• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KINERJA KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK PERIODE TAHUN 2011 - 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EVALUASI KINERJA KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK PERIODE TAHUN 2011 - 2014"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

FANNY OKTAVIANI MAULIDIA

6661103050

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)

Tahun 2011 - 2014, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing 1, Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Pembimbing 2, Titi Stiawati, S.Sos., M.Si.

Fokus pada penelitian ini adalah evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik periode tahun 2011 - 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam menyelesaikan sengketa informasi publik. Teori yang digunakan adalah teori kinerja menurut Dwiyanto dengan indikator kinerja produktifitas, kualitas layanan, responsifitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah pemohon informasi dan termohon informasi yang secara langsung terlibat dalam sengketa informasi di Komisi Informasi Provinsi Banten sebanyak 109 orang dan teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Teknik pengumpulan data yaitu kuesioner, observasi, wawancara dan studi literatur atau studi kepustakaan. Hasil dari penelitian diperoleh kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik adalah 51,38% dibawah dari yang diharapkan atau dapat dikatakan tidak baik karena belum mencapai angka 75%. Saran dari peneliti adalah adanya peningkatan kinerja dalam hal mengenai penyelesaian sengketa informasi publik, penambahan sumber daya manusia, peningakatan kualitas layanan, adanya ketegasan dari pihak Komisi Informasi Provinsi Banten kepada ketua dan seluruh pegawai yang melanggar peraturan, dan ketegasan pada SKPD yang belum maksimal dalam memberikan informasi publik, serta adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang agar pekerjaan dapat terselesaikan secara lebih efisien.

(6)

in 2011 - 2014, Public Administration Program, Faculty of Social and Political Sciences, University Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor 1, Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Supervisor 2, Titi Stiawati, S.Sos., M.Si.

This research is focused on the performance of Komisi Informasi Provinsi Banten in the settlement of disputes public information period in 2011 - 2014. The purpose of this study was to determine how much performance of Komisi Informasi Provinsi Banten in the settlement of disputes public information. Theory used is the theory of performance by Dwiyanto performance indicators productivity, quality of service, responsivity, responsibility and accountability. The research method used is quantitative descriptive. Population of this research is applicant information and the requested information which are directly involved in the dispute information on Komisi Informasi Provinsi Banten as many as 109 people and sampling technique using saturated sample. Data collection techniques are questionnaires, observation , interviews , literature or literature studies. The results of the research showed performance in the settlement of disputes public information is 51,38% below the number expected or or it can be said is not good because it has not reached 75%. Suggestions from researchers is no increase in performance in terms of public information dispute settlement, added human resources, enhanced quality of service, firmness of the parties Komisi Informasi Provinsi Banten to the leadership and all employees who break the rules and firmly on SKPD is not maximized in providing public information, and there is clarity in dividing tasks and of authority so that work is completed efficiently.

(7)

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten Dalam Penyelesaian

Sengketa Informasi Publik”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, motivasi, bimbingan, dan pengarahan yang telah diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd Selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Yth. Ibu Rahmawati S.Sos., M.Si Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Yth. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Selaku Wakil Dekan

(8)

7. Yth. Bapak Riswanda, Ph.D Selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Yth. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM Selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan, serta masukan yang positif selama proses pengajuan judul sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini.

9. Yth. Ibu Titi Stiawati S.Sos., M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu, memberikan bimbingan dengan sabar, memberikan nasehat dan motivasi selama penyusunan skripsi berlangsung sampai selesai.

10.Yth. Ibu Arenawati M.Si Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, petunjuk, solusi, serta motivasi kepada penulis dalam masalah akademik/perkuliahan.

11.Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

(9)

14.Seluruh pemohon informasi dan termohon informasi yang telah menyediakan waktu dan memberikan pendapat kepada penulis sehingga skripsi ini tersusun.

15.Untuk kedua orang tuaku tercinta mama dan ayah yang selalu memberikan kasih sayang, serta dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis. 16.Untuk teman hidupku komarudin yang selalu memberikan kasih sayang,

dorongan, semangat dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi di tahun ini.

17.Teman-teman kelas F & G (NR) angkatan 2010 yang telah memberikan banyak hal kepada penulis dalam melewati hari-hari perkuliahan.

18.Teman-teman seperjuangan yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu, atas kebaikan dan pertemanannya selama ini.

(10)

manfaat yang sahih bagi berbagai pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

.

Serang, September 2016

Penulis,

(11)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR RUMUS... xii

DAFTAR DIAGRAM... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Identifikasi Masalah... 15

1.3Pembatasan Masalah... 16

1.4Perumusan Masalah... 16

1.5Tujuan Penelitian... 16

1.6Manfaat Penelitian... 17

1.7Sistematika Penulisan... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN

(12)

2.2.3 Pengertian Evaluasi Kinerja... 35

2.3Penyelesaian Sengketa Informasi Publik... 41

2.3.1 Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik... 41

2.3.2 Sistem Pelayanan Informasi Publik Komisi Informasi Provinsi Banten……… 45

2.4 Penelitian Terdahulu……….. 48

2.5 Kerangka Berpikir... 53

2.6 Hipotesis Penelitian... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Metode Penelitian... 58

3.2Instrumen Penelitian... 58

3.3Populasi dan Sampel Penelitian... 61

3.3.1 Populasi... 61

3.3.2 Sampel... 61

3.4Jenis dan Sumber Data... 63

3.4.1 Jenis Data... 63

3.4.2 Sumber Data... 63

3.5Teknik Pengumpulan Data... 64

3.6Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 66

3.6.1 Uji Validitas... 67

3.6.2 Uji Realibilitas... 68

3.6.3 Uji Hipotesis... 69

3.7Lokasi dan Jadwal Penelitian... 70

(13)

4.1.2.2 Lokasi Komisi Informasi Provinsi Banten... 80

4.1.2.3 Sumber Daya Manusia... 80

4.1.2.4 Visi dan Misi Komisi Informasi Provinsi Banten... 81

4.2Deskripsi Data... 82

4.2.1 Identitas Responden... 82

4.2.2 Deskripsi Temuan Lapangan... 84

4.2.3 Pengujian Persyaratan Statistik... 128

4.2.3.1Uji Validitas... 128

4.2.3.2Uji Reliabilitas... 131

4.2.4 Pengujian Hipotesis... 133

4.2.5 Interpretasi Hasil Penelitian... 134

4.3Pembahasan... 140

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan... 162

5.2Saran... 163

(14)

Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi... 27

Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen... 59

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian... 60

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian………..……. 71

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota dan Kabupaten di Provinsi Banten... 72

Tabel 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 83

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 84

Tabel 4.4 Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan... 85

Tabel 4.5 Skor Rata-rata Indikator... 126

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas (Uji Butir Pernyataan)... 130

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 132

(15)
(16)

Rumus 3.2 Rumus Korelasi Product Moment Menurut Pearson... 68

Rumus 3.3 Rumus Koefisien Croanbach’s Alpha... 69

Rumus 3.4 Rumus T-test ... 70

(17)

Diagram 4.3 Indikator Efektivitas Pelayanan... 94

Diagram 4.4 Indikator Efisiensi Pelayanan... 97

Diagram 4.5 Indikator Kualitas Pekerjaan... 100

Diagram 4.6 Indikator Koordinasi/Komunikasi... 104

Diagram 4.7 Indikator Kebutuhan Informasi... 107

Diagram 4.8 Indikator Ketanggapan Petugas... 110

Diagram 4.9 Indikator Aspirasi Pemohon... 114

Diagram 4.10 Indikator Penegakan Sanksi/Hukuman... 117

Diagram 4.11 Indikator Tugas Berdasarkan Tupoksi... 121

(18)

1.1Latar Belakang

Negara Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras. Berbentuk hamparan kepulauan serta dipisahkan oleh hamparan lautan yang sangat luas. Indonesia adalah sebuah negara yang berlandaskan hukum menjadi panglima tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang melindungi setiap warga Negara-nya dalam melakukan setiap apapun bentuk kebebasan berpendapat, menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tulisan.

Kebebasan ini pun dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, baik didalam UUD Tahun 1945 pasal 28, maupun peraturan yang secara jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh Negara mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dan lain-lain.

(19)

penyelenggaraan negara yang berelasi dengan kesediaan untuk diawasi publik, berarti penyelenggaraan negara tersebut telah memastikan bahwa segenap aktifitas dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai manusia memiliki hak mendasar yang disebut dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satu hak mendasar ini adalah hak untuk memperoleh atau mendapatkan informasi. Hak ini dijamin oleh Konstitusi Negara atau UUD 1945 hasil amandemen. Pada pasal 28 F dinyatakan : “Setiap orang berhak utuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Keterbukaan informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Undang-undang Kebebasan Informasi Publik No. 14 Tahun 2008, mengatur empat hal pokok diantaranya yaitu :

1) hak setiap orang untuk memperoleh informasi,

2) kewajiban badan publik menyediakan dan melayani permintaan informasi secara cepat, tepat, proposional dan sederhana,

3) pengecualian bersifat ketat dan terbatas,

(20)

Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik fakta, maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca, yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik dan non elektronik. Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. (Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2013 Tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik)

(21)

Pemerintah Provinsi Banten sangat merespon Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dengan membentuk Komisi Informasi Provinsi Banten. Sesuai dengan bunyi pasal 23 UU tahun 2008, yang menyebutkan bahwa “…Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaanya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi…”

Selanjutnya, Komisi Informasi terdiri atas Pusat dan Komisi Informasi Provinsi dan/atau Komisi Informasi Kabupaten/Kota masing-masing sedangkan pusat berkedudukan di ibu kota negara. Susunan keanggotaan Komisi Informasi Provinsi Banten berjumlah lima orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat. Sedangkan bagi keanggotaan Komisi Informasi pada tingkat daerah Komisi Informasi kabupaten/kota berjumlah lima orang yang sama dengan pusat, mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat dengan dipimpin oleh seorang ketua merangkap anggota dan didampingi oleh seorang wakil ketua merangkap anggota dipilih oleh para anggota Komisi Informasi dapat dilakukan melalui pemungutan suara anggota.

(22)

memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).

Dalam tugasnya, Komisi Informasi dibantu oleh PPID. PPID dibentuk agar dalam penyelenggaraannya menciptakan keterbukaan informasi publik. PPID adalah Pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di Badan Publik (UU 14/2008 Pasal 1 ayat 9). PPID dijabat oleh seorang yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan informasi dan dokumentasi. Secara struktural kedudukan PPID terdiri dari atasan PPID Utama dan PPID Pembantu.

Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi hanya dapat diajukan setelah melalui proses keberatan kepada atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Pengajuan keberatan secara tertulis kepada atasan PPID sekurang-kurangnya berisikan nama dan/atau instansi asal pengguna informasi, alasan mengajukan keberatan, tujuan menggunakan informasi, dan kasus posisi permintaan informasi yang dimaksud. Yang dimaksud dengan atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang merupakan atasan langsung pejabat yang bersangkutan dan/atau atasan dari atasan langsung pejabat.

(23)

(PATTIRO) BANTEN sebagai Pemohon, terhadap DPW Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi Banten sebagai Termohon. Alasan PATTIRO BANTEN sebagai Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi publik kepada DPW Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi Banten sebagai termohon, karena pemohon merasa keberatan atas permintaan informasi yang tidak ditanggapi. Adapun data yang diminta yaitu : 1) AD/ART Partai; 2) Susunan kepengurusan partai; 3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Partai (Keuangan Partai) tahun 2013 dan 2014; dan 4) Program Kerja Partai tahun 2009 sampai dengan 2014. Pemohon meminta kepada Majelis Komsioner agar termohon tidak keberatan untuk memberikan informasi yang diminta pemohon, karena informasi yang dimohon adalah informasi yang bersifat terbuka sehingga wajib dibuka dan diberikan kepada pemohon.

(24)

Pemohon dirasa tidak memenuhi syarat kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa informasi publik. Karena berdasarkan keterangan pemohon, bahwa pemohon belum mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan belum tercatat di berita acara negara republik Indonesia. Sedangkan termohon memiliki kedudukan hukum sebagai badan publik di dalam sengketa informasi. Selanjutnya, permohonan penyelesaian sengketa Informasi yang diajukan oleh pemohon belum memenuhi batas waktu penyelesaian sengketa informasi. Untuk itu, putusan kesimpulan Komisi Informasi Provinsi Banten adalah menolak permohonan pemohon.

