commit to user
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK
MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
HARSI PUSPITA RINI
K7406086
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN
WONOSOBO TAHUN 2010
Oleh :
HARSI PUSPITA RINI
K7406086
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
commit to user
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sunarto, M.M Dra. Dewi Kusuma W, M.Si
NIP:1954 08 06 1980 03 1 002 NIP:1970 03 26 1998 02.2.001
PENGESAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 5 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi: Tanda Tangan
Ketua : Sudarno, S.Pd, M.Pd 1……
Sekertaris : Dra. Mintasih, I, M.Pd 2…….
Anggota I : Drs. Sunarto, MM 3……..
Anggota II : Dra. Dewi Kusuma W, M.Si 4…….
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 1960 07 27 1987 02 1 001
ABSTRACT
commit to user
Harsi Puspitarini. STRATEGY OF DEVELOPING CARICA HOME INDUSTRY TO INCREASE INCOME IN WONOSOBO REGENCY 2010.
Thesis Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Januari 2011.
The aim of this research is :(1) To know the application strategy of developing
Carica home industry in Wonosobo regency in 2010. (2) To know the constraint
that faced by Carica home industry to increase the development home industry in
Wonosobo regency in 2010. (3) To know the influence of the development
strategy of Carica home industry to the producens’ income in Wonosobo regency.
The Research used qualitative descriptive method. The technique of getting
the sample was purposive sampling with snowball sampling. The techniques of
collecting the data were used interview, observation, and documentation
technique. The technique of analyzing the data was analysis SWOT which is
applicated by interactive method. The validity of the data that is used source
triangulation technique and triangulation method.
Based on the result of research can be concluded that : (1) By doing the
strategy of developing in Carica home industry, can give the advantages the
developing and increasing income Carica producen in Wonosobo regency. the
factors that can be developed, such as: capital, technology, management, market,
organization, business, miter business. (2) The contraints that’s faced by Carica
home industry as same as with the other home industries in general, such as lack
of capital, the use of traditional technology, less regulafior of management
process, and material problem. (3) The efforts that can done by producen, such as
using combination of strengths, weaknesses, opportunites and threats. That is
combination of strengths and opportunites, strengths and threats, weaknesses and
opportunites, weaknesses and threats.
ABSTRAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Harsi Puspitarini. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL
CARICA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI
KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010
Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Januari 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk :. (1) Untuk mengetahui penerapan strategi
pengembangan industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010. (2)
Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang dihadapi industri kecil Carica
dalam meningkatkan pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun 2010.
(3) Untuk mengetahui pengaruh strategi pengembangan industri kecil Carica
terhadap pendapatan pelaku industri carica (pengrajin) di Kabupaten Wonosobo
tahun 2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan cara
snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah dengan analisis SWOT yang diaplikasikan dalam metode
interaktif. Validitas data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi sumber
dan triangulasi metode.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Dengan
melakukan strategi pengembangan pada sentra industri kecil Carica, dapat
memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan pendapatan para
pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo. Faktor-faktor yang dapat
dikembangkan antara lain ialah modal, teknologi, manajemen, pasar,
kelembagaan, kewirausahaan dan kemitraan usaha. (2) Kendala-kendala yang
dialami oleh sentra industri kecil Carica sama halnya dengan industri kecil pada
umumnya, antara lain kekurangan modal, penggunaan teknologi sederhana, proses
manajemen yang kurang teratur, dan masalah bahan baku.(3)Upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh pengrajin antara lain yaitu dengan memanfaatkan kombinasi
commit to user
dari kekuatan (strength) kelemahan (Weakness), peluang (opportunity) dan
ancaman (threats), yaitu kombinasi kekuatan dengan peluang, kekuatan dengan
ancaman, kelemahan dengan peluang dan kelemahan dengan ancaman.
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.”
( Q. S. Al Baqoroh : 286 )
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
( Q.S. Al Insyirah : 6 )
PERSEMBAHAN
commit to user
Karya ini ku persembahkan teruntuk
Bapak Ibu tercinta (Suharto dan Titik Wulandari) atas do’a, semangat dan kasih
sayangnya
Keluarga kecil Kakak ku yang selalu mendukung
(mbak.sari, mas.andi, dedek faris)
Adi ku yang selalu menyayangiku (Puput Adi Irawan)
Andre Bastian Ariyadi yang selalu membantuku dan menyemangatiku
Sahabat-sahabat terhebat ku (, Deny, Eka, Restuti, Dian , Dyah, Kemi, Nia, Septi,
Lya, Inung, Nita, Riris, Hery, Handoko, Gozali) terimakasih untuk persahabatan
ini.
Kos Putri Agung ( Teteh, Ani, Mpeb, Ari, Tika, Defi, Yaya, Kisna, Isna, afa, nela,
ana, sita, ita, windi, nanda, anis, dan Tria,yanti) terimakasih untuk bantuan,
semangat dan kecerian kalian
Teman-teman seperjuangan nunggu dosen (Iwon, pak pik,,riky,ardi,ari s, mbak
ratna, nida, parwa,yani) tetap semangat ya
Teman-teman seperjuangan PTN”06, Kawan kita ukir kenangan terindah bersama
Almamater
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Ekonomi
bidang Keahlian Pendidikan Tata Niaga pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: STRATEGI
PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK MENINGKATKAN
PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010
ini penulis mendapatkan bimbingan , petunjuk , dan dukungan yang
berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik dan
dari lubuk hati yang terdalam secara tulus penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna
penyusunan skripsi.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketau Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial,, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas
permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Sutaryadi, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan pengarahan dan ijin dalam penytusunan skripsi ini.
