• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Deskripsi Data

4.2.2 Deskripsi Temuan Lapangan

Pada tahap ini peneliti akan memaparkan data hasil dari wawancara, observasi dan kuesioner kepada 109 pemohon dan termohon informasi di wilayah Kota Serang, untuk mengetahui hasil skor rata-rata responden mengenai kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik.

Penelitian ini memiliki kriteria skor berdasarkan kategorinya, yang berdasarkan nilai IKM, yaitu :

Tabel 4.4

Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan

Nilai Persepsi Nilai Interval IKM Nilai Interval Konversi IKM Mutu Pelayanan Kinerja Unit Pelayanan 1 1,00 – 1,75 25, 00 – 43,75 D Tidak Baik 2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang Baik 3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik 4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat Baik Sumber : Kepmenpan, 2013

Untuk memperoleh nilai IKM digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut :

NRR (Nilai Rata-Rata) Per Unsur Pelayanan =

Apabila telah diketahui NRR (Nilai rata-rata) dari masing-masing unsur pelayanan maka selanjutnya akan dikalikan dengan nilai penimbang yang sama yaitu 0,071.

Pada penelitian ini menggunakan teori indikator kinerja menurut Dwiyanto (2006 : 50), yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Adapun untuk lebih jelasnya peneliti menggunakan bentuk diagram batang untuk memaparkan dan mengetahui hasil skor rata-rata responden.

Total dari nilai persepsi per unsur

Total unsur yang terisi

Nilai IKM = Total dari nilai persepsi per unsur X nilai Penimbang Total unsur yang terisi

PRODUKTIVITAS

Dimensi produktivitas merupakan konsep dari indikator kinerja yang juga mempengaruhi kinerja suatu organisasi. Dimensi produktivitas ini merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Terdapat 4 (empat) indikator yang berkaitan dengan dimensi Produktivitas, antara lain :

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada indikator yang pertama yaitu indikator Sumber Daya Manusia (SDM), konsep indikator kinerja ini adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang dijalankan oleh suatu instansi terkait untuk mewujudkan sasaran tujuan, visi dan misi suatu organisasi.

Dalam indikator ini terdapat temuan lapangan dengan menggunakan kuesioner guna mendapatkan jawaban ataupun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, terdapat 5 (lima) pernyataan yang berkaitan dengan indikator Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu pernyataan nomor (1), (2), (3), (6) dan (7).

Pernyataan nomor 1 berkaitan dengan Petugas Komisi Informasi Provinsi Banten sudah memenuhi standar kompetensi yang diharapkan atau tidak. Pernyataan nomor 2 berkaitan dengan Petugas Komisi Informasi Provinsi Banten memiliki etika kerja yang baik atau tidak. Pernyataan nomor 3 berkaitan dengan Petugas Komisi Informasi Provinsi Banten memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi atau tidak. Pernyataan

nomor 6 berkaitan dengan Komisi Informasi Provinsi Banten memiliki jumlah sumber daya manusia (SDM ) yang memadai dalam menyelesaikan sengketa informasi atau tidak, dan Pernyataan nomor 7 berkaitan dengan Kinerja petugas Komisi Informasi Provinsi Banten sudah sesuai dengan Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi (PSI) atau tidak. Berikut diagram yang menunjukkan perolehan hasil data kuesioner dari responden pada indikator SDM, yaitu :

Diagram 4.1

Indikator Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber : Olahan data kuesioner nomor 1, 2, 3, 6 dan 7, 2016

Pertama, pernyataan yang berkaitan dengan indikator Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilihat dari diagram 4.1 di atas didapat skor rata-rata dari responden pada setiap pernyataan. Di dapat skor rata-rata-rata-rata 2,11 untuk standar kompetensi petugas, skor rata-rata 2,26 untuk etika kerja petugas, skor rata 2,17 untuk tingkat kedisiplinan petugas, skor rata-rata 1,99 untuk jumlah SDM yang memadai dan skor rata-rata-rata-rata 1,77 untuk prosedur penyelesaian sengketa informasi (PSI).