Berdasarkan Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2013, sebagai Prosedur beracara dalam persidangan penyelesaian sengketa informasi publik di Komisi Informasi, telah diatur pernyataan atau putusan Majelis Komsioner gugur dan/atau ditolak. Gugur, sebagaimana disebutkan pada pasal 30 Perki 1/2013, bahwa dalam hal pemohon dan/atau kuasanya tidak hadir dalam persidangan sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut tanpa keterangan yang jelas, maka Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (PPSIP), dinyatakan gugur.

(25)

Sengketa Informasi (PSI) ke Komisi Informasi. Mengingat pasal 13 Perki tentang PPSIP, bahwa pengajuann PPSIP selambat-lambatnya 14 hari sejak tanggapan keberatan atasan badan publik (ayat 1) dan atau (2) 30 hari sejak berakhirnya masa tanggapan keberatan atasan badan publik. Apabila pemohon tidak memenuhi salah satu dari ke 4 (empat) unsur sebagaimana diatur dalam pasal 36 Perki 1/2013, maka Majelis Komsioner bisa menyataka bahwa PPSIP dinyatakan ditolak.

Tata cara atau prosedur permohonan informasi ada dua, yaitu dengan cara permohonan langsung dan permohonan secara online. Tata Cara Permohonan secara langsung, meliputi : 1) Pemohon memiliki itikad baik dalam kebutuhan informasinya; 2) Pemohon datang ke kantor PPID Komisi Informasi Provinsi Banten; 3) Pemohon mengisi formulir permohonan informasi publik dan melengkapi lampiran yang diperlukan dalam waktu 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diajukan; 4) Permohonan dinyatakan diterima setelah seluruh data dinyatakan lengkap; 5) PPID meregister permohonan dan memberikan Tanda Bukti Penerimaan Permintaan Informasi Publik; 6) Pemohon wajib menyimpan dengan baik tanda bukti tersebut; dan 7) PPID memproses permintaan informasi publik tersebut dan memberi pemberitahuan tertulis kepada pemohon paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.

(26)

registrasi untuk memperoleh akses login ke Halaman Layanan Informasi Publik KIP Banten; 4) PPID Pembantu melalukan verifikasi pemohon dan dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja PPID KIP Banten memberi jawaban via EMAIL tentang akses login tersebut; 5) Setelah mendapatkan akses login pemohon dapat menelusuri Halaman Informasi Publik untuk melihat apakah data yang diminta telah tersedia di website; 6) Apabila belum tersedia, dipersilahkan pemohon membuka Halaman Permohonan Informasi Publik (Online); 7) Pemohon mengisi formulir permohonan informasi publik (online) dan mengupload lampiran yang diperlukan; 8) Permohonan dinyatakan diterima setelah seluruh data dinyatakan lengkap; 9) PPID meregister permohonan dan memberikan Tanda Bukti Penerimaan Permintaan Informasi Publik via EMAIL; 10) Pemohon wajib menyimpan dengan baik tanda bukti tersebut; dan 11) PPID memproses permintaan informasi publik tersebut dan memberi pemberitahuan via EMAIL kepada pemohon paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima.

Komisi Informasi memiliki Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi (PSI). Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi (PSI) adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU KIP Pasal 1 angka 12. Prosedur PSI hanya dapat ditempuh apabila :

(27)

b) pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak keberatan diterima oleh atasan PPID (Pasal 35 UU KIP No. 14 Tahun 2008).

Komisi Informasi Provinsi Banten menyelesaikan sengketa informasi berdasarkan asas cepat, biaya ringan, dan sederhana. UU KIP menetapkan bahwa prosedur penyelesaian sengketa informasi dimulai dari prosedur pengajuan keberatan kepada atasan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi dengan didasarkan alasan, lalu adanya tanggapan dari atasan tersebut baru dapat diajukan ke Komisi Informasi.

Adapun yang menjadi acuan dalam menyelesaikan sengketa informasi publik adalah Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik. Selain itu, yang menjadi acuan dalam mengembangkan mediasi adalah Peraturan Mahkamah Agung nomor 2 tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Mahkamah Agung dalam pertimbangannya mengakui bahwa mediasi merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah penumpukan perkara di pengadilan.

(28)

sesuai Undang-Undang yang berlaku yaitu dalam rangka penyelesaian sengketa informasi publik.

Untuk itu, Komisi Informasi Provinsi Banten berkomitmen untuk menekankan, tahun 2014 transparansi publik harus ditingkatkan. Peningkatan yang dimaksud adalah pelayanan kepada masyarakat dalam pelayanan informasi sesuai dengan standar operasional pelayanan (SOP). Permohonan informasi publik harus dijawab baik secara langsung maupun digital. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak sejumlah kendala dan kekurangan yang dilakukan pada tahun 2014.

(29)

(Angkatan Muda Mandiri Indonesia) yang pernah terlibat sengketa informasi dengan pihak Dinas SDAP (Surat Putusan No. 682/VI/KI BANTEN-PS/2014 Komisi Informasi Provinsi Banten), dari beliau peneliti mengetahui bahwa pengajuan informasi yang pemohon ajukan sering diabaikan dengan alasan surat pengajuan tidak pernah diterima, atau belum mendapat tanggapan dari Ketua Komisi Informasi, atau alasan lain bahwa Ketua Komisi Informasi sedang perjalanan dinas dan tidak berada dikantor pada minggu-minggu saat permohonan informasi dibuat. Selanjutnya LSM GALAKSI juga membenarkan bahwa kurang tanggapnya petugas KIP Banten dalam menanggapi permohonan informasi secara online, karena seharusnya PPID KIP Banten melakukan verifikasi pemohon dan dalam waktu paling lambat dua hari kerja PPID KIP Banten memberi jawaban via email tentang akses login pemohon informasi tersebut. Pada saat itu LSM GALAKSI terlibat sengketa informasi dengan pihak SDAP Provinsi Banten (berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 10 Maret 2015, Pukul 14.00 WIB).

(30)

publik. Bila menilik masalah ini lebih lanjut setiap Badan Publik (SKPD) mempunyai kewajiban untuk membuka akses atas informasi publik yang berkaitan dengan Badan Publik tersebut untuk masyarakat luas. Dan mewajibkan agar selalu mengupdate informasi di website minimal 6 (enam) bulan sekali.

