• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

Rumus 4.1 Rumus Pearson Product Moment

  

   } ) ( }{ ) ( { ) )( ( } 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy

Dari rumus Pearson Product Moment di atas, didapatkan nilai r-hitung untuk item pernyataan nomor 1 yaitu = 0,1584 dan seterusnya. Bila koefisien korelasi sama dengan 0,1584 atau lebih (merupakan rtabel dengan n = 109 dan taraf signifikasi 5%), maka instrumen dinyatakan valid. Sebaliknya, bila koefisien korelasi lebih kecil dari 0,1584, maka instrumen dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas (Uji Butir Pernyataan)

No pernyataan r-hitung r-tabel keterangan

1 0,438 0,1584 Valid 2 0,760 0,1584 Valid 3 0,018 0,1584 Tidak Valid 4 0,257 0,1584 Valid 5 0,480 0,1584 Valid 6 0,107 0,1584 Tidak Valid 7 0,048 0,1584 Tidak Valid 8 0,180 0,1584 Valid 9 0,032 0,1584 Tidak Valid 10 0,167 0,1584 Valid 11 0,231 0,1584 Valid 12 0,096 0,1584 Tidak Valid 13 0,467 0,1584 Valid 14 0,246 0,1584 Valid 15 0,057 0,1584 Tidak Valid 16 0,046 0,1584 Tidak Valid 17 0,253 0,1584 Valid 18 0,263 0,1584 Valid 19 0,457 0,1584 Valid 20 0,237 0,1584 Valid 21 0,461 0,1584 Valid 22 0,496 0,1584 Valid 23 0,291 0,1584 Valid 24 0,281 0,1584 Valid 25 0,580 0,1584 Valid 26 0,468 0,1584 Valid 27 0,119 0,1584 Tidak Valid 28 0,752 0,1584 Valid 29 0,378 0,1584 Valid 30 0,756 0,1584 Valid 31 0,197 0,1584 Valid 32 0,654 0,1584 Valid 33 0,267 0,1584 Valid 34 0,286 0,1584 Valid 35 0,302 0,1584 Valid

Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016

Berdasarkan dari hasil uji validitas sebanyak 109 responden dengan 35 item instrumen, terdapat 27 instrumen dinyatakan valid karena

nilai r-hitung > r-tabel (> 0,1584) dengan tingkat signifikan 0,05, sedangkan 8 item instrumen dinyatakan tidak valid, karena nilai r-hitung < r-tabel atau (< 0,1584). Kedelapan instrumen tersebut yaitu item nomor (3), (6), (7), (9), (12), (15), (16), dan (27). Oleh karena itu, kedelapan instrumen tersebut harus dihapus atau diganti dengan instrumen baru sebagai pengganti instrumen yang tidak valid. Dalam penelitian ini, instrumen yang tidak valid dihapus karena masih terdapat item instrumen lain yang valid dan dianggap mewakili indikator dalam kuesioner penelitian ini. Dengan demikian, kuesioner yang akan disebarkan kepada responden berikutnya hanya terdiri dari 27 item instrumen yang dianggap sebagai instrumen yang valid.

4.2.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kehandalan dari sebuah instrumen atau kuesioner. Instrumen yang dilakukan uji reliabilitas adalah sebuah instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid tidak bisa dilakukan uji reliabilitas.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan internal konsistensi dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner, vareabel dikatakan reliabel jka nilai alphanya lebih dari 0,1584. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dibantu dengan perangkat lunak Statistic Program Social Science (SPSS) versi 20.

Berdasarkan dari uji reliabilitas instrumen yang telah dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,780. Hasil tersebut lebih besar dari nilai alpha 0,1584 yang dijadikan acuan untuk menguji reliabilitas instrumen. Sedangkan untuk item instrumen yang dilakukan uji reliabilitas (N of items) adalah sebanyak 27 instrumen, karena dari 35 instrumen terdapat 8 instrumen yang tidak valid. Sehingga dalam uji reliabilitas, instrumen yang tidak valid tersebut tidak dihitung. Nilai Cronbach’s Alpha yang diperoleh dari hasil uji reliabilitas instrumen tersebut dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,780 27

Sumber : Data Hasil yang Diolah Peneliti, 2016

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian dikatakan reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari rtabel dengan α 5% = 0,1584 dengan N = 27. Maka instrumen

tersebut reliabel karena harga rxy (0,705) > rtabel α 5% = 0,1584. Dengan

demikian maka instrumen tersebut dapat dilanjutkan untuk bahan pengujian selanjutnya.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

Pada pengujian hipotesis ini berdasarkan rumusan masalah yang sudah peneliti buat, maka akan dijawab dengan hipotesis yang akan dihitung dari data yang sudah terkumpul. Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian yang telah diduga. Pada pengujian hipotesis ini peneliti menggunakan rumus t-test satu sampel. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik. Pengujian hipotesis skor ideal untuk evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik adalah 4 x 35 x 109 = 15260 (4 = nilai tertinggi dari setiap pernyataan yang ditanyakan kepada responden, skor berdasarkan pada skala Likert . 35 = jumlah pernyataan yang ditanyakan kepada para responden. 109 = jumlah sampel yang dijadikan responden). Setelah dilakukan pengumpulan data maka didapatkan sebesar 7840 (tabel pada daftar lampiran), jika nilai evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik adalah 7840 : 15260 = 0,5138 atau 51,38 persen kurang dari yang diharapkan. Dari skor tersebut, maka rata-ratanya adalah 15260 : 109 = 140 maka pengujian ini didasarkan pada uji satu pihak. Evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik nilai yang dihipotesiskan adalah kurang dari 75% dari nilai ideal. Maka berarti bahwa 0,75 x 15260 = 11445 : 109 = 105. Maka hipotesis statistik dari pengujian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut : Ho untuk memprediksi µ lebih kecil atau sama dengan (≤

75%) dari nilai ideal sedangkan Ha lebih besar dari 75% (> 75%). Berikut adalah rumusnya : Ho = µ ≤ 75% ≤ 0,75 x 105 = 78,75 Ha = µ > 75% > 0,75 x 105 = 78,75 Diketahui : x = 7840 : 109 = 71,92 µ = 78,75 n = 109 s = √∑ ̅ = √ = √ = √ =7,13 t = ̅ = = = = 10,04

Setelah diketahui bahwa t hitung adalah 10,04 maka selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = (109 – 1) = 108 dan taraf kesalahan ∞ 5% untuk uji satu pihak (one tail test). Berdasarkan dk 108 dan α = 75%, ternyata harga t tabel untuk uji satu pihak = 0,1576 karena t hitung lebih besar dari t table atau jatuh pada daerah penerimaan Ha (10,04 > 0,1576) maka Ho diterima dan Ha ditolak.

4.2.5 Interpretasi Hasil Penelitian

Pada interpretasi hasil ini, hipotesis dalam penelitian ini adalah evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik kurang dari 75% dari nilai ideal. Hasil penelitian ini didapatkan dengan mengajukan kuesioner kepada pemohon

dan termohon informasi yang melakukan sengketa informasi di Komisi Informasi Provinsi Banten. Setelah mendapatkan hasil jawaban dari kuesioner yang sudah diajukan, peneliti menginterpretasikan data hasil temuan lapangan tersebut mengenai evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan, diperoleh data pada skor ideal instrumen yaitu 4 x 35 x 109 = 15260 (4 = nilai tertinggi dari setiap pernyataan yang ditanyakan kepada responden, skor berdasarkan pada skala Likert . 35 = jumlah pernyataan yang ditanyakan kepada para responden. 109 = jumlah sampel yang dijadikan responden) dan jumlah skor dari hasil penelitian adalah 7840 : 15260 = 0,5138 atau 51,38 persen. Setelah didapatkan jawaban dengan melakukan penghitungan pada hasil perolehan kuesioner di lapangan maka interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah adalah evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik masuk

dalam kategori “kurang baik” namun dengan angka 51,38% dibawah 75%.

Rumusan masalahnya adalah seberapa besar kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik? Yaitu meliputi : Dimensi Produktivitas terdiri dari 4 indikator yaitu, indikator Sumber Daya Manusia (SDM), indikator Sarana dan Prasarana, indikator Efektivitas Pelayanan, dan indikator Efisiensi Pelayanan. Dimensi Kualitas Pelayanan terdiri dari 2 indikator yaitu, indikator Kualitas Pekerjaan dan indikator Koordinasi/Komunikasi. Dimensi

Responsivitas terdiri dari 3 indikator yaitu, indikator Kebutuhan Informasi, indikator Ketanggapan Petugas, dan indikator Aspirasi Pemohon. Dimensi Responsibilitas terdiri dari 1 indikator yaitu, indikator Penegakan Sanksi/Hukuman. Terakhir adalah dimensi Akuntabilitas terdiri dari 2 indikator yaitu, indikator Tugas Berdasarkan Tupoksi dan indikator Bentuk Pertanggungjawaban.

Berikut perhitungannya :

1. Nomor butir untuk indikator sumber daya manusia (SDM) yaitu nomor 1, 2, 3, 6, 7. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 230+246+236+217+193 = 1122. Skor ideal = 4x5x109 = 2180. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator SDM adalah 1122 : 2180 = 0,51 atau 51%.

2. Nomor butir untuk indikator sarana dan prasarana yaitu nomor 4, 5. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 216+210 = 426. Skor ideal = 4x2x109 = 872. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator sarana dan prasarana adalah 426 : 872 = 0,49 atau 49%.

3. Nomor butir untuk indikator efektivitas pelayanan yaitu nomor 8, 10. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 217+220 = 437. Skor ideal = 4x2x109 = 872. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator efektivitas pelayanan adalah 437 : 872 = 0,50 atau 50%.

4. Nomor butir untuk indikator efisiensi pelayanan yaitu nomor 9, 11. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 222+226 = 448. Skor ideal = 4x2x109 = 872. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator efisiensi pelayanan adalah 448 : 872 = 0,51 atau 51%.

5. Nomor butir untuk indikator kualitas pekerjaan yaitu nomor 12, 13, 14, 18. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 233+208+229+208 = 878. Skor ideal = 4x4x109 = 1744. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator kualitas pekerjaan adalah 878 : 1744 = 0,50 atau 50%.

6. Nomor butir untuk indikator koordinasi/komunikasi yaitu nomor 15, 16, 17. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 233+186+231 = 650. Skor ideal = 4x3x109 = 1308. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator koordinasi/komunikasi adalah 650 : 1308 = 0,49 atau 49%. 7. Nomor butir untuk indikator kebutuhan informasi yaitu nomor 19, 20.

Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 194+219 = 413. Skor ideal = 4x2x109 = 872. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator kebutuhan informasi adalah 413 : 872 = 0,47 atau 47%.

8. Nomor butir untuk indikator ketanggapan petugas yaitu nomor 21, 22, 23, 26, 27. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 250+185+200+270+225 = 1130. Skor ideal = 4x5x109 = 2180. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator ketanggapan petugas adalah 1130 : 2180 = 0,52 atau 52%.

9. Nomor butir untuk indikator aspirasi pemohon yaitu nomor 24, 25. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 273+233 = 506. Skor ideal = 4x2x109 = 872. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator aspirasi pemohon adalah 506 : 872 = 0,58 atau 58%.

10. Nomor butir untuk indikator penegakan sanksi/hukuman yaitu nomor 28, 29, 30, 31. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 245+194+239+221 =

899. Skor ideal = 4x4x109 = 1744. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator aspirasi penegakan sanksi/hukuman adalah 899 : 1744 = 0,52 atau 52%.

11. Nomor butir untuk indikator penegakan tugas berdasarkan tupoksi yaitu nomor 32, 33. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 226+228 = 454. Skor ideal = 4x2x109 = 872. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator tugas berdasarkan tupoksi adalah 454 : 872 = 0,52 atau 52%.

12. Nomor butir untuk indikator bentuk pertanggungjawaban yaitu nomor 34, 35. Jumlah nilai untuk setiap butir adalah : 265+212 = 477. Skor ideal = 4x2x109 = 872. Jadi nilai untuk variabel kinerja terkait dengan indikator bentuk pertanggungjawaban adalah 477 : 872 = 0,55 atau 55%.

Berdasarkan perhitungan variabel kinerja dikaitkan dengan indikator yang tersebut diatas maka dapat dihitung skor untuk evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik adalah sebagai berikut :

Jumlah skor hasil pengumpulan data = 7840. Dengan demikian evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik menurut persepsi 109 responden adalah 7840 : 15260 = 0,5138 atau 51,38% dari kriteria yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Gambar 4.1

Jumlah Rata-rata Skor Hasil Penelitian

TB KB B SB 25% 43,76% 51,38% 62,51% 81,26% Keterangan : TB = Tidak Baik KB = Kurang Baik B = Baik SB = Sangat Baik Sumber : Peneliti, 2016

Berdasarkan skor hasil penelitian yang sudah di rata-ratakan, bahwa dipenghitungan untuk mengkategorikan sangat baik, baik, tidak baik dan sangat tidak baik.

Maka keterangan tidak baik didapatkan dari 25% sampai dengan 43,75%, keterangan kurang baik didapatkan dari 43,76% sampai dengan 62,50%. Selanjutnya, keterangan baik didapatkan dari 62,51% sampai dengan 81,25% dan keterangan sangat baik didapatkan dari 81,26% sampai dengan 100%.

Berdasarkan dari hasil penelitian diperoleh jumlah skor rata-rata bahwa dalam penelitian ini didapatkan skor rata-rata sebesar 51,38%.

Rata-rata ini termasuk pada skor rata-rata antara 43,76% - 62,50%. Artinya pada hasil skor penelitian rata-rata ini didapatkan bahwa kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik kurang baik dengan angka 51,38% yang angka rata-rata tersebut berada pada rata-rata 43,76% - 62,50% karena angka tersebut masuk ke dalam kategori kurang baik.

Pada hasil rata-rata penghitungan hipotesis pada penelitian ini adalah 51,38%, angka 51,38% ini berada pada kategori kurang baik yaitu berkisar pada skor 43,76% sampai 62,50%. Maka diprosentasekan 7840 : 15260 = 0,5138 atau 51,38%, jadi jika dilihat pada penelitian mengenai kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik memiliki nilai 51,38% berada pada kisaran 43,76% sampai 62,50%, maka mengenai kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik berjalan kurang baik.

4.3 Pembahasan

Pada pembahasan ini, hasil penelitian ini mengacu kepada teori kinerja menurut Dwiyanto (2006 : 50) yaitu produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.

Dimensi Produktivitas terdiri dari 4 indikator yaitu, indikator Sumber Daya Manusia (SDM), indikator Sarana dan Prasarana, indikator Efektivitas Pelayanan, dan indikator Efisiensi Pelayanan. Dimensi Kualitas Pelayanan terdiri dari 2 indikator yaitu, indikator Kualitas Pekerjaan dan indikator Koordinasi/Komunikasi. Dimensi Responsivitas terdiri dari 3 indikator yaitu, indikator Kebutuhan Informasi, indikator Ketanggapan Petugas, dan indikator Aspirasi Pemohon. Dimensi Responsibilitas terdiri dari 1 indikator yaitu, indikator Penegakan Sanksi/Hukuman. Dan dimensi Akuntabilitas terdiri dari 2 indikator yaitu, indikator Tugas Berdasarkan Tupoksi dan indikator Bentuk Pertanggungjawaban.

Kedua belas indikator tersebut sebagai acuan untuk mengetahui kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik.

Pada hasil penelitian penghitungan hipotesis bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil data tersebut dijelaskan bahwa evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi

publik mencapai 51,38 persen, maka kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik masih berjalan kurang baik, karena nilai 7840 berada pada kategori kurang baik atau 51,38 persen berada dibawah angka 75%. Dalam pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa evaluasi kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik mencapai 51,38 persen. Hasil tersebut didapatkan pada perolehan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada indikator kinerja menurut Dwiyanto (2006 : 50).

Produktivitas merupakan dimensi yang pertama. Dimensi produktivitas ini merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Dalam dimensi produktivitasini memiliki indikator Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana, Efektivitas Pelayanan dan Efisiensi Pelayanan.

Pertama, Indikator Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan indikator yang pertama. Indikator Sumber Daya Manusia (SDM) ini dimaksudkan pada setiap suatu organisasi harus memiliki sumber daya manusia yang cukup dan memiliki pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan harus memiliki kompetensi dalam melakukan pekerjaan. Dalam suatu organisasi petugas pelayanan harus memiliki standar pelayanan yang telah ditentukan oleh organisasi tersebut. Petugas harus memiliki etika kerja yang baik dan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Dalam hal indikator sumber daya manusia (SDM) ini agar petugas Komisi Informasi

Provinsi Banten dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan harapan pemohon informasi, memiliki etika kerja yang baik atau tidak menyimpang, memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi seperti memakai seragam rapi, datang tepat waktu, dan memakai tanda pengenal pegawai (bila diperlukan).

Indikator Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri dari 4 pernyataan yaitu pernyataan nomor (1), (2), (3), (6) dan (7). Hasil dari 5 pernyataan tersebut didapatkan jawaban dari para responden yaitu 230+246+236+217+193 = 1122. Skor ideal untuk indikator sumber daya manusia (SDM) adalah 4x5x109 = 2180 (4 adalah nilai skor ideal dari setiap jawaban responden, kriteria skor berdasarkan skala Likert. 5 adalah jumlah pernyataan yang diajukan responden, dan 109 adalah sampel yang merupakan responden). Jadi nilai prosentase untuk indikator Sumber Daya Manusia (SDM) adalah 1122 : 2180 = 0,51 atau 51%. Hasil dari indikator Sumber Daya Manusia (SDM) sebesar 51 persen. Pada hasil skor indikator Sumber Daya Manusia (SDM) didapatkan angka 51 yang dapat dikatakan kurang baik atau kurang dari 75% dari nilai ideal.

Kedua, Indikator Sarana dan Prasarana merupakan indikator yang kedua. Indikator Sarana dan Prasarana ini dimaksudkan agar organisasi memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk membantu kegiatan pelayanan agar berjalan sesuai dengan prosedur standar pelayanan yang ada. Dalam hal indikator sarana dan prasarana ini agar Komisi Informasi Provinsi Banten memiliki fasilitas utama serta fasilitas penunjang

operasional yang memadai atau tidak kekurangan agar tidak menghambat proses kegiatan dalam penyelesaian sengketa informasi.

Indikator Sarana dan Prasarana terdiri dari 2 pernyataan yaitu pernyataan nomor (4) dan (5). Hasil dari 2 pernyataan tersebut didapatkan jawaban dari para responden yaitu 216+210 = 426. Skor ideal untuk indikator Sarana dan Prasarana adalah 4x2x109 = 872 (4 adalah nilai skor ideal dari setiap jawaban responden, kriteria skor berdasarkan skala Likert. 2 adalah jumlah pernyataan yang diajukan responden, dan 109 adalah sampel yang merupakan responden). Jadi nilai prosentase untuk indikator sarana dan prasarana adalah 426 : 872 = 0,49 atau 49%. Hasil dari indikator Sarana dan Prasarana sebesar 49 persen. Pada hasil skor indikator Sarana dan Prasarana didapatkan angka 49 yang dapat dikatakan kurang baik atau kurang dari 75% dari nilai ideal.

Ketiga, Indikator Efektivitas Pelayanan merupakan indikator yang ketiga. Indikator Efektivitas Pelayanan ini bermaksud agar kinerja/pelayanan yang diberikan petugas berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Dalam hal indikator Efektivitas Pelayanan ini agar petugas Komisi Informasi Provinsi Banten mampu memberikan pelayanan dalam hal penyelesaian sengketa informasi dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan yang standar prosedur yang telah ditetapkan, seperti pelayanan yang diberikan tidak berbelit-belit agar kinerja/pelayanan yang diberikan berjalan efektif.

Indikator Efektivitas Pelayanan terdiri dari 3 pernyataan yaitu pernyataan nomor (6), (8), dan (10). Hasil dari 3 pernyataan tersebut didapatkan jawaban dari para responden yaitu 217+217+220 = 654. Skor ideal untuk indikator Efektivitas Pelayanan adalah 4x3x109 = 1308 (4 adalah nilai skor ideal dari setiap jawaban responden, kriteria skor berdasarkan skala Likert. 3 adalah jumlah pernyataan yang diajukan responden, dan 109 adalah sampel yang merupakan responden). Jadi nilai prosentase untuk indikator efektivitas pelayanan adalah 654 : 1308 = 0,5 atau 50%. Hasil dari indikator Efektivitas Pelayanan sebesar 50 persen. Pada hasil skor indikator Efektivitas Pelayanan didapatkan angka 50 yang dapat dikatakan kurang baik atau kurang dari 75% dari nilai ideal.

Keempat, Indikator Efisiensi Pelayanan merupakan indikator yang keempat. Indikator Efisiensi Pelayanan ini agar kinerja pelayanan yang diberikan petugas dapat selesai dengan cepat atau tepat waktu. Dalam hal indikator efisiensi pelayanan ini agar petugas Komisi Informasi Provinsi Banten dapat menyelesaikan sengketa informasi dengan jangka waktu yang sesuai dengan peraturan perundangan, serta petugas dapat menggunakan sumber daya yang ada secara optimal.

Indikator Efisiensi Pelayanan terdiri dari 2 pernyataan yaitu pernyataan nomor (9) dan (11). Hasil dari kedua pernyataan tersebut didapatkan jawaban dari para responden yaitu 222+226 = 448. Skor ideal untuk indikator Efisiensi Pelayanan adalah 4x2x109 = 872 (4 adalah nilai skor ideal dari setiap jawaban responden, kriteria skor berdasarkan skala

Likert. 2 adalah jumlah pernyataan yang diajukan responden, dan 109 adalah sampel yang merupakan responden). Jadi nilai prosentase untuk indikator efisiensi pelayanan adalah 448 : 872 = 0,51 atau 51%. Hasil dari indikator Efisiensi Pelayanan sebesar 51 persen. Pada hasil skor indikator Efektivitas Pelayanan didapatkan angka 51 yang dapat dikatakan kurang baik atau kurang dari 75% dari nilai ideal.

Keempat indikator tersebut yaitu untuk mengukur kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik berdasarkan dimensi Produktivitas.

Kualitas Layanan merupakan dimensi yang kedua. Dimensi kualitas layananan ini merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk mengukur segala sesuatu yang menyangkut dengan kualitas pelayanan agar pelayanan yang diberikan petugas berjalan dengan baik. Dimensi Kualitas Layanan memiliki 2 indikator yaitu indikator Kualitas Pekerjaan dan indikator Koordinasi/Komunikasi.

Kelima, indikator Kualitas Pekerjaan merupakan indikator yang kelima. Indikator Kualitas Pekerjaan ini bermaksud agar setiap petugas mampu mempertahankan atau konsisten memberikan kinerja yang baik kepada masyarakat dan juga kepada organisasi. Dalam hal indikator Kualitas Pekerjaan ini agar setiap petugas Komisi Informasi Provinsi Banten bersikap sopan, ramah dan baik saat sedang memberikan pelayanan bagi masyarakat/pemohon informasi, dapat bersikap jujur dalam melaksanakan tanggungjawabnya, serta dapat memberikan pelayanan yang

sesuai dengan standar layanan informasi publik kepada masyarakat/pemohon informasi dengan memberikan kemudahan pada pemohon informasi dalam mengakses informasi publik.

Indikator kualitas pekerjaan terdiri dari 4 pernyataan yaitu pernyataan nomor (12), (13), (14), dan (18). Hasil dari kelima pernyataan tersebut didapatkan jawaban dari para responden yaitu 233+208+229+208 = 878. Skor ideal untuk indikator kualitas pekerjaan adalah 4x4x109 = 1744 (4 adalah nilai skor ideal dari setiap jawaban responden, kriteria skor berdasarkan skala Likert. 4 adalah jumlah pernyataan yang diajukan responden, dan 109 adalah sampel yang merupakan responden). Jadi nilai prosentase untuk indikator kualitas pekerjaan adalah 1109 878 : 1744 = 0,50 atau 50%. Hasil dari indikator Kualitas Pekerjaan sebesar 50 persen. Pada hasil skor indikator Kualitas Pekerjaan didapatkan angka 50 yang dapat dikatakan kurang baik atau kurang dari 75% dari nilai ideal.

Keenam, Koordinasi/Komunikasi merupakan indikator yang kelima. Indikator Koordinasi/Komunikasi ini bermaksud agar setiap petugas pelayanan dalam suatu organisasi mampu berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat, serta mampu berkoordinasi antar sesama petugas pelayanan dan dengan pegawai lain agar setiap kegiatan/pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan baik. Dalam hal indikator Koordinasi/Komunikasi ini merupakan hal yang sangat penting guna menunjang kegiatan dalam penyelesaian sengketa informasi, agar petugas Komisi Informasi Provinsi Banten dapat menyampaikan informasi kepada

pemohon/termohon informasi dengan baik, dan informasi yang disampaikan petugas dapat diterima dengan baik pula. Selain itu indikator koordinasi/komunikasi juga penting untuk berkoordinasi antar sesama petugas Komisi Informasi Provinsi Banten ataupun dengan pegawai lain agar kegiatan pelayanan berjalan dengan baik. Karena Komisi Informasi Provinsi Banten merupakan lembaga independen dalam bidang keterbukaan informasi publik, maka petugas Komisi Informasi Provinsi Banten harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik pula kepada seluruh lapisan masyarakat.

Indikator Koordinasi/Komunikasi terdiri dari 3 pernyataan yaitu pernyataan nomor (15), (16) dan (17). Hasil dari kedua pernyataan tersebut didapatkan jawaban dari para responden yaitu 233+186+231 = 650. Skor ideal untuk indikator koordinasi/komunikasi adalah 4x3x109 = 1308 (4 adalah nilai skor ideal dari setiap jawaban responden, kriteria skor berdasarkan skala Likert. 3 adalah jumlah pernyataan yang diajukan responden, dan 109 adalah sampel yang merupakan responden). Jadi nilai prosentase untuk indikator koordinasi/komunikasi adalah 650 : 1308 = 0,49 atau 49%. Hasil dari indikator Koordinasi/Komunikasi sebesar 49 persen. Pada hasil skor indikator Kualitas Pekerjaan didapatkan angka 49 yang dapat dikatakan kurang baik atau kurang dari 75% dari nilai ideal.

Kedua indikator tersebut yaitu untuk mengukur kinerja Komisi Informasi Provinsi Banten dalam penyelesaian sengketa informasi publik berdasarkan dimensi Kualitas Layanan.

Responsivitas merupakan dimensi yang ketiga. Dimensi Responsivitas merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan daya tanggap aparatur/petugas terhadap kebutuhan masyarakat (pemohon informasi) atau respon petugas pelayanan kepada masyarakat dalam suatu

Dokumen terkait