2.11 2.26 2.17 1,99 1.77 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Standar Kompetensi Petugas

Etika Kerja Tingkat Kedisiplinan

Jumlah SDM Memadai

Hasil yang didapat untuk standar kompetensi petugas adalah 2,11 yang dikategorikan “kurang baik”. Hal ini dapat diartikan bahwa petugas KI Provinsi Banten belum memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Hal tersebut disebabkan karena petugas KI Provinsi Banten tidak diberikan pelatihan-pelatihan khususnya dalam rangka meningkatkan kompetensi petugas sehingga petugas KI Provinsi Banten kurang berkompetensi.

Hal itu dibenarkan oleh Bapak Achmad Nashrudin sebagai komsioner bidang Kelembagaan periode 1, yang mengatakan bahwa memang perlu adanya pendidikan serta pelatihan mengenai bidang sengketa informasi yang diberikan kepada petugas, agar petugas KI Provinsi Banten memiliki wawasan yang luas dalam bidang sengketa informasi dan standar kompetensi petugas menjadi lebih baik, karena petugas yang memiliki standar kompetensi yang baik adalah petugas yang memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas khususnya dibidang penyelesaian sengketa informasi ini.

Hasil yang didapat untuk etika kerja petugas adalah 2,26 yang dikategorikan “kurangbaik”. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar

petugas KI Provinsi Banten dalam melaksanakan tugasnya kurang memiliki etika kerja yang baik.

Hal tersebut dibenarkan oleh beberapa responden yang mengatakan bahwa petugas KI Provinsi Banten kurang memiliki etika kerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Dalam merekrut petugas KI Provinsi Banten tidak hanya didasarkan pada kemampuan materi saja yang dinilai akan tetapi etika pun harus dinilai, karena etika merupakan cerminan bagi seorang petugas KI Provinsi Banten dalam menjalankan tugasnya apakah ia pantas atau tidak untuk menjadi seorang petugas KI Provinsi Banten, karena petugas KI Provinsi Banten dituntut untuk menjunjung tinggi HAM, hukum dan norma-norma yang berlaku, yang mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi/golongan, bersikap objektif dan tidak pandang bulu serta tegas.

Hasil yang didapat untuk tingkat kedisiplinan petugas adalah 2,17

yang dikategorikan “kurangbaik”. Hal ini berarti bahwa bahwa petugas KI Provinsi Banten belum memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, karena disiplin yang tinggi menunjukkan bahwa petugas KI Provinsi Banten dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan benar. Jika seorang petugas KI Provinsi Banten tidak memiliki disiplin yang tinggi maka ia tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, karena petugas KI Provinsi Banten dituntut untuk memiliki rasa disiplin yang tinggi.

Hasil yang didapat untuk jumlah sumber daya manusia yang memadai adalah 1,99 yang dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa Komisi Informasi Provinsi Banten belum memiliki jumlah SDM yang memadai dalam menyelesaikan sengketa

informasi. Aturan mengenai sumber daya manusia yang harus disesuaikan dengan kebutuhan Komisi Informasi sebagai lembaga independen.

Hal tersebut tidak disangkal oleh Bapak Alamsyah Basri sebagai ketua KI Provinsi Banten periode 1, yang mengatakan bahwa perlu adanya penguatan kinerja kelembagaan KIP Banten, dalam tata kelola keskretariatan diperlukan penambahan SDM untuk menopang kinerja dan tupoksi KIP Banten. Hal itu disetujui oleh Bapak Amas Tadjuddin sebagai komsioner bidang penyelesaian sengketa informasi periode 1, yang mengatakan bahwa Komisi Informasi Provinsi Banten masih kekurangan personil dalam menyelesaikan sengketa informasi publik, mengingat banyaknya jumlah permohonan sengketa informasi yang masuk setiap harinya.

Hasil yang didapat untuk prosedur penyelesaian sengketa informasi (PSI) adalah 1,77 yang dikategorikan “kurang baik”. Hal ini berarti bahwa kinerja petugas KI Provinsi Banten belum sepenuhnya melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur penyelesaian sengketa informasi (PSI). Prosedur penyelesaian sengketa informasi diperlukan untuk memberikan kepastian hukum pemenuhan hak seseorang atas informasi oleh Badan Publik sebagai pihak yang menguasai informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan kepentingan publik sebagaimana Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

Hal tersebut dibenarkan oleh salah satu responden yang menyatakan bahwa kinerja/pelayanan petugas KI Provinsi Banten belum sesuai dengan prosedur PSI. Karena kinerja petugas KI Provinsi Banten dinilai masih lambat dalam menanggapi permohonan informasi, karena prosedur penyelesaian sengketa informasi menerapkan prinsip umum berdasarkan asas cepat dan tepat waktu.

Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa jawaban dari para responden pada indikator Sumber Daya Manusia (SDM) adalah dengan skor rata-rata 2,06 yang dikategorikan “kurangbaik”.

2. Sarana dan Prasarana

Pada indikator yang kedua yaitu indikator Sarana dan Prasarana, konsep indikator kinerja ini adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang dijalankan oleh suatu instansi terkait untuk mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai.

Dalam indikator ini terdapat temuan lapangan dengan menggunakan kuesioner guna mendapatkan jawaban ataupun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, terdapat 2 (dua) pernyataan yang berkaitan dengan indikator Sarana dan Prasarana, yaitu pernyataan nomor (4) dan (5).

Pernyataan nomor 4 berkaitan dengan Prasarana (fasilitas penunjang operasional) sudah memadai atau tidak, dan Pernyataan nomor 5 berkaitan dengan Prasarana (fasilitas penunjang operasional) sudah

memadai atau tidak. Berikut diagram yang menunjukkan perolehan hasil data kuesioner dari responden pada indikator Sarana dan Prasarana, yaitu :

Diagram 4.2

Indikator Sarana dan Prasarana

Sumber : Olahan data kuesioner nomor 4 dan 5, 2016

Kedua, pernyataan yang berkaitan dengan indikator Sarana dan Prasarana, dapat dilihat dari diagram 4.2 di atas didapat skor rata-rata dari responden pada setiap pernyataan. Di dapat skor rata-rata 1,98 untuk sarana (fasilitas utama) yang memadai dan skor rata-rata 1,93 untuk prasarana (fasilitas penunjang operasional) yang memadai.

Hasil yang didapat untuk sarana (fasilitas utama) yang memadai adalah 1,98 yang dikategorikan “kurang baik”. Hal ini berarti bahwa sarana (fasilitas utama) untuk membantu kinerja petuga KI Provinsi Banten belum memadai, sehingga kurang membantu pekerjaan dalam hal penyelesaian sengketa informasi.

Hasil yang didapat untuk prasarana (fasilitas penunjang operasional) adalah 1,93 yang dikategorikan “kurangbaik”. Hal ini berarti bahwa prasarana (fasilitas penunjang operasional) untuk membantu kinerja

1.98 1.93 1.9 1.92 1.94 1.96 1.98 2 Sarana Prasarana

petugas KI Provinsi Banten belum cukup memadai, sehingga kurang membantu mempermudah pekerjaan dalam hal penyelesaian sengketa informasi.

Hal ini dibenarkan oleh Bapak Awi yaitu salah satu petugas di Komisi Informasi Provinsi Banten bahwa masih ada kekurangan pada kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan informasi di Komisi Informasi Provinsi Banten. Maka dari itu Komisi Informasi Provinsi Banten berencana untuk penambahan meja layanan informasi, penambahan ruang mediasi dan ajudikasi, dan perluasan ruang tunggu untuk pemohon/termohon informasi. Serta website yang akan terus mengupdate segala informasi serta perbaikan dari mekanisme pelayanan. Karena jumlah permohonan informasi yang tinggi maka hampir setiap hari ada persidangan yang ditangani Komisi Informasi Provinsi Banten maka banyak pula pemohon/termohon informasi yang datang ke kantor Komisi Informasi Provinsi Banten. Untuk itu rencana akan kelengkapan sarana dan prasarana di Komisi Informasi akan segera dilakukan untuk menunjang kegiatan sengketa informasi agar berjalan lancar.

Perolehan data tersebut menunjukan bahwa jawaban dari para responden pada indikator Sarana dan Prasarana adalah dengan skor rata-rata 1,96 yang dikategorikan “kurangbaik”.

Pada indikator yang ketiga yaitu indikator Efektivitas Pelayanan, konsep indikator kinerja ini adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang dijalankan oleh suatu instansi terkait untuk mewujudkan kinerja/pelayanan yang efektif.