4. Sudarno, S.Pd selaku Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program
Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
pengarahan dan ijin penyusunan skripsi
5. Drs. Sunarto, M.M selaku pembimbing I yang telah memberikan
commit to user
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
6. Dra. Dewi Kusuma W, M.Si selaku pembimbimg II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
7. Tim penguji skripsi, yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk
menguji penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi
guna menyelesaikan bangku kuliah.
8. Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat
menunjang terselesaikannya skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan bantuan serta memperlancar penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun, yang sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat membuka khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat
bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGAJUAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN ABSTRAK... v
HALAMAN MOTTO... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
BAB II LANDASAN TEORI... 9
A. Tinjauan Pustaka... 9
B. Kerangka Berpikir... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 29
commit to user
C. Sumber Data... 31
D. Teknik Sampling... 32
E. Teknik Pengumpulan Data... 33
F. Validitas Data... 36
G. Analisis Data... 38
H. Prosedur Penelitian... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN... 45
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 45
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian... 48
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori... 56
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 72
A. Simpulan... 72
B. Implikasi ... 73
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA... 75
LAMPIRAN... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Pemikiran... 28
2. Model Analisis Interaktif... 40
3. Prosedur Penelitian... 43
4. Gambar Matrik SWOT... 67
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo 2005-2008 ... 3
1.2 Data UKM Pengolah Carica ... 5
3 Matrik SWOT ... 42
4.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008... 46
4.2 Tingkat Pendidikan penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi... 78
2. Pedoman Wawancara... 79
3. Daftar Nama Informan... 85
4. Field Note... 87
5. Triangilasi Sumber... 152
6. Triangulasi Metode ... 163
7. Dokumentasi... 166
8. Peta Produksi Carica... 173
9. Lembar Observasi... 174
10 . Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi... 175
11. Surat Permohonan Ijin Penelitian... 176
12 : Surat Ijin Menyusun Skripsi... 178
13: Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian…………... 179
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara Agraris yang sebagian penduduknya
bertempat tinggal di pedesaan, dan menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. Namun akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat dan
penyebarannya yang tidak merata menyebabkan lahan pertanian semakin
menyempit. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan kesempatan di luar
sektor pertanian yang dapat menopang kelangsungan hidup mereka.
Bekerja pada sektor industri kecil, merupakan salah satu alternatif dalam
usaha mengembangkan kesempatan kerja dan menambah penghasilan bagi
masyarakat sekitar. Melalui sektor industri kecil dan menengah diharapkan dapat
menggerakkan perekonomian masyarakat.
Salah satu tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan pengembangan
ekonomi yang sudah dilaksanakan adalah dengan melihat nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dengan adanya data tersebut dapat diketahui tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk.
Berikut laju pertumbuhan tiap sektor di kabupaten Wonosobo dari tahun 2005 –
2008.
Tabel : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo 2005-2008
No Sektor / tahun 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 3.14 3.34 3.31 3.36
2. Pertambangan dan Penggalian 3.14 3.34 3.31 3.36
3. Industri Pengolahan 1.89 2.77 2.70 2.55
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 3.97 0.32 2.59 3.07
5. Bangunan 3.38 3.06 4.34 4.39
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.62 4.03 4.56 4.09
7. Angkutan dan Komunikasi 2.39 2.75 5.89 5.88
8. Bank, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.14 2.68 3.98 4.17
9. Jasa-Jasa 3.22 3.14 2.89 3.18
PDRB / GRDP 3.19 3.24 3.58 3.69
Sumber: BPS kabupaten Wonosobo tahun 2008
Berdasarkan data di atas PDRB kabupaten Wonosobo mengalami
commit to user
2006 ,dan 3.58 pada tahun 2007 serta 3.69 pada tahun 2008. Meskipun tidak
semua sektor selalu mengalami kenaikan sebagai contoh sektor pertanian dari
tahun 2005 yaitu 3.14 meningkat 3.34 dan turun menjadi 3.32 dan pada tahun
2008 meningkat lagi menjadi 3.36, namun secara garis besar hal tersebut tidak
mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDRB kabupaten Wonosobo.
Dilihat dari komposisi PDRB kabupaten Wonosobo merupakan daerah
Agraris, hampir setengah dari PDRB daerah ini disumbang oleh sektor pertanian.
Selain sektor pertanian masih ada sektor lain antara lain peternakan dan
perdagangan, dimana terdapat beberapa komoditi yang telah berhasil menembus
pasar dunia antara lain kayu olahan, teh hitam, nata de coco dan makanan olahan
seperti Carica, keripik jamur, purwaceng, dan lain-lain.
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting
dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.
Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya
56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi
kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta
mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas,
14/12/2001). Walaupun krisis ekonomi telah memporakporandakan kehidupan
bidang usaha besar dan menengah, ternyata usaha kecil tetap tegar dan berjalan
marak dikawasan kehidupan ekonomi tingkat bawah. Menurut tim bisnis UKM
(2001) ada beberapa alasan kenapa usaha kecil masih bisa bertahan dan cenderung
meningkat jumlahnya pada masa krisis antara lain:
1. Sebagian besar usaha kecil memproduksi barang konsumsi dan
jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah,
maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak
berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya
kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan.