Ketiga, yaitu masih tingginya jumlah permohonan Sengketa Informasi Publik (SIP) di Komisi Informasi Provinsi Banten. Komsioner Bidang Kelembagaan dan Partisipasi Publik Komisi Informasi Provinsi Banten Ahmad Nasrudin P, mengungkapkan indikasinya terlihat dari fakta bahwa berdasarkan data dari Sekretariat Komisi Informasi Banten, sudah 852 sengketa informasi yang masuk dan teregister oleh kepaniteraan KIP Banten, dalam satu periode yaitu pada tahun 2011 sampai dengan Desember 2014. Yakni dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1

Daftar Sengketa Informasi Publik Tahun 2011 – 2014

Tahun Register

(Permohonan Informasi)

PSI

(Penyelesaian Sengketa Informasi)

2011 28 28

2012 117 98

2013 450 326

2014 257 180

Jumlah 852 621

Sumber : komisiinformasi.bantenprov.go.id

(31)

Dapat dilihat dari tabel 1.1 di atas bahwa daftar sengketa informasi publik pada periode tahun 2011 – 2014, jumlah permohonan informasi yang teregister pada tahun 2011 adalah 28, dan jumlah sengketa informasi yang diselesaikan adalah 28. Pada tahun 2012, jumlah permohonan informasi yang teregister adalah 117, 45 diselesaikan melalui mediasi, 47 diselesaikan melalui ajudikasi nonlitigasi, 16 dalam proses mediasi, 6 ditolak (tidak memenuhi legal standing), dan jumlah permohonan informasi yang dilimpahkan ke Komisi Informasi Pusat adalah 3. Pada tahun 2013, jumlah permohonan informasi yang teregister adalah 450, 135 diselesaikan melalui mediasi, 129 diselesaikan melalui ajudikasi nonlitigasi, 67 permohonan informasi yang dicabut/ditarik, 47 dilimpahkan ke Komisi Informasi Pusat, 62 ditolak, dan 7 dalam proses mediasi/ajudikasi. Pada tahun 2014, jumlah permohonan informasi yang teregister adalah 257, 60 diselesaikan melalui mediasi, 15 diselesaikan melalui ajudikasi nonlitigasi, 25 gugur (pemohon tidak hadir dalam persidangan 2 kali berturut – turut), 80 ditolak, 19 dilimpahkan ke Komisi Informasi Pusat, 52 belum dimulai PSI, dan 6 permohonan informasi yang dicabut/ditarik.

(32)

prestasi seperti ini yang harus dibanggakan, tetapi good will pemerintah daerah, baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten atau kota dalam implementasi UU KIP.

Komisi Informasi merupakan pelopor dan pendorong keterbukaan informasi publik di Provinsi Banten. Masyarakat perlu mengetahui hasil kinerja dari Komisi Informasi Provinsi Banten dalam pelaksanaan setiap program dan kegiatan yang telah dilaksanakan, hal ini sebagai bentuk pelaksanaan prinsip pelayanan publik yang akuntabel dan transparan. Selain itu, juga untuk mengetahui apakah kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten sudah memenuhi standar layanan informasi publik yang baik dan sesuai dengan prosedur penyelesaian sengketa informasi yang berlaku.

Berdasarkan pada pemaparan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Evaluasi Kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten Dalam Penyelesaian Sengketa Informasi Publik”.

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Kurang tanggapnya petugas Komisi Informasi Provinsi Banten dalam menangani permohonan informasi publik.

(33)

3. Masih tingginya jumlah permohonan sengketa informasi publik di Komisi Informasi Provinsi Banten pada periode tahun 2011 - 2014.

1.3Pembatasan Masalah

Dengan keterbatasan yang ada pada diri peneliti waktu, kemampuan, materi, lokasi penelitian dan masalah yang di teliti, sehingga ruang lingkup pembahasan penelitian ini dibatasi pada faktor yang mempengaruhi “Evaluasi

Kinerja Komisi Informasi Dalam Penyelesaian Sengketa Informasi Publik”.

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

Seberapa Besar Kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten Dalam

Penyelesaian Sengketa Informasi Publik?”

1.5Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah atau persoalan dalam evaluasi Komisi Informasi bagi badan publik.

(34)

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan kinerja aparatur pemerintah dan organisasi. Selain itu, penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi administrasi negara.

2. Secara Praktis

Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

1.7Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan dapat memahami penulisan penelitian ini, maka penulis membuat suatu sistem pembahasan sebagai berikut :

(35)

1.1Latar Belakang

Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup masalah yang akan diteliti dan alasan penelitian yang dilakukan.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah menyebutkan tentang permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan obyek penelitian. Identifikasi masalah ini dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan tentang permasalahan yang akan diteliti.

1.3Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah memfokuskan pada masalah spesifik yang akan diajukan dalam rumusan masalah. Pembatasan masalah dapat diajukan dalam bentuk pernyataan. Selain itu, pembatasan masalah juga disertai lokus dan tujuan adanya permasalahan tersebut.

1.4Perumusan Masalah

Perumusan masalah menjelaskan tentang pertanyaan dan pernyataan yang akan dibahas dalam penelitian.

(36)

Tujuan penelitian ini mengungkap tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini menjelaskan baik secara teoritis maupun praktis tentang temuan penelitian.

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menguraikan tentang isi bab per bab secara singkat dan jelas dari kesuluruhan penelitian.

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1Deskripsi Teori

(37)

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik skripsi, tesis, disertasi atau jurnal penelitian.

2.3Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggamabrakan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembacamengapa peneliti mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis. Biasanya unutk memperjelas maksud peneliti, kerangka berpikir dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukan alur pikir peneliti.

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan berdasarkan kajian teori dan kajian konseptual serta kerangka berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode Penelitian

(38)

3.2Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.

3.3Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian menjelaskan proses dan penyusunan jenis alat pengumpul data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen (valibitas, reliabilitas, dan normalitas).

3.4Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data menjelaskan bagaimana pengambilan data berdasarkan jenis data (data primer dan data sekunder) dan sumber data yaitu responden.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjelaskan bagaimana data yang dibutuhkan dalam penelitian bisa terkumpul. Melalui teknik observasi, kuesioner/angket, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi.

(39)

Teknik pengolahan dan analisis data menjelaskan tentang teknik analisa beserta rasionalisasinya. Teknik analasis data harus disesuaikan dengan sifat data yang diteliti. Analisis data dilakukan melalui uji validitas, uji reabilitas, dan uji hipotesis.