Dalam indikator ini terdapat temuan lapangan dengan menggunakan kuesioner guna mendapatkan jawaban ataupun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, terdapat 2 (tiga) pernyataan yang berkaitan dengan indikator Efektivitas Pelayanan, yaitu pernyataan nomor (8) dan (10).

Pernyataan nomor 8 berkaitan dengan Pelayanan yang diberikan petugas Komisi Informasi Provinsi Banten tidak berbelit-belit atau tidak, dan Pernyataan nomor 10 berkaitan dengan Hasil kinerja petugas Komisi Informasi Provinsi Banten sudah menunjukkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan secara baik dan tepat atau tidak. Berikut diagram yang menunjukkan perolehan hasil data kuesioner dari responden pada indikator Efektivitas Pelayanan, yaitu :

Diagram 4.3

Indikator Efektivitas Pelayanan

Sumber : Olahan data kuesioner nomor 8, dan 10, 2016

1.99 2.02 1.97 1.98 1.99 2 2.01 2.02 2.03

Pelayanan Tidak Berbelit-belit

Kinerja yang baik dan tepat

Ketiga, pernyataan yang berkaitan dengan indikator Efektivitas Pelayanan, dapat dilihat dari diagram 4.3 di atas didapat skor rata-rata dari responden pada setiap pernyataan. Didapat skor rata-rata 1,99 untuk pelayanan tidak berbelit-belit dan skor rata-rata 2,02 untuk kinerja yang baik dan tepat.

Hasil yang didapat untuk pelayanan tidak berbelit-belit adalah 1,99

yang dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan petugas KI Provinsi Banten berbelit-belit.

Hal tersebut dibenarkan oleh beberapa responden yang mengatakan bahwa syarat ketentuan pengajuan permohonan informasi berberbelit-belit dan tidak sederhana.

Hasil yang didapat untuk kinerja yang baik dan tepat adalah 2,02

yang dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa hasil kinerja yang dilakukan oleh petugas KI Provinsi Banten belum menunjukan pencapaian tujuan yang ditetapkan secara baik dan tepat.

Hal tersebut dibenarkan oleh para responden bahwa hasil dari kinerja petugas KI Provinsi Banten belum maksimal, karena masih perlu adanya evaluasi yang dilakukan oleh petugas KI Provinsi Banten agar kinerja/pelayanan yang diberikan dapat sesuai dengan yang diharapkan pemohon informasi dan tak lepas dari kesesuaian peraturan perundangan.

Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa jawaban dari para responden pada indikator Efektivitas Pelayanan adalah dengan skor rata-rata 2,01 yang dikategorikan “kurangbaik”.

4. Efisiensi Pelayanan

Pada indikator yang keempat yaitu indikator Efisiensi Pelayanan, konsep indikator kinerja ini adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang dijalankan oleh suatu instansi terkait untuk mewujudkan pelayanan yang efisien.

Dalam indikator ini terdapat temuan lapangan dengan menggunakan kuesioner guna mendapatkan jawaban ataupun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, terdapat 2 (dua) pernyataan yang berkaitan dengan indikator Efisiensi Pelayanan, yaitu pernyataan nomor (9) dan (11).

Pernyataan nomor 9 berkaitan dengan Jangka waktu permohonan informasi sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku atau tidak, dan Pernyataan nomor 11 berkaitan dengan Petugas Komisi Informasi Provinsi Banten menggunakan sumber daya (sarana & prasarana) secara optimal atau tidak.

Berikut diagram yang menunjukkan perolehan hasil data kuesioner dari responden pada indikator Efisiensi Pelayanan, yaitu :

Diagram 4.4

Indikator Efisiensi Pelayanan

Sumber : Olahan data kuesioner nomor 9 dan 11, 2016

Keempat, pernyataan yang berkaitan dengan indikator Efisiensi Pelayanan, dapat dilihat dari diagram 4.4 di atas didapat skor rata-rata dari responden pada setiap pernyataan. Didapat skor rata-rata 2,04 untuk jangka waktu permohonan informasi dan skor rata-rata 2,07 untuk penggunaan sumber daya (sarana dan prasarana) secara optimal.