2. Sebagian besar industri kecil tidak mendapatkan modal dari bank.
Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga,
tidak banyak mempengaruhi sektor ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dampaknya usaha kecil mempunyai spesialisasi produk yang ketat.
Hal ini memungkinkan usaha kecil mudah untuk berpindah dari usaha
yang satu ke usaha yang lain.
4. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan
sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Para penganggur
tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang
umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat.
Pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha kecil dapat
bertahan dan mempunyai potensi untuk berkembang. Dengan demikian, usaha
kecil dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan datang dan harus didukung
dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta persoalan-persoalan yang
menghambat usaha-usaha pemberdayaan usaha kecil yang harus dihilangkan.
Dalam Aloysius Gunadi Brata (2003) Setidaknya terdapat tiga alasan yang
mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan
UKM. Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam
hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari
dinamikanya UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi. Ketiga karena sering diyakini bahwa UKM
memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar (Berry, dkk,
2001). Kuncoro (2000) juga menyebutkan bahwa industri kecilt di Indonesia telah
memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah
unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.
Dihampir setiap daerah banyak tumbuh sentra-sentra industri rumah
tangga yang menjadi andalannya masing-masing. Seperti di kabupaten Wonosobo
yang mempunyai potensi alam yang tinggi mempunyai hasil bumi yang
beranekaragam. Salah satunya adalah buah pepaya merupakan buah yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sekarang ini ditemukan satu spesies buah
pepaya yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan diperkirakan akan
menjadi buah yang penting dalam perekonomian Indonesia. Buah tersebut dikenal
dengan nama pepaya Gunung atau pepaya kecil dan biasa disebut Carica (Carica
commit to user
atau Carica Candamarcensis, atau kadang dikenal sebagai Mountain Papaya, atau
di antara penduduk setempat dikenal sebagai gandul Dieng. Bedanya, jika pepaya
biasa lebih dikenal sebagai tumbuhan tropis yang memerlukan banyak panas dan
matahari, maka Carica termasuk keluarga pepaya yang hanya bisa tumbuh di
tempat tinggi basah, 1.500-3.000 di atas permukaan laut, memerlukan temperatur
yang cukup dingin, dan banyak hujan. Kondisi tersebut sangat cocok dengan iklim
Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tinggi pohon Carica dapat mencapai 5 m
dengan 4-7 cabang. Buahnya berbentuk seperti granat dengan panjang 6-15 cm
dan lebar diameter 3-8 cm, dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung,
sewaktu muda berwarna hijau dan menjadi kuning atau jingga di saat masak.
Tanaman tersebut sebenarnya sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat
di dataran tinggi Dieng dan sudah diolah menjadi produk manisan dalam sirup,
akan tetapi keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya
maupun usaha pengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di
pasar lokal serta dengan pengolahan yang sederhana. Pengkajian lebih mendalam
tentang prospek buah tersebut sangat diperlukan terutama usaha pengolahan dan
budidaya buah tersebut.
Sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo ini awalnya hanya
membuat produk berupa manisan Carica, tetapi lambat laun produk yang
dihasilkan semakin beragam. Contoh produk yang diproduksi antara lain adalah
manisan Carica, sirup Carica , selai Carica,dan jus Carica.
Strategi pengembangan industri berpengaruh pada tingkat pendapatan
masyarakat di sekitar sentra industri. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut
disajikan data UKM Pengolah Carica yang dapat dijadikan referensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BUAH
Yuasafood 16 40.0000 3.333 283.333.333 3.400.000.000 25 Podang Mas 15 37.500 3.125 265.625.000 3.187.500.000 25 Selera 12 30.000 2.500 212.500.000 2.550.000.000 12 Marina 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Tiara 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Dian rasa 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Telaga Mas 10 25.000 2.083 177.083.333 2.125.000.000 16 Panorama 1 2.500 208 17.708.333 212.500.000 3 Cendawan
Mas
15 37.500 3.125 265.625.000 3.187.500.000 26
Candi Dieng 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 AA 8 20.000 1.667 141.666.667 1.700.000.000 6 Golden 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4
Sun Rise - - - -
-Sukses 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 4 Maju Makmur 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Dianeka 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4
Baried - - - -
-Adelweis - - - -
-Adib Putra - - - -
-Trisakti 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 Amin 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6
Dieng Plateau - -
-Ciptoroso 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 Mandiri 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 Tiga Daun 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6
130 325.000 27.083 2.802.083.33 3
27.625.000.00 0
179
Sumber: Data Asosiasi Pengrajin Carica Tahun 2009
Berdasarkan data UKM Pengolah Carica di atas dapat dilihat bahwa
terdapat 25 UKM Carica di Wonosobo. Dimana setiap bulannya antara UKM
yang satu dengan UKM yang lainnya memiliki kebutuhan buah Carica yang berbeda-beda, sebagai contoh Yuasafood tiap bulan membutuhkan 16 ton buah
Carica untuk produksi, sedangkan sunrise tidak memberikan data yang pasti berapa ia membutuhkan buah Carica tiap bulan karena produksinya tidak
menentu. Dilihat dari data diatas petani tiap bulan minimal harus menyetok 130
ton Carica untuk 25 UKM.