3.7Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan, serta alasan memilihnya. Sedangkan jadwal penelitian menjelaskan secara rinci dengan tahapan peneltian yang dilakukan yang ditulis dalam bentuk tabel.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari instansi tempat penelitian dilaksanakan serta hal-hal lain yang terkait dengan objek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

(40)

mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya. Keterbatasan tersebut kemudian dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi objek penelitiannya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literature) lainnya yang dipergunakan dalam penelitian.

LAMPIRAN

(41)

PENELITIAN

2.1Deskripsi Teori

Dengan penggunaan teori akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan, dan alat yang tepat untuk meringankan pekerjaan. Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

2.2Evaluasi Kinerja

2.2.1 Pengertian Evaluasi

Istilah Evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment). Evaluasi kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi apakah uang tersebut dibelanjakan secara ekonomis, efektif, dan efisien.

Pendapat Dunn (2003:608), istilah evaluasi mempunyai arti yaitu:

“Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran

(42)

Pengertian di atas menjelaskan bahwa evaluasi merupakan hasil kebijakan dimana pada kenyataannya mempunyai nilai dari hasil tujuan atau sasaran kebijakan. Bagian akhir dari suatu proses kerja adalah evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja membantu pimpinan untuk mengambil keputusan dalam suatu kebijakan, nilai yang dihasilkan dari evaluasi membuat suatu kebijan bermanfaat bagi pelayanan publik.

Menurut Dunn (2003:608-609), Evaluasi mempunyai karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan lainnya yaitu:

1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan program.

2. Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik

”fakta” maupun “nilai”.

3. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Tuntutan evaluatif, berbeda dengan tuntutan-tuntutan advokat, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil di masa depan.

4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara.

(43)
(44)

Tabel 2.1

KRITERIA EVALUASI

Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi

Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?

Unit pelayanan

Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

Unit biaya Manfaat bersih Rasio biaya-manfaat

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah?

Biaya tetap (masalah tipe I) Efektivitas tetap (masalah tipe II) Perataan Apakah biaya dan

manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok tertentu?

Kriteria Pareto Kriteria kaldor-Hicks

Kriteria Rawls

Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,

preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu?

Konsistensi dengan survai warga negara

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai?

Program publik harus merata dan efisien

(Sumber: Dunn, 2003:610)

(45)

Intinya adalah efek dari suatu aktivitas. Kedua yaitu efisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Ketiga, kecukupan merupakan sejauhmana tingkat efektivitas dalam memecahkan masalah untuk memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan masalah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan hasil kebijakan dimana pada kenyataannya mempunyai nilai dari hasil tujuan atau sasaran kebijakan. Bagian akhir dari suatu proses kerja adalah evaluasi kinerja. Evaluasi dilakukan untuk mengukur serta membandingkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai dengan hasil yang seharusnya menurut rencana, sehingga diperoleh informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan, serta dapat dilakukan perbaikan bila terjadi penyimpangan di dalamnya, sehingga dapat disimpulkan dengan analisa akhir apakah suatu kebijakan harus direvisi atau dilanjutkan.

2.2.2 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja menurut Keban (2004:191), merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai

“penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi”. Secara etimologis, kinerja

adalah sebuah kata yang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar

“kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula

(46)

Menurut Mangkunegara (2001:67), mengemukakan bahwa kinerja merupakan :

“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab

yang diberikan padanya.”

Sedangkan Bernadin, John dan Russel dalam Sedarmayanti (2007:260), menyatakan bahwa :

“Performance is defined as the record of outcomes producted on a specific job function or activity during a specific time period.”

Dimana kinerja merupakan hasil dari pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang yang terkait demi tercapainya tujuan dalam kurun waktu tertentu.

Selain itu, menurut Hasibuan (2005:34) mengemukakan bahwa kinerja adalah :

“Suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.”

Sedangkan menurut Veithzal (2004:309) mengemukakan bahwa kinerja merupakan :

“Perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam

perusahaan.”

(47)

Dari beberapa definisi di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan potensi seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan atas kemampuan dan pengalamannya yang kemudian dapat menghasilkan hasil kerja yang efektif dan efisien dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi dalam organisasi. Visi dan misi merupakan suatu acuan bagi para pegawai untuk menjalankan tugasnya. Bila visi dan misi dapat tercapai, maka kinerja yang dilakukan dapat tercapai dengan baik.

Kinerja (job performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika. Setiap pekerjaan yang efisien tentu juga efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan dan akibat yang dikehendaki dan perbuatan itu telah dicapai secara maksimal.

(48)

seseorang/sekelompok orang yang menurut ukuran tertentu, dalam kurun waktu tertentu untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Pada dasarnya dalam setiap organisasi dikenal ada 3 (tiga) macam kinerja yaitu kinerja organisasi, kinerja proses dan kinerja pegawai. Kinerja organisasi merupakan kinerja yang ditunjukan oleh organisasi. Kinerja proses adalah kinerja yang ditunjukan oleh proses yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan kinerja pegawai adalah kinerja yang ditunjukan oleh pegawai atau sekelompok pegawai. Hubungan ketiga kinerja ini sangat erat, karena kinerja organisasi tergantung pada kinerja proses dan kinerja proses sangat tergantung pada kinerja pegawai. (Apa itu Kinerja Organisasi?, diakses dari: http://karaengmonga.net/apa-itu-kinerja-organisasi/, pada tanggal 13 September 2014, pukul 23.00 WIB.)

Dwiyanto (2006:50) mengatakan bahwa :

“Dalam mengukur kinerja organisasi pemerintah (birokrasi publik)

disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang dijalankan. Selanjutnya dikatakan bahwa indikator kinerja yang komprehensif karena mencakup dimensi-dimensi : kualitas pelayanan, produktivitas,

responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.”

(49)

a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimmbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. b. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

d. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruahan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Dwiyanto (2006:50) mengukur kinerja birokrasi publik berdasar adanya indikator yang secara lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut : a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

b. Kualitas Layanan

(50)

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas Publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Dari berbagai macam indikator pengukuran kinerja yang diungkapkan oleh para pakar di atas, peneliti memilih untuk menggunakan indikator pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto (2006). Penulis memilih menggunakan teori tentang pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto (2006) tersebut karena dipandang sesuai, lebih tepat dan lebih mampu mengukur kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

(51)

yang dapat digunakan sebagai indikator kinerja organisasi pemerintah yaitu; responsibility (responsibilitas), responsives (responsif) dan accountability (akuntabilitas).