Hasil yang didapat untuk jangka waktu permohonan informasi adalah 2,04 yang dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa jangka waktu permohonan informasi yang dilakukan oleh petugas KI Provinsi Banten belum berdasarkan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Komisi Informasi No.1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik bahwa proses penyelesaian sengketa informasi publik dilakukan berdasarkan asas cepat, tepat, biaya ringan dan sederhana.

Hal ini benarkan oleh salah satu responden yaitu Bapak Sulaiman Hasan selaku Ketua Umum dari LSM AMMINDO bahwa jangka waktu

2.04 2.07 2.02 2.03 2.04 2.05 2.06 2.07 2.08 Jangka Waktu Permohonan Penggunaan Sumberdaya Secara Optimal

permohonan yang dijalankan tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang semestinya. Petugas Komisi Informasi Provinsi Banten dinilai lambat dalam menangani permohonan informasi karena seharusnya permohonan informasi publik ditanggapi maksimal 10 hari kerja tetapi sudah lebih dari itu belum ada tanggapan dari pihak terkait. Maka disimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan petugas Komisi Informasi Provinsi Banten masih belum efisien terhadap permohonan informasi berdasarkan jangka waktu yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Hasil yang didapat untuk penggunaan sumber daya (sarana dan prasarana) secara optimal adalah 2,07 yang dikategorikan “kurang baik”.

Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa petugas KI Provinsi Banten masih belum menggunakan sumber daya (sarana dan prasarana) secara optimal.

Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa jawaban dari para responden pada indikator Efisiensi Pelayanan adalah dengan skor rata-rata 2,06 yang dikategorikan “kurang baik”.

KUALITAS LAYANAN

Dimensi kualitas layanan merupakan konsep dari indikator kinerja yang juga mempengaruhi kinerja suatu organisasi berdasarkan kualitas pelayanan yang diberikan. Terdapat 2 (dua) indikator yang berkaitan dengan dimensi Kualitas Layanan, yang dimulai dari indikator nomor 5, antara lain :

5. Kualitas Pekerjaan

Pada indikator yang kelima yaitu indikator Kualitas Pekerjaan, konsep indikator kinerja ini adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang dijalankan oleh suatu instansi terkait untuk menciptakan kinerja yang berkualitas.

Dalam indikator ini terdapat temuan lapangan dengan menggunakan kuesioner guna mendapatkan jawaban ataupun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, terdapat 4 (empat) pernyataan yang berkaitan dengan indikator Kualitas Pekerjaan, yaitu pernyataan nomor (12), (13), (14) dan (18).

Pernyataan nomor 12 berkaitan dengan Kinerja petugas Komisi Informasi Provinsi Banten berdasarkan konsistensi kerja yang baik atau tidak. Pernyataan nomor 13 berkaitan dengan Pemohon informasi diberikan pelayanan yang sesuai dengan standar layanan informasi publik atau tidak. Pernyataan nomor 14 pernyataan yang berkaitan dengan Petugas Komisi Informasi Provinsi Banten bersikap ramah dan baik saat memberikan pelayanan atau tidak, dan Pernyataan nomor 18 berkaitan dengan Komisi Informasi Provinsi Banten memberikan kemudahan pada pemohon informasi dalam mengakses informasi publik atau tidak.

Berikut diagram yang menunjukkan perolehan hasil data kuesioner dari responden pada indikator Kualitas Pekerjaan, yaitu :

Diagram 4.5

Indikator Kualitas Pekerjaan

Sumber : Olahan data kuesioner nomor 12, 13, 14 dan 18, 2016

Kelima, pernyataan yang berkaitan dengan indikator Kualitas Pekerjaan, dapat dilihat dari diagram 4.5 di atas didapat skor rata-rata dari responden pada setiap pernyataan. Didapat skor rata-rata 2,14 untuk konsistensi kerja yang baik, skor rata-rata 1,91 untuk standar layanan informasi pemohon, skor rata-rata 2,10 untuk keramahan petugas dan skor rata-rata 1,91 untuk akses informasi publik.

Hasil yang didapat untuk konsistensi kerja yang baik adalah 2,14

yang dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa kinerja petugas KI Provinsi Banten belum berdasarkan konsistensi kerja yang baik.

Hal tersebut dibenarkan oleh para responden yang menilai bahwa kinerja petugas KI Provinsi Banten belum berdasarkan konsistensi kerja yang baik. Ada petugas yang bekerja dengan baik, namun ada petugas yang bekerja kurang baik.