Wilayah pemasaran Carica sendiri untuk lokal dan nasional baru digarap
sebesar 35% selain itu berpeluang juga untuk pasar ekspor. Sampai saat ini
permintaan dari konsumen belum dapat dipenuhi hal tersebut dikarenakan
beberapa sebab selain masalah kekurangan pasokan bahan baku terdapat
permasalahan faktor teknologi dan permodalan yang menjadi permasalahan para
commit to user
pembudayaan Carica masih belum maksimal. Selain itu sebagian besar para
pengrajin Carica masih banyak yang menggunakan teknologi sederhana dalam
proses produksi.
Melihat tingginya permintaan dan peluang pasar terhadap produk Carica,
dapat di katakan bahwa sentra industri kecil Carica bisa bertahan dan dapat
dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitarnya dan hal itu tidak lepas
dari faktor strategi pengembangan industri kecil Carica yang benar. Melihat
begitu pentingnya strategi pengembangan bagi sentra industri kecil Carica,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul STRATEGI
PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK
MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan strategi pengembangan industri kecil Carica di
Kabupaten Wonosobo tahun 2010?
2. Kendala-kendala apa yang dihadapi industri kecil Carica dalam
meningkatkan pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun 2010?
3. Bagaimana pengaruh strategi pengembangan industri kecil Carica
terhadap pendapatan pengrajin industri Carica?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan strategi
pengembangan industri kecil Carica di Kabupaten
Wonosobo tahun 2010.
2. Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang
dihadapi industri kecil Carica dalam meningkatkan
pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Untuk mengetahui pengaruh strategi pengembangan
industri kecil Carica terhadap pendapatan pengrajin
industri carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Untuk Penulis
1) Memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang stategi usaha serta
menerapkan teori-teori strategi pengembangan dalam kondisi rill di
lapangan khususnya pada sentra industri Carica di kabupaten
Wonosobo.
2) Mengetahui secara lebih jelas bagaimana implikasi teori-teori yang
diperoleh dari bangku kuliah terhadap realita yang terjadi di lapangan
khususnya sentra industri Carica di kabupaten Wonosobo.
b. Untuk Pengrajin
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pemasaran mengenai strategi
pengembangan industri kecil.
2. Manfaat Praktis a. Untuk Penulis
1) Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
bangku perkuliahan berupa teori-teori terutama berkaitan dengan
strategi pengembangan industri kecil.
2) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sarana untuk
membandingkan antara teori dengan praktek dan keadaan yang
sesungguhnya di lapangan.
b. Untuk Pengrajin
commit to user
1) Untuk memberikan sumbangsih pemikiran bagi para pengrajin
Carica di Kabupaten Wonosobo guna kelangsungan usahanya
terkait dengan strategi pengembangan yang digunakan.
2) Dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi pengrajin dan calon
pengrajin dalam mengembangkan dan melestarikan usaha kecil
Carica.
c. Untuk Pembaca
Menambah referensi bagi para pembaca agar dapat mengetahui tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Industri Kecil a. Pengertian Industri Kecil
Istilah industri sering diidentikan dengan semua kegiatan ekonomi
manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering
disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian
industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegitan manusia dalam
bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Definisi industri kecil
sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik
keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.
Industri kecil dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp
50.000.000,00.
Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa industri kecil skala
usahanya tergolong begitu besar dan masih memerlukan bantuan serta
pembinaan yang berkelanjutan
Biro Pusat Statistik mendefinisikan industri kecil sebagai berikut:
commit to user
Badan Pusat Statistik (1999:250) mengklasifikasikan industri menjadi
empat lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha yaitu:
1) Industri rumah tangga dengan pekerja sebanyak 1-4 orang
2) Industri kecil dengan pekerja sebanyak 5-19 orang
3) Industri kecil menengah dengan pekerja sebanyak 20-99 orang
4) Industri besar dengan pekerja sebanyak 100 orang
Menurut pembagian ini, yang dimaksud industri kecil adalah
perusahaan atau industri yang dapat mempekerjakan antara 5 sampai 19 orang.
b. Kategori Industri Kecil
Berdasarkan eksistensi dinamikanya industri kecil dan kerajinan
rumah tangga Indonesia dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu:
1) Industri Lokal
Yaitu kelompok jenis industri yang menggantungkan kelangsungan hidup
kepada pasar setempat yang terbatas serta relatif terbesar dari segi
lokasinya. Skala usaha kategori ini umumnya sangat kecil dan
mencerminkan suatu pola pengusahaan yang bersifat subsistem dimana
pemasaran produksinya ditangani sendiri, jasa pedagang perantara boleh
dikata kurang menonjol.
2) Industri Sentral
Yaitu kategori industri yang segi satuan usaha mempunyai skala kecil
tetapi membentuk pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari
kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Ditinjau dari
target pemasarannya umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dari
pada yang pertama, sehingga jasa pedagang perantara menjadi lebih
menonjol.
3) Industri Mandiri
Yaitu kategori industri yang mempunyai sifat-sifat industri kecil namun
telah berkemampuan beradaptasi teknologi yang cukup canggih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user perantara.
c. Ciri-ciri Industri Kecil
Sedangkan ciri-ciri industri kecil menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.40/KMK.06/2003 ialah:
1) Jenis barang / komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti.