Berdasarkan konsep-konsep yang dikemukakan para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi atau institusi. Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi kerja. Diperoleh gambaran bahwa suatu pekerjaan itu dikatakan efektif, jika proses yang dilakukan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Sedangkan, pekerjaan yang cenderung banyak menggunakan biaya dan waktu, maka hasilnya kurang optimal dan tidak dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang efektif.

Definisi kinerja menurut Mangkunegara (2000:67) adalah :

“Kinerja Karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya”.

(52)

Menurut Mangkunegara (2005:20), mengemukakan bahwa :

“Manajemen kinerja merupakan proses perencanaa,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap pencapaian kinerja dan dikomunikasikan secara terus menerus oleh pimpinan kepada karyawan, antara karyawan dengan atasannya

langsung”.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Mangkunegara di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa manajemen kinerja adalah suatu proses perencanaan dan pengendalian kerja para aparatur dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.2.3 Pengertian Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja disebut juga “Performance evaluation” atau “Performance appraisal”. Appraisal berasal dari kata Latin “appratiare” yang berarti memberikan nilai atau harga. Evaluasi kinerja berarti memberikan nilai atas pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang untuk diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja. Setiap orang pada umumnya ingin berprestasi dan mengharapkan prestasinya diketahui dan dihargai orang lain.

(53)

“Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi adalah penilaian prestasi kerja (Performance appraisal), suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seseorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya.”

Berdasarkan pendapat di atas, maka evaluasi kinerja merupakan suatu proses penilaian kinerja aparatur yang dilakukan untuk melihat tanggung jawab pekerjaannya setiap hari apakah terjadi peningkatan atau penurunan sehingga pemimpin bisa memberikan suatu motivasi penunjang untuk melihat kinerja aparatur kedepannya. Evaluasi harus sering dilakukan agar masalah yang di hadapi dapat diketahui dan dicari jalan keluar yang baik.

Evaluasi kinerja yang dikemukakan Simanjuntak (2005:103) adalah:

“suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar

kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu.”

Berdasarkan pengertian tersebut maka evaluasi kinerja merupakan suatu proses yang digunakan oleh pimpinan untuk menentukan prestasi kerja seorang karyawan dalam melakukan pekerjaannya menurut tugas dan tanggung jawabnya. Evaluasi kinerja kemudian di definisikan oleh Society for Human Resource Management dalam Wirawan (2009:12), yaitu:

(54)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan pegawai dan kinerja organisasi. Evaluasi kinerja merupakan suatu proses untuk mengetahui sejauh mana kinerja aparatur bila dibandingan dengan serangakaian standarisasi yang dilakukan untuk bekerja sesuai komunikasi informasi yang telah diberikan oleh pimpinan, untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada pegawai sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang. Selanjutnya, evaluasi kinerja dilakukan juga untuk menilai seberapa baik aparatur bekerja setelah menerima informasi dan berkomunikasi dengan aparatur yang lain agar pekerjaan sesuai dengan kemauan pimpinan dan kinerja para aparatur itu sendiri dapat terlihat secara baik oleh pimpinan dan masyarakat selaku penilai.

Selanjutnya E. Sikula (1981:2005) yang dikutip oleh Mangkunegara (2000:69) mengemukakan bahwa :

”Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu (barang)”. Selanjutnya Menurut Siswanto (2001:35) penilaian kinerja adalah :

(55)

Mangkunegara (2005:47) menyimpulkan bahwa :

“pengukuran atau penilaian kinerja adalah tindakan pengukuran

yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada peruisahaan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi, pelaksanaan suatu rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian-penyesuaian dan pengendalian.”

Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.

Untuk mengevaluasi kinerja organisasi bisa dilakukan dengan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Visi dan misi, yang diukur dari tingkat pencapaiannya.

2. Pemberdayaan pegawai, yang diukur yaitu sampai sejauh mana pegawai diberdayakan dalam rangka proses pencapaian visi dan misi, motivasi dilakukan terhadap individu-individu di dalam organisasi.

3. Fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi yang baru, yang diukur yaitu sejauhmana organisasi menyesuaikan dengan perubahan dan sejauhmana pula learning organization/penciptaan iklim belajar terus menerus dilakukan. 4. Selalu berkomunikasi dengan stakeholders/pihak terkait

(56)

5. Menetapkan hasil yang akan dicapai dan berfokus pada pencapaian keberhasilan tersebut (focus on results and creating value), yang diukur adalah sampai sejauh mana pengukuran kinerja dilakukan dalam mencapai visi dan misi. 6. Selalu berkompetisi meningkatkan kinerja, yang diukur adalah

sejauh mana pemupukan semangat berusaha dilakukan, ketangguhan pegawai menghadapi masalah dan semangat pegawai yang senantiasa berusaha dan tidak mudah menyerah. (Evaluasi Kinerja Organisasi (Diklat Teknis LAN), diakses dari :

https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/13/evaluasi-kinerja-organisasi/, pada tanggal 13 September 2014, pukul 22.00 WIB)

Evaluasi kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja pegawai secara periodik yang ditentukan oleh organisasi, adapun tujuan dari evaluasi kinerja menurut Ivancevich dalam Darma (2009:14), antara lain :

1. Pengembangan

Dapat digunakan untuk menentukan pegawai yang perlu dtraining dan membantu evaluasi hasil training. Dan juga dapat membantu pelaksanaan Conseling antara atasan dan bawahan sehingga dapat dicapai usaha-usaha pemecahan masalah yang dihadapi pegawai. 2. Pemberian Reward

Dapat digunnakan untuk proses penentuan kenaikan gaji, insentif dan promosi. Berbagai organisasi juga menggunakan untuk membarhentikan pegawai.

3. Motivasi

Dapat digunakan untuk memotivasi pegawai, mengembangkan inisiatif, rasa tanggungjawab sehingga mereka terdorong untuk meningkatkan kinerjanya.

4. Perencanaan SDM

Dapat bermanfaat bagi pengembangan keahlian dan keterampilan serta perencanaan SDM.

5. Kompensasi

(57)

6. Komunikasi

Evaluasi merupakan dasar untuk komunikasi yang berkelanjutan antara atasan dan bawahan menyangkut kinerja pegawai.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sistem evaluasi kinerja sebagaimana yang dikembangkan di atas sangat membantu sebuah manajemen kerja instansi pemerintah untuk memperbaiki kinerja pegawai yang kurang maksimal, tujuan evaluasi kinerja ini untuk membangun semangat kerja para pegawai dan mempertahankan kinerja yang baik dan memperbaiki komunikasi kerja.

Selanjutnya, fungsi evaluasi kinerja yang dikemukakan Wirawan (2009:24), sebagai berikut :

1. Memberikan balikan kepada aparatur ternilai mengenai kinerjanya. Ketika merekrut pegawai (ternilai), aparatur harus melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan uraian tugas, prosedur operasi, dan memenuhi standar kinerja.

2. Alat promosi dan demosi. Hampir disemua sistem evaluasi kinerja, hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan memberikan promosi kepada aparatur ternilai yang kinerjanya memenuhi ketentuan pembarian promosi. Promosi dapat berupa kenaikan gaji, pemberian bonus atau komisi, kenaikan pangkat atau menduduki jabatan tertentu. Sebaliknya, jika kinerja aparatur ternilai tidak memenuhi standar atau buruk, instansi menggunakan hasilnya sebagai dasar untuk memberikan demosi berupa penurunan gaji, pangkat atau jabatan aparatur ternilai.

3. Alat memotivasi ternilai. Kinerja ternilai yang memenuhi standar, sangat baik, atau superior, evaluasi kinerja merupakan alat untuk memotivasi kinerja aparatur. Hasil evaluasi dapat digunakan instansi untuk memotivasi aparatur agar mempertahankan kinerja yang superior dan meningkatkan kinerja baik atau sedang.

4. Penentuan dan pengukuaran tujuan kinerja. Sistem evaluasi kinerja yang menggunakan prinsip manajemen by objectives, evaluasi kinerja dimulai dengan menentukan tujuan atau sasaran kerja aparatur ternilai pada awal tahun.

(58)

berupaya menyelesaikan pekerjaannya secara masksimal. Bagi aparatur seperti ini penilai akan memberikan konseling mengenai penyebab rendahnya kinerja ternilai dan mengupayakan peningkatan kinerja ditahun mendatang. Konseliang dapat dilakukan sebelum evaluasi kinerja jika atasan dapat mengetahui kelambanan aparatur.

6. Pemberdayaan aparatur. Evaluasi kinerja merupakan alat untuk memberdayakan aparatur agar mampu menaiki tangga atau jenjang karier. Evaluasi kinera menentukan apakah kinerja aparatur dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk meningkatkan kariernya.

Berdasarkan fungsi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi kinerja merupakan alat yang di gunakan oleh instansi pemerintahan atau organisasi tertentu untuk menilai kinerja para aparatur yang lamban. Evaluasi kinerja untuk memotivasi para aparatur untuk meningkatkan kinerjanya, pemberian konseling membantu para aparatur untuk mencegah kinerja yang terlalu lamban sehingga sebelum di adakan evaluasi kinerja para pemipin sudah lebih dulu menjalankan konseling untuk mengadakan perbaikan pada waktu mendatang. Evaluasi kinerja merupakan alat motivasi bagi para aparatur untuk menaikan standar kerja mereka, selain sebagai alat untuk memotivasi, evaluasi kinerja juga untuk mengukur tujuan kerja serta memberdayakan para aparatur.

2.3Penyelesaian Sengketa Informasi Publik

2.3.1 Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik

(59)

2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Prosedur PSI di Komisi Informasi hanya dapat ditempuh apabila :

1) Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan PPID; atau

2) Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak keberatan diterima oleh atasan PPID (Pasal 35 UU KIP No. 14 Tahun 2008).

Pemohon PSI adalah warga negara dan/atau badan hukum indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU KIP Pasal 1 angka 12. Syarat-syarat sebagai pemohon PSI, adalah :

1) Pribadi : Fotocopy KTP/Paspor/dll;

2) Badan Hukum : Anggaran dasar yang disahkan Depkumham;

3) Kelompok Orang /Perkumpulan : 1) Surat Kuasa dan Fotocopy KTP Pemberi Kuasa, dilengkapi Akta Pendirian di hadapan Notaris dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Setempat (Pasal 15 dan pasal 16 UU No. 17 Tahun 2013 tentang Ormas).

Adapun prinsip-prinsip dalam persidangan PSI adalah :

(60)

b. Majelis Komsioner bersifat aktif dalam proses persidangan dan Wajib menjaga kerahasiaan dokumen yang dikecualikan.

c. Pemohon dan/atau kuasanya tidak dapatmelihat atau melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen dalam hal informasi yang dikecualikan (pasal 26 Perki).

Proses persidangan PSI ada 2 (dua) cara, yakni melalui Mediasi dan Ajudikasi Non Litigasi. Mediasi dilakukan dalam hal adanya penolakan pemberian informasi dengan alasan :

a) Tidak disediakan informasi berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 9;

b) Tidak ditanggapi permintaan informasi;

c) Permintaan informasi ditanggapi tidak sebagaimana yang diminta; d) Tidak dipenuhinya permintaan informasi;

e) Pengenaan biaya yang tidak wajar; dan/atau

f) Penyampaian informasi yang melebihi waktu yang diatur Undang-undang KIP.

Sedangkan Ajudikasi Non Litigasi adalah penyelesaian sengketa Ajudikasi diluar pengadilan yang putusannya memiliki kekuatan setara dengan pengadilan. Dalam sidang PSI harus disiapkan bukti, bukti-bukti yang dimaksud yang dapat disiapkan adalah :

(61)

b. Petunjuk yang diperoleh dari rangkaian data, keterangan, perbuatan, keadaan, atau peristiwa yang bersesuaian dengan alat bukti lain; dan/atau

c. Informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima atau disampaikan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu (Pasal 45 UU No 14 Tahun 2008 jo Pasal 51 Perki 1 Tahun 2013).

Yang dapat dimintakan dalam Keputusan sidang PSI antara lain adalah :

a. Menyatakan bahwa informasi yang dimohon adalah informasi yang bersifat terbuka sehingga wajib dibuka dan diberikan kepada Pemohon.

b. Termohon dinyatakan bersalah karena mengenakan biaya yang tidak wajar dan meminta Komisi Informasi untuk menetapkan biaya yang wajar;

c. Termohon dinyatakan bersalah karena tidak menanggapi permohonan informasi sebagaimana yang dimohon, sehingga Termohon wajib menanggapi serta wajib memenuhi permohonan informasi sebagaimana yang dimohonkan.

Pasca putusan Komisi Informasi, yang harus dilakukan adalah :

(62)

b. Putusan Ajudikasi Non Litigasi KI Mmempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht) jika tidak diajukan keberatan ke Pengadilan dalam waktu 14 hari sejak salinan putusan diterima

c. Putusan KI yang sudah inkracht dapat dimintakan penetapan eksekusi ke Pengadilan

2.3.2 Sistem Pelayanan Informasi Publik Komisi Informasi Provinsi Banten

Komisi Informasi Provinsi Banten melaksanakan pelayanan informasi publik yang ditargetkan khususnya untuk warga yang berada di wilayah Banten. Secara umum pelayanan informasi publik yang dilaksanakan oleh Komisi Informasi Provinsi Banten yaitu dalam dua bentuk diantaranya pemberian/penyampaian data dan dokumen informasi secara langsung dan pemberian informasi melalui jaringan teknologi informasi dan komunikasi melalui portal/web.

Tata cara memperoleh informasi publik melalui alur proses menurut Komisi Informasi Provinsi Banten adalah dengan langkah :

1. Pemohon informasi publik mengajukan permintaan informasi kepada badan publik, baik langsung secara lisan, maupun melalui surat atau surat elektronik (email). Permintaan juga dapat dilakukan melalui telepon.

(63)

3. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) pada badan publik mencatat semua yang disebutkan oleh pemohon informasi pada langkah 2.

4. Pemohon informasi harus meminta tanda bukti kepada PPID di badan publik bahwa telah melakukan permintaan informasi, serta nomor pendaftaran permintaan.

Tata cara atau prosedur permohonan informasi ada dua, yaitu dengan cara permohonan langsung dan permohonan secara online.

Apabila pemohon informasi merasa keberatan, maka ada tata cara keberatan menurut Komisi Informasi Provinsi Banten. Dalam hal permohonan informasi publik ditolak, pemohon informasi berhak mengajukan keberatan dalam hal ditemukannya alasan sebagai berikut :

1. Penolakan atas permohonan informasi publik sesuai dengan perundang-undangan

2. Tidak ditanggapinya permohonan informasi publik

3. Permohonan informasi publik ditanggapi tidak sebagaimana yang diminta

4. Tidak dipenuhinya permohonan informasi publik 5. Pengenaan biaya yang tidak wajar, dan/atau

(64)

Untuk itu, pemohon informasi berhak mengajukan keberatan melalui Registrasi Keberatan. Pengajuan keberatan dilakukan dengan cara mengisi formulir keberatan yang disediakan oleh PPID, dalam hal ini adalah PPID KIP Banten, yang beralamat di : Jl. Ki Ajurum No. 2 Cipocok Jaya, Serang - Banten. Telp/Fax. (0254) 220464, Provinsi Banten. Website: www.komisiinformasi.bantenprov.go.id atau email: sekretariat@komisiinformasi.bantenprov.go.id ; kip_banten@yahoo.co.id

Komisi Informasi Provinsi Banten memiliki Standar Layanan Informasi Publik, sebagaimana pengertian dari informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan UU No 14 Tahun 2008 serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Informasi publik diklasifikasikan menjadi :

1. Informasi Berkala (profil, ringkasan program kegiatan, kinerja, laporan keuangan, peraturan).

2. Informasi Serta Merta (bencana alam, pencemaran lingkungan, kerusuhan sosial, daerah rawan penyakit, racun pada bahan makanan, rencana gangguan fasilitas umum).

(65)

data statistik, surat perjanjian dengan pihak ketiga, syarat-syarat perizinan, inventaris, rencana kerja badan publik, agenda kerja pimpinan, informasi kegiatan pelayanan, data serta hasil-hasil penelitian).

4. Informasi Yang Dikecualikan melalui uji konsekuensi.

Pemberi layanan informasi adalah Badan Publik, yaitu lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.

2.4Penelitian Terdahulu

(66)

sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu berupa skripsi, jurnal, dan karya ilmiah yang pernah peneliti baca diantaranya :

Pertama, penelitian skripsi yang dilakukan oleh Nopiyanti (2013), dengan judul skripsi: Peranan Komisi Informasi Dalam Mewujudkan Good Governance Di Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan dari komisi informasi untuk mewujudkan keterbukaan informasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Jones dalam teori Purwanto, yang memakai pendekatan sistem internal, pendekatan system eksternal dan pendekatan teknis. Jumlah pegawai komisi informasi adalah 32 orang, teknik pengambilan responden adalah 8 orang, diantaranya 5 orang dari anggota komisioner dan 3 orang dari kepala bidang yang ada pada komisi informasi. Sedangkan sekretaris komisi informasi di jadikan informan kunci.

(67)

dan peraturan komisi informasi nomor 1 dan 2 tahun 2010 tentang prosedur penyelesaian sengketa informasi. Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu menggunakan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 dan 2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi sebagai acuan dalam penyusunan penelitian.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Sengketa Informasi Publik
Tabel 2.1 KRITERIA EVALUASI
Gambar 2.1
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

(a) Pastikan penulisan label paksi menegak dimulakan dengan “jumlah/amaun/nilai keseluruhan”, misalnya jumlah kelahiran, jumlah eksport atau jumlah perbelanjaan,

Bahwa sebagaimana Pasal 374 yang menyebutkan, “Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan oleh karena ada hubungan kerja, atau karena

Pada Tanggal 18 Oktober 1945 Jepang berhasil mematahkan serangan dari para pemuda dan memberikan perintah kepada pemuda untuk menyerahkan senjata yang mereka miliki,

Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa sebanyak 32 responden kelompok yang mengikuti vasektomi memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan sebanyak 9 responden

Dengan kesadaran masyarakat sehingga baik perempuan maupun laki-laki memperoleh pendidikan yang setara sehingga yang putuh sekolah antara perempuan dan laki-laki

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, diantaranya (1) apakah sistem

Penampakan warna biskuit yang baik akan berwarna kuning kecoklatan, aroma biskuit merupakan aroma yang khas dari lemak dan butter pada bahan pembuatan, tekstur biskuit

Hasil penelitian ini dapat menjadi model penerapan teori sosiologi sastra untuk mengungkapkan interaksi sosial antara masyarakat Tionghoa dan Melayu Jambi, terutama berdasarkan