2.14 1.91 2,10 1,91 1.751.8 1.851.9 1.952 2.052.1 2.152.2 Konsistensi Kerja Standar Layanan Informasi Pemohon Keramahan Petugas Akses Informasi Publik

Hasil yang didapat untuk standar pelayanan informasi pemohon adalah 1,91 yang dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukan bahwa petugas KI Provinsi Banten memberikan pelayanan kepada pemohon informasi tidak sesuai dengan standar pelayanan informasi publik.

Hal tersebut dibenarkan oleh para responden yang mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas KI Provinsi Banten belum berdasarkan asas cepat, tepat, biaya ringan dan sederhana. Seperti masih lambatnya kerja petugas dalam menanggapi dan menyelesaikan sengketa informasi publik, mekanisme pelayanan yang diberikan pun masih berbelit-belit, untuk itu pelayanan yang diberikan masih belum sesuai dengan standar pelayanan informasi publik.

Hasil yang didapat untuk keramahan petugas adalah 2,10 yang

dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa

petugas KI Provinsi Banten tidak selalu bersikap ramah dan baik saat memberikan pelayanan.

Hal tersebut dibenarkan oleh para responden yang mengatakan bahwa sikap petugas KI Provinsi Banten kurang ramah saat memberikan pelayanan kepada pemohon informasi.

Hasil yang didapat untuk akses informasi publik adalah 1,91 yang

dikategorikan “kurang baik”. Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa Komisi Informasi Provinsi Banten belum memberikan kemudahan pada

pemohon informasi dalam mengakses informasi publik. Sesuai dengan ketentuan pasal 28 huruf f UUD 1945 yang memberikan jaminan bahwa setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Hal tersebut diakui oleh para responden yang mengatakan bahwa mereka masih kesulitan dalam mengakses informasi publik, karena banyak website SKPD di Provinsi Banten yang tidak pernah mengupdate atau memperbaharui informasi publik. Sesuai dengan peraturan perundangan bahwa SKPD wajib mengupdate website minimal setiap 6 bulan sekali. Hal itu tidak disangkal oleh Bapak Ade Jahran sebagai ketua divisi advokasi sosialisasi dan edukasi Komisi Informasi Provinsi Banten periode 2, yang membenarkan bahwa transparansi informasi di Provinsi Banten masih setengah hati. Ia mengungkapkan bahwa banyak SKPD yang kurang membuka diri terhadap informasi publik. Sebab beberapa website SKPD di Provinsi Banten masih minim informasi dan kurang update. Padahal website tersebut sebagai media dan gerbang utama informasi pada publik.

Perolehan data tersebut menunjukkan bahwa jawaban dari para responden pada indikator Kualitas Pekerjaan adalah dengan skor rata-rata 2,02 yang dikategorikan “kurangbaik”.

6. Koordinasi/Komunikasi

Pada indikator yang keenam yaitu indikator Koordinasi/Komunikasi, konsep indikator kinerja ini adalah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program yang dijalankan oleh suatu instansi terkait untuk mewujudkan sasaran tujuan organisasi berdasarkan koordinasi/komunikasi yang baik.

Dalam indikator ini terdapat temuan lapangan dengan menggunakan kuesioner guna mendapatkan jawaban ataupun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, terdapat 2 (dua) pernyataan yang berkaitan dengan indikator Koordinasi/Komunikasi, yaitu pernyataan nomor (15), (16) dan (17).

Pernyataan nomor 15 berkaitan dengan Koordinasi antar sesama petugas Komisi Informasi Provinsi Banten sudak berjalan dengan baik atau tidak. Pernyataan nomor 16 berkaitan dengan Komunikasi petugas Komisi Informasi Provinsi Banten dengan pemohon/termohon informasi sudah baik atau tidak, dan Pernyataan nomor 17 berkaitan dengan Koordinasi yang baik antara Komisi Informasi Provinsi Banten dengan PPID Pembantu di seluruh Provinsi Banten atau tidak. Berikut diagram yang menunjukkan perolehan hasil data kuesioner dari responden pada indikator Koordinasi/Komunikasi, yaitu :

Dokumen terkait