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun,
dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
4) Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai.
5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
6) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari
mereka sudah akses lembaga keuangan non bank
7) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
Sedangkan Menurut Tulus TH. Tambunan (2009) ciri-ciri industri
kecil ialah:
1) Biasanya beroperasi di sektor informal;usahanya tidak terdaftar
2) Dijalankan oleh pemilik; tidak menerapkan pembagian
tenaga kerja internal, manajemen dan struktur organisasi
formal, sistem pembukuan formal.
3) Kebanyakan menggunakan anggota-anggota keluarga tidak
dibayar.
4) Derajat mekanisme sangat rendah / umumnya manual;
tingkat teknologi sangat rendah
5) Umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok
berpendapatan rendah
commit to user
6) Pendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin;motivasi
utama (survival)
7) Kebanyakan pakai bahan baku lokal dan uang sendiri
8) Kebanyakan tidak punya akses ke program-program
pemerintah dan tidak punya hubungan-hubungan bisnis
dengan Industri besar.
9) Rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha sangat
tinggi.
Secaragaris besar dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri industri kecil yaitu:
1) Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;
2) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap tidak
berpindah-pindah;
3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha;
4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira
usaha;
6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
d. Peranan Industri Kecil
Menurut Tulus TH. Tambunan (2009) Industri Kecil memiliki beberapa
peranan penting antara lain membuka kesempatan kerja dan sumber
pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jalan, menciptakan kesempatan kerja, untuk perluasan angkatan
kerja lagi urbanisasi, dan menyediakan fleksibilitas kebutuhan
serta inovasi dalam perekonomian secara keseluruhan.
Pentingnya peranan dan kedudukan sektor industri memang tidak bisa
dibantah, tidak hanya oleh masyarakat pedesaan saja tetapi juga pemerintah.
Industri kecil telah memegang peranan penting dalam mendukung
program-program pembangunan ekonomi, khususnya di dalam membantu menyerap
kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat (Mudrajat Kuncoro, 2000: 311) sebagai berikut:
Industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKRT) memiliki peranan yang cukup besar dalam industri manufaktur ditinjau dari sisi jumlah usaha dan daya serap tenaga kerja. Dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 1524 juta; ternyata 99,2 % merupakan unit usaha IKRT. IKRT dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 67,3 % dari kesempatan kerja total. Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada IKRT memperlihatkan betapa pentingnya peranan IKRT dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan.
Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa industri kecil mempunyai
kedudukan yang penting baik dalam perekonomian negara maupun manfaat
(social benefits). Manfaat sosial industri kecil adalah bahwasanya industri
kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang
relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan
daya dukung permodalan dari pengusaha pada umumnya masih rendah.
Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi
commit to user
cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha sendiri, atau tabungan
keluarga dan kerabatnya. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer
terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk
yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri
besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah
menyebabkan biaya transportasi menjadi minim, sehingga memungkinkan
barang-barang hasil produksi dapat sampai ketangan konsumen secara cepat,
mudah dan murah.
Peningkatan kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi
lemah merupakan jawaban terhadap ketidak selarasan dan berbagai
kesenjangan dalam struktur perekonomian. Butir-butir trilogi pembangunan
Indonesia yakni pemerataan, pertumbuhan dan stabilisasi yang secara tersirat
telah memberikan penekanan tersendiri mengenai peranan pengusaha kecil
dan golongan ekonomi lemah. Makna pemerataan tentu saja bukanlah sekedar
memperluas kesempatan kerja, namun lebih jauh lagi menyangkut juga
pemerataan kesempatan berusaha, distribusi pendapatan, serta keselarasan
pembangunan antar wilayah dan lingkungan.
2. Strategi Pengembangan Industri Kecil Dengan memilih strategi pengembangan yang tepat dalam pengelolaan
industri kecil akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun
internasional. Atmadji dan Djoseno Ranupandoyo dalam Studi Perkembangan
Usaha dan Investasi Pengaruhnya pada Pendapatan Usaha Kecil Menengah
Indonesia menyatakan bahwa Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
melakukan beberapa upaya dalam menghadapi persaingan pasar bebas yaitu
dengan menggembangkan Usaha Kecil Menengah yang mengacu pada beberapa
hal antara lain:
a. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
dan menyediakan lingkungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UKM secara sistematik, mandiri dan
berkelanjutan.
b. Mempermudah perijinan pajak, dan
retribusi lainnya.
c. Mempermudah akses pada bahan baku,
teknologi, informasi.
d. Menyediakan bantuan teknis (pelatihan
penelitian) dan manajemen melalui
BDSP (Business Development Service
Program)
e. Mendorong BDSP untuk masing-masing
memiliki keahlian.
f. Menciptakan sistem penjamin kredit
(financial guarantee System) yang
terutama disponsori oleh pemerintah
pusat dan daerah.
Menurut Ginanjar Kartasasmita (1996) ada beberapa aspek yang perlu di
tingkatkan untuk mengembangkan strategi yaitu antara lain:
a. Modal
Pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah
keseluruhan aktiva lancar. Perbedaan fungsional antara modal kerja dan
modal tetap menurut (Bambang Riyanto 1995) adalah:
1) Jumlah modal kerja adalah lebih fleksibel. Jumlah modal
kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil,
disesuaikan dengan kebutuhannya. Sedangkan modal tetap,
sekali diberi tidak mudah dikurangi atau diperkecil.
2) Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen
modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan,
sedangkan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka
commit to user segera mengalami perubahan.
3) Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka
waktu yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami
proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk
membiayai operasinya sehari–hari, dimana uang atau dana yang telah
dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam
perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan
produksinya. Menurut (Bambang Riyanto, 1995: 57) “Beberapa konsep
pengertian modal kerja dibedakan menjadi tiga, yaitu konsep kuantitatif,
konsep kualitatif, dan konsep fungsional”. Dengan penjelasan sebagai
berikut:
1) Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva
lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
bruto (gross working capital).
2) Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar
yang benar–benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan
kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar (net working capital).
3) Konsep Fungsional
Dalam konsep ini berdasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau
digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan.
b. Teknologi
Perkembangan teknologi sekarang ini memperlihatkan
perkembangan ke berbagai arah. Penggunaan teknologi dapat diterapkan di
berbagai bidang. Selain itu, perkembangan tidak selalu teratur. Adakalanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perkembangan baru tidak jarang teknologi yang lama terhenti.
Perkembangan teknologi juga mempengaruhi kegiatan pemasaran
karena dapat memberikan suatu akibat pada kehidupan konsumen, terutama
cara hidup dan pola konsumsinya. Misalnya, dengan diketemukannya alat
hitung menghitung berawal dari abacus ( cipoa ), diperbaiki yang langsung
dan tak langsung akan mempengaruhi kegiatan usaha yang ditekuninya.
Perkembangan teknologi menyebabkan tambahan produksi dengan
sumber-sumber yang sama ataupun jumlah output yang sama tetapi dengan input
yang lebih sedikit, atau mungkin pula berupa barang-barang yang baru yang
punya kegunaan yang lebih banyak.
Menurut Irawan dan M.Suparmoko (2002) teknologi dalam
kehidupan sehari-hari ialah ” suatu perubahan dalam fungsi yang tampak
dalam teknik produksi yang ada”.
c. Manajeman Dalam melaksanakan kegiatan produksi diperlukan
manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam
upaya mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya
dalam proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang
dialihbahasakan oleh (T. Hani Handoko, 2003:8) sebagai berikut:
“Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan pengunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Fungsi Manajemen antara lain:
1) Forecasting: Kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi apabila sesuatu dikerjakan.
2) Planning: Penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
3) Organizing: Pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, termasuk
commit to user
4) Staffing: Penyusunan personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru,
latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas
memberi daya guna maksimal pada organisasi.
5) Directing:Usaha memberikan bimbingan saran-saran dan perintah dalam
pelaksanaan tugas masing-masing bawahan untuk dilaksanakan dengan
baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6) Leading: Pekerjaan manager untuk meminta orang lain agar bertindak
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
7) Coordinating: Menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi
kekacauan dan saling lempar tanggung jawab dengan jalan
menghubungkan, menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan.
8) Motivating: Pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada
bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara
sukarela.
9) Controling: Penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
10)Reporting: Penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.
d. Pasar
Pada saat sekarang peranan pasar masa kini sangatlah penting.
Untuk menekan harga pokok, perusahaan industri menghasilkan barang
secara massal karena dalam proses produksinya menggunakan mesin- mesin
sehingga dapat menghasilkan barang dalam jumlah banyak yang mungkin
lebih banyak dari yang dibutuhkan dengan waktu yang relatif singkat.
Adanya pasar bagi barang-barang hasil produksinya sangatlah berkaitan
dengan kelangsungan hidup perusahaan. Pada pasar tersebut produsen dan
konsumen bertemu dan berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar produsen
mengajukan penawaran (supply) atas produknya dan melalui mekanisme
pasar pula konsumen mengajukan permintaan (demand). Adanya tindakan
penawaran dan permintaan akan dapat menimbulkan harga dan kesesuaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keuntungan yang akan dapat menutupi biaya produksi serta menambah
modal perusahaan.
Pasar adalah salah satu dari berbagai system, institusi, prosedur,
hubungan social dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan
tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. (Suyadi
Prawirosentono 2002: 21) menyatakan bahwa “secara umum pasar
merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan
transaksi jual beli dalam rangka pemindahan hak atas barang atau jasa yang
dijadikan objek jual beli, pasar demikian disebut pasar dalam arti sempit.
Pasar dalam arti yang luas, yakni merupakan tempat konsumen potensial
berada”.
Dalam dunia usaha tanpa adanya persaingan maka tidak akan
mengalami perkembangan sampai sejauh yang kita terima saat ini.
Persaingan merupakan gejala sosial yang terjadi masyarakat yang selalu
menimbulkan segala kontroversi. Sehingga persaingan menjadi suatu hal
yang wajib terjadi di dalam dunia usaha. Dalam berdagang atau menjalankan
usaha, juga terjadi persaingan antara para pedagang di dalam pasar. Seperti
Pasar persaingan sempurna yang merupakan pasar yang terdapat banyak
penjual dan pembeli yang menjual barang yang sama, sehingga tidak ada
pihak yang bisa mempengaruhi harga pasar. Akibatnya, penjual tidak bisa
seenaknya menentukan harga. Karena ketidak mampuan menentukan harga
pasar, kedua belah pihak disebut sebagai penerima harga (price taker).
Pasar memiliki beberapa fungsi antara lain:
1) Fungsi Pokok
Sebagai sarana pelayanan dan penyediaan kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat, juga sebagi sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari
jasa pelayanan dan perpasaran serta merupakan sarana distribusi
perekonomian yang dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang
jasa dan pencipta kesempatan kerja.
2) Fungsi pada skala kecil
commit to user
kebutuhannya masing-masing baik kebutuhan yang bersifat konsumtif
maupun untuk bidang jasa.
e. Kewirausahaan Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha
dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya
bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut
atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Menurut Robert D. Hisrich, Michael P.Peters dan Dean A.
Shepherd (10: 2008) menyatakan bahwa Kewirausahaan adalah “Proses
penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya
yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko social
yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta
kepuasan dan kebebasan pribadi”. Masih menurut Robert D. Hisrich,
Michael P.Peters dan Dean A. Shepherd tindakan kewirausahaan mengacu
pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan
pada pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk
mendapatkan keuntungan.
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil yaitu:
1) Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk
menebak kemana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat
diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
2) Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih
dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai
kegiatan.
3) Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar
prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,
pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian
utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus
dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam
bentuk uang maupun waktu.
5) Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit
untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan
kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja
kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan.
6) Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha
tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7) Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang
teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu
memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana
direalisasikan.
8) Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai
pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang
dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan,
antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta
masyarakat luas. (Kasmir,2007)
f. Kelembagaan Menurut Sudaryanto dalam Hermanto R (2010) kelembagaan
adalah sebagai pranata dapat dikenali melalui unsure-unsurnya seperti aturan
main, hak dan kewajiban, batas yuridiksi atau ikatan dan sangsi, dan juga
terdapat struktur organisasi, tujuan yang jelas, mempunyai partisipan dan
mempunyai teknologi serta sumber daya.
Unsur-unsur kelembagaan
1) Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial
masyarakat.
commit to user
secara luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai
tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur.
3) Peraturan dan penegakan aturan/hukum.
4) Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama
dengan dukungan tingkah laku, hak dan kewajiban anggota.
5) Kode etik.
6) Kontrak.
7) Pasar.
8) Hak milik (property rights)
9) Organisasi.
10) Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan.
g. Kemitraan usaha Pola kemitraan di Indonesia hingga detik ini dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu: pola keterkaitan langsung dan keterkaitan
tidak langsung. Pola keterkaitan langsung meliputi: Pertama, Pola PIR
(Perkebunan Inti Rakyat), di mana Bapak Angkat (baca:usaha besar) sebagai
inti sedang petani kecil sebagai plasma. Kedua, pola dagang, dimana bapak
angkat bertindak sebagai pemasar produk yang dihasilkan oleh mitra
usahanya. Ketiga, pola vendor, di mana produk yang dihasilkan oleh anak
angkat tidak memiliki hubungan kaitan ke depan maupun ke belakang
dengan produk yang dihasilkan oleh bapak angkatnya. Pola keterkaitan tidak
langsung merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola ini tidak ada
hubungan bisnis langsung antara "Pak Bina" dengan mitra usaha.
Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar
(Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh
pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan
memperkuat.
Kemitraan menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997
tentang Kemitraan ialah kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan,
Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama
dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan
merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon
mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, mulai
membangun strategi, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi sampai
target tercapai. Pola kemitraan antara UKM dan UB di Indonesia yang telah
dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP No.
44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu :
1) Inti Plasma,
Adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti.
2) Subkontrak,
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan
mitra; dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan
oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.
3) Dagang Umum,
Adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok
mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra.
4) Keagenan,
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan
mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang
dan jasa usaha pengusaha mitra.
5) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan
mitra,dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk
mengusahakan atau budidaya pertanian.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan
kemitraan diantaranya adalah:
commit to user 1) meningkatkatnya produktivitas,
2) efisiensi,
3) jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas,
4) menurunkan resiko kerugian,
5) memberikan social benefit yang cukup tinggi, dan
6) meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.
3. Bahan Baku
Menurut Freddy Rangkuti (1997) menyatakan bahwa Setiap
industri pasti memerlukan persediaan tanpa adanya persedian, para
pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaanya pada suatu
waktu tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Masih menurut Freddy
Rangkuti persediaan adalah ”sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang
disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan
untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan
untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu”.
Persediaan memiliki beberapa manfaat antara lain:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau
bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan resiko barang yang rusak.
3) Untuk mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara
musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada
dalam pasaran.
4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.
5) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
sebaik-baiknya.
Setiap pengusaha harus menjaga persediaan yang cukup agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperhatikan adalah agar bahan baku yang dibutuhkan hendaknya cukup
tersedia sehingga dapat menjamin kelancaran produksi. Hendaknya jumlah
persediaan itu jangan terlalu besar, sehingga modal yang tertanam dan
biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan juga tidak besar.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:60) “persediaan
dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambah fleksibilitas operasi
perusahaan”. Adapu empat fungsi persediaan adalah:
1) untuk Men-“decouple” atau memisahkan beragam bagian proses
produksi.
2) untuk Men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan
menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan
bagi pelanggan.
3) Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam
jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman
barang.
4) Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
Masih menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:61) terdapat
empat jenis persediaan yaitu:
1) Persediaan Bahan baku
Persediaan yang hanya untuk dibeli namun tidak diproses.
2) Persediaan barang setengah jadi
Ialah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa
perubahan tetapi belum selesai.
3) Persediaan pemeliharaan/perbaikan / operasi
Ialah persediaan yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan
proses produkasi tetap produktif.
4) Persediaan barang jadi
Ialah proses yang sudah selesai dan menunggu pengiriman.
4. Pendapatan
commit to user
kegiatan usaha yang telah dilakukannya berupa pendapatan. Timbal balik yang
diperoleh berupa pendapatan atau penghasilan dalam bentuk uang maupun barang.
Tingkat pendapatan seseorang akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas
kebutuhan.
Pendapatan adalah tingkat hidup seseorang individu atau keluarga yang
didasarkan atas penghasilan mereka dari sumber-sumber pendapatan lainnya.
Pendapatan menurut UU RI no.10 tahun 1994 pasal 14 ayat (1) adalah sebagai
berikut:
Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan atau penghasilan yang diterima dapat berupa uang dan dapat pula berupa barang atau jasa yang ditaksir atau dinilai dengan uang.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku standart
Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah “Arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal”.
Dalam buku Teori Akuntansi yang berjudul Accounting Principle Board
yang dikutip oleh (Theodorus Tuanakotta,1984:153) pengertian pendapatan
adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam perusahaan sebagai akibat
penjualan barang dan jasa”.
Patton dan Littleton mengemukakan bahwa pengertian pendapatan dapat
ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Hal ini juga dikemukakan Suwardjono
(1984:167) dalam buku teori Akuntansi Perekayasaan Akuntansi Keuangan bahwa
dari aspek fisik pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik
dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa
pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan
operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendapatan tersebut dapat diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan
sampingan yang diterima pada waktu tertentu, misalnya satu bulan sekali,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user pendapatan tersebut.
Menurut Sadono Sukirno (2005:132) menyatakan bahwa ” dalam kegiatan
pertanian perubahan permintaan lebih mempengaruhi pendapatan daripada
kesempatan kerja”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan para petani maupun
pengolah akan meningkat.
Keputusan output yang relevan bagi perusahaan yang ingin
memaksimumkan labanya adalah penerimaan yang diperoleh dari penjualan 1 unit
terakhir barang yang dihasilkan. Bila perusahaan dapat menjual semua barang
yang dihasilkan sesuka hati tanpa menyebabkan terjadinya efek dalam harga
pasar, maka harga dianggap sebagai pendapatan marginal. (Walter Nicholson,
2002).
B. Kerangka Berfikir
Secara garis besar masalah-masalah yang akan diteliti, dituangkan dalam
bentuk suatu kerangka pemikiran untuk memperjelas dan mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Kerangka pemikiran
ini menggambarkan bahwa suatu perusahaan dalam hal ini adalah industri Carica,
harus mempunyai strategi pengembangan agar dalam pencapaian tujuan dapat
tercapai secara maksimal. Strategi pengembangan usaha meliputi modal,
teknologi, manajemen, pasar, kewirausahaan, kelembagaan, dan kemitraan usaha
Sentra industri Carica di Kabupaten Wonosobo memulai usahanya karena
ada kesempatan pasar yang baik. Bagi seorang pemasar, kesempatan pemasaran
merupakan kebutuhan pasar yang masih ada dan pemasar bertugas mengubah
sumber-sumber menjadi produk yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Tidak
lepas dari adanya kesempatan pasar yang baik masih ada kelemahan, ancaman
maupun peluang yang muncul maka dari itu perlu dilakukan suatu analisis yaitu
analisis SWOT dimana didalamnya dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang ada dalam sentra industri Carica tersebut.
Dengan melakukan analisis SWOT ditemukan beberapa kendala yang
dihadapi oleh sentra industri kecil Carica sehingga diperlukan solusi untuk
commit to user
dilakukan dengan menggunakan strategi pengembangan usaha yang telah
ditemukan.
Diharapkan dengan menerapkan strategi pengambangan usaha dapat
menimbulkan keberhasilan pengrajin Carica di kabupaten Wonosobo dalam hal
peningkatan pendapatan pengrajin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.1: Kerangka Berfikir
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa sentra industri kecil Carica yang
berada di daerah Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi
ini dikarenakan mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan selain itu
pengarajin sentra industri kecil Carica hanya bisa ditemukan di kabupaten
Wonosobo.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan
penelitian. Penelitian ini di mulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan
terselesaikannya laporan ini.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Untuk mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan
suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk
penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang
disajikan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun
ciri-ciri penelitian kualitatif menurut (Moleong, 2006:9) adalah sebagai berikut:
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila dihadapkan pada kenyataan jamak.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi.
Lebih lanjut Moleong (2004:34) mengemukakan bahwa ” Penelitian
kualitatif itu cenderung untuk mencari, menemukan dan menyimpulkan hipotesis;
hipotesis dilihat sebagai sesuatu yang tentatif, berkembang dan didasarkan pada