• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TEORITIK

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran merupakan istilah lain untuk proses belajar mengajar. Belajar dan Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan manusia. Sebelum memahami hakekat pembelajaran, maka perlu diperhatikan tentang pengertian belajar terlebih dahulu karena hakekat pembelajaran tidak bisa lepas dari hakekat belajar.

Banyak pengertian belajar yang dicetuskan oleh para ahli, namun umumnya ahli-ahli tersebut (baik ahli psikologi maupun pendidikan) mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil suatu aktivitas belajar adalah “perubahan”. Bahwa perubahan itu terjadi akibat “pengalaman”. Dari kesamaan ini lahir pengertian belajar secara umum atau popular. Pengertian umum inilah yang banyak digunakan oleh para praktisi di lapangan khususnya guru. Secara umum, belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai-sikap.

Mulyati Arifin dkk berpendapat belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing.1 Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

1

Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Prinsip dan Aplikasinya menuju Pembelajaran yang efektif, (Bandung: JICA IMSTEP UPI Bandung), hal 8

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja, oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, dan melalui proses tersebut dapat mengakibatkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

Ciri-ciri Pembelajaran pembelajaran adalah sifat atau keadaan yang khas dimiliki oleh kegiatan pembelajaran. Menurut Eggen & Kauchak menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, (2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.2

Sesuai dengan ciri-ciri belajar, maka ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2

Anonim, “Pengertian Pembelajaran http://krisna.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran. diakses 15 januari 2010 hal. 1-2

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa.

f) Pembelajaran dapat membuat siswa menerima pelajaran secara fisik maupun psikologis.

2. Pengertian Metode Mengajar

Metode berasal dari bahasa yunani yang berarti “metodos’’, yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha’’ yang berarti melalui atau melewati dan

“hodos’’ yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.3. Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah

Thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.4

Dalam pengertian umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Menurut Ahmad Tafsir metode adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.5 Menurut Nana Sudjana, metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan.6 Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.7 Metode mempunyai arti yang sangat luas. Karena mengajar merupakan bentuk dari upaya untuk mendidik, maka metode yang dimaksud adalah metode mengajar.

3

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet 1, hal. 40

4

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2004), Cet IV hal. 155.

5

Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda

Karya. 1994), Cet II, hal. 131

6

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2000) Cet V. Hal. 76

7

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Menurutnya pula metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat diperlukan oleh guru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai setelah proses belajar mengajar berakhir.

Sedangkan menurut Aminuddin Rasyid metode adalah berbagai cara yang teratur dan sistematis yang dilakukan dan ditempuh guru dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendapat isi pelajaran yang mereka butuhkan.9

Dari beberapa pengertian metode, didalamnya terdapat muatan-muatan substantif yang secara implisit menyatakan suatu pengertian yang sama. Dengan kata lain, ada muatan nilai yang sama dalam masing-masing pengertian metode. Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk memberi pemahaman kepada murid-muridnya dan merubah tingkah lakunya sesuai dengan tujuan-tujuan yang diinginkan. Metode mengajar mempunyai arti yang lebih dari pada hanya sekedar sebagai alat untuk menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada siswa. Atau lebih tepat lagi untuk menolong siswa-siswa memperoleh pengetahuan tersebut, selain itu metode mengajar bermakna juga sebagai alat untuk menolong pelajar-pelajar memperoleh keterampilan, kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap, minat dan nilai-nilai yang diinginkan.

Disinilah pentingnya guru mengajar dengan menggunakan metode yang baik dan tepat. Baik dalam arti dapat menarik perhatian siswa dan tepat dalam pengertian sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Guru menggunakan metode dalam pengajaran tentunya tidak sekedar metode sebagai cara mengajar, melainkan hendaknnya menguasai ruang lingkup metode itu sendiri. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat

8

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 75.

9

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Uhamka Press, 2003), hal. 125.

membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.10 Pengertian ini menuntut pentingnya posisi metode dalam pengajaran agar lebih efektif dan efisien. Pemilihan suatu metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan instruksional yang mencakup (1) penerimaan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, (2) aplikasi pengetahuan atau penerimaan keterampilan dan (3) tujuan yang bersifat efektif atau motivasional yaitu berhubungan dengan pengembangan atau perubahan sikap atau perasaan.11 Jadi metode pengajaran adalah cara dan teknik yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

Dengan demikian, berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu jalan atau cara yang tersusun secara sistematis yang digunakan oleh guru untuk menyajikan materi pelajaran secara efektif dalam membantu siswa memperoleh keterampilan-keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Metode Praktikum

Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang perlu ditunjang dengan eksperimen dan kerja laboratorium yang disebut dengan praktikum.

Metode Praktikum/Eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Atau Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.12

10

Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 47

11

Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 95.

12

Menurut Armai Arief metode eksperimen /praktikum adalah suatu metode dimana siswa melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan media laboratorium.13

Metode Eksperimen atau praktikum menurut E. Mulyasa merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok.14 Menurut Nana Sudjana, praktikum merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa ntuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar.15 Abu Ahmadi menjelaskan bahwa praktikum adalah metode pengajaran di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui.16 Sejalan dengan pendapat Abu ahmadi, Fathurrahman berpendapat metode praktikum atau eksperimen merupakan metode atau cara dimana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.

Menurut Dimyati dan Mudjiono bereksperimen adalah Keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.17 Dalam praktikum siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta yang ingin diketahuinya dengan melakukan kegiatan eksperimen sendiri maupun kelompok. Dengan kata lain metode eksperimen menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri oleh siswa, mencari sendiri dan menemukan sendiri.

Praktikum merupakan kegiatan yang berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa

13

op.cit., hal. 174.

14

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005), Cet.2 hal. 110.

15

op.cit., hal. 83.

16

Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 62.

17

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 1999). hal. 150.

dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode praktikum siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses tertentu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. 18

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktikum merupakan suatu kegiatan pembelajaran berupa praktik yang menggunakan alat-alat tertentu. Dimana kegiatan ini dapat melatih kemampuan keterampilan, pengetahuan, dan sikap secara bersama-sama.

Praktikum merupakan latihan bagi siswa yang bertujuan untuk mempraktekan teori yang telah dipelajari, mencoba suatu teori baru dalam kondisi aktual, untuk memperbaiki dan menyempurnakan teori serta metode yang digunakan. Pada metode praktikum siswa diberikan tugas percobaan tertentu oleh guru, kemudian tugas dan percobaan tersebut dilakukan sendiri siswa dengan praktikum dan pengamatan untuk mengetahui sampai mana kebenaran dari ilmu yang dipelajarinya. Dengan melakukan praktikum siswa dapat mengetahui apa yang dipelajarinya, dalam hal ini hendaknya diusahakan agar pihak guru mengatur pengajaran sehingga terbentuk suasana yang sebaik-baiknya bagi siswa untuk belajar.

Praktikum tidak lepas dengan Laboratorium. Laboratorium idealnya memang suatu ruangan khusus dimana orang dapat melakukan eksperimen. Tetapi dalam pengertiannya, laboratorium dapat dikelas dan dapat di lingkungan.19

Yunita menjelaskan kegiatan di dalam laboratorium merupakan mata rantai untuk menghubungkan beberapa aspek, diantaranya adalah :

18

op.cit., hal. 174.

19

1. Apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia

2. Membangkitkan keingintahuan terhadap ilmu kimia

3. Mengenal dengan baik zat-zat kimia yang umum serta bagaimana reaksinya 4. Siswa dapat berpartisipasi aktif

5. Mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak20.

Kegiatan praktikum penting dilakukan terus-menerus untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang mereka temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Model Pembelajaran praktikum adalah salah satu model pembelajaran praktikum yang efektif. Kegiatannya difokuskan pada berpikir kreatif dan berpikir ktitis, memecahkan masalah dan interaksi antara siswa dengan teman sebayanya untuk menjadikan mereka lebih kreatif dan menggunakan pengetahuan-pengetahuan baru.

Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan.

Kegiatan praktikum diharapkan tidak hanya sekedar untuk mengecek/mencocokan kebenaran teori yang telah diajarkan dikelas. Praktikum bukanlah sekedar untuk mempresentasikan apakah reaksinya cocok dengan teori, tetapi juga harus mengembangkan proses berpikir dengan timbul pertanyaan, mengapa reaksi demikian, dan seterusnya.21

Tujuan kegiatan Praktikum selain untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat kognitif, juga untuk memperoleh keterampilan, dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada situasi baru/lain serta memperoleh sikap ilmiah.

Manfaat kegiatan praktikum diantaranya adalah menerapkan, mengkonfirmasikan, atau memperdalam teori, bekerja sama dalam kelompok dan melatih keterampilan psikomotor. Manfaat lainya adalah Siswa akan memiliki pengertian dasar tentang kimia, memiliki keterampilan kerja di bidang

20

Yunita, Panduan Demonstrasi dan Percobaan Permainan Kimia Jilid 2 untuk SD, SMP, SMA dan yang sederajat. (Bandung: Pudak Scientific, 2007) hal. v.

21

kimia dan siswa akan menyadari pentingnya pengetahuan alam untuk pembangunan, terutama di bidang teknologi.

Menurut Mulyati Arifin keuntungan penggunaan metode praktikum adalah :1) dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa. 2) Siswa dapat mengamati proses. 3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri. 4) siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajarn lebih efektif dan efisien.

Selain itu Dedy Kurniawan dalam Suparni mengemukankan bahwa proses pembelajaran disekolah dengan metode eksperimen memberikan beberapa keuntungan antara lain (1) siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan karena siswa melakukan sendiri, (2) semua siswa mendapat kesempatan untuk melakukan pembuktian terhadap suatu teori maupun konsep, (3) siswa menjadi terampil menggunakan alat, (4) siswa terlatih utuk berpikir ilmiah seperti ilmuan, (5) hasil belajar siswa sifatnya tahan lama (retensi) dan (6) siswa semakin mempercayai konsep yang telah dicobanya sendiri.22

Selain memiliki keuntungan, suatu metode tentu saja memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan metode praktikum adalah (1) memerlukan waktu secara khusus karena praktikum membutuhkan waktu yang cukup lama, (2) biaya sangat mahal karena membutuhkan peralatan yang memadaidan dalam jumlah banyak, (3) kegagalan dalam praktikum.

4. Hakikat Berpikir Kritis. a. Pengertian berpikir

Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan ahkir dari proses belajar mengajar. Presseissen berpendapat berpikir pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses kognitif dan proses mental untuk memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan pendapat Presseissen, Arifin mengatakan bahwa dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran.

Dalam Proses berpikir terjadi kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran, kegiatan memanupulasi mental

22

karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu pemikiran, penalaran dan keputusan, serta kegiatan memperluasnaturan yang diketahui untuk memecahkan masalah.23 Jadi dalam proses berpikir itu sebenarnya orang tidak pasif, tetapi jiwanya aktif berusaha mencari penyelesaian.24 Selain itu, dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu pemikiran, penalaran, dan keputusan, serta kegiatan memperluas aturan yang diketahui untuk memecahkan masalah.

Dalam bepikir seseorang akan mengolah dan menggorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehinggga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun serta dapat dipahami dan dikuasai. Untuk membentuk suatu pengetahuan yang tersusun dan memahami serta menguasai pengetahuan tidaklah mudah. Hal ini bergantung pada seberapa besar usaha seseorang dalam menemukan suatu makna atau materi. Rusdi mengutip Frenkel mengatakan bahwa seberapa baik seseorang dalam berpikir bergantung pada usahanya dalam menemukan suatu makna atau materi yang dapat dilihat dari kemauannya untuk berusaha dan proses yang dia lewati, karena kemampuan berpikir tidak dapat diberikan oleh suatu guru kepada siswa.

Laurens mengutip Jenicek Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses dan juga kemampuan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesiskan, mengevaluasi info yang diperoleh.25

Syafruddin Nurdin dkk dalam bukunya mengutip Nasution mengatakan bahwa unsur-unsur keterampilan berpikir yang perlu dikuasai siswa yaitu mengamati, melaporkan, mengklarifikasi, memberi label, menyusun dan mengurutkan, menginterpretasi, membuat generalisasi,

23

Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia, Prinsip dan Aplikasinya menuju Pembelajaran yang efektif, (Bandung: JICA IMSTEP UPI Bandung), hal. 2.

24

Alisuf Sabri. 2001. Pengantar Pasikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), hal. 76.

25

Joyce M.Laurens, Integrasi riset dan desain: Sebuah pendekatan dalam

pembelajaran di studio perancangan. Prosedding Seminar Nasional” Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur Manajemen Studio Menuju Dunia Arsitektur Profesional Denpasar, 9-10 Februari 2008. hal. 35.

membuat inferensi, dan memecahkan problema.26 Keterampilan berpikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat dilukiskan sebagi upaya mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan.27

Pada intinya kemampuan berpikir harus ditanamkan pada anak. Pada Usia 11 tahun ke atas anak telah mampu berpikir reflektif, menggunakan asumsi atau hipotesis, dan kemampuan berpikirnya tidak lagi terikat tetapi menjangkau waktu lampau dan masa depan.28 Meskipun berpikir itu merupakan suatu proses mental, namun keterampilan berpikir dapat dilatih, seperti halnya seorang atlit yang harus terus berlatih terus-menerus untuk meningkatkan kemampuannya dan mencapai prestasi yang lebih tinggi. Jadi Kemampuan berpikir adalah suatu proses dan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami suatu konsep dan info yang diperoleh seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang menjadi hasil yang positif untuk dirinya maupun lingkungannya.

b. Keterampilan Berpikir Kritis

Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir pada umumnya dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada khususnya. Berpikir kritis dapat diartikan kemampuan yang sangat essensial untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis merupakan topik yang penting dan vital dalam pendidikan modern. Berpikir kritis sebagai salah satu komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi, menggunakan dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang

26

Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 108.

27

Cece Wijaya, Pendidikan Remedial, Sarana pengembangan Mutu sumber Daya

Manusia, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996) hal. 71.

28

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Uhamka Press & Yayasan Pep-EX 8, 2003). Hal. 137.

kohesif dan logis.29 Semua pendidik semestinya tertarik untuk mengajarkan berpikir kritis kepada para siswanya. Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia realita.

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah30 dan menurut Elika Dwi Murwani Berpikir kritis merupakan salah satu ciri manusia yang cerdas. Akan tetapi berpikir kritis akan terjadi apabila didahului dengan kesadaran kritis yang diharapkan dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan31

Menurut Black dan Robert Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola penalaran tertentu.32 Pendapat senada diungkapkan oleh MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.33

Liliasari mengutip Facione menyatakan bahwa inti berpikir kritis adalah deskripsi yang lebih rinci dari sejumlah karakteristik yang berhubungan, yang meliputi analisis, inferensi, eksplanasi, evaluasi, pengaturan diri dan interpretasi. 34 Oleh sebab itu berpikir kritis sangatlah

29

Liliasari, “Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat tinggi melalui model Pembelajaran kapita selekta Kimia sekolah lanjutan”Julrnal Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi 3 Tahun Vlll, 2003. Hal. 175.

30

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (Bandung: Mizan Learning Centre (MLC), 2009), hal.183

31Elika Dwi Murwani, “ Peran Guru dalam Membangun Kesadaran kritis siswa” Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006. Hal 60.

32

op.cit., hal.2.

33

Arief Achmad, ”Memahami Berpikir " http:/researchengines.com/1007arief3.html.hal 1

34Liliasari, ” Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia menuju Profesionalisme guru”. http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN. diakses 10 mei 2010. hal 1-2

penting dalam pendidikan, karena Berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, internalisasi dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Schafersman mengemukakan berpikir kritis bukan sekedar berpikir logis sebab berpikir kritis harus memiliki keyakinan dalam nilai-nilai, dasar pemikiran dan percaya sebelum didapatkan alasan yang logis dari padanya.35

Menurut Halpen, berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika

Dokumen terkait