisa bertahan dalam kondisi yang naik turun. Sebagian besar sudah memulai usaha ini bertahun-tahun mulai dari 1-10 tahun, dan bahkan mereka berani menjadikan Carica sebagai mata pencaharian utama (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) bahkan adapula yang meninggalkan pekerjaannya yang lama dan berwirausaha pada produk Carica (informan 2,3,4,6).

Selama berwirausaha tidak jarang melakukan inovasi-inovasi produk meskipun hanya pada kemasan produk dan hanya memproduksi Carica dalam satu produk yaitu manisan Carica (informan 2,3,4,5,6,7,8,9) adapula pengrajin yang berani melakukan inovasi pada Carica antara lain dengan membuat sirup, selai, cocktail dan dodol (informan 1). Kendala-kendala yang dihadapi pengrajin Carica ketika menjalankan usahanya sangat beragam sebagian besar ada pada kurangnya bahan baku, permodalan, harga bahan pendukungnya yang mengalami kenaikan ( informan 1,2, 3,4,6,8) adapula yang mengalami

commit to user

kesulitan pada mahalnya harga teknologi tinggi yang seharusnya bisa dibeli(informan 5 dan 7).

f. Kelembagaan

Kelembagaan dibentuk dengan tujuan agar antaranggotanya dapat saling membantu dengan harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo telah membentuk sebuah Asosiasi Pengrajin Carica atau lebih dikenal dengan sebutan APC. APC didirikan berdasarkan latar belakang belum adanya komunikasi yang baik antara pengrajin yang satu dan yang lain, serta belum terbentuknya informasi yang positif dari tiap-tiap pengrajin selain itu pengrajin Carica masih berjalan sendiri-sendiri. APC didirikan sejak tahun 2008 dan sampai sekarang sudah memiliki anggota sebanyak 25 sentra usaha kecil. Di mana sebagian besar sudah ikut tergabung selama 2 tahun (informan 1,2,4,5,6,7,8) adapula sentra usaha yang belum tergabung (informan 3).

Setiap organisasi ataupun asosiasi pasti memiliki visi dan misi masing-masing. Visi dan misi Asosiasi Pengrajin Carica ini adalah membangun usaha yang solid antarsesama sentra industri Carica, dengan harapan pengrajin usaha besar bisa membantu pengrajin usaha yang kecil sehingga usaha Carica dapat besar bersama-sama.

Dalam perjalanannya pertemuan-pertemuan antar pengrajin dilakukan ketika ada even-even tertentu, dan komunikasi dilakukan lewat media telepon. Dengan berdirinya APC memberikan beberapa manfaat bagi para anggotanya antara lain memperoleh informasi yang berkaitan dengan usaha Carica baik dari pemerintah pusat maupun daerah, kemudahan akses perijinan dari pemerintah daerah ketika berhubungan dengan kepentingan Carica (informan 2,4,6,) adapula yang menambah relasi bisnis, bantuan peralatan ( informan 1dan 8) selain itu adanya penyeragaman harga jual dan harga beli yang standar (informan 5 dan 7).

Asosiasi Pengrajin Carica menjadi jembatan penghubung antara pengrajin dengan pemerintah pusat dan daerah. Lewat APC pemerintah daerah dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan mudah melakukan pelatihan-pelatihan kepada pengrajin antara lain pelatihan tentang standarisasi pangan, pengemasan yang baik. Selain itu pemerintah juga memberikan dukungan dalam hal kemudahan peminjaman modal, menjadikan Carica sebagai ikon Kabupaten Wonosobo, serta menjaga stabilitas keamanan daerah.

g. Kemitraan usaha.

Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat.

Kerjasama dengan mitra usaha dilakukan oleh hampir semua sentra industri kecil Carica (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) mitra usaha yang tergabung antara lain toko-toko ataupun agen-agen penjualan baik di daerah Kabupaten Wonosobo (informan 2,3,4,6,7) maupun luar kota (informan 1,5,8). Kerjasama juga dilakukan antar sesama sentra industri (informan 1,5,6,8).

Bentuk kerjasama dengan sesama sentra usaha Carica sebagian besar kualitas yang diinginkan tidak sama dengan yang diharapkan (informan 1,5,6,8) namun hal itu tetap dilakukan karena permintaan konsumen yang banyak sedangkan sentra industri tidak memiliki stok yang cukup untuk memenuhi pesanan konsumen. Selama ini loyalitas mitra usaha terhadap sentra industri kecil Carica bisa dikatakan positif karena sampai sekarang mereka masih setia terhadap sentra industri kecil Carica (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) Permintaan dari mitra usahapun dari waktu ke waktu mengalami kenaikan dan bergerak naik ( informan 1,2,3,4,5,6,7,8). Dalam melakukan kerjasama dengan mitra usaha selama ini sebagian besar penjual dan agen langsung datang ke sentra usaha kecil Carica (informan 2,3,4,7,8) Selain itu ada pula sentra industri yang menawarkan produknya ke mitra usaha baru (informan 1,5,6).

2. Bahan Baku

Bahan baku sangat diperlukan dalam satu proses produksi dan ditambah 54

commit to user

dengan bahan pembantu atau penolongnya. Bahan baku Carica ialah papaya gunung yang dikenal dengan nama Carica. Bahan baku Carica dipasok langsung dari petani atau pengepul didataran tinggi Dieng (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) karena hanya di daerah Dieng saja pohon Carica dapat berbuah (informan 1,2,3,4,5,6,7).Berdasarkan keterangan dari kepada bagian perkebunan Disperindag Kabupaten Wonosobo, pembudidayaan Carica juga pernah diusahakan di tempat lain tepatnya di kecamatan Kalikajar namun tidak berhasil, pohon Carica tumbuh tapi tidak bisa berbuah.

Setiap pengrajin memiliki pemasok tetap untuk Carica berkisar antara 1-22 pengepul maupun petani (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) di mana masing-masing petani maupun pengepul memiliki jadwal sendiri-sendiri sesuai kesepakatan dengan pengrajin. Beberapa pengrajin menghendaki pengepul itu datang seminggu sekali (informan 2,3,7), adapula yang 3 x seminggu (informan 5), 2x seminggu (informan 6 dan 8) bahkan adapula pengrajin yang menghendaki setiap hari petani datang (informan 1 dan 4).

Kebutuhan bahan baku antara sentra industri kecil Carica yang satu dengan yang lain berbeda. Beberapa sentra industri kecil Carica membutuhkan kurang lebih 3 ton perbulanya (informan 2,3,4,6) adapula yang membutuhkan kurang lebih 5 ton perbulan (informan 7,8), bahkan adapula yang membutuhkan lebih dari 10 ton (informan 1 dan 5).

Bahan baku Carica masih sulit didapat apalagi pada musim kemarau karena pohon Carica tidak berbuah sebanyak pada musim panen raya. Para pengrajin pun mengatakan kesulitan memperoleh buah Carica (informan 1,2,3,4,5,6,7,8) apalagi pada waktu pesanan semakin banyak. Untuk mengatasi hal itu maka pengrajin Carica melakukan persedian untuk memenuhi permintaan konsumen dengan cara persediaan stok (informan 1,2,3,4,5,6,7) jadi pada waktu panen raya produksi Carica meningkat dan dijadikan stok untuk mengantisipasi permintaan konsumen pada waktu bahan baku Carica sulit diproduksi (informan 1,2,3,4,5,6,7,8).

Dokumen